(PPK) Tuberkulosis
FA I Z A H AT I M
K S M PA R U
R U M A H S A K I T U M U M P U S AT P E R S A H A B ATA N
P U S AT R U J U K A N R E S P I R A S I N A S I O N A L
2023
Panduan Praktik Klinik (PPK) / Clinical
Practice Guidelines
• Sebuah panduan yang berupa rekomendasi untuk membantu tenaga kesehatan (dokter) dalam memberikan
pelayanan kesehatan
• Digunakan sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan klinisi untuk menentukan rencana pelayanan yang
tepat
• PPK dan CP dibuat tidak untuk semua penyakit namun terbatas pada penyakit atau kondisi klinis yang lebih
kurang homogen, perjalanan klinisnya dapat diprediksi, serta memerlukan pendekatan multidisiplin
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
Penegakan Diagnosis Pasti Tuberkulosis
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan Fisis
Penunjang
Strandar 2
Semua pasien (dewasa, remaja dan anak) yang diduga menderita tuberkulosis paru harus menjalani
pemeriksaan dahak mikroskopik minimal 2 kali yang diperiksa di laboratorium yang kualitasnya
terjamin. Jika mungkin paling tidak satu spesimen harus berasal dari dahak pagi hari
Diagnosis Banding
Tumor/keganasan
Pneumonia Jamur Paru
paru
Penyakit Paru
Bronkiektasis Asma/PPOK
akibat kerja
TUJUAN PENGOBATAN TBC
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
PRINSIP PENGOBATAN TBC
● Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat
mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah
terjadinya resistensi
● Diberikan dalam dosis yang tepat
● Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO
(pengawas menelan obat) sampai selesai masa pengobatan.
● Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi
dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah
kekambuhan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
PADUAN PENGOBATAN OAT
Klasifikasi dan Tipe Pasien PNPK 2014 PNPK 2019
Kasus TB RO OAT TB RO
Penyebaran milier
TB ekstrapulmoner
Destroyed lung / lobe (luluh paruh)
Batuk darah masif / berulang
Efusi pleura
Komplikasi
Pneumotoraks
Gagal napas
Korpulmonal
Gagal jantung
Diabetes melitus
HIV
Penyakit ginjal kronis
Hepatitis kronis
Penyakit
penyerta
Monitoring Respon Terapi
Evaluasi Kepatuhan • Follow up mikroskopik
dahak ( 2 spesimen)
• Patient Centered • Dilakukan akhir fase awal
Strategy (pasien memilih (2 bulan terapi), 1 bulan
Monitoring dan bentuk obat, cara sebelum akhir
pengobatan, dan bulan
pemberian, kontrol
Evaluasi pasien sesuai dengan akhir pengobatan
cara yang paling mudah
*Wajib dicatat:
1. Semua pengobatan yang telah dilaksanakan oleh pasien
diberikan *Pasien dengan pemeriksaan dahak positif pada 1
2. Respons hasil mikrobiologi bulan sebelum akhir pengobatan dikatakan gagal
3. Kondisi fisik pasien
4. Efek samping obat
5. Daerah endemis HIV – hasil Evaluasi dengan foto toraks bukan
konsultasi, HIV merupakan pemeriksaan prioritas
dalam follow up TB paru
• Menentukan indikasi ARV pada pasien TB-
HIV
Evaluasi Pasien • Inisiasi terapi TB tidak boleh ditunda
TB pada ODHA (berapapun kadar CD4)
• Pengobatan dengan kotrimoksasol (sebagai
profilaksis PCP)
• Selama terapi: evaluasi foto toraks 2 dan 6
bulan pengobatan
Berobat teratur hingga selesai
Risiko terjadi resistensi bila pengobatan TB tidak teratur
Risiko terjadi efek samping obat
Pencegahan penularan TB: etiket batuk
Kemungkinan komplikasi rujuk
Penunjukan PMO
Konseling dan Konsultasi dengan tenaga kesehatan jika ada efek samping
Edukasi Jangan menghentikan obat secara sepihak
*Kasus TB wajib dilaporkan:
• Mengisi form TB-01 Indikasi Rujuk:
• Bagian jejaring DOTS di wilayah
kerja Efek samping obat berat
Curiga resistensi obat
Terjadi komplikasi khusus: TB-HIV, DM
Hasil Pengobatan Prognosis