Anda di halaman 1dari 7

PENATALAKSANAAN TB PARU

No. Dokumen : SOP/CNll/11 . /2022


No. Revisi
SOP Tanggal Terbit : 18 Januari 2022
Halaman : 1/7

UOBF PUSKESMAS BEJI dr. A. ARIF JUNAEDI


KABUPATEN PASURUAN NIP. 19760916 200604 1017

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan


1. Pengertian
oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis.

Untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah


2. Tujuan kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap ObatAnti Tuberculosis (OAT).

Surat Keputusan Kepala UOBF Puskesmas Beji Nomor:


3. Kebijakan
440Nll/424.072.20/2017 tentang Jenis Pelayanan di Puskesmas Beji.

4. Referensi Depkes RI. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis. Jakarta:


Kementrian Kesehatan. 2014

Bahan
- ObatTB
5. Alat dan Bahan
- Buku status pasien
- Lembar resep
I. Pasien dipersilahkan masuk ke ruang P2
2. Pasien diberi penjelasan sesuai dengan hasil pemeriksaan dahak.
3. Pemberian OAT sesuai panduan OAT yang digunakan di
lndonesiaPengobatan TB yang adekuat harus memenuhi:
- Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat
mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah
6. Langkah-langkah terjadinya resistensi.
- Diberikan dalam dosis yang tepat
- Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh
PMO(Pengawas Minum Obat) sampai selesai pengobatan.
- Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup

terbagi dalam tahap awal dan tahap lanjutan untuk mencegah


kekambuhan
Berat badan Tahap intensiftiap Tahap lanjutan 3 kali
hari selama 56 hari seminggu selama 16
minggu
30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2 KDT
38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT
55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT
>71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT

Panduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah:


- Kategori 1 : 2(RHZE)/4(HR)3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
• Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.

• Pasien TB paru terdiagnosis klinis

• Pasien TB ekstra paru


- Kategori 2 : 2(RHZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang
pernah diobati sebelumnya (pengobatan ulang):
• Pasien kambuh
• Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan
OATkategori 1 sebelumnya
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat

(lost to follow-up)
Kategori anak : 2(HRZ)/4(HR)
Paduan OAT Kategori-1 dan Kategori-2 disediakan dalam bentuk
paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KOT). Tablet OAT KOT ini terdiri
dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Oosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu
paket untuk satu pasien.
Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari lsoniasid,
Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk
blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam
pengobatan pasien yang terbukti mengalami efek samping pada
pengobatan dengan OAT KOT sebelumnya.
Paduan OAT Kategori Anak disediakan dalam bentuk paket obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KOT). Tablet OAT KOT ini terdiri dari
kombinasi 3 jenis obat dalam satu tablet. Oosisnya disesuaikan dengan
berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu
pasien.

Oosis Panduan OAT KOT Kategori 1

2
Tahap intensif Tahap lanjutan 3 kali
Berat badan tiap hari selama seminggu selama
56 hari 16minggu
2 tablet 2
30-37 kg 2 tablet 4KDT
KOT
3 tablet 4 3 tablet 2
38-54 kg
KOT KOT
4 tablet 4 4 tablet 2
55-70 kg
KOT KOT
5 tablet 4 5 tablet 2
2:71 kg
KOT KOT

Dosis Panduan OAT KOT Kategori 2:


Tahap intensif tiap hari selama 56 Tahap lanjutan 3 kali
Berat
hari
Badan Selama 20 minaau
Selama 56 hari Selama 28 hari
2 tab 4 KOT + 2 tab 2 KOT + 2 tab
30-37
500 mg injeksi 2tab4 KOT Etambutol
kg
Streotomisin
3 tab 4 KOT + 3 tab 2 KOT + 3 tab
38-54
750 mg injeksi 3 tab 4 KOT Etambutol
kg
Streotomisin
4 tab 4 KOT + 4 tab 2 KOT + 4 tab
55-70
1000 mg injeksi 4tab4 KOT Etambutol
kg
Streotomisin
5 tab 4 KOT + 5 tab 2 KOT + 5 tab
2:71 kg 1000mg injeksi 5 tab 4 KOT Etambutol
Streotomisin

