Anda di halaman 1dari 4

PELAYANAN PASIEN DISPEPSIA

No. Dokumen : 000/SPO/PKP/KPT/IV/2023


STANDAR
No. Revisi : -
PROSEDUR
Tanggal Terbit : 21 April 2023
OPERASIONAL Halaman : ½

KLINIK PRATAMA
TALAGA Sandhy A. Lasimpala

Direktur Klinik

1. TUJUAN Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan dyspepsia dan mecegah


terjadinya komplikasi.

2. RUANG LINGKUP Semua pasien yang dating di unit pelayanan umum di Klinik yang
menderita dispepsia

3. REFERENSI 1. Stein JH. A Lange Clinical Manual Internal Medicine : Diagnosis &
Theraphy. Connecticut : Appleton & Lange, 1993.
2. Rani A, Soegondo S, Uyainah A (editor). Standar Pelayanan Medik
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (Edisi
Khusus). Jakarta: PB PAPDI, 2005

3. DEFINISI Kumpulan gejala atau sindroma yang terdiri atas nyeri ulu hati, mual,
kembung, muntah, rasa penuh atau cepat kenyang dan sendawa.

Diagnosis : Anamnesis terdapatnya Kumpulan gejala tersebut di atas.

Diagnosis banding :

1. Penyakit refluks gastroesofageal


2. Irritable Bowel Syndrome
3. Karsinoma saluran cerna bagian atas
4. Kelainan pancreas
5. Sindroma coroner akut

4. TANGGUNG JAWAB a. Kepala Unit Poli Umum bertanggung jawab dalam pemantauan
pelaksanaan SPO
b. Tenaga Medis dan Paramedis di Klinik bertanggung jawab dalam
pelaksanaan SPO.
5. KETENTUAN UMUM a. Dievaluasi setiap tahun
b. Apabila direvisi dilaporkan ke kepala Seksi Pelayanan Kesehatan
Klinik Pratama Talaga
c. Dikendalikan dengan daftar tilik
6. PROSEDUR KERJA 1. Perawat memeriksa tanda vital dari pasien dan mencatatnya
dalam buku status pasien.
2. Dokter melakukan anamnesis :
 Keluhan yang dirasakan : kembung, nyeri ulu hati, mual,
muntah, tidak nafsu makan
 Pola makan sehari-hari
 Pola defekasi
 Ada / tidak adanya demam
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik :
 Keadaan umum pasien
 Ada tidaknya nyeri tekan epigastrium
 Ada tidaknya dehidrasi
 Bising usus dari pasien
4. Dokter memberikan terapi :
 Diet buah atau makan yang tidak merangsang
 Terapi antasida dan antagonis reseptor H2, penghambat
pompa proton
 Terapi simptomatis sesuai dengan gejala yang diderita pasien.
5. Dokter melakukan pemeriksaan penunjang bila dalam
pemantauan selama 4 minggu tidak ada perbaikan klinis, maka
dilakukan pemeriksaan USG atau endoskopi (dirujuk ke RS)

Kontraindikasi
Kontraindikasi disesuaikan kontraindikasi obat yang akan diberikan
pada pasien dyspepsia
Terapi :
1. Suportif : nutrisi (makanan lunak dan tidak merangsang dalam fase
akut)
2. Pengobatan empirik
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik.
 Melakukan pemeriksaan thorax
 Menilai besar dan irama jantung
 Memeriksa paru untuk mencari ronchi
 Melakukan pemeriksaan abdomen
 Mencari adanya masa
 Mencari apakah ada pembesaran hati dan ginjal.
 Memeriksa ekstremitas
 Memeriksa warna dan kontur kulit
 Menilai fungsi motoric (adakah kelemahan otot, fraktur,
ataupun kontraktur) dan fungsi sensorik.
 Menilai pulsasiarteri perifer.
 Mencari edema.
4. Dokter melakukan terapi dengan acuan :
 Diuretik
 HCT 1 x 12,5 – 25 mg
 Spironolakton 1-2 x 25 mg
 Penghambat adrenergic :
 Klonidin 2 x 0,75 – 1,5 mg
 Reserpin 1 x 0,05 – 0,25 mg
 Penyekat alfa 1
 Prazosin 2 x 1 – 8 mg
 Penyekat beta
 Metoprolol 1 x 50 -200 mg
 Atenolol 1 x 25 – 150 mg
 Propranolol 2 x 40 – 160 mg
 Vasodilator
 Hidralazin 2 x 50 – 150 mg
 Penghambat ACE
 Captopril 1 – 3 x 12,5 – 50 mg
 Lisinopril 1 x 5 – 20 mg
 Ramipril 1 x 2,5 – 10 mg
 Imidapril 1 x 5 – 10 mg
 Penghambat Kalsium
 Diltiazem 2 – 3 x 60 – 120 mg
 Nifedipin 3 x 10 – 20 mg
 Amlodipin 1 x 5 – 10 mg
 Untuk kasus krisis hipertensi, gawat atau darurat, diberikan
captopril sublingual 12,5 mg – 50 mg per oral atau sublingual
bila tidak dapat menelan (dapat diulangi tiap 15 menit sampai
dengan tercapai penurunan MAP sebanyak 25% dari MAP
awal. Perkecualian pada stroke, penurunan hanya boleh 20%
dan khusus pada stroke iskemik, tekanan darah baru
diturunkan secara bertahap bila sangat tinggi > 220/130
mmHg dan dilakukan dalam waktu 2 jam). Setelah diyakinkan
tidak ada tanda hipoperfusi organ, penurunan dapat
dilanjutkan dalam 12 – 16 jam selanjutnya sampai mendekati
normal. Penurunan tekanan darah pada hipertensi urgensi
dilakukan secara bertahap dalam waktu 24 jam.
5. Medis memberikan pengantar laboratorium bila diperlukan
6. Medis memberikan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan.
7. Medis mengingatkan pasien unruk control Kembali sesuai waktu
yang telah disepakati.
8. Setelah mendapatkan terapi maka pasien mengambil obat di
apotek.

8. ARSIP TERKAIT 1. Rekam Medik


2. Buku Register
3. Formular Inform Concern
4. Formular resep obat dalam dan luar
5. Formular rujukan (JKN dan Umum)
6. Formular Surat Keterangan Sakit.
7. Formular Laboratorium
9. UNIT TERKAIT 1. Unit Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Unit Gawat Darurat
3. Unit Rawat Inap
4. Apotek
5. Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai