Anda di halaman 1dari 5

PENATALAKSANAAN TB PARU

No.Dokumen : 445/ /2019


No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit : 1 Maret 2019
Halaman : 1/4

UPT PUSKESMAS DARMAYANTI PZ,SKM


ALAHAN PANJANG NIP.196807121988122001

1. Pengertian Tubercolosis adalah Penyakit menular langsung yang disebabkan oleh


kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah untuk menyembuhkan


pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan
rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap
Obat Anti Tuberculosis (OAT).

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Nomor :445- -2019 tentang


penatalaksanaan program TB baru

4. Referensi Departemen Kesehatan Republlik Indonesia Pedoman Nasional


Pengendalian Tubercolosis. Jakarta Kementrian Kesehatan,2014
Peraturan Menteri Kesehatan No. 5 Tahun 2014
Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan
Kesehatan, Depkes2010
Peraturan menteri kesehatan No. 75 tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
Undang-Undang No. 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas

5. Prosedur / Langkah- A. Alat dan bahan :


langkah 1. Obat TB
2. Buku Status Pasien
3. Lembar Resep./bukti pemberian obat TB
B. Petugas Yang Melaksanakan
1. Petugas Gizi
2. Sanitarian
3. Petugas Laboratorium
C. Langkah-langkah
1. Pasien dipersilahkan masuk keruangan BP
2. Pasien diberi penjelasan sesuai dengan hasil pemeriksaan dah
3. Pemberian OAT sesuai panduan OAT yang digunakan di
Indonesia pengobatan TB yang adekuat harus memenuhi:
 Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat
mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah
terjadinya resisten
 Diberikan dalam dosis yang tepat
 Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO
(Pengawas Minum Obat) sampai selesai pengobatan
 Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi
dalam tahap awal dan tahap lanjutan untuk mencegah
kekambuhan.
Panduan Oat yang digunakan di Indonesia adalah :
 Kategori 1 : 2(RHZE)/4(HR)3
 Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru :
 Pasien TB Paru terkonfirmasi bakteriologis
 Pasien TB Paru terdiagnosis klinis
 Pasien TB ekstra Paru
 Kategori 2 : 2(RHZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3, paduan OAT ini
diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati
sebelumnya (pengobatan Ulang) :
 Pasien Kambuh
 Pasien gagal pada pengobatan dengan panduan OAT
kategori 1 sebelumnya.
 Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to
follow-up)
 Kategori anak : 2(HRZ)/4(HR), paduan OAT kategori -1 dan
Kategori -2 disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi
dosis tetap (OT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari
kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. Panduan ini dikemas
dalam satu npaket untuk satu pasien.
 Paket kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dai
Isoniazid, rifamfisin, pirazinamid dan etambutol yang dikemas
dalam bentuk blister. Paduan ini disediakan program untuk
digunakan dalam pengobatan psien terbukti mengalami efek
samping pada pengobatan dengan OAT KDT sebelumnya.
 Paduan OT kategori anak disediakan dalam bentuk paket obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet ini terdiri dari
kombinasi 3 jenis obat dalam 1 tablet. Dosisnya disesuaikan
dengan beratbadan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket
untuk satu pasien.

DOSIS PANDUAN OAT KDT KATEGORI 1

BERAT TAHAP INTENSIF TAHAP LANJUTAN 3 KALI


BADAN TIAP HARI SEMINGGU SELAMA
SELAMA 56 HARI 16 MINGGU
30-37 kg 2 Tablet 4 KDT 2 Tablet 2 KDT
38-54 kg 3 Tablet 4 KDT 3 Tablet 4 KDT
55-70 kg 4 Tablet 4 KDT 4 Tablet 4 KDT
≥ 71 kg 5 Tablet 4 KDT 5 Tablet 4 KDT

DOSIS PANDUAN OAT KDT KATEGORI 2

BERAT TAHAP INTENSIF TAHAP


BADAN LANJUTAN 3
KALI
SEMINGGU
SELAMA 56 SELAMA 28 SELAMA 20
HARI HARI MINGGU
30-37 kg 2 Tablet 4 KDT + 2 Tab 4 KDT 2 Tab 2 KDT +
500 mg injeksi 2 Tab
streptomisin Etambutol
38-54 kg 3 Tablet 4 KDT + 3 Tab 4 KDT 3 Tab 2 KDT +
750 mg injeksi 3 Tab
streptomisin Etambutol
55-70 kg 4 Tablet 4 KDT + 4 Tab 4 KDT 4 Tab 2 KDT +
1000 mg injeksi 4 Tab
streptomisin Etambutol
≥ 71 kg 5 Tablet 4 KDT + 5 Tab 4 KDT 5 Tab 2 KDT +
1000 mg injeksi 5 Tab
streptomisin Etambutol