Untuk membantu dan mengevaluasi kepatuhan, harus dilakukan


prinsip pengobatan dengan:
• System patient-centred strategy, yaitu memilih bentuk obat, cara
pemberian, cara mendapatkan obat serta kontrol pasien sesuai
dengan cara yang paling mampu dilasanakan pasien
• Pengawasan langsung menelan obat (DOT/direct observed

therapy)

Pemantauan kemajuan dan hasil pengobatan pada orang dewasa


dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis.
Pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan
pemeriksaan radiologis dalam memantau kemajuan pengobatan.
Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan dua
contoh uji dahak (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan
negatif bila ke 2 contoh uji dahak tersebut negatif. Bila salah satu contoh
uji positif atau keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut
dinyatakan positif. Hasil dari pemeriksaan mikroskopis semua pasien
sebelum memulai pengobatan harus dicatat. Pemeriksaan ulang dahak

3
pasien TB BTA positif merupakan suatu cara terpenting untuk menilai
hasil kemajuan pengobatan. Setelah pengobatan tahap awal, tanpa
memperhatikan hasil pemeriksaan ulang dahak apakah masih tetap BTA
positif atau sudah menjadi BTA negatif, pasien harus memulai
pengobatan tahap lanjutan(tanpa pemberian OAT sisipan apabila tidak
mengalami konversi) . Pada semua pasien TB BTA positif, pemeriksaan
ulang dahak selanjutnya dilakukan pada bulan ke 5. Apabila hasilnya
negatif, pengobatan dilanjutkan hingga seluruh dosis pengobatan selesai
dan dilakukan pemeriksaan ulang dahak kembali pada akhir pengobatan.
Ringkasan tindak lanjut berdasarkan hasil pemeriksaan ulang dahak
untuk memantau kemajuan hasil pengobatan:
I) Apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal negatif :
- Pada pasien baru maupun pengobatan ulang, segera
diberikan dosis pengobatan tahap lanjutan
- Selanjutnya lakukan pemeriksaan ulang dahak sesuai
jadwal (pada bulan ke 5 dan Akhir Pengobatan)

2) Apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal

positif :
Pada pasien baru (mendapat pengobatan dengan paduan OAT

kategori 1) :
- Lakukan penilaian apakah pengobatan tidak teratur?. Apabila
tidak teratur, diskusikan dengan pasien tentang pentingnya
berobat teratur. Segera diberikan dosis tahap lanjutan (tanpa
memberikan OAT sisipan). Lakukan pemeriksaan ulang dahak
kembali setelah pemberian OAT tahap lanjutan satu bulan.
Apabila hasil pemeriksaan dahak ulang tetap positif, lakukan
pemeriksaan uji kepekaan obat.
- Apabila tidak memungkinkan pemeriksaan uji kepekaan obat,

lanjutkan pengobatan dan diperiksa ulang dahak kembali pada


akhir bulan ke 5 (menyelesaikan dosis OAT bulan ke 5 ).

Pada pasien dengan pengobatan ulang (mendapat pengobatan dengan


paduanOAT kategori 2):
- Lakukan penilaian apakah pengobatan tidak teratur?. Apabila
tidak teratur, diskusikan dengan pasien tentang pentingnya
berobat teratur.
Pasien dinyatakan sebagai terduga pasien TB MOR
- Lakukan pemeriksaan uji kepekaan obat atau dirujuk ke RS

4
Pusat Rujukan TB MDR
- Apabila tidak bisa dilakukan pemeriksaan uji kepekaan obat atau

dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB MDR, segera diberikan dosis


OAT tahap lanjutan (tanpa pemberian OAT sisipan) dan
diperiksa ulang dahak kembali pada akhir bulan ke 5
(menyelesaikan dosis OATbulan ke 5 ).

