2. Kriteria diagnosis Gejala klinis yang dianggap (+) adalah batuk ringan (dengan atau tanpa
dahak) sampai berat atau batuk darah, gejala seperti flu yang hilang timbul
dan semakin sering serta demam terutama senja hari.
Pemeriksaan BTA sputum minimal 2 dari 3 pemeriksaan positif, atau 1 dari
3 pemeriksaan positif didukung gambaran foto toraks sesuai TB. Jika
mungkin paling tidak satu spesimen harus berasal dari dahak pagi.
Foto toraks dianggap (+) bila menggambarkan corakan yang bersifat
multiform yaitu bercak berawan (infiltrat), mungkin disertai bercak kapur,
garis fibrotik dengan atau tanpa kaviti.
3. Diagnosis Bronkopneumonia
banding Bronkiektasis
Mikosis (infeksi jamur paru)
Tumor Paru
Penyakit ini perlu diwaspadai pada kasus yang termasuk risiko tinggi untuk
kanker paru yakni umur 40-50 thn, laki-laki, perokok berat, BTA sputum (-)
dan tidak menampakkan respons klinik yang memadai pada awal
pemeriksaan.
1
4.2. Khusus
Pada kasus-kasus yang masih meragukan :
PCR-TB (dari dahak atau darah)
Bilasan bronkus untuk pemeriksaan kuman TB (sediaan langsung)
dan biakan. Pada anak biasanya dipakai bilasan lambung
Pemeriksaan serologi
Pengobatan medikamentosa :
a) TB Paru, BTA (+), kasus baru
2RHZE/ 4R3H3 alternatif 2 RHZE/4RH atau 2RHZE/6HE
Bila lesi luas atau ada penyakit penyerta/komorbid, misalnya
diabetes mellitus, berikan regimen 2RZ/7RH. Bila pada akhir
bulan ke II tidak terjadi konversi ,periksa dahak pada bln ke 3 bila
masih positif, lanjutkan pengobatan sampai bulan ke 5 atau
6..Bila masih tidak terjadi konversi diberi terapi sebagai kat.II, bila
terjadi konversi diberi 4R3H3 atau 4RH, sampai akhir pengobatan
2
Dosis yang dipakai :
Rifampisin = 8 – 12 mg/kg bb ( harian )
INH = 4 – 6 mg/kg bb ( harian )
Etambutol = 15 – 20 mg/kg bb ( harian )
Pirazinamid = 20 – 30 mg/kg bb ( harian )
Streptomisin = 15 -18 mg/kg bb ( harian )
3
test cepat atau di
rujuk ke RS
pusat ,Rujukan TB
MDR
Tindakan pada pasien yang putus berobat 2 bulan atau lebih ( loss
to follow up )
Lacak pasien Apabila Keputusan pengobatan
Diskusikan hasilnya selanjutnya ditetapkan oleh
dengan pasien
BTA negatif dokter tergantung pada
atau pada kondisi klinis
untuk mencari
awal pasien,apabila :
factor penyebab pengobatan
Sudah ada
putus berobat adalah perbaikan nyata :
Pemeriksaan pasien TB hentikan
dahak SPS dan ekstra paru pengobatan dan
atau test cepat pasien tetap
Hentikan diobservasi .
Apabila kemudian
pengobatan
terjadi perburukan
sementara kondisi klinis ,
menunggu pasien diminta
hasilnya untuk periksa
kembali atau
Belum ada
perbaikan nyata :
lanjutkan
pengobatan dosis
yang tersisa sampai
seluruh dosis yang
tersisa sampai
seluruh dosis
pengobatan
terpenuhi .
Apabila Kategori 1
salah satu Dosis pengobatan
atau lebih sebelumnya < 1 bln ---
hasilnya berikan pengobatan kat 1
BTA positif mulai dari awal
dan tidak Dosis pengobatan sebelum
ada bukti > 1 bln ------ berikan
resistensi pengobatan kat 2 mulai dari
awal
Kategori 2
Dosis pengobatan
sebelumnya < 1 bln -----
4
berikan pengobatan kat 2
mulai dari awal
Dosis pengobatan sebelum
> 1 bln ----- Dirujuk ke
layanan spesialis untuk
pemeriksaan lebih lanjut
Pengobatan khusus
Terapi bedah bila batuk darah massif, kaviti, destroyed lung/lobe
dengan BTA persisten positif. Multi-drug Resisten (MDR) sesuai
protap MDR.
9. Perhatian khusus Pada pengobatan TB Paru, pemantauan respons klinik pada awal penyakit
amat penting. Usia > 50 tahun, sputum BTA (-), perokok berat, sebagian
dilakukan pemeriksaan diagnostik ke arah kanker paru :
Sitologi sputum
Bronkoskopi
TTB
CT Scanning toraks dengan kontras
Hal ini perlu diperhatikan karena amat sering ditemukan kasus yang diduga
TB, ternyata belakangan terbukti kanker paru dengan demikian diagnosis
terlambat
5
10. Informed Perlu jika ada indikasi tindakan. Informed Consent berisi identitas pasien
consent dan atau keluarga, identitas dokter yang melaksanakan dan waktu
pelaksanaan.
14. Unit terkait Radiologi, Laboratorium (Mikrobiologi), Bedah Toraks, Gizi dan
Penyuluhan kesehatan ( PMO )
15. Fasilitas khusus Ruang bedah, bila perlu tindakan bedah toraks
6
Balai Kesehatan SPO PENANGANAN
Paru Masyarakat TUBERKULOSIS PADA ANAK
Cirebon No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 1-4
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Kepala Seksi Pelayanan
Medik.
PROSEDUR
TETAP
FRIYANA PRAYUANA, SKM
NIP. 19640131 198401 2 001
PARAMETER 0 1 2 3 JML
Kontak TB Tidak Laporan BTA positif
jelas keluarga,
BTA neg/
tidak
tahu/tidak
jelas
Uji Tuberkulin Negatif Positif (≥10
mm, atau
≥5 mm pada
keadaan
imunosupresi
Berat BGM (KMS) Klinis : gizi
badan/keadaan atau BB/U buruk ( BB/U
gizi < 80 % < 60 %)
Demam tanpa ≥ 2 minggu
sebab jelas
Batuk ≥ 3 minggu
Pembesaran ≥ 1 cm, jumlah
KGB colli, >1, tidak nyeri
aksila,inguinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi pembengkakan
panggul, lutut,
falang
Foto toraks Normal Suspeks TB
/tdk jls
7
3. Perhatian khusus Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronik
lainnya spt asma, sinusitis dll
Jika dijumpai skrofuloderma (TB pada kelenjer dan kulit), pasien langsung
didiagnosis TB
Berat badan dinilai saat pasien datang
Anak di diagnosis TB jika jumlah skor ≥ 6 ( skor maksimal 13)
Semua anak dgn reaksi cepat BCG ( reaksi lokal timbul < 7 hari setelah
penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak
Pasien Balita skor 5, evaluasi lebih lanjut
8
11. Standard tenaga Dokter Umum ,Dokter spesialis anak dan Dokter Spesialis Paru
14. PA
9
Balai Kesehatan PEDOMAN PELAYANAN KLINIS (PPK)
Paru Masyarakat ASMA BRONKIAL
Cirebon No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 1-3
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Kepala Seksi Pelayanan
Medik.
PROSEDUR TETAP
FRIYANA PRAYUANA, SKM
NIP. 19640131 198401 2 001
2. Kriteria diagnosis Riwayat serangan sesak nafas disertai mengi dan atau batuk-batuk
berulang dengan atau tanpa dahak akibat faktor pencetus dan dapat
hilang dengan atau tanpa pengobatan
Pada pemeriksaan jasmani dijumpai ekspirasi memanjang dengan
atau tanpa mengi (wheezing). Pada saat serangan, dapat ditemukan
penggunaan otot bantu nafas yang berlebihan
Klasifikasi diagnosis
Asma intermitten
Asma persisten ringan
Asma persisten sedang
Asma persisten berat
10
6. Penanganan Rawat jalan
Rawat inap bila serangan asma berat atau ada tanda gagal napas.
Lama perawatan kurang lebih 1 minggu.
Karena tindakan :
Infeksi
Pneumomediastinum
9. Informed Consent Perlu bila ada gagal nafas dan membutuhkan pemasangan mesin bantu
nafas (ventilator mekanik)
11
10. Standar tenaga Dokter Umum, Dokter Spesialis Paru
13. PA -
16. Fasilitas khusus ICU dengan ventilator mekanik bila disertai gagal nafas
12
Balai Kesehatan SPO PENANGANAN
Paru Masyarakat BRONKITIS AKUT
Cirebon No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 1-3
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Kepala Seksi Pelayanan
Medik.
PROSEDUR TETAP
FRIYANA PRAYUANA, SKM
NIP. 19640131 198401 2 001
2. Kriteria diagnosis Demam dan batuk (batuk kering sampai berdahak). Kadang-kadang
disertai sesak nafas dan nyeri dada
13
Antibiotika bila perlu
8. Penyulit Pneumonia
Abses Paru
Empiema
Septikemia
13. PA -
14
Balai Kesehatan SPO PENANGANAN
Paru Masyarakat BRONKIEKTASIS
Cirebon No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 1-3
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Kepala Seksi Pelayanan
Medik.
PROSEDUR TETAP
FRIYANA PRAYUANA, SKM
NIP. 19640131 198401 2 001
1. Diagnosis Bronkiektasis
No. ICD-X : J.47
Ialah penyakit paru yang ditandai dilatasi dan destruksi dinding bronkus
yang bersifat kronik dan menetap. Keadaan ini dapat terjadi akibat
kelainan kongenital, infeksi menahun dan berulang, faktor mekanik,
maupun gangguan saraf perifer otot-otot bronkus
2. Kriteria khusus Kelainan anatomic berupa pelebaran bronkus yang dapat terlihat
pada bronkografi atau CT Scan Toraks dan kadang-kadang dari foto
toraks biasa.
Gejala klinis dapat tidak ditemukan atau berupa batuk produktif
atau batuk darah. Pada keadaan lanjut dapat disertai sesak nafas.
Batuk pada perubahan posisi.
4.2. Khusus
Bronkografi
CT Scanning toraks
Pengambilan bahan untuk biakan & uji resistensi
mikroorganisme penyebab : aspirasi transtorakal, bronkoskopi
dengan sikat kateter terlindung ganda atau kateter balon
Foto sinus paranasalis jika dicurigai ada sinusitis
15
atau hemoptisis massif. Lama perawatan 1-2 minggu.
8. Penyulit Sepsis
Hemoptisis massif
Gagal nafas
10. Standar tenaga Dokter Umum (untuk kasus ringan) dan Dokter Spesialis Paru
13. PA -
16. Fasilitas khusus Ruangan bedah, bila dilakukan tindakan bedah toraks
16
ICU bila memerlukan ventilator mekanik
2. Kriteria diagnosis Terdapatnya cairan dalam rongga pleura yang dapat disebabkan oleh :
Tuberkulosis
Infeksi nontuberkulosis
Keganasan primer /metastasis
Reaksi radang ikutan proses lain
4.2. Khusus
Punksi dan biopsi pleura
Torakoskopi (atas indikasi)
Bila dicurigai keganasan, pemeriksaan yang sesuai dugaan
17
Rawat inap diperlukan bila cairan banyak &produksi cepat. Lama
perawatan 1 minggu, tergantung diagnosis dan penyebab.
Karena tindakan
Pneumotoraks
Pendarahan
10. Standar tenaga Dokter Umum (plus) dan Dokter Spesialis Paru
18
16. Fasilitas khusus Torakoskopi jika ada indikasi
1. Diagnosis Pneumonia
No. ICD-X : J.18
Ialah infeksi akut parenkim paru yang dapat disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur maupun parasit
2. Kriteria diagnosis Demam, batuk-batuk (dari kering sampai berdahak), sesak nafas yang
semakin memberat dan kadang-kadang disertai nyeri dada dan batuk
darah
4.2. Khusus
Pemeriksaan mikroorganisme dan uji resistensi dari :
Sputum
Aspirat transtrakeal
Aspirat transtorakal
Bilasan bronkus
19
6. Penanganan Rawat jalan
Rawat inap, terutama pada penderita yang secara nyata
membutuhkan O2 atau mengalami komplikasi atau ada tanda-tanda
gagal nafas yang terlihat dari frekuensi nafas > 20x/m dan dangkal,
demam tinggi (> 38o C), dehidrasi, septicemia. Lama perawatan 1 –
2 minggu
9. Informed consent Perlu, bila diperlukan tindakan diagnostik invasif atau pemasangan
ventilator mekanik
20
terdapatnya tanda-tanda gagal nafas
-
13. PA
-
14. Risalah rapat
21
Balai Kesehatan SPO PENANGANAN
Paru Masyarakat PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK
Cirebon No. Dokumen No. Revisi Halaman
1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Kepala Seksi Pelayanan
Medik.
PROSEDUR TETAP
FRIYANA PRAYUANA, SKM
NIP. 19640131 198401 2 001
Emfisema
Sesak nafas menetap dengan progresif. Pada pemeriksaan fisik,
dada cembung, hipersonor, suara nafas melemah, mungkin
terdengar mengi.
22
5. Konsultasi Dokter Spesialis Paru
Dokter Spesialis Jantung bila terjadi komplikasi kardiovaskuler
9. Informed consent Perlu terutama bila akan dilakukan tindakan diagnostik invasif dan
terapi agresif
23
11. Masa pemulihan 2 minggu
12. Hasil akhir Sembuh parsial, penyakit bersifat progresif, menjadi lebih berat
walaupun eksaserbasi sudah diatasi atau meninggal
13. PA -
24
Balai Kesehatan SPO PENANGANAN
Paru Masyarakat EDEMA PARU
Cirebon No. Dokumen No. Revisi Halaman
1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Kepala Seksi Pelayanan
Medik.
PROSEDUR TETAP
FRIYANA PRAYUANA, SKM
NIP. 19640131 198401 2 001
2. Kriteria diagnosis Klinis : biasanya pasien dalam posisi duduk sedikit membungkuk
ke depan, sesak hebat. Dapat disertai dengan sianosis, berkeringat
dingin, batuk dengan sputum berwarna kemerahan
Pada auskultasi didapatkan ronki basah kasar pada lebih dari
setengah lapangan paru, wheezing, gallop protodiastolik, bunyi
jantung dua pada katup pulmonal mengeras
Pada foto toraks didapatkan hilus melebar densitas meningkat,
disertai garis Kerley ABC
6. Penanganan Setiap penderita dengan dugaan edema paru harus segera dirawat;. lama
perawatan tergantung penyebab.
25
7. Pengobatan Pengobatan nonmedikasimentosa : oksigen dan infus cairan
Pengobatan khusus :
Ventilator mekanik dengan atau tanpa PEEP, pada hipoksia berat,
asidosis atau tidak berhasil dengan terapi oksigen
CPAP
9. Informed consent Perlu terutama bila akan dilakukan pemasangan ventilator mekanik
13. PA -
26
Balai Kesehatan SPO PENANGANAN
Paru Masyarakat EMBOLI PARU
Cirebon No. Dokumen No. Revisi Halaman
1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Kepala Seksi Pelayanan
Medik.
PROSEDUR TETAP
FRIYANA PRAYUANA, SKM
NIP. 19640131 198401 2 001
2. Kriteria diagnosis Emboli paru muncul bila trombus vena terlepas dan terbawa dalam
sirkulasi arteri pulmoner, tersangkut dan menyumbat sebagian/total
aliran darah di pohon arteri pulmoner
27
4.2. Khusus
Scanning ventilasi perkusi
Dopler
Angiografi pulmoner
Impedance plethysmography (IPG)
Venografi
Ekokardiografi Transesofageal (TEE)
Helikal CT Scanning
6. Penanganan Rawat inap, setiap penderita dengan dugaan emboli paru harus segera
dirawat di rumah sakit; lama perawatan tergantung penyebab..
9. Informed consent Perlu terutama bila akan dilakukan tindakan diagnostik invasif dan
terapi agresif
10. Standar tenaga Dokter Spesialis Paru dan Dokter Spesialis Jantung Pembuluh Darah.
28
12. Hasil akhir Sembuh
Sembuh parsial
Meninggal
14. PA -
29
Balai Kesehatan PEDOMAN PELANAYAN KLINIS ( PPK )
Paru Masyarakat EMPIEMA
Cirebon No. Dokumen No. Revisi Halaman
1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Kepala Seksi Pelayanan
Medik.
PROSEDUR TETAP
FRIYANA PRAYUANA, SKM
NIP. 19640131 198401 2 001
1. Diagnosis Empiema
No. ICD-X : J.86
4. Pemeriksaan Umum
Penunjang Foto toraks PA dan lateral
Laboratorium :
Darah rutin : hitung jenis sel (dominasi leukosit PMN)
Analisa cairan pleura
Pemeriksaan mikrobiologi
a. Sediaan apus cairan pleura dengan pulasan gram dan
bakteriologi serta BTA
b. Biakan kuman dan uji resistensi untuk kuman TB dan kuman
non TB
c. Bila diduga kuman anaerob sebagai penyebab, gunakan
medium transport BHI (Brain Heart Infusion)
d. Pemeriksaan parasitologi amuba
Khusus :
Punksi pleura
Torakoskopi atas indikasi
6. Penanganan Rawat inap agar pengembangan paru dapat diupayakan lebih cepat dan
semaksimal mungkin; lama perawatan 2-4 minggu..
30
7. Pengobatan 7.1. Pengobatan nonmedikamentosa : istirahat
9. Informed consent Perlu untuk tindakan memasang WSD atau tindakan bedah
10. Standar tenaga Dokter Umum : bila empiema sedikit dan belum membutuhkan
pemasangan WSD
Dokter Spesialis Paru : bila perlu pemasangan WSD atau bila
timbul penyulit
Ahli Bedah Toraks : bila memerlukan tindakan bedah (dekortikasi)
31
Balai Kesehatan SPO PENANGANAN
Paru Masyarakat GAGAL NAFAS
Cirebon No. Dokumen No. Revisi Halaman
1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Kepala Seksi Pelayanan
Medik.
PROSEDUR TETAP
FRIYANA PRAYUANA, SKM
NIP. 19640131 198401 2 001
2. Kriteria diagnosis Sesak nafas (apnea atau dispnea berat), gelisah, dapat sampai sianosis.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan murmur, gallop dan derik
menunjukkan kemungkinan adanya gagal jantung, bising mengi
mungkin pada suatu krisis asma, ronki disertai sputum yang banyak
dan demam mungkin ada infeksi paru, gejala neurologi mungkin pada
stroke atau miastenia gravis. Gambaran hasil AGD-a menunjukkan
rendah PaO2 di bawah 50 mmHg, PaCO2 di atas 50 mmHg waktu
bernafas dalam udara kamar
Etiologi
1. Gagal nafas tipe-satu Þ saluran nafas dan parenkim paru :
a. Infeksi (virus, bakteri, jamur, parasit)
b. Trauma (kontusio paru, laserasi paru)
c. Lain-lain (neoplasma, narkotika, akibat payah jantung,
ARDS, emboli paru, atelektasis, perdarahan alveolar, volume
overload)
32
b. Saraf dan otot
1. Trauma (cedera medulaspinalis, cedera diafragma
2. Obat-obat (neuromuscular blocking agents, aminoglikosida)
3. Metabolik (hipokalemia, hipomagnesemia, hipofosfatemia)
4. Neoplasma
5. Lain-lain (penyakit motor neuron, miastenia gravis, multiple
sclerosis, distrofi otot, Guillain-Barre Syndrome
d. Dada
1. Trauma (faktur iga, flail chest, burn eschar
2. Faktor lain (kifoskoliosis, skleroderma, spondilitis, pneumotoraks,
efusi pleura, fibrotoraks, posisi telentang, obesitas, asites, nyeri)
6. Penanganan Harus dirawat di rumah sakit; lama perawatan sampai klinik dan AGD-a
stabil dan foto toraks menjadi tenang
33
Karena tindakan Þ akibat pemakaian pipa trakea dan ventilator
mekanik :
Trauma intubasi
Gangguan hemodinamik
Pneumonia nosokomial
Barotrauma (pneumotoraks, pneumomediastinum)
Kesulitan penyapihan dari ventilator mekanik
13. PA -
34
Balai Kesehatan SPO PENANGANAN
Paru Masyarakat KANKER PARU
Cirebon No. Dokumen No. Revisi Halaman
1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Kepala Seksi Pelayanan
Medik.
PROSEDUR TETAP
FRIYANA PRAYUANA, SKM
NIP. 19640131 198401 2 001
2. Kriteria diagnosis Ditemukan sel atau jaringan tumor ganas berasal dari bronkus/paru.
Pada stadium dini seringkali tanpa gejala. Pada stadium lebih lanjut
mungkin didapatkan gejala batuk/ batuk darah, nyeri dada, sesak nafas,
sindrom vena kava superior, sindrom pleksus brakial anoreksia,
penurunan berat badan
4. Pemeriksaan Umum : foto toraks (PA dan lateral) dan sitologi sputum
penunjang Khusus
Sitologi sekret bronkopulmoner
Bronkoskopi, biopsi bronkus, (TBLB)
Biopsi aspirasi transtorakal (BATT) dengan jarum halus (fine
needle-aspiration biopsy
Punksi pleura, biopsi pleura, pemeriksaan sitologi dan histopatologi
(bila ada efusi pleura)
Biopsi aspirasi / ekstirpasi kelenjar getah bening supraklavikula
Tomogram atau CT Scanning toraks
Torakotomi eksplorasi bila semua upaya diagnostik tidak
menghasilkan kepastian jenis histologi
35
6. Penanganan Rawat jalan : perawatan paliatif dan bebas nyeri
Rawat inap diperlukan dengan tujuan :
Mempercepat diagnosis
Memberikan kemoterapi
Ada penyulit atau komplikasi misalnya sindrom vena kava
superior, obstruksi saluran nafas besar atau efusi pleura massif
Derajat IA dan B
Reseksi paru (lobektomi) dan diseksi kelenjar getah bening toraks
kemoterapi bila mungkin
Derajat II A dan B
Reseksi (lobektomi/pneumonektomi)
Diseksi kelenjar getah bening toraks
Dilanjutkan dengan radioterapi
Kemoterapi bila mungkin
Derajat III A
Reseksi paru
Diseksi kelenjar getah bening yang mungkin
Dilanjutkan radioterapi dan kemoterapi
Derajat IV
Umumnya simptomatik, perawatan paliatif dan bebas nyeri
Kemoterapi bila masih mungkin
Catatan :
Termasuk KPKBSK ialah karsinoma skuamosa, adenokarsinoma dan
karsinoma sel besar.
36
9. Informed consent Perlu untuk semua tindakan diagnosis invasif dan terapi
10. Standar tenaga Diagnostik dan pengobatan definitif : Dokter Spesialis Paru dan
Dokter Spesialis Radiologi
Bila diperlukan pembedahan : Dokter Spesialis Bedah Toraks
Pengobatan paliatif dan bebas nyeri : Dokter Umum dan Spesialis
lain yang terkait
12. Hasil akhir Tahan hidup sampai lima tahun dengan/tanpa gejala penyakit :
Sembuh parsial
Komplikasi
Meninggal
16. Fasilitas khusus Kamar bedah jika diperlukan tindakan bedah toraks
37
Balai Kesehatan SPO PENANGANAN
Paru Masyarakat NODUL PARU SOLITER
Cirebon No. Dokumen No. Revisi Halaman
1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Kepala Seksi Pelayanan
Medik.
PROSEDUR TETAP
FRIYANA PRAYUANA, SKM
NIP. 19640131 198401 2 001
38
6. Penanganan Rawat jalan
16. Fasilitas khusus Kamar bedah bila dilakukan tindakan bedah toraks
17. Perhatian khusus Untuk penemuan kasus yang lebih dini, setiap penderita dengan gejala-
gejala pernafasan umr > 50 tahun, perokok berat, sputum BTA (-),
dengan dugaan tuberkosis atau pneumonia berulang, harus dicurigai
menderita kanker paru, bila respon klinik pada awal pengobatan tidak
memadai. Pada kasus-kasus seperti ini, pemeriksaan yang menjurus
kepada kanker paru harus dilaksanakan
39
Balai Kesehatan SPO PENANGANAN
Paru Masyarakat PENYAKIT JAMUR PARU
Cirebon No. Dokumen No. Revisi Halaman
1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Kepala Seksi Pelayanan
Medik.
PROSEDUR TETAP
FRIYANA PRAYUANA, SKM
NIP. 19640131 198401 2 001
2. Kriteria diagnosis Penyakit jamur paru adalah infeksi paru yang disebabkan oleh jamur,
baik infeksi primer maupun infeksi sekunder
Faktor Predisposisi :
Penderita diabetes melitus
Penderita yang mendapat antibiotika atau steroid untuk jangka
waktu yang lama
Penderita yang mendapat sitostatika
Penderita dengan defisiensi imunologi
4.2. Khusus
Bronkoskopi, bilasan bronkus, TBLB
Tomogram atau
CT Scanning toraks dengan kontras
40
5. Konsultasi Dokter Spesialis Paru
41
Balai Kesehatan SPO PENANGANAN
Paru Masyarakat PENYAKIT PARU KERJA
Cirebon No. Dokumen No. Revisi Halaman
1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Kepala Seksi Pelayanan
Medik.
