Anda di halaman 1dari 4

PENATALAKSANAAN TBC

No. : 440/ /UKP/


Dokumen 35.07.103.134/2018
No. Revisi : 01
SOP Tanggal : 18 Juni 2018
Terbit
Halaman : 1/4

UPT
Wiyanto Wijoyo
PUSKESMAS
NIP.196806031994031009
PAKIS

1. Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, namun dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.Indonesia
merupakan negara yang termasuk sebagai 5 besar dari 22 negara di dunia
dengan beban TB. Kontribusi TB di Indonesia sebesar 5,8%. Saat ini timbul
kedaruratan baru dalam penanggulangan TB, yaitu TB Resisten Obat (Multi
Drug Resistance/ MDR).
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menangani TB Paru
3. Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas Pakis Nomor :
440/031/KEP/35.07.103.115/2017tentang Kebijaksanaan Layanan Klinis
Puskesmas Pakis
4. Referensi Buku Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer Edisi I tahun 2013
5. Prosedur 1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik
3. Penegakan diagnosa: Penanganan TB Paru
4. Tatalaksana
Tujuan pengobatan
a. Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas
pasien.
b. Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan.
c. Mencegah kekambuhan TB.
d. Mengurangi penularan TB kepada orang lain.
e. Mencegah kejadian dan penularan TB resisten obat.
Prinsip-prinsip terapi
a. Praktisi harus memastikan bahwa obat-obatan tersebut digunakan
sampai terapi selesai.
b. Semua pasien (termasuk pasien dengan infeksi HIV) yang tidak pernah
diterapi sebelumnya harus mendapat terapi Obat Anti TB (OAT) lini
pertama sesuai ISTC (Tabel 2).
1. Fase Awal selama 2 bulan, terdiri dari: Isoniazid, Rifampisin,
Pirazinamid, dan Etambutol.
2. Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari: Isoniazid dan Rifampisin
3. Dosis OAT yang digunakan harus sesuai dengan Terapi
rekomendasi internasional, sangat dianjurkan untuk penggunaan
Kombinasi Dosis Tetap (KDT/fixed-dose combination/ FDC) yang
terdiri dari 2 tablet
(INH dan RIF), 3 tablet (INH, RIF dan PZA) dan 4 tablet (INH, RIF,
PZA, EMB).

Tabel 2. Dosis Obat TB


Rekomendasi dosis dalam mg/kgBB
PENATALAKSANAAN TBC
No. : 440/ /UKP/
Dokumen 35.07.103.134/2018
No. Revisi : 01
SOP Tanggal : 18 Juni 2018
Terbit
Halaman : 2/4

UPT
Wiyanto Wijoyo
PUSKESMAS
NIP.196806031994031009
PAKIS

Obat Harian 3x seminggu


INH* 5(4-6) max 10(8-12) max 900
300mg/hr mg/dosis
RIF 10 (8-12) max 10 (8-12) max 600
600 mg/hr mg/dosis
PZA 25 (20-30) max 35 (30-40) max 2400
1600 mg/hr mg/dosis
EMB 15 (15-20) max 30 (25-35) max 2400
1600 mg/hr mg/dosis
Note: Tahap lanjutan di beberapa literatur dianjurkan untuk setiap hari.
c. Untuk membantu dan mengevaluasi kepatuhan, harus dilakukan prinsip
pengobatan dengan:
1. Sistem Patient-centred strategy, yaitu memilih bentuk obat, cara
pemberian cara mendapatkan obat serta kontrol pasien sesuai
dengan cara yang paling mampu laksana bagi pasien.
2. Pengawasan Langsung menelan obat (DOT/direct observed therapy)
d. Semua pasien dimonitor respon terapi, penilaian terbaik adalah followup
mikroskopis dahak (2 spesimen) pada saat:
1. Akhir fase awal (setelah 2 bulan terapi),
2. 1 bulan sebelum akhir terapi, dan pada akhir terapi.
3. Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak positif pada 1 bulan
sebelum akhir terapi dianggap gagal (failure) dan harus meneruskan
terapi modifikasi yang sesuai.
4. Evaluasi dengan foto toraks bukan merupakan pemeriksaan prioritas
dalam follow up TB paru.
e. Catatan tertulis harus ada mengenai:
1. Semua pengobatan yang telah diberikan,
2. Respon hasil mikrobiologi
3. Kondisi fisik pasien
4. Efek samping obat
f. Di daerah prevalensi infeksi HIV tinggi, infeksi Tuberkulosis – HIV sering
bersamaan, konsultasi dan tes HIV diindikasikan sebagai bagian dari
tatalaksana rutin.
g. Semua pasien dengan infeksi Tuberkulosis-HIV harus dievaluasi untuk:
1. Menentukan indikasi ARV pada tuberkulosis.
2. Inisasi terapi tuberkulosis tidak boleh ditunda.
3. Pasien infeksi tuberkulosis-HIV harus diterapi Kotrimoksazol apabila
CD 4 < 200.
Selama terapi : evaluasi foto setelah pengobatan 2 bulan dan 6 bulan.
Pengobatan TB Anak

2/4
PENATALAKSANAAN TBC
No. : 440/ /UKP/
Dokumen 35.07.103.134/2018
No. Revisi : 01
SOP Tanggal : 18 Juni 2018
Terbit
Halaman : 3/4

UPT
Wiyanto Wijoyo
PUSKESMAS
NIP.196806031994031009
PAKIS

Gambar 1. Alur tatalaksana pasien TB Anak pada sarana pelayanan kesehatan


dasar
Tabel 3. OAT KDT pada anak (sesuai rekomendasi IDAI)
Berat badan 2 bulan tiap hari 3KDT 4 bulan tiap hari 2KDT
(kg) Anak RHZ (75/50/150) Anak RH (75/50)

5-9 1 tablet 1 tablet


10-14 2 tablet 2 tablet
15-19 3 tablet 3 tablet
20-32 4 tablet 4 tablet
Keterangan:
a. Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg harus dirujuk ke rumah
sakit
b. Anak dengan BB >33 kg , harus dirujuk ke rumah sakit.
c. Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah.
d. OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh atau
digerus sesaat sebelum diminum.
h. Sumber penularan dan Case Finding TB Anak
Apabila kita menemukan seorang anak dengan TB, maka harus dicari
sumber penularan yang menyebabkan anak tersebut tertular TB.
Sumber penularan adalah orang dewasa yang menderita TB aktif dan
kontak erat dengan anak tersebut. Pelacakan sumber infeksi dilakukan
dengan cara pemeriksaan radiologis dan BTA sputum (pelacakan
sentripetal).
6. Diagram Alir

7. Unit Terkait UGD, Rawat Jalan, Rawat Inap


8. Dokumen

3/4
PENATALAKSANAAN TBC
No. : 440/ /UKP/
Dokumen 35.07.103.134/2018
No. Revisi : 01
SOP Tanggal : 18 Juni 2018
Terbit
Halaman : 4/4

UPT
Wiyanto Wijoyo
PUSKESMAS
NIP.196806031994031009
PAKIS

Terkait
9. Rekaman
Historis
No. Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai
Perubahan
Diberlakukan
1 Kebijakan SK Pelayanan Klinis
Puskesmas Pakis
2 Tata Naskah Dokumen Font, Ukuran, Spasi,

4/4

Anda mungkin juga menyukai