1. Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis. 2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas untuk mendiagnosa dan mengobati pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberculosis (OAT). 3. Kebijakan Surat keputusan Kepala Puskesmas Paguyaman Nomor 36 Tahun 2019 tentang Pelayanan Klinis 4.1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer 4.2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4. Referensi 514 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama 4.3. Depkes RI. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis. Jakarta: Kementrian Kesehatan. 2014. 5. Prosedur/ 1. Pasien dipersilahkan masuk ke ruang Konseling TB. langkah- 2. Pasien diberi penjelasan sesuai dengan hasil pemeriksaan langkah dahak yang menggunakan metode TCM. 3. Pemberian OAT sesuai panduan OAT yang digunakan di Indonesia. Pengobatan TB yang adekuat harus memenuhi: - Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi. - Diberikan dalam dosis yang tepat. - Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas Minum Obat) sampai selesai pengobatan. - Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal dan tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan. Panduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah: - Kategori 1 : 2(RHZE)/4(HR)3. Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru: Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis. Pasien TB paru terdiagnosis klinis. Pasien TB ekstra paru. - Kategori 2 : 2(RHZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3. Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati sebelumnya (pengobatan ulang): Pasien kambuh. Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya. Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up). - Kategori anak : 2(HRZ)/4(HR). Paduan OAT Kategori-1 dan Kategori-2 disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien. Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang terbukti mengalami efek samping pada pengobatan dengan OAT KDT sebelumnya. Paduan OAT Kategori Anak disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 3 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien. Dosis Panduan OAT KDT Kategori 1 Berat badan Tahap intensif tiap Tahap lanjutan 3 kali hari selama 56 hari seminggu selama 16 minggu 30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2 KDT 38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT 55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT ≥71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT Dosis Panduan OAT KDT Kategori 2: Berat Tahap insentif tiap hari Tahap lanjutan badan 3 kali seminggu Selama 56 hari Selama 28 Selama 20 hari minggu 30-37 2 tab 4 KDT + 2 tab 4 KDT 2 tab 2 KDT + 2 kg 500 mg injeksi tab Etambutol Streptomisin 38-54 3 tab 4 KDT + 3 tab 4 KDT 3 tab 2 KDT + 3 kg 750 mg injeksi tab Etambutol Streptomisin 55-70 4 tab 4 KDT + 4 tab 4 KDT 4 tab 2 KDT + kg 1000 mg injeksi 4 tab Etambutol Streptomisin ≥71 5 tab 4 KDT + 5 tab 4 KDT 5 tab 2 KDT + 5 kg 1000mg injeksi tab Etambutol Streptomisin Untuk membantu dan mengevaluasi kepatuhan, harus dilakukan prinsip pengobatan dengan: System patient-centred strategy, yaitu memilih bentuk obat, cara pemberian, cara mendapatkan obat serta kontrol pasien sesuai dengan cara yang paling mampu dilasanakan pasien Pengawasan langsung menelan obat (DOT/direct observed therapy) 4. Melakukan pemeriksaan ulang terhadap pasien yang telah selesai pengobatan selama 6 bulan, pasien dirujuk ke Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit untuk dilakukan pemeriksaan sputum TCM 5. Melakukan rujukan pada pasien yang memenuhi kriteria rujukan. TB dengan komplikasi/ keadaan khusus (TB dengan komorbid) seperti TB pada orang dengan HIV, TB dengan penyakit metabolic, TB anak perlu dirujuk ke layanan sekunder. Pasien TB yang telah mendapat advis dari layanan spesialistik dapat melanjutkan pengobatan di fasilitas pelayanan primer. Suspek TB-MDR harus dirujuk ke layanan sekunder. 6. Melakukan pencatatan mengenai. Semua pengobatan yang telah diberikan. Kondisi fisik pasien. Efek samping obat. 6. Unit Terkait Unit Layanan Umum dan Pelayanan TBC