Anda di halaman 1dari 5

TUBERKULOSIS

No. Dokumen : / SOP-2023


No. Revisi : 03
SOP Tanggal Terbit : 17 Januari
2023
Halaman : 1/5
UPTD PUSKESMAS dr. R. LISA RIANTUTI
KAMPUNG BUGIS NIP. 19741007 200502 2 006
1. Pengertian Tuberkulosis adalah suatu infeksi paru menular dan menahun yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas dalam penatalaksanaan kasus tuberkuosis
sesuai standar terapi.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Kampung Bugis No. 023 Tahun
2023 Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/1186/2022 Tentang Panduan Praktik Klinis bagi
Dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
2. Keputusan Menteri Kesehatan republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/1936/2022 Tentang Panduan Praktik Klinis bagi
Dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
5. Prosedur / Langkah 1. Petugas memanggil pasie sesuai nomor urut.
– Langkah 2. Petugas (Perawat / Bidan) melakukan kajian awal terhadap pasien
serta melakukan pemeriksaan vital sign kepada pasien dengan
mengukur tekanan darah, nadi, frekuensi napas dan suhu.
3. Petugas mengarahkan pasien ke petugas selanjutnya (dokter)
untuk dilakukan pemeriksaan
4. Petugas melakukan anamnesa dengan menanyakan keluhan utama
sebagai berikut;
5. Pada awalnya penderita hanya merasakan tidak sehat atau batuk
terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih
6. Jumlah dahak biasanya akan bertambah banyak sejalan dengan
perkembangan penyakit. Pada akhirnya dahak akan berwarna
kemerahan karena mengandung darah.
7. Masa inkubasi berkisar antara 4 – 12 minggu
8. Salah satu gejala yang paling sering ditemukan adalah berkeringat
di malam hari tanpa aktivitas.
9. Keluhan dapat berupa demam, malaise, penurunan berat badan,
nyeri dada, batuk darah, sesak nafas.
10. Sesak nafas merupakan pertanda adanya udara (pneumotoraks)
atau cairan (efusi pleura) di dalam rongga pleura. Sekitar sepertiga
infeksi ditemukan dalam bentuk efusi pleura.
11. Pada infeksi tuberkulosis yang baru, bakteri pindah dari luka di paru-
paru ke dalam kelenjar getah bening yang berasal dari paru-paru.
Jika sistem pertahanan tubuh alami bisa mengendalikan infeksi,
maka infeksi tidak akan berlanjut dan bakteri menjadi dorman.
12. Pada anak-anak, kelenjar getah bening menjadi besar dan menekan
tabung bronkial dan menyebabkan batuk atau bahkan mungkin
menyebabkan penciutan paru-paru. Kadang bakteri naik ke saluran
getah bening dan membentuk sekelompok kelenjar getah bening di
leher. Infeksi pada kelenjar getah bening ini bisa menembus kulit
dan menghasilkan nanah.
13. Petugas melakukan pemeriksaan fisik.
14. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang, sebagai berikut;
15. Minimal 2 kali sputum BTA (+) : didiagnosis sebagai TB paru BTA
(+)
16. Bila BTA (+) 1 kali, maka perlu dilakukan pemeriksaan rontgen dada
atau pemeriksaan dahak SPS diulang.
17. Upaya pertama dalam Diagnosis TB paru pada anak adalah
melakukan uji Tuberkulin. Hasil positif yaitu > 10 mm atau > 15 mm
pada anak yang telah mendapatkan BCG, ditambah dengan
gambaran radiologi dada yang menunjukkan infeksi spesifik, LED
yang tinggi, limfadenitis leher dan limfositisis relatif sudah dapat
digunakan untuk membuat diagnosis kerja TB paru.
18. Petugas menegakan diagnosa berdasarkan hasil pemeriksaan.
19. Petugas memberikan pentalaksanaan sebagai berikut:
20. Panduan obat untuk orang dewasa yang dianjurkan oleh Program
P2M adalah sebagai berikut :
21. Panduan obat jangka panjang terdiri dari streptomisin, INH + B6,
dan pirazinamida untuk jangka pengobatan 12 bulan. Cara
pemberian
Jangka Panjang Obat
Terapi insentif 4 minggu (24 kali pengobatan) berupa :
streptomisin 0,75 mg, INH 400 mg, Vit. B6 10
mg dan pirazinamida 1 gram selama 8 minggu
(48 kali pengobatan).

tahap berselang pengobatan dilanjutkan 2 kali seminggu selama


48 minggu (96 kali pengobatan) dengan
streptomisin 0,75 mg, INH 700 mg, ditambah
Vit. B6 10 mg.
22. Panduan obat jangka pendek terdiri dari rifampisin, etambutol,
INH dan Vit. B6 untuk jangka pengobatan 6 – 9 bulan. Cara
pemberian:

Terapi jangka Obat


pendek
tahap intensif pengobatan setiap hari kerja selama 4 minggu (24
kali pengobatan) berupa: rifampisin 450 mg,
etambutol 1 gram, INH 400 mg ditambah Vit. B6
10 mg.
tahap berselang pengobatan dilanjutkan 2 kali seminggu selama
22 minggu (44 kali pengobatan) berupa: rifampisin
600 mg, INH 700 mg ditambah Vit. B6 10 mg.

23. Wanita yang dalam pengobatan jangka pendek sebaiknya tidak


menggunakan pil atau suntikan KB karena keampuhan pil dan

Halaman 2/2
suntikan KB dapat berkurang sehingga dapat terjadi kehamilan.
24. Penderita harus diberitahu bahwa rifampisin menyebabkan
warna merah pada air liur, air mata, dan air seni.
25. Pengobatan jangka pendek ini tidak boleh diberikan pada
wanita hamil dan wanita yang sedang menyusui.
Panduan untuk anak:
26. Rifampisin 10 mg/kgBB/hari, INH 10 mg/kgBB/hari, pirazinamid
15 mg/kgBB/ hari selama 2 bulan pertama
27. Dilanjutkan dengan rifampisin dan INH dengan dosis yang sama
selama 4 bulan berikutnya.
Petugas memasukkan data anamnesa, pemeriksaan fisik,
diagnosa, tatalaksana dan edukasi ke dalam e-Puskesmas.

Bagan Alir
Memanggil Melakukan Melakukan pemeriksaan
pasien sesuai anamnesa pada fisik, kemudian melakukan
nomor urut pasien pemeriksaan GDS

Melakukan konseling
Menulis resep untuk dan edukasi terkait Menegakkan diagnose
pengobatan kondisi pasien berdasarkan hasil
simptomatis pemeriksaan

Memasukkan data
Menyerahkan resep anamnesa, pemeriksaan
ke pasien fisik, diagnosa, tatalaksana
dan edukasi ke dalam e-
Puskesmas

6. Unit Terkait 1. Ruang Pemeriksaan Umum


2. Ruang Pemeriksaan Anak
3. Ruang Pemeriksaan Lansia
4. Klinik DOT (Tuberkulosis)
5. Ruang Laboratorium
6. Ruang Farmasi
7. Dokumen Terkait Rekam Medis Elektronik
8. Rekaman Historis Tangg
Perubahan al
Yang Mulai
No. Isi Perubahan
Diubah Diberl
akuka
n
1. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sei Jang No. 18
25 Tahun 2019 Tentang Kebijakan Januari
Pelayanan Klinis Puskesmas. 2019

2 Referensi Keputusan Menteri Kesehatan


republik Indonesia Nomor

Halaman 2/2
HK.02.02/Menkes/514/2015 Tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di
fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sei Jang No.


41 Tahun 2020 Tentang Kebijakan
Pelayanan Klinis Puskesmas.

4. Unit Terkait 1. Ruang Pemeriksaan Umum


2. Ruang Pemeriksaan Anak
3. Ruang Pemeriksaan Lansia
16
4. Klinik DOT (Tuberkulosis)
April
5. Ruang Laboratorium
2020
6. Ruang Farmasi
7. Ruang Rujukan

5. Langkah - Ditambahkan:
1. Petugas menggunakan APD sesuai
langkah
standar.

6. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sei Jang No.8 17


Tahun 2023 Tentang Kebijakan Januari
Pelayanan Klinis. 2023
7. Langkah - Dihapus:
1. Petugas menggunakan APD
langkah
sesuai standar.
2. Petugas melakukan pemeriksaan
tekanan darah.
3. Petugas mengukur suhu tubuh
pasien.
4. Petugas mengukur nadi pasien.
5. Petugas menulis identitas pasien
di buku register
6. Petugas menulis hasil
pemeriksaan, diagnosa dan terapi
pada rekam medis pasien.
7. Petugas meminta tandatangan
pasien yang sudah diberikan
penjelasan sebagai tanda bahwa
pasien sudah mengerti.
8. Petugas menulis hasil diagnosa
pada buku register.

Ditambahkan:
9. Petugas memasukkan data
anamnesa, pemeriksaan fisik,
diagnosa, tatalaksana dan
edukasi ke dalam e-Puskesmas.
10. Petugas melakukan pemeriksaan
vital sign kepada pasien dengan
mengukur tekanan darah, nadi,
frekuensi napas dan suhu.
Dirubah:
11. Petugas melakukan anamnesa

Halaman 2/2
dengan menanyakan keluhan
utama

8. Dokumen Rekam Medis Elektronik


terkait

9. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan


republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/1186/2022
Tentang Panduan Praktik Klinis
bagi Dokter di fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama.
2. Keputusan Menteri Kesehatan
republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/1936/2022
Tentang Panduan Praktik Klinis
bagi Dokter di fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama.

Halaman 2/2

Anda mungkin juga menyukai