3) Pada bulan ke 5 atau lebih :


Baik pada pengobatan pasien baru atau pengobatan ulang
apabilahasil pemeriksaan ulang dahak hasilnya negatif, lanjutkan
pengobatan sampai seluruh dosis pengobatan selesai diberikan
- Apabila hasil pemeriksaan ulang dahak hasilnya positif,
pengobatan dinyatakan gagal dan pasien dinyatakan sebagai
terduga pasien TB MDR .
- Lakukan pemeriksaan uji kepekaan obat atau dirujuk ke RS

Pusat Rujukan TB MDR


- Pada pasien baru (mendapat pengobatan dengan paduan OAT
kategori 1), pengobatan dinyatakan gagal. Apabila oleh karena
suatu sebab belum bisa dilakukan pemeriksaan uji kepekaan
ataudirujuk ke RS Pusat Rujukan TB MDR, berikan pengobatan
paduan OATkategori 2 dari awal.
- Pada pasien TB dengan pengobatan ulang (mendapat
pengobatan
dengan paduan OAT kategori 2), pengobatan dinyatakan gagal.
Harus diupayakan semaksimal mungkin agar bisa dilakukan
pemeriksaan uji kepekaan atau dirujuk ke RS Pussat Rujukan TB
MDR. Apabila oleh karena suatu sebab belum bisa dilakukan
pemeriksaan uji kepekaan atau dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB
MDR, berikan penjelasan, pengetahuan dan selalu dipantau
kepatuhannya terhadap upaya PPI (Pencegahan dan
Pengendalian lnfeksi).

4. Melakukan rujukan pada pasien yang memenuhi kriteria rujukan


• TB dengan komplikasi/ keadaan khusus (TB dengan
komorbid) seperti TB pada orang dengan HIV, TB dengan
penyakit metabolic, TB anak perlu dirujuk ke layanan
sekunder. Pasien TB yang telah mendapat advis dari
layanan spesialistik dapat melanjutkan pengobatan di
fasilitas pelayanan primer.

s
• Suspek TB-MOR harus dirujuk ke layanan sekunder

5. Melakukan pencatatan mengenai


• Semua pengobatan yang telah diberikan
• Respon hasil mikrobiologi
• Kondisi fisik pasien
• Efek samping obat

DIAGRAM ALIR PENATALAKSANAAN TB PARU


7. Diagram Alir
UOBF PUSKESMAS BEJI KABUPATEN PASURUAN

I Pasien datang I
I Pasien mengambil nomor antrian di Loket I
Pasien menunggu di ruang tunggu sampai dipanggil petugas
I Loket

Petugas Loket memproses data pasien dan memberikan rekam


medis ke ruang P2

J
Pasien datang ke poli TB untuk mengambil hasil pemeriksaan

Pasien diberikan KIE mengenai pengobatan TBC dan


penimbangan berat badan serta tinggi badan untuk
menentukan dosis obat yang diberikan

Pasien mendapatkan pemeriksaan kolaborasi HIV dan DM l


,l,
Memastikan PMO Pasien dan data kontak erat serumah untuk
dilakukan pemeriksakan

Pasien diberikan PMT TBC

l
Menentukan tanggal pasien kontrol kembali ke layanan
I
Pasien mengambil obat farmasi

l
Patugas melaksanakan entry sebagai Kasus TBC di aplikasi
SITB

1. Balai pengobatan (BP)


8. Unit Terkait
2. P2M (Pemberantasan Penyakit Menular)

6
9. Dokumen terkait Rekam medis
No Yang diubah lsi perubahan Tanggal
diberlakukan
Nama kepala dr. Arma Roostina
1 puskesmas Heliantin diganti dr. A 18 Januari 2022
10. Rekaman historis
Arif Junaedi
perubahan

Anda mungkin juga menyukai