Anda di halaman 1dari 5

PENANGANAN TB PARU

No. Dokumen : UKP.VII/SOP/


No. Revisi : 001
SOP Tanggal Terbit : 01 Juli 2022
Halaman : 1-5
UPTD PUSKESMAS SIMPUR dr. Herla Maulita Surdhawati
KABUPATEN HULU
SUNGAI SELATAN NIP. 19930820 201903 2 012

1. Pengertian Tb paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB yaitu Mycobacterium tuberculosis.
Uraian umum:
1.1 Anamnesa : batuk berdahak > 2 minggu. Batuk disertai dahak,
dapat bercampur darah atau batuk darah. Keluhan dapat disertai sesak
napas, nyeri dada atau pleuritic chest pain (bila disertai peradangan
pleura), badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang
lebih dari 1 bulan.
1.2 Pemeriksaan fisik : Demam (pada umumnya subfebris, walaupun
bisa juga tinggi sekali), respirasi meningkat, berat badan menurun (BMI
pada umumnya <18,5).
Pada auskultasi terdengar suara napas bronkhial/amforik/ronkhi
basah/suara napas melemah di apex paru, tergantung luas lesi dan
kondisi pasien.
1.3 Pemeriksaan Penunjang

a. Darah: limfositosis/ monositosis, LED meningkat, Hb turun.


b. Pemeriksaan mikroskopis kuman TB (Bakteri Tahan Asam/ BTA) atau
kultur kuman dari specimen sputum/ dahak sewaktu-pagi-sewaktu.
c. Untuk TB non paru, specimen dapat diambil dari bilas lambung, cairan
serebrospinal, cairan pleura ataupun biopsi jaringan.
d. Tes tuberkulin (Mantoux test). Pemeriksaan ini merupakan penunjang
utama untuk membantu menegakkan Diagnosis TB pada anak.
e. Pembacaan hasil uji tuberkulin yang dilakukan dengan cara Mantoux
(intrakutan) dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dengan mengukur
diameter transversal. Uji tuberkulin dinyatakan positif yaitu:

1 dari 5
1. Pada kelompok anak dengan imunokompeten termasuk anak dengan
riwayat imunisasi BCG diameter indurasinya > 10 mm.
2. Pada kelompok anak dengan imunokompromais (HIV, gizi buruk,
keganasan dan lainnya) diameter indurasinya > 5mm.
f. Radiologi dengan foto toraks PA-Lateral/ top lordotik.
Pada TB, umumnya di apeks paru terdapat gambaran bercak-bercak awan
dengan batas yang tidak jelas atau bila dengan batas jelas membentuk
tuberkuloma. Gambaran lain yang dapat menyertai yaitu, kavitas
(bayangan berupa cincin berdinding tipis), pleuritis (penebalan pleura),
efusi pleura (sudut kostrofrenikus tumpul).
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan tb paru di Puskesmas
Kandangan
3. Kebijakan Keputusan Kepala UPTD Kesehatan Puskesmas Kandangan tentang
Pelayanan TB
4. Referensi 1. Standar Operasional Prosedur Penanganan Coronavirus Disease
2019 ( COVID-19 )
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang
Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 122);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang
Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2015 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46
tahun 2015 tentang Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
296/Menkes/SK/III/2008 tentang Pedoman Pengobatan Dasar di
Puskesmas;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

2 dari 5
HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
9. Permenkes No. 5 tahun 2014 tentang Panduan Klinis bagi Dokter
di Fasyankes Primer.
10.Alat dan Bahan 1. Alat :
a. APD ( maker bedah, sarung tangan medis, gown, google / face
shield)
b. Stetoscope
c. Senter
d. Jam Tangan
e. ATK

2. Bahan :
-
11.Prosedur/Langkah- 1. Petugas menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa masker
langkah bedah
2. Pasien wajib memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
3. Dokter/perawat/bidan menanyakan keluhan yang dirasakan oleh
pasien
4. Dokter/perawat/bidan mencatat hasil anamnesa di kartu status
pasien
5. Dokter/Perawat/bidan Lakukan pemeriksaan fisik pada
pasien :Inspeksi, palpasi,perkusi dan auskultasi paru
6. Dokter/analis Lakukan pemeriksaan penunjang
7. Dokter Penanganan tuberculosis paru
8. Pemberian terapi oleh Dokter:
a. Praktisi harus memastikan bahwa obat-obatan tersebut
digunakan sampai terapi selesai.
b. Semua pasien (termasuk pasien dengan infeksi HIV) yang
tidak pernah diterapi sebelumnya harus mendapat terapi Obat
Anti TB (OAT) lini pertama sesuai
1. Fase Awal selama 2 bulan, terdiri dari: Isoniazid,
Rifampisin, Pirazinamid, dan Etambutol.

3 dari 5
2. Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari: Isoniazid dan
Rifampisin
3. Dosis OAT yang digunakan harus sesuai dengan Terapi
rekomendasi internasional, sangat dianjurkan untuk
penggunaan Kombinasi Dosis Tetap (KDT/fixed-dose
combination/ FDC) yang terdiri dari 2 tablet (INH dan
RIF), 3 tablet (INH, RIF dan PZA) dan 4 tablet (INH, RIF,
PZA, EMB).
c. Untuk membantu dan mengevaluasi kepatuhan, harus
dilakukan prinsip pengobatan dengan:
1. Sistem Patient-centred strategy, yaitu memilih bentuk
obat, cara pemberian cara mendapatkan obat serta kontrol
pasien sesuai dengan cara yang paling mampu laksana bagi
pasien.
2. Pengawasan Langsung menelan obat (DOT/direct
observed therapy)

d. Semua pasien dimonitor respon terapi, penilaian terbaik


adalah follow-up mikroskopis dahak (2 spesimen) pada saat:
• Akhir fase awal (setelah 2 bulan terapi),
• 1 bulan sebelum akhir terapi, dan pada akhir terapi.
• Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak positif pada 1 bulan
sebelum akhir terapi dianggap gagal (failure) dan harus
meneruskan terapi modifikasi yang sesuai.
• Evaluasi dengan foto toraks bukan merupakan pemeriksaan
prioritas dalam follow up TB paru.
e. Catatan tertulis harus ada mengenai:
1. Semua pengobatan yang telah diberikan,
2. Respon hasil mikrobiologi
3. Kondisi fisik pasien
4. Efek samping obat

f. Di daerah prevalensi infeksi HIV tinggi, infeksi Tuberkulosis


– HIV sering bersamaan, konsultasi dan tes HIV diindikasikan

4 dari 5
sebagai bagian dari tatalaksana rutin.

g. Semua pasien dengan infeksi Tuberkulosis-HIV harus


dievaluasi untuk:
1. Menentukan indikasi ARV pada tuberkulosis.
2. Inisasi terapi tuberkulosis tidak boleh ditunda.
3. Pasien infeksi tuberkulosis-HIV harus diterapi
Kotrimoksazol apabila CD 4 < 200.
Selama terapi : evaluasi foto setelah pengobatan 2 bulan dan 6
bulan.
12. Estimasi Waktu 20 menit
13.Unit Terkait 1. Unit layanan UGD
2. Unit layanan poli umum
3. Unit layanan KIA
4. Unit layanan MTBS
14.Dokumen Terkait 1. Kartu rekam medik
2. Buku register BP umum
3. Buku rujukan pasien
4. Form rujukan eksternal (BPJS/Umum)
5. Buku register obat

5 dari 5

Anda mungkin juga menyukai