Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita TBC) dan II
(Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak
mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 5–10
mg/kgbb/hari.
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
Sejak 1995, program Pemberantasan Penyakit TBC di Indonesia mengalami perubahan manajemen
operasional, disesuaikan dengan strategi global yanng direkomendasikan oleh WHO. Langkah ini
dilakukan untuk menindaklanjutiIndonesia � WHO joint Evaluation dan National Tuberkulosis
Program in Indonesiapada April 1994. Dalam program ini, prioritas ditujukan pada peningkatan mutu
pelayanan dan penggunaan obat yang rasional untuk memutuskan rantai penularan serta mencegah
meluasnya resistensi kuman TBC di masyarakat. Program ini dilakukan dengan cara mengawasi pasien
dalam menelan obat setiap hari,terutama pada fase awal pengobatan.
Indonesia adalah negara high burden, dan sedang memperluas strategi DOTS dengan cepat,
karenanya baseline drug susceptibility data (DST) akan menjadi alat pemantau dan indikator program
yang amat penting. Berdasarkan data dari beberapa wilayah, identifikasi dan pengobatan TBC melalui
Rumah Sakit mencapai 20-50% dari kasus BTA positif, dan lebih banyak lagi untuk kasus BTA negatif.
Jika tidak bekerja sama dengan Puskesmas, maka banyak pasien yang didiagnosis oleh RS memiliki
risiko tinggi dalam kegagalan pengobatan, dan mungkin menimbulkan kekebalan obat.
Akibat kurang baiknya penanganan pengobatan penderita TBC dan lemahnya implementasi strategi
DOTS. Penderita yang mengidap BTA yang resisten terhadap OAT akan menyebarkan infeksi TBC
dengan kuman yang bersifat MDR(Multi-drugs Resistant). Untuk kasus MDR-TB dibutuhkan obat lain
selain obat standard pengobatan TBC yaitu obat fluorokuinolon seperti siprofloksasin, ofloxacin,
levofloxacin (hanya sangat disayangkan bahwa obat ini tidak dianjurkan pada anak dalam masa
pertumbuhan).
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap
intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu
(tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
o Penderita baru TBC paru BTA positif.
o Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada:
o Penderita kambuh.
o Penderita gagal terapi.
o Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada:
o Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:
Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis maksimal perhari
INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb.
TB tidak berat
INH : 5 mg/kgbb/hari
Rifampisin : 10 mg/kgbb/hari
TB berat (milier dan meningitis TBC)
INH : 10 mg/kgbb/hari
Rifampisin : 15 mg/kgbb/hari
Dosis prednison : 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)
Untuk mediagnosa penyakit tuberkulosis dapat di lakukan berbagai pemeriksaan yang
akan di paparkan di bawah ini, namun yang lebih di tekankan dalam mendiagnosa adanya
penyakit TBC adalah indikasi gejala klinis, sebab gejala klinis yang mendukung ditambah
dengan hasil pemeriksaan lain barulah dapat di tentukan diagnosa penyakit TBC, untuk
mengetahui gejala klinik penyakit TBC, dapat di baca pada posting saya sebelumnya...DISINI
1.Pemeriksaan bakteriologi
untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting dalam
menegakkan diagnosa.
Pada orang dewasa harus diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturut-
turut.
-sewaktu : Dahak di kumpulkan pada saat suspek TBC datang berkunjung
pertama kali datang pelayanan kesehatan. Pada saat pulang suspek
membawa sebuah pot untuk mengumpulkan dahak hari kedua.
- pagi : Dahak di kumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bagun tidur.
Pot tersebut diantar sendiri ke laboratorium pelayanan kesehatan.
- Sewaktu : Dahak di kumpulkan pada hari pada saat menyerahkan dahak pagi
kepada pihak pelayanan kesehatan
2.cairan pleura
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien efusi pleura untuk menegakkan diagnosis
3.liquor cerebrospinal
4.bilasan bronkus,
5.bilasan lambung
Air kuras lambung, Umumnya anak-anak atau penderita yang tidak dapat mengeluarkan
dahak. Tujuan dari kuras lambung untuk mendapatkan dahak yang tertelan.
Dilakukan pagi hari sebelum makan dan harus cepat dikerjakan
6.urin
Air Kemih, Urin pagi hari, pertama kali keluar, merupakan urin pancaran tengah.
Sebaiknya urin kateter.
