Anda di halaman 1dari 5

PENATALAKSANAAN/PENGOBATAN

PASIEN TB PARU
No.Dokumen : 440/PKM-LST/
/2023
SOP No.Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
UPT Puskesmas drg. Harvandy Anwir, MKM, MH
Langsat NIP. 19820316 201001 1 002

1. Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan


oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis
2. Tujuan Untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberculosis (OAT).
3. Kebijakan Keputusan Mentri Kesehatan No.HK,01.07/MENKES/755/2019
4. Referensi - Keputusan Mentri Kesehatan No. HK,.01.07/MENKES/755/2019
Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana
Tuberkulosis
5. Prosedur/ 1. Alat – alat
Langkah- - Alat Tulis
Langkah - Masker
- Timbangan
Bahan
- Formulir TBC 01
- Formulir TBC 02
- Formulir TBC 03
- OAT ( Obat Anti Tuberkulosis)
2. Langkah – Langkah
I. Pasien dipersilahkan masuk ke ruang P2
2.Pasien diberi penjelasan sesuai dengan hasil pemeriksaan dahak.
3.Pemberian OAT sesuai panduan OAT yang digunakan di
lndonesia Pengobatan TB yang adekuat harus memenuhi: -
Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat
mengandung minimal
4 Macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi. - Diberikan
dalam dosis yang tepat - Ditelan secara teratur dan diawasi secara
langsung oleh PMO (Pengawas Minum Obat) sampai selesai
pengobatan. - Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang
cukup terbagi dalam tahap awal dan tahap lanjutan untuk
mencegah kekambuhan

Berat Badan Tahap intensif tiap hari Tahap lanjutan 3 kali


selama 56 hari seminggu selama 16
minggu
30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 Tablet 2 KDT
38-54 kg 3 Tablet 4 KDT 3 Tablet 2 KDT
55-70 kg 3 Tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT
>71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT

Panduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah:


- Kategori 1 : 2(RHZE)/4(HR)3
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
• Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
• Pasien TB paru terdiagnosis klinis
• Pasien TB ekstra paru
- Kategori 2 : 2(RHZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah
diobati sebelumnya (pengobatan ulang):
• Pasien kambuh
• Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1
sebelumnya
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat
(lost to follow-up)
Kategori anak : 2(HRZ)/4(HR)
Paduan OAT Kategori-1 dan Kategori-2 disediakan dalam bentuk
paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri
dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Oosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien.
Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari lsoniasid,
Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk
blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam
pengobatan pasien yang terbukti mengalami efek samping pada
pengobatan dengan OAT KDT sebelumnya. Paduan OAT Kategori Anak
disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT).
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 3 jenis obat dalam satu tablet.
Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas
dalam satu paket untuk satu pasien

Dosis Panduan OAT KDT Kategori 1 Pada Anak


Berat Badan 2 Bulan setiap hari 4 Bulan tiap hari
R75/H50/Z150 R75/H50
5-7 Kg 1 Tablet 1 Tablet
8-11 Kg 2 Tablet 2 Tablet
12-16 Kg 3 Tablet 3 Tablet
17-22 Kg 4 Tablet 4 Tablet
23-30 Kg 5 Tablet 5 Tablet

Untuk membantu dan mengevaluasi kepatuhan, harus dilakukan


prinsip pengobatan dengan:
• System patient-centred strategy, yaitu memilih bentuk obat, cara
pemberian, cara mendapatkan obat serta kontrol pasien sesuai dengan
cara yang paling mampu dilasanakan pasien
• Pengawasan langsung menelan obat (DOT/direct observed therapy)
Pemantauan kemajuan dan hasil pengobatan pada orang dewasa
dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis.
Pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan
pemeriksaan radiologis dalam memantau kemajuan pengobatan.
Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan dua
contoh uji dahak (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan
negatif bila ke 2 contoh uji dahak tersebut negatif. Bila salah satu contoh
uji positif atau keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut
dinyatakan positif.
Hasil dari pemeriksaan mikroskopis semua pasien sebelum memulai
pengobatan harus dicatat. Pemeriksaan ulang dahak pasien TB BTA
positif merupakan suatu cara terpenting untuk menilai hasil kemajuan
pengobatan. Setelah pengobatan tahap awal, tanpa memperhatikan
hasil pemeriksaan ulang dahak apakah masih tetap BTA positif atau
sudah menjadi BTA negatif, pasien harus memulai pengobatan tahap
lanjutan(tanpa pemberian OAT sisipan apabila tidak mengalami
konversi).
Pada semua pasien TB BTA positif, pemeriksaan ulang dahak
selanjutnya dilakukan pada bulan ke 5. Apabila hasilnya negatif,
pengobatan dilanjutkan hingga seluruh dosis pengobatan selesai dan
dilakukan pemeriksaan ulang dahak kembali pada akhir pengobatan.
Ringkasan tindak lanjut berdasarkan hasil pemeriksaan ulang dahak
untuk memantau kemajuan hasil pengobatan:
a) Apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal negatif :
- Pada pasien baru maupun pengobatan ulang, segera diberikan
dosis pengobatan tahap lanjutan
- Selanjutnya lakukan pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal
(pada bulan ke 5 dan Akhir Pengobatan)
b) Apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal positif :
Pada pasien baru (mendapat pengobatan dengan paduan OAT
kategori 1) :
- Lakukan penilaian apakah pengobatan tidak teratur?. Apabila
tidak teratur, diskusikan dengan pasien tentang pentingnya
berobat teratur. Segera diberikan dosis tahap lanjutan (tanpa
memberikan OAT sisipan). Lakukan pemeriksaan ulang dahak
kembali setelah pemberian OAT tahap lanjutan satu bulan.
Apabila hasil pemeriksaan dahak ulang tetap positif, lakukan
pemeriksaan uji kepekaan obat.
c) Apabila tidak memungkinkan pemeriksaan uji kepekaan obat,
lanjutkan pengobatan dan diperiksa ulang dahak kembali pada
akhir bulan ke 5 (menyelesaikan dosis OAT bulan ke 5 ).
Pada pasien dengan pengobatan ulang (mendapat pengobatan
dengan paduanOAT kategori 2):
- Lakukan penilaian apakah pengobatan tidak teratur?. Apabila
tidak teratur, diskusikan dengan pasien tentang pentingnya
berobat teratur. Pasien dinyatakan sebagai terduga pasien TB
MOR
- Lakukan pemeriksaan uji kepekaan obat atau dirujuk ke RS Pusat
Rujukan TB MDR
d) Apabila tidak bisa dilakukan pemeriksaan uji kepekaan obat atau
dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB MDR, segera diberikan dosis
OAT tahap lanjutan (tanpa pemberian OAT sisipan) dan diperiksa
ulang dahak kembali pada akhir bulan ke 5 (menyelesaikan dosis
OATbulan ke 5 ). 3) Pada bulan ke 5 atau lebih : Baik pada
pengobatan pasien baru atau pengobatan ulang apabila hasil
pemeriksaan ulang dahak hasilnya negatif, lanjutkan pengobatan
sampai seluruh dosis pengobatan selesai diberikan
e) Apabila hasil pemeriksaan ulang dahak hasilnya positif,
pengobatan dinyatakan gagal dan pasien dinyatakan sebagai
terduga pasien TB MDR .
- Lakukan pemeriksaan uji kepekaan obat atau dirujuk ke RS Pusat
Rujukan TB MDR
- Pada pasien baru (mendapat pengobatan dengan paduan OAT
kategori 1 ), pengobatan dinyatakan gagal. Apabila oleh karena
suatu sebab belum bisa dilakukan pemeriksaan uji kepekaan
ataudirujuk ke RS Pusat Rujukan TB MDR, berikan pengobatan
paduan OATkategori 2 dari awal.
- Pada pasien TB dengan pengobatan ulang (mendapat
pengobatan dengan paduan OAT kategori 2), pengobatan
dinyatakan gagal. Harus diupayakan semaksimal mungkin agar
bisa dilakukan pemeriksaan uji kepekaan atau dirujuk ke RS
Pusat Rujukan TB MDR. Apabila oleh karena suatu sebab belum
bisa dilakukan pemeriksaan uji kepekaan atau dirujuk ke RS
Pusat Rujukan TB MDR, berikan penjelasan, pengetahuan dan
selalu dipantau kepatuhannya terhadap upaya PPI (Pencegahan
dan Pengendalian lnfeksi).
5. Melakukan rujukan pada pasien yang memenuhi kriteria rujukan
• TB dengan komplikasi/ keadaan khusus (TB dengan komorbid)
seperti TB pada orang dengan HIV, TB dengan penyakit metabolic,
TB anak perlu dirujuk ke layanan sekunder. Pasien TB yang telah
mendapat advis dari layanan spesialistik dapat melanjutkan
pengobatan di fasilitas pelayanan primer.
• Suspek TB-MOR harus dirujuk ke layanan sekunder
6. Melakukan pencatatan mengenai
• Semua pengobatan yang telah diberikan
• Respon hasil mikrobiologi
• Kondisi fisik pasien
• Efek samping obat

6. Hal – Hal yang Ketepatan dalam pemberian obat


Perlu
diperhatikan
7. Unit terkait Semua ruangan pelayanan klinis

8. Dokumen
terkait
9. Rekaman No Yang Diubah Isi Tanggal mulai
Historis Perubahan diberlakukan
perubahan

Anda mungkin juga menyukai