 Untuk membantu dan mengevaluasi kepatuhan, harus dilakukan


prinsip pengobatan dengn :
 System Patient centered strategy yaitu memilih bentuk obat,
cara pemberian, cara mendapatkan obat serta kontrol pasien
sesuai dengan cara yang paling mampu dilaksanakan
pasien.
 Pengawasan langsung menelan obat (DOT/direct observed
theraphy)

6. Diagram Alir
Pasien dipersilahkan masuk
keruangan BP

Pasien diberi penjelasan sesuai


dengan hasil pemeriksaan dahak

Pemberian OAT sesuai


panduan OAT yang digunakan
di Indonesia

7. .Hal-hal yang perlu  Pemantauan kemajuan dan hasil pengobatan pada orang dewasa
diperhatikan dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak secara
mikroskopis, pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebihbaik
dibandingkan dengan pemeriksaan radiologis dalam
pemantauan kemajuan pengobatan.
 Apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal negative
pada pasien baru maupun pengobatan ulang, segera
diberikan dosis pengobatan tahap lanjutan.
 Selanjutnya dilakukan pemeriksaan ulang dahak sesuai
dengan jadwal (pada bulan ke-5 dan akhir pengobatan)
 Apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal
positif :pada pasien baru (mendapatkan pengobatan dengan
panduan OAT kategori 1). Tidak teratur. Tetap berikan
tahap lanjutan dansetelahpemberian OAT tahap lanjutan
diberikan selama 1 bulan periksa ulang dahak kembali,
apabila tetap positif lakukan pemeriksaan uji kepekaan
obat, tapi apabila uji kepekaan tetap positif atau tidak
memungkinkan OAT tetap lanjutkan sampai akhir bulan ke
5 (menyelesaika ndosis OAT bulan ke 5).

 Pada pasien dengan pengobatan ulang (mendapat pengobatan


dengan panduan OAT kategori: 2
 Lakukan penilaian apakah pengobatan tidak teratur apabila
tidak teratur, diskusikan dengan pasien tentang pentingnya
berobat teratur.
 Pasien dinyatakan dengan terduga TB MDR
 Lakukan uji kepekaan obat tau dirujukke RS Pust Rujukan TB
MDR
 Apabila tidak bias dilakukan uji kepekaan obat atau dirujuk ke
Pusat Rujukan TB MDR, segera diberikan dosis OAT tahap
lanjutan (tanpa pemberian OAT sisipan) dan diperiksa ulang
dahak ke 5 (menyelesaikan dosis OT bulanke 5).
 Pada bulan ke 5 atau lebih.
 Baik pada pengobatan pasien baru atau pengobatan ulanga
pabila hasil pemeriksaan ulang dahak hasilnya negative,
lanjutkan pengobatan sampai seluruh dosis pengobatan
selesai diberikn.
 Apabila hasil pemeriksaan ulang dahak hasilnya positif,
pengobatan dinyatakan gagal dan pasien dinyatakan sebagai
terduga pasien TB MDR.
 Lakukan pemeriksaan uji kepekaan obat atau dirujuk ke RS
Pusat Rujukan TB MDR.
 Pada pasien baru (mendapatkan pengobatan dengan paduan
OAT kategori 1, pengobatan dinyatakan gagal, apabila oleh
karena suatu sebab belum biasa dilakukan pemeriksaan uji
kepekaan atau dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB MDR,
berikan pengobatan paduan OAT kategori 2 dari awal.
 Pada pasien TB dengan pengobatan ulang (mendapatkan
pengobatan dengan paduan OAT kategori 2). Pengobatan
dinyatakan gagal. Harus diupayakan semaksimal mungkin
agar bias dilakukan pengendalian infeksi.
 Melakukan rujukan pada pasien yang memenuhi criteria
rujukan:
 TB dengan komplikasi /keadaan khusus (TB dengan
komorbid) seperti TB pada orang dengan HIV dengan
penyakit metabolic, TB anak perlu dirujuk layanan
sekunder. Pasien TB yang telah mendapat advis dari
layanan spesialistik dapat melanjutkan pengobatan di
fasilitas pelayanan primer.
 Suspek TB-MDR harus dirujuk kelayanan sekunder.
 Melakukan pencatatan mengenai:
 Semua pengobatan yang telah diberikan
 Respon hasil mikrobiologi
 Kondisi fisik pasien
 Efek samping obat

8.Unit terkait 1. Poliumum/BP


2. Pemegang program P2M ( Pemberantasan Penyakit Menular)
9.Dokumen Terkait Buku catatan Harian
10. Rekaman historis perubahan
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai