Anda di halaman 1dari 3

PENATALAKSANAAN ANGINA

PEKTORIS
.

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tgl. Terbit :
Halaman : 1/3
UOBF dr. ARDI RINIPTO
PUSKESMAS KLOTOK NIP. 197607202012011001

1. Pengertian Angina pektoris ialah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri
dada yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terasa berat di dada
yang sering menjalar ke lengan kiri
2. Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan penatalaksanaan angina pektoris
3. Kebijakan Keputusan Kepala UOBF Puskesmas Klotok Nomor
440/ /KPTS/414.103.016/2017 tentang Pelayanan Klinis Di
UOBF Puskesmas Klotok
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015
tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur/ 1. Dokter/perawatmelakukan anamnesa tentang keluhan
Langkah- langkah tentangnyeri dada serta waktu serangan nyeri dada. Nyeri dada
bias any terasa di daerah sternum atau dada sebelah kiri dan
terasa seperti ditekan atau ditimpa beban yang sangat berat.
Nyeri timbul saat melakukan aktivitas dan hilang bila
menghentikan aktifitasnya. Bila nyer itimbul saat isitirahat atau
pada waktu tidur malam akibat angina pectoris tidak stabil.
Lamanya serangan 1-5 menit, bila> 20 menit kemungkinan
sindrom korener akut. Dapat disertai dengan gejala keringat
dingin, sesak, lelah, mual, muntah dan pucat
2. Dokter/perawat mencari factor resiko seperti riwayat keluarga,
hipertensi, merokok, peningkatan lipid serum, konsumsi alkohol,
diabetes melitus, kurang aktifitas fisik, stress
3. Dokter/perawat melakukan pemeriksaan fisik meliputi: frekuensi
denyut jantung dapat menurun, menetap atau meningkat pada
waktu serangan angina. Dapat ditemukan pembesaran jantung
4. Dokter/perawat melakukan pemeriksaan penunjang : EKG dan X
ray thoraks
5. Dokter/perawat menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan penunjang
 Angina pectoris stabil : nyeri dada timbul bila melakukan suatu
pekerjaan (seperti setelah berjalan)
 Angina pectoris tidak stabil : angina dapat terjadi pada saat
istirahat maupun bekerja
 Angina prinzmetal (variant angina) : sering terjadi pada saat
istirahat atau tidur
6. Dokter/perawat melakukan penatalaksanaan :
a) Oksigen dimulai 2 L/menit
b) Nitrat dikombinasikan dengan β-blocker atau Calcium Channel
Blocker (CCB) non dihidropiridin yang tidak meningkatkan
denyut jantung (misalnya verapamil, diltiazem). Pemberian
dosis pada serangan akut :
 Nitrat 5 mg sublingual dapat dilanjutkan dengan 5 mg
peroral sampai mendapat pelayanan rawat lanjutan di
pelayanan sekunder
 Beta bloker:
• Propanolol 20-80 mg dalamdosis terbagi atau
• Bisoprolol 2,5-5 mg per 24 jam
 Calcium Channel Blocker (CCB) non dihidropiridine,
dipakai bila Beta Blocker merupakan kontraindikasi,
misalnya:
• Verapamil 80 mg (2-3 kali sehari)
• Diltiazem 30 mg (3-4 kali sehari)
c) Antipletelet : aspirin 160-320 mg sekali minum pada
seranganakut
d) Konseling dan edukasi untuk melakukan modifikasi gaya hidup
7. Dokter/perawat melakukan rujukan ke layanan sekunder
(spesialis jantung atau penyakit dalam) untuk tatalaksana lebih
lanjut

6. Diagram Alir
Petugas menggunakan Petugas melakukan anamnesa
APD

Petugas melakukan pemeriksaan fisik

Petugas melakukanpemeriksaanpenunjang

Petugas meneggakan diagnosa klinis

Petugas melakukan penatalaksanaan

 Oksigen 2 lpm
 Nitrat 5 mg sublingual dilanjutkandengan 5 mg peroral
 Beta bloker (propanolol 20-80 mg dosisterbagiataubisoprolol
2,5-5 mg per 24 jam)
 Atau CCB bila beta blokerkontaindikasi : verapemil 80 mg (2-3
kali sehari), diltiazem 30 mg (3-4 kali sehari)

Rujuk ke layanansekunder

7. Unit terkait  Ruang Pemeriksaan Umum


 Ruang Tindakan

8. Rekaman Historis

2/2
Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
diberlakukan
1 dr. LILIK dr. ARDI RINIPTO
2 UPTD UOBF

3/3

Anda mungkin juga menyukai