Anda di halaman 1dari 20

Panduan Praktik Klinis

(PPK) Tuberkulosis
FA I Z A H AT I M
K S M PA R U

R U M A H S A K I T U M U M P U S AT P E R S A H A B ATA N
P U S AT R U J U K A N R E S P I R A S I N A S I O N A L
2023
Panduan Praktik Klinik (PPK) / Clinical
Practice Guidelines
• Sebuah panduan yang berupa rekomendasi untuk membantu tenaga kesehatan (dokter) dalam memberikan
pelayanan kesehatan
• Digunakan sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan klinisi untuk menentukan rencana pelayanan yang
tepat
• PPK dan CP dibuat tidak untuk semua penyakit namun terbatas pada penyakit atau kondisi klinis yang lebih
kurang homogen, perjalanan klinisnya dapat diprediksi, serta memerlukan pendekatan multidisiplin

Berbasis bukti Mengacu


penelitian pada PNPK
Tujuan PPK
Meningkatkan mutu dan keselamatan pasien

Meningkatkan mutu pelayanan pada keadaan klinis dan lingkungan


tertentu

Mengurangi jumlah intervensi yang tidak perlu atau berbahaya

Memberikan opsi pengobatan terbaik dengan keuntungan maksimal

Memberikan opsi pengobatan dengan risiko terkecil

Memberikan tatalaksana dengan biaya yang memadai


1.Definisi
2.Anamnesis
3.Pemeriksaan Fisik
4.Pemeriksaan Penunjang
5.Diagnosis
6.Diagnosis Banding
7.Terapi Komprehensif
Panduan Praktik • Terapi umum  pencegahan dan langkah-langkah yang
Klinik (PPK) harus dihindari
Tuberkulosis • Prinsip dan tujuan pengobatan
• Follow-up pengobatan
• Pemantauan terhadap penyulit
8. Konseling dan Edukasi
9. Prognosis
10. Kepustakaan
Definisi Penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Penyakit TB Mycobacterium Tuberculosis, yang menyerang paru (tetapi juga
dapat menyerang organ lainnya

Anamnesis • Batuk berdahak > 2 minggu


• Dahak bercampur darah atau
*Perhatikan: batuk darah Respirasi
 Riwayat kontak
 Riwayat pengobatan
• Sesak napas atau nyeri dada
sebelumnya • Penurunan nafsu makan
 Adanya pemberat (kondisi • Berat badan menurun derasris
sistem imun tubuh rendah)  (dalam 2 minggu)
HIV, DM, transplantasi,
penggunaan steroid jangka • Berkeringat malam tanpa disertai
panjang kegiatan fisik Sistemik
• Demam (subfebris)
• Lemas/malaise
Pemeriksaan Fisis
Inspeksi • Bila lesi minimal --> tidak ditemukan kelainan
• Bila lesi luas --> kemungkinan dada asimetris

Palpasi • Fremitus mengeras/melemah (pada lesi luas)

Perkusi • Hipersonor (pneumotoraks)


• Redup (efusi pleura) pada lesi luas

Auskultasi • Ronkhi basah kasar (terutama di bagian apeks)


• Suara napas melemah atau mengeras, stridor, bronkial, amforik dapat terjadi pada lesi luas
Pemeriksaan Penunjang
Xpert Mtb • Sputum tes cepat molekular

Radiologi • Foto toraks (infiltrate, tuberculoma, kavitas)

Status HIV • Serologi Anti HIV

Uji Kepekaan • Uji kepekaan obat pada kasus tidak konversi


OAT
Pemeriksaan Lab • Darah rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, gula darah
KLASIFIKASI DIAGNOSIS TBC
Klasifikasi TB
Mikrobiologi Lokasi Riwayat Status HIV Resistensi obat
pengobatan TB

• Terkonfirmasi • TB paru • Kasus baru • HIV positif • Monoresistan


bakteriologis • TB ekstra- • Kasus • HIV negatif • Poliresistan
paru kambuh • HIV tidak • RR-TB
• Terkonfirmasi • Gagal diketahui • MDR-TB
klinis pengobatan • XDR-TB
• Loss to • Pre-XDR-TB
follow-up

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
Penegakan Diagnosis Pasti Tuberkulosis

Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan Fisis
Penunjang

Kriteria diagnosis berdasarkan International Standar for TB Care (ISTC)

Strandar 2
Semua pasien (dewasa, remaja dan anak) yang diduga menderita tuberkulosis paru harus menjalani
pemeriksaan dahak mikroskopik minimal 2 kali yang diperiksa di laboratorium yang kualitasnya
terjamin. Jika mungkin paling tidak satu spesimen harus berasal dari dahak pagi hari
Diagnosis Banding
Tumor/keganasan
Pneumonia Jamur Paru
paru

Penyakit Paru
Bronkiektasis Asma/PPOK
akibat kerja
TUJUAN PENGOBATAN TBC

● Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan


produktivitas pasien
● Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan
● Mencegah kekambuhan TB
● Mengurangi penularan TB kepada orang lain
● Mencegah perkembangan dan penularan resistan obat

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
PRINSIP PENGOBATAN TBC
● Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat
mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah
terjadinya resistensi
● Diberikan dalam dosis yang tepat
● Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO
(pengawas menelan obat) sampai selesai masa pengobatan.
● Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi
dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah
kekambuhan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
PADUAN PENGOBATAN OAT
Klasifikasi dan Tipe Pasien PNPK 2014 PNPK 2019

• TB paru BTA positif, kasus baru


• TB paru BTA negatif, kasus baru
• TB paru dengan lesi luas, disertai/tidak HIV 2 RHZE/4RH 2 RHZE/4RH
atau TB ekstraparu berat

• Kasus pengobatan ulang, BTA (+)


• Kasus kambuh 2 RHZES/1RHZE/5RH
• Kasus putus berobat 2 RHZE/4RH
• Kasus gagal

Kasus TB RO OAT TB RO
 Penyebaran milier
 TB ekstrapulmoner
 Destroyed lung / lobe (luluh paruh)


Batuk darah masif / berulang
Efusi pleura
Komplikasi
 Pneumotoraks
 Gagal napas
 Korpulmonal
 Gagal jantung
 Diabetes melitus
 HIV


Penyakit ginjal kronis
Hepatitis kronis
Penyakit
penyerta
Monitoring Respon Terapi
Evaluasi Kepatuhan • Follow up mikroskopik
dahak ( 2 spesimen)
• Patient Centered • Dilakukan akhir fase awal
Strategy (pasien memilih (2 bulan terapi), 1 bulan
Monitoring dan bentuk obat, cara sebelum akhir
pengobatan, dan bulan
pemberian, kontrol
Evaluasi pasien sesuai dengan akhir pengobatan
cara yang paling mudah
*Wajib dicatat:
1. Semua pengobatan yang telah dilaksanakan oleh pasien
diberikan *Pasien dengan pemeriksaan dahak positif pada 1
2. Respons hasil mikrobiologi bulan sebelum akhir pengobatan dikatakan gagal
3. Kondisi fisik pasien
4. Efek samping obat
5. Daerah endemis HIV – hasil Evaluasi dengan foto toraks bukan
konsultasi, HIV merupakan pemeriksaan prioritas
dalam follow up TB paru
• Menentukan indikasi ARV pada pasien TB-
HIV
Evaluasi Pasien • Inisiasi terapi TB tidak boleh ditunda
TB pada ODHA (berapapun kadar CD4)
• Pengobatan dengan kotrimoksasol (sebagai
profilaksis PCP)
• Selama terapi: evaluasi foto toraks 2 dan 6
bulan pengobatan
Berobat teratur hingga selesai
Risiko terjadi resistensi bila pengobatan TB tidak teratur
Risiko terjadi efek samping obat
Pencegahan penularan TB: etiket batuk
Kemungkinan komplikasi  rujuk
Penunjukan PMO
Konseling dan Konsultasi dengan tenaga kesehatan jika ada efek samping
Edukasi Jangan menghentikan obat secara sepihak
*Kasus TB wajib dilaporkan:
• Mengisi form TB-01 Indikasi Rujuk:
• Bagian jejaring DOTS di wilayah
kerja  Efek samping obat berat
 Curiga resistensi obat
 Terjadi komplikasi khusus: TB-HIV, DM
Hasil Pengobatan Prognosis

• Sembuh • Dubia ad bonam,


• Lengkap tergantung:
Hasil • Meninggal  Derajat berat
• Gagal penyakit
Pengobatan dan •  Kepatuhan pasien
Putus berobat
Prognosis (default)  Sensitivitas kuman
• Pindah  Gizi
 Status imunitas
 Komorbid
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai