KLINIK PRATAMA
TALAGA Sandhy A. Lasimpala
Direktur Klinik
2. RUANG LINGKUP Semua pasien yang dating di unit pelayanan umum di Klinik yang
menderita dispepsia
3. REFERENSI 1. Stein JH. A Lange Clinical Manual Internal Medicine : Diagnosis &
Theraphy. Connecticut : Appleton & Lange, 1993.
2. Rani A, Soegondo S, Uyainah A (editor). Standar Pelayanan Medik
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (Edisi
Khusus). Jakarta: PB PAPDI, 2005
3. DEFINISI Kumpulan gejala atau sindroma yang terdiri atas nyeri ulu hati, mual,
kembung, muntah, rasa penuh atau cepat kenyang dan sendawa.
Diagnosis banding :
4. TANGGUNG JAWAB a. Kepala Unit Poli Umum bertanggung jawab dalam pemantauan
pelaksanaan SPO
b. Tenaga Medis dan Paramedis di Klinik bertanggung jawab dalam
pelaksanaan SPO.
5. KETENTUAN UMUM a. Dievaluasi setiap tahun
b. Apabila direvisi dilaporkan ke kepala Seksi Pelayanan Kesehatan
Klinik Pratama Talaga
c. Dikendalikan dengan daftar tilik
6. PROSEDUR KERJA 1. Perawat memeriksa tanda vital dari pasien dan mencatatnya
dalam buku status pasien.
2. Dokter melakukan anamnesis :
Keluhan yang dirasakan : kembung, nyeri ulu hati, mual,
muntah, tidak nafsu makan
Pola makan sehari-hari
Pola defekasi
Ada / tidak adanya demam
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik :
Keadaan umum pasien
Ada tidaknya nyeri tekan epigastrium
Ada tidaknya dehidrasi
Bising usus dari pasien
4. Dokter memberikan terapi :
Diet buah atau makan yang tidak merangsang
Terapi antasida dan antagonis reseptor H2, penghambat
pompa proton
Terapi simptomatis sesuai dengan gejala yang diderita pasien.
5. Dokter melakukan pemeriksaan penunjang bila dalam
pemantauan selama 4 minggu tidak ada perbaikan klinis, maka
dilakukan pemeriksaan USG atau endoskopi (dirujuk ke RS)
Kontraindikasi
Kontraindikasi disesuaikan kontraindikasi obat yang akan diberikan
pada pasien dyspepsia
Terapi :
1. Suportif : nutrisi (makanan lunak dan tidak merangsang dalam fase
akut)
2. Pengobatan empirik
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik.
Melakukan pemeriksaan thorax
Menilai besar dan irama jantung
Memeriksa paru untuk mencari ronchi
Melakukan pemeriksaan abdomen
Mencari adanya masa
Mencari apakah ada pembesaran hati dan ginjal.
Memeriksa ekstremitas
Memeriksa warna dan kontur kulit
Menilai fungsi motoric (adakah kelemahan otot, fraktur,
ataupun kontraktur) dan fungsi sensorik.
Menilai pulsasiarteri perifer.
Mencari edema.
4. Dokter melakukan terapi dengan acuan :
Diuretik
HCT 1 x 12,5 – 25 mg
Spironolakton 1-2 x 25 mg
Penghambat adrenergic :
Klonidin 2 x 0,75 – 1,5 mg
Reserpin 1 x 0,05 – 0,25 mg
Penyekat alfa 1
Prazosin 2 x 1 – 8 mg
Penyekat beta
Metoprolol 1 x 50 -200 mg
Atenolol 1 x 25 – 150 mg
Propranolol 2 x 40 – 160 mg
Vasodilator
Hidralazin 2 x 50 – 150 mg
Penghambat ACE
Captopril 1 – 3 x 12,5 – 50 mg
Lisinopril 1 x 5 – 20 mg
Ramipril 1 x 2,5 – 10 mg
Imidapril 1 x 5 – 10 mg
Penghambat Kalsium
Diltiazem 2 – 3 x 60 – 120 mg
Nifedipin 3 x 10 – 20 mg
Amlodipin 1 x 5 – 10 mg
Untuk kasus krisis hipertensi, gawat atau darurat, diberikan
captopril sublingual 12,5 mg – 50 mg per oral atau sublingual
bila tidak dapat menelan (dapat diulangi tiap 15 menit sampai
dengan tercapai penurunan MAP sebanyak 25% dari MAP
awal. Perkecualian pada stroke, penurunan hanya boleh 20%
dan khusus pada stroke iskemik, tekanan darah baru
diturunkan secara bertahap bila sangat tinggi > 220/130
mmHg dan dilakukan dalam waktu 2 jam). Setelah diyakinkan
tidak ada tanda hipoperfusi organ, penurunan dapat
dilanjutkan dalam 12 – 16 jam selanjutnya sampai mendekati
normal. Penurunan tekanan darah pada hipertensi urgensi
dilakukan secara bertahap dalam waktu 24 jam.
5. Medis memberikan pengantar laboratorium bila diperlukan
6. Medis memberikan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan.
7. Medis mengingatkan pasien unruk control Kembali sesuai waktu
yang telah disepakati.
8. Setelah mendapatkan terapi maka pasien mengambil obat di
apotek.