PROSEDUR TETAP
FRIYANA PRAYUANA, SKM
NIP. 19640131 198401 2 001
4.2. Khusus
Uji provokasi bronkus
CT Scanning toraks
42
5. Konsultasi Dokter Spesialis Paru
11. Standar tenaga Dokter Spesialis Paru, untuk penanganan khusus di bidang paru
Dokter Kesehatan Kerja untuk penanganan umum dan lingkungan
kerja
12. Masa pemulihan Tergantung berat penyakit dan respons terhadap pengobatan
14. PA -
15. Risalah rapat -
16. Bidang terkait Radiologi dan Kesehatan Kerja
43
Balai Kesehatan PEDOMAN PELANAYAN KLINIS ( PPK )
Paru Masyarakat PLEURITIS EKSUDATIF TB
Cirebon No. Dokumen No. Revisi Halaman
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Kepala Seksi Pelayanan
Medik.
PROSEDUR TETAP
FRIYANA PRAYUANA, SKM
NIP. 19640131 198401 2 001
2. Kriteria diagnosis Batuk-batuk, demam, nyeri dada sisi yang sakit, sesak nafas.
Hemotoraks sisi yang sakit lebih cembung, pergerakan tertinggal pada
pernafasan, perkusi pekak/redup, suara nafas melemah, mediastinum
terdorong ke sisi yang sehat
4.2. Khusus
Punksi pleura untuk pemeriksaan cairan pleura : uji rivalta (+)
Hitung jenis sel, sel mononuklear dominan kadar glukosa rendah,
BTA
Biopsi pleura : ditemukan tuberkel & radang kronik
44
7. Pengobatan Pengobatan nonmedikamentosa : tidak ada
13. PA Perlu
45
Balai Kesehatan SPO PENANGANAN
Paru Masyarakat PNEUMOTORAKS
Cirebon No. Dokumen No. Revisi Halaman
1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Kepala Seksi Pelayanan
Medik.
PROSEDUR TETAP
FRIYANA PRAYUANA, SKM
NIP. 19640131 198401 2 001
1. Diagnosis Pneumotoraks
No. ICD-X : J.93
Ialah ada udara bebas di dalam rongga pleura (antara dinding dada dan
paru) yang disebabkan oleh trauma dada, penyakit paru atau yang
terjadi secara spontan. Kadang-kadang terjadi pada perempuan akibat
endometriosis (yang terjadi bersamaan saat haid)
2. Kriteria diagnosis Pada foto toraks terlihat udara dalam rongga dada dan kolaps paru yang
dibatasi oleh bayangan pleura viseral. Sesak nafas dan atau nyeri dada
yang terjadi mendadak dan semakin memberat. Pada pneumotoraks
tekan (ventil pneumotoraks) sesak nafas semakin lama semakin hebat,
nadi lebih cepat, gelisah, keringat dingin dan sianosis
4.2. Khusus
Bronkoskopi
46
7. Pengobatan Pengobatan nonmedikamentosa
Pemasangan “mini WSD”
Oksigen
Fisioterapi
Pengobatan khusus
Pemasangan WSD
IPPB
Jika pneumotoraks berulang pleurodesis dengan zat kimia atau
pleurodesis secara bedah
Torakoskopi untuk pemasangan cleps
Karena tindakan :
Emfisema Subkutis
Edema Paru
Perdarahan
Empiema
9. Informed consent Perlu terutama bila akan dilakukan tindakan pemasangan WSD
10. Standar tenaga Dokter Umum (plus) terutama dalam keadaan akut sampai
pemasangan mini WSD
Dokter Spesialis Paru
47
16. Fasilitas khusus Kamar tindakan bila perlu pemasangan WSD
1. Diagnosis Tenggelam
No. ICD-X : Y.21
2. Kriteria diagnosis Keadaan akut dgn riwayat tenggelam dalam air tawar, laut atau air es
3. Diagnosis banding -
4.2. Khusus
Tekanan darah
Alveolar arterial oxygen gradient
CVP
Swan Ganz Catheter
48
selimut)
Pengobatan medikamentosa
Aminofilin atau beta-2 agonis bila didapatkan bronkospasme
Koreksi asidosis metabolik
Antibiotika atas indikasi
Kortikosteroid dosis rendah 5 mg/kg/24 jam dibagi 6 dosis
Pengobatan khusus
Menggunakan ventilator mekanik bila hipoksemia berat
9. Informed consent Perlu terutama bila akan dilakukan tindakan ventilator mekanik
12. Hasil akhir Sembuh baik bila tanpa aspirasi cairan dan RKP segera
Sembuh parsial
Meninggal
13. PA
49
Balai Kesehatan SPO PENANGANAN
Paru Masyarakat TUMOR MEDIASTINUM
Cirebon No. Dokumen No. Revisi Halaman
1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Kepala Seksi Pelayanan
Medik.
