Anda di halaman 1dari 4

TUBERCULOSIS PARU

No.Dokumen:

SOP No. Revisi: 01


Tgl. Terbit:
Halaman:1-6

PUSKESMAS
Zulha J.A. Pakai, S.ST, M.Kes
PAGUYAMAN NIP : 19710509 199001 2 001

1. Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang


disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis.
2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas untuk mendiagnosa dan mengobati
pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan,
memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberculosis (OAT).
3. Kebijakan Surat keputusan Kepala Puskesmas Paguyaman Nomor 36
Tahun 2019 tentang Pelayanan Klinis
4.1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
4.2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4. Referensi
514 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
4.3. Depkes RI. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis.
Jakarta: Kementrian Kesehatan. 2014.
5. Prosedur/ 1. Pasien dipersilahkan masuk ke ruang Konseling TB.
langkah- 2. Pasien diberi penjelasan sesuai dengan hasil pemeriksaan
langkah dahak yang menggunakan metode TCM.
3. Pemberian OAT sesuai panduan OAT yang digunakan di
Indonesia.
Pengobatan TB yang adekuat harus memenuhi:
- Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang
tepat mengandung minimal 4 macam obat untuk
mencegah terjadinya resistensi.
- Diberikan dalam dosis yang tepat.
- Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh
PMO (Pengawas Minum Obat) sampai selesai
pengobatan.
- Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup
terbagi dalam tahap awal dan tahap lanjutan untuk
mencegah kekambuhan.
Panduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah:
- Kategori 1 : 2(RHZE)/4(HR)3.
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
 Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
 Pasien TB paru terdiagnosis klinis.
 Pasien TB ekstra paru.
- Kategori 2 : 2(RHZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang
pernah diobati sebelumnya (pengobatan ulang):
 Pasien kambuh.
 Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT
kategori 1 sebelumnya.
 Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat
(lost to follow-up).
- Kategori anak : 2(HRZ)/4(HR).
Paduan OAT Kategori-1 dan Kategori-2 disediakan dalam bentuk
paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini
terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet.
Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini
dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari
Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas
dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk
digunakan dalam pengobatan pasien yang terbukti mengalami
efek samping pada pengobatan dengan OAT KDT sebelumnya.
Paduan OAT Kategori Anak disediakan dalam bentuk paket obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari
kombinasi 3 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan
dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu
paket untuk satu pasien.
Dosis Panduan OAT KDT Kategori 1
Berat badan Tahap intensif tiap Tahap lanjutan 3 kali
hari selama 56 hari seminggu selama 16
minggu
30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2 KDT
38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT
55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT
≥71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT
Dosis Panduan OAT KDT Kategori 2:
Berat Tahap insentif tiap hari Tahap lanjutan
badan 3 kali seminggu
Selama 56 hari Selama 28 Selama 20
hari minggu
30-37 2 tab 4 KDT + 2 tab 4 KDT 2 tab 2 KDT + 2
kg 500 mg injeksi tab Etambutol
Streptomisin
38-54 3 tab 4 KDT + 3 tab 4 KDT 3 tab 2 KDT + 3
kg 750 mg injeksi tab Etambutol
Streptomisin
55-70 4 tab 4 KDT + 4 tab 4 KDT 4 tab 2 KDT +
kg 1000 mg injeksi 4 tab Etambutol
Streptomisin
≥71 5 tab 4 KDT + 5 tab 4 KDT 5 tab 2 KDT + 5
kg 1000mg injeksi tab Etambutol
Streptomisin
Untuk membantu dan mengevaluasi kepatuhan, harus
dilakukan prinsip pengobatan dengan:
 System patient-centred strategy, yaitu memilih bentuk
obat, cara pemberian, cara mendapatkan obat serta
kontrol pasien sesuai dengan cara yang paling mampu
dilasanakan pasien
 Pengawasan langsung menelan obat (DOT/direct
observed therapy)
4. Melakukan pemeriksaan ulang terhadap pasien yang telah
selesai pengobatan selama 6 bulan, pasien dirujuk ke Poli
Penyakit Dalam Rumah Sakit untuk dilakukan pemeriksaan
sputum TCM
5. Melakukan rujukan pada pasien yang memenuhi kriteria
rujukan.
 TB dengan komplikasi/ keadaan khusus (TB dengan
komorbid) seperti TB pada orang dengan HIV, TB dengan
penyakit metabolic, TB anak perlu dirujuk ke layanan
sekunder. Pasien TB yang telah mendapat advis dari
layanan spesialistik dapat melanjutkan pengobatan di
fasilitas pelayanan primer.
 Suspek TB-MDR harus dirujuk ke layanan sekunder.
6. Melakukan pencatatan mengenai.
 Semua pengobatan yang telah diberikan.
 Kondisi fisik pasien.
 Efek samping obat.
6. Unit Terkait Unit Layanan Umum dan Pelayanan TBC

Anda mungkin juga menyukai