Anda di halaman 1dari 2

TATALAKSANA

TUBERKULOSIS PARU
No. Dokumen : 440/015/SOP/430.9.3.2/2023
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit : 2 Januari 2023
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas
UPTD Puskesmas
Pakem Bondowoso
dr. Joko Ady Pramono,
M.Mkes
NIP. 19680125 201001 1 004
1. Pengertian Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis dengan manifestasi gejala baik di paru maupun
ekstra paru.
2. Tujuan Sebagai acuan bagi dokter dalam memberikan tatalaksana penyakit
Tuberkulosis Paru
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Tenggarang Nomor
440/00136A/430.9.3.6/2022 tentang Pelaksanaan Asuhan Klinis di Puskesmas
Tenggarang
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 514 tahun 2015
tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama
5. Prosedur 1. Dokter melakukan pemeriksaan dengan mematuhi Protokol Kesehatan
3M:
- Memakai masker
- Mencuci tangan
- Menjaga jarak
2. Dokter menganjurkan pasien memakai masker dengan benar
3. Dokter melaksanakan anamnesa dan pemeriksaan lengkap
4. Dokter membuat diagnosa Suspek TB dengan kode ICD 10: A15
5. Dokter memberi informasi tentang dugaan penyakit pasien serta
memberikan penjelasan tentang pemeriksaan penunjang yang diperlukan
6. Dokter mengirimkan sampel dahak pasien ke laboratorium
7. Dokter membuat rencana terapi setelah mendapatkan hasil BTA (+):
- OAT FDC fase awal selama 2 bulan dengan jenis obat: Rifampicin,
Isoniazid, Pirazinamid, Etambutol yang diminum setiap hari
- OAT FDC fase lanjutan selama 4 bulan dengan jenis obat: Rifampicin
dan Isoniazid yang diminum 3 kali dalam seminggu
8. Dokter membuat rujukan ke Rumah Sakit bila hasil BTA (-)
9. Dokter melakukan evaluasi hasil terapi dengan pemeriksaan sputum BTA
pada akhir fase awal, pada bulan ke-5 dan di akhir masa pengobatan
10. Dokter menyatakan pasien sembuh bila pada akhir masa pengobatan
pasien menunjukkan hasil BTA (-)
11. Dokter membuat melakukan pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM)
bila pada evaluasi pengobatan didapatkan hasil BTA (+) untuk
mengetahui sensitifitas OAT, dengan interpretasi:
- TCM hasil sensitif, pengobatan OAT dilanjutkan dengan kategori 2
- TCM hasil resisten, pasien dinyatakan TB Resisten Obat
12. Dokter membuat rujukan spesialistik bila ditemukan TB Resisten Obat
13. Dokter membuat rencana asuhan untuk pemberian OAT kategori 2:
- Penyuntikan Streptomycin intra muscular setiap hari selama 2 bulan
fase intensif ditambah OAT FDC (Rif-INH-PZA-EMB)
- Per oral OAT FDC Rif-INH-PZA-EMB selama 1 bulan
- Per oral OAT FDC Rif-INH 3 kali seminggu selama 5 bulan
14. Programmer TB membuat pencatatan dan pelaporan pada aplikasi SITB

6. Unit terkait - Poli Umum


- Poli DOTS
- Poli Gigi-Mulut
- UGD-Rawat Inap
- Pustu, Ponkesdes
- Laboratorium
- Poli Sanitasi
- Poli Gizi
8. Rekam histori perubahan

No. Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai


berlaku
1. Kebijakan Kebijakan awal: SK Kepala Puskesmas 3 Januari 2022
Tenggarang tentang Layanan Klinis Berorientasi
Pasien berubah menjadi SK Kepala Puskesmas
Tenggarang tentang Pelaksanaan Asuhan Klinis di
Puskesmas Tenggarang
2. Isi prosedur Prosedur wajib mencantumkan penyesuaian 3 Januari 2022
Juknis pelayanan puskesmas pada masa pandemi
Covid 19
3. Referensi Referensi terbaru yang digunakan adalah 3 Januari 2022
Kepmenkes nomor 514 tahun 2015 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Umum di
FKTP

Anda mungkin juga menyukai