PROSEDUR TETAP
FRIYANA PRAYUANA, SKM
NIP. 19640131 198401 2 001
2. Kriteria diagnosis Ialah ditemukan massa dalam mediastinum pada foto toraks. Gejala
klinik kadang-kadang tidak ada. Bila ukuran tumor besar atau tumor
ganas dapat timbul keluhan sesak nafas, nyeri dada, sindrom vena cava
superior (SVCS).
6. Penanganan Rawat inap diperlukan untuk tindakan diagnostik dan tindakan bedah
50
7. Pengobatan Pengobatan nonmedikamentosa : tidak ada
13. PA -
51
16. Fasilitas khusus Radioterapi dan ruangan bedah toraks
2. Kriteria diagnosis Riwayat serangan sesak nafas disertai mengi dan atau batuk berulang
dengan atau tanpa dahak akibat faktor pencetus dan dapat hilang
dengan atau tanpa pengobatan, biasanya dengan riwayat alergi pada
keluarga. Pada pemeriksaan jasmani dijumpai ekspirasi memanjang
dengan atau tanpa mengi. Pada saat serangan, dapat ditemukan
penggunaan otot bantu nafas yang berlebihan dan berrespons dengan
pemberian bronkodilator.
Klasifikasi diagnosis :
Asma episodik jarang
Asma episodik sering
Asma persisten
52
Uji Tuberkulin untuk menyingkirkan diagnosis TB
6. Penanganan Rawat jalan bila asma stabil dan serangan asma ringan
Rawat inap diperlukan bila serangan asma berat
53
Balai Kesehatan SPO PENANGANAN
Paru Masyarakat ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME
Cirebon No. Dokumen No. Revisi Halaman
1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Kepala Seksi Pelayanan
Medik.
PROSEDUR TETAP
FRIYANA PRAYUANA, SKM
NIP. 19640131 198401 2 001
54
3. Diagnosis banding Edema Paru Kardiogenik
55
15. Bidang terkait Radiologi, Anestesi, Penyakit Dalam, Kardiologi, Neurologi, Bedah
2. Kriteria diagnosis Demam tinggi, batuk-batuk, mula-mula jumlah dahak sedikit. Bila
rongga abses berhubungan dengan bronkus yang agak besar maka
isi abses dibatukkan keluar dalam jumlah banyak, berupa nanah,
kadang-kadang disertai hemoptisis. Seringkali dahak berbau busuk
atau bercampur darah.
4. Pemeriksaan Umum
penunjang a. Foto toraks PA & lateral
b. Laboratorium darah : leukosit, LED meninggi
c. Sediaan apus sputum, pulasan gram, biakan dan uji resistensi
56
Khusus
a. Bronkoskopi
b. Tomogram atau
c. CT Scan Toraks
7. Pengobatan Umum
Pengobatan nonmedikamentosa
Istirahat
Fisioterapi bila sputum banyak
Terapi medikamentosa
Penisilin injeksi 2 x 1,2 juta unit & kloramfenikol 4 x 500 mg
sampai rongga abses menutup ( + 2 minggu)
Metronidazol 3 x 500 mg, bila dahak berbau busuk (infeksi
kuman anaerob)
Obat pilihan lain : amoksilin + asam klavulanat 3 x 1 g selama
3 - 5 hari, dilanjutkan 3 x 500 mg sampai rongga abses
menutup
Terapi Khusus
Cuci bronkus (bronchial toilet) atau bila abses berhubungan
dengan bronkus besar
Reseksi paru bila terapi antibiotika gagal
10. Standar tenaga Dokter Umum (bila gejala ringan) dan Dokter Spesialis Paru
13. PA -
14. Risalah rapat -
57
15. Bidang terkait Bedah Toraks
Rehabilitasi Medik
Mikrobiologi
DAFTAR ISI
58
59