Anda di halaman 1dari 4

PENANGANAN PERTUSIS

(WHOOPING COUGH)

No. Dokumen : / /SOP/UKP-


AS/ 05 /2017
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :
Heri Santosa
UPT PUSKESMAS
ANJIR SERAPAT NIP. 19671226
199203 1 007
Pertusis adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang sangat
1. Pengertian
menular ditandai dengan suatu sindrom yang berupa batuk yang
bersifat spasmodic dan paroksismal disertai nada yang meninggi
karena penderita berupaya keras untuk menarik nafas sehingga pada
akhir batuk sering disertai bunyi yang khas (whoop).

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanganan pertusis


2. Tujuan
(whooping cough)

Surat Keputusan Kepala UPT Puskesma Anjir Serapat Nomor


3. Kebijakan
Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan


4. Referensi
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilisitas Kesehatan Primer

1. Petugas melakukanan amnesa keluhan pasien. Keluhan bias


5. Prosedur
beragam tergantung pada stadium perjalanan klinis penyakit
pertusis.
a. Stadium Kataralis (stadium prodormal)
Lamanya 1-2 minggu. Gejalanya berupa : infeksis aluran
pernafasan atasringan, panasringan, malaise, batuk, lacrimasi,
tidak nafsu makan dan kongestinasalis.
b. Stadium Akut paroksismal (stadium spasmodik)
Lamanya 2-4 minggu atau lebih. Gejalanya berupa : batuk
sering 5-10 kali, selama batuk pada anak tidak dapat bernafas
dan pada akhir serangan batuk pasien menarik nafas dengan
cepat dan dalam sehingga terdengar yang berbunyimelengking
(whoop), dan diakhiri dengan muntah.
c. Stadium konvalesen
Ditandai dengan berhentinya whoop dan muntah. Batuk
biasanya menetap untuk beberapa waktu dan akan menghilang
sekitar 2-3 minggu.
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
Tanda Patognomonis
a. Batuk berat yang berlangsung lama
b. Batuk disertaibunyi whoop
c. Muntah
d. Sianosis
3. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan apus darah tepi, ditemukan leukosistosis dan
limfositosis relatif
b. Kultur
4. Petugas menegakkan diagnose. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang.
a. Terdeteksinya Bordatella pertusis dari specimen nasofaring
b. Kultur swab nasofaring ditemukan Bordatella pertusis
5. Petugas memberikan terapi
a. Pemberian makanan yang mudah ditelan, bila pemberian
muntah sebaiknya berikan cairan elektrolit secara parenteral.
b. Pembebasan jalan nafas.
c. Oksigen
d. Pemberian farmakoterapi:
- Antibiotik: Eritromisin 30 50 mg/kg BB 4 x sehari
- Antitusif: Kodein 0,5 mg/tahun/kali dan
- Salbutamol dosis 0,3-0,5 mg perkg BB/hari 3x sehari
6. Petugas melakukan konseling dan edukasi
Edukasi diberikan kepada pasien dan keluarga mengenai
pencegahan rekurensi.
7. Pencegahan: Imunisasi dasar lengkap harus diberikan pada anak
kurang dari 1 tahun.
8. Melakukan dokumentasi pada status rekam medis

6. Bagan Alir

Pemeriksaan fisik
Anamnesa

Pemeriksaan
Terapi Diagnosa
penunjang

konseling dan
Pencegahan:
edukasi
Imunisasi dasar
lengkap

Dokumentasi
1. UGD
7. Unit terkait
2. Poliumum
3. Poli KIA
8. Dokumen 1. Rekam Medis
Terkait

9. Riwayat Tanggal mulai


No Yang dirubah Isi perubahan
Perubahan berlaku
Dokumen
PENANGANAN PERTUSIS
(WHOOPING COUGH)

No. Dokumen : / /SOP /UKP-


AS/ /2017
No. Revisi :
DAFTAR
TILIK TanggalTerbit :
Halaman :

Heri Santosa
UPT PUSKESMAS
ANJIR SERAPAT NIP. 19671226
199203 1 007
Tidak
No Langkah Kegiatan Ya Tidak
berlaku

Apakah petugas melakukanan amnesa keluhan pasien. Keluhan

1 bias beragam tergantung pada stadium perjalanan klinis penyakit


pertusis.

2 Apakah petugas melakukan pemeriksaan fisik

3 Apakah petugas melakukan pemeriksaan penunjang

Apakah petugas menegakkan diagnose Diagnosis ditegakkan


4
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang.
5 Apakah petugas memberikan terapi

Apakah petugas melakukan konseling dan edukasi


6
Apakah pencegahan: Imunisasi dasar lengkap harus diberikan
7
pada anak kurang dari 1 tahun.
Apakah dilakukan dokumentasi pada status rekam medis
8

Jumlah Compliance rate (CR)

Anda mungkin juga menyukai