Anda di halaman 1dari 3

ANGINA PECTORIS STABIL

No. Dokumen : /PKM-BTG/SPO/I/2022

No. Revisi : 01
UPT PUSKESMAS BATANG SPO
Tanggal Terbit :
Andi Ismainar Bahtiar, S.Kep, Ns
Halaman : 1/3 Nip. 19780128 199303 2 005
1. Pengertian Angina pectoris stabil merupakan tanda klinis pertama pada sekitar 50% pasien
yang mengalami penyakit jantung koroner.
2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas di dalam penatalaksanaan kasus angina pectoris
stabil di UPT Puskemas Batang
3. Kebijakan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1186/2022 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
4. Referensi Buku Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer
5. Bahan/Alat -
6. Prosedur/ Langkah- 1. Anamnesis
langkah Keluhan: pasien datang dengan keluhan nyeri dada yang khas, yaitu seperti
rasa ditekan atau terasa berat seperti ditimpa bebab yang sangat berat.
Mempunyai ciri khas:
a. Letak: nyeri daerah sternum atau dibawah sternum (substernal), atau
dada sebelah kiri, kadang menjalar kelengan kiri, punggung, rahang,
leher, atau kelengan kanan, daerah epigastrium, leher, rahang, gigi,
bahu.
b. Kualitas: seperti tertekan benda berat, atau seperti diperas, terasa
panas
c. Nyeri dada timbul saat melakukan aktivitas
d. Nyeri dada berlangsung 1-5 menit, kadang – kadang oerasaan tidak
enak di dada masih terasa setelah nyeri hilang
e. Nyeri dada bisa disertai keringat dingin, mual, muntah, sesak dan pucat

Faktor resiko
Faktor resiko yang tidak dapat diubah
a. Usia: pria > 45 tahun, wanita > 55 tahun (umumnya setelah
menopause)
b. Jenis kelamin: laki – laki 2 kali lebih besar dibanding perempuan
c. Riwayat keluarga
Faktor resiko yang tidak dapat diubah
a. Mayor: peningkatan lipid serum, hipertensi, merokok, konsumsi alkohol,
diabetes melitus
b. Minor: aktivitas fisik kurang, stress psikologik, tipe kepribadian
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sewaktu angina dapat tidak menunjukkan kelainan. Walau jarang pada
auskultasi dapat terdengar derap atrial atau ventrikel dan murmur
sistolik didaerah apeks. Frekuensi denyut jantung dapat menurun,
menetap atau meningkat pada saat serangan.
b. Dapat ditemukan pembesaran jantung
3. Pemeriksaan penunjang: -
4. Penegakan diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis danpemeriksaan fisik
Diagnosis banding: GERD, Gastritis akut

5. Penatalaksanaan
a. Modifikasi gaya hidup
b. Terapi farmakologi
1) Nitrat dikombinasikan dengan β-blocker atau Calcium Channel
Blocker (CCB) non dihidropiridin yang tidak meningkatkan denyut
jantung (misalnya verapamil, diltiazem). Pemberian dosis pada
serangan akut:
 Nitrat 10 mg sublingual dapat dilanjutkan dengan 10 mg peroral
sampai mendapat pelayanan rawat lanjutan di pelayanan
sekunder
 Beta blocker: propanolol 20-80 mg dalam dosis terbagi atau
bisoprolol 2,5-5 mg per 24 jam
 CCB (dipakai bila beta blocker merupakan kontraindikasi);
verapamil 80 mg (2-3 kali sehari), Diltiazem 30 mg (3-4 kali
sehari)
2) Antiplatelet: aspirin 160-320 mg sekali minum pada akut
3) Oksigen dimulai 2L/menit.
6. Kriteria rujukan
Dilakukan rujukan ke layanan sekunder (spesialis jantung atau spesialis
penyakit dalam) untuk tatalaksana lebih lanjut.
7. Dokumentasi dalam rekam medik
7. Diagram Alir
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang
s

Penegakan
Kriteria Penatalaksanaan Diagnosis utama
Rujukan dan diagnosis
banding

Dokumentasi
dalam RM

8. Hal-hal yang perlu 1. Mengontrol emosi dan mengurangi kerja berat dimana membutuhkan
diperhatikan banyak oksigen dalam aktivitasnya
2. Mengurangi konsumsi makanan berlemak
3. Menghentikan konsumsi rokok dan alcohol
4. Menjaga berat badan ideal
5. Mengatur pola makan
6. Melakukan olah raga ringan secara teratur
7. Jika memiliki riwayat diabetes tetap melakukan pengobatan diabetes
secara teratur
9. Unit terkait 1. Poli Umum
2. UGD
3. Apotek
10. Dokumen Terkait Rekam Medik
11 Rekaman Historis
Tanggal Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai