Anda di halaman 1dari 2

PENATALAKSANAAN HIPERTENSI (HT)

No. Dokumen : 445/ /PKM-MK/2023


SOP No. Revisi : 00
Tanggal Terbit : 03Januari 2023
Halaman : 1/2
ERFIDA NAFRATILOVA,S.ST
PUSKESMAS
MUARA KUANG NIP. 198907142014032001

1. Pengertian Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik≥ 140 mmHg
dan atau diastolik ≥ 90 mmHg. Kondisi ini seringtan pagejala. Peningkatan tekanan
darah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan komplikasi, seperti stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas dalam penerapan langkah-langkah dalam melakukan
Penatalaksanaan Hipertensi
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor 445/85/PKM-PYR/2022 tentang Penetapan Program
PTM
4. Referensi 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 Tentang
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Penyakit Tidak Menular Tahun 2015-
2019;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 tentang
Puskesmas;
7. Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana HIpertensi, Kemenkes RI,
Direktoral Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Tahun 2013
5. Alat dan 1. ATK
bahan 2. Tensi Darah
3. Stetoskop
4. Timbangan
5. Termometer
6. Langkah- 1. Petugas melakukan Anamnesa :sakit/nyeri kepala, gelisah, jantung berdebar-
langkah debar, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, dan rasa sakit di dada.Keluhan
tidak spesifik antara lain tidak nyaman kepala, mudah lelah dan impotensi. Serta
anamnesis faktor resiko seperti: Riwayat pola makan (konsumsi garam
berlebihan), konsumsi alkohol berlebihan, aktivitas fisik kurang, kebiasaan
merokok, obesitas, dislipidemia, diabetus melitus, psikososial dan stres.
2. Petugas melakukan pemeriksaan Vital sign.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
Tekanan darah meningkat (sesuai kriteria JNC VII). Nadi tidak normal
4. Petugas mendiagnosa pasien berdasarkan Anamnesis dan pemeriksaan fisik
5. Petugas memberikan penatalaksanaan:
i. Hipertensi tanpa compelling indication
ii. Hipertensi stage-1 dapat diberikan diuretik (HCT 12.5-50 mg/hari, furosemid
2x20-80 mg/hari), atau pemberian penghambat ACE (captopril 2x25-100
mg/hari atau enalapril 1-2 x 2,5-40 mg/hari), penyeka treseptor beta (atenolol
25100 mg/hari dosis tunggal,) penghambat kalsium(diltiazemextended release
1x180-420 mg/hari, amlodipin 1x2,5-10 mg/hari, atau nifedipin long acting 30-
60 mg/hari) Atau kombinasi.
iii. Hipertensi stage-2.
Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi selama 2 minggu, dapat
diberikan kombinasi 2 obat, biasanya golongan diuretik, tiazid dan
penghambat ACE atau antagonis reseptor AII (losartan 1-2 x 25- 100 mg/hari)
atau penyekat reseptor beta atau penghambat kalsium.
iv. Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya kontraindikasi dari masing-
masing antihipertensi diatas.Sebaiknya pilih obat hipertensi yang diminum
sekali sehari atau maksimum 2 kali sehari.
v. Hipertensi compelling indication
Bila target tidak tercapai maka dilakukan optimalisasi dosis atau ditambahkan
obat lain sampai target tekanan darah tercapai (kondisi untuk merujuk ke
Spesialis).
7. Petugas memberikan Konseling dan Edukasi

8. Bagan alir
Lakukan Anamnesa

Lakukan
Vital Sign

Lakukan
Pemeriksaan Fisik

Tegakkan
Diagnosa

Lakukan
Penatalaksanaan

Berikan Konseling

9. Hal-hal yang -
perlu
diperhatikan
10. Unit Ruang pelayanan Umum, Lansia
Terkait
11. Dokumen Buku Register
terkait Rekam Medik
12. Rekaman No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai
historis diberlakukan
perubahan

Anda mungkin juga menyukai