7.jaringan biopsi.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis.
Bahan
jaringan dapat diperoleh melalui biopsi atau otopsi
8.kurasan bronkoalveolar,
Pemeriksaan bakteriologi dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan mikroskopis dan biakan
a.Pemeriksaan Mikroskopis
Kultur (biakan), Media yang biasa dipakai adalah media padat Lowenstein Jesen. Dapat pula
Middlebrook JH11, juga sutu media padat. Untuk perbenihan kaldu dapat
dipakai Middlebrook JH9 dan JH 12. Melakukan pemeriksaan biakan dimaksudkan untuk
mendapatkan diagnosis pasti dan dapat mendeteksi mikobakterium tuberkulosis dan juga
Mycobacterium Other Than Tuberculosis (MOTT)
c.Uji kepekaan kuman terhadap obat-obatan anti tuberkulosis, tujuan dari pemeriksaan
ini, mencari obat-obatan yang poten untuk terapi penyakit tuberkulosis.
2. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukan indikator yang spesifik untuk
tubercolosis. Laju Endap Darah ( LED ) jam pertama dan jam kedua dibutuhkan. Data ini
dapat di pakai sebagai indikator tingkat kestabilan keadaan nilai keseimbangan penderita,
sehingga dapat digunakan untuk salah satu respon terhadap pengobatan penderita serta
kemungkinan sebagai predeteksi tingkat penyembuhan penderita.
Demikian pula kadar limfosit dapat menggambarkan daya tahan tubuh penderita. LED
sering meningkat pada proses aktif, tetapi LED yang normal juga tidak menyingkirkan
diagnosa TBC
3.uji tuberculin
Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif
uji tuberkulin positif 100%, umur 1–2 tahun 92%, 2–4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan
umur 6–12 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak
maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik.
Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux lebih
sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½ bagian atas lengan
bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan(ke dalam kulit).
Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan diukur
diameter dari
pembengkakan (indurasi) yang terjadi.
Uji tuberkulin hanya berguna untuk menentukan adanya infeksi TB, sedangkan
penentuan sakit TB perlu ditinjau dari klinisnya dan ditunjang foto torak. Pasien dengan
hasil uji tuberkulin positif belum tentu menderita TB. Adapun jika hasil uji tuberkulin
negatif, maka ada tiga kemungkinan, yaitu tidak ada infeksi TB, pasien sedang
mengalami masa inkubasi infeksi TB, atau terjadi alergi.
4. Pemeriksaan radiologis
- Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA
positif.
- Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS
5.pemeriksaan khusus
a.BACTEC
Merupakan pemeriksaan teknik yang lebih terbaru yang dapat mengidentifikasi kuman
tuberkulosis secara lebih cepat. Metode yang digunakan adalah metode radiometrik. M.
Tuberkulosis metabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang akan
dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif
pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu menegakkan diagnosis dan melakukan uji
kepekaan.
b.PCR
Pemeriksaan ini adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA, termasuk DNA M.
Tuberkulosis. Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik ini adalah kemungkinan
kontaminasi. Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis
sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara benar dan sesuai dengan standar
internasional.
Pada tuberkulosis pasca primer, penyebaran kuman terjadi secara bronkogen, sehingga
penggunaan sampel darah untuk uji PCR tidak disarankan. Sebaliknya bila sampel yang
diperiksa merupakan dahak dari penderita yang dicurigai menderita tuberkulosis paru,
masih ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum menggunakan PCR sebagai
sarana diagnosis tuberkulosis paru
c.PEMERIKSAAN SEROLOGI
-ELISA
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respons humoral
berupa
proses antigen antibodi yang terjadi. Kelemahan utama dari teknik ELISA ini
adalah
pengenceran serum yang tinggi dan perlu dilakukan untuk mencegah ikatan
nonspesifik dari imunoglobulin manusia pada plastik
-Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia. Uji ini
menggunakan
antigen lipoarabinomanan yang ditempel dengan alat yang berbentuk sisir plastik
-Ig G TB
Uji ini adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi antibodi IgG
dengan antigen spesifik untuk mikobakterium tuberkulosis. Di luar negeri metode ini lebih
sering digunakan untuk mendiagnosa TB ekstraparu, tetapi kurang baik untuk diagnosa
TB pada anak
http://www.analiskesehatan.web.id/2012/06/tuberculosis-pemeriksaan-untuk.html