Anda di halaman 1dari 18

Tugas Pelayanan Resep

“Skrining Resep, SOP Pelayanan Resep dan


Dispensing”

KELOMPOK 12 :
1. POPPY AGUSTIN
2. PUTRI SAIMI NURAS
3. RAFIKA MUHARRAMAH
4. RAHMATUL HIDAYANI
5. RAIDHATUL ULFA
Pengertian Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter


atau dokter gigi, kepada apoteker, bak dalam bentuk
paper maupun elektronik untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang
beraku (Permenkes No 72 Tahun 2016, tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit).
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter umum,
dokter gigi, dokter hewan, dokter spesialis kepada
apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat
kepada pasien.
APOGRAPH (salinan resep)

Menurut Kepmenkes no.280 th 1981: Salinan


resep adalah salinan yang dibuat apotek, selain
memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep
asli harus memuat pula: nama dan alamat apotek,
nama dan SIA, tanda tangan atau paraf APA, det/
detur untuk obat yang sudah diserahkan atau ne detur
untuk obat yang belum diserahkan, nomor resep dan
tanggal pembuatan.
Alur Pelayanan Resep
Skrining Resep
No Uraian Pada resep
Ada Tidak
Inscriptio
1 Nama dokter 
2 SIP dokter 
3 Alamat dokter 
4 No. Telp/Hp 
5 Tempat & tanggal resep 
Invocatio
1 Tanda R/ 
Prescriptio
1 Nama obat 
2 Dosis obat 
3 Jumlah obat V
Signatura
1 Nama pasien 
2 Jenis kelamin 
3 Umur pasien 
4 Berat badan pasien 
5 Alamat pasien 
6 Aturan pakai obat 
7 Iter/ tanda lainnya 
Subcriptio
8 Tanda Tangan/Paraf Dokter 
Informasi obat
1. Captopril
Komposisi Captopril 50 mg
Indikasi Terapi hipertensi, CHF pada pasien yang tidak responsif terhadap terapi
konvensional, disfungsi ventrikuler kiri setelah MI, neuropati diabetik.
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap captopril atau ACE Inhibitor lainnya.
Efek Samping Batuk kering, rash, pruritus, proteinuria, takikardia, nyeri pada dada,
palpitasi.
Interaksi • Guanethidine, β-bloker : meningkatkan efek hipotensi
• Antasida : menurunkan laju absorpsi captopril
• Simetidin : neuropati
• Digoksin : meningkatkan konsentrasi serum digoxin pada pasien CHF
Dosis Dewasa:
Initial dose : 25 mg 2-3x sehari, lalu dosis ditingkatkan setelah 1-2 minggu
jika efek yang diinginkan tidak tercapai.
Dosis harian : 25-150 mg 2-3x sehari , tidak lebih dari 50 mg 3xsehari.
Dosis maksimal sehari 450 mg
Anak-anak:
0,01-0,5 mg/kgBB/hari
Kategori Kehamilan D (trimester 2 dan 3), C (trimester 1)
2. Aspilet (Asetosal 80 mg)

Komposisi Asetosal 80 mg

Indikasi Demam, Nyeri, Demam Reumatik, TIAs dan Stroke iskemik akut,
Pencegahan CAD dan MI, Anti Platelet

Kontraindikasi Hipersensitif terhadap aspirin atau obat NSAID

Efek Samping Angioedema, bronkospasme, CNS alteration, masalah kulit, gangguan


pencernaan, hepatotoxic, gangguan pendengaran, mual, muntah,
prematur hemolisis, edema pulmonary, gangguan ginjal, urtikaria,
ruam.
Interaksi Ibuprofen, ketorolac, methotrexate, probenezid, ticlopidine

Dosis Jika perlu dapat diberikan tiap 3 jam : Bayi: ½ -1 tab; 2-3thn: 1tab; 4-
5thn 2tab; 6-9thn 4tab.

Kategori Kehamilan C, D pada trimester ke 3


3. ISDN
Komposisi Isosorbid dinitrat

Indikasi Pengobatan dan pencegahan serangan angina pektoris, gagal jantung, dan infark
miokard. Obat ini juga dapat digunakan sebelum memulai suatu kegiatan atau
stres yang mungkin memprovokasi serangan.
(Martindale 36th, hal 1318)

Kontra indikasi Hipersensitivitas, pengguna nitrat, gangguan GI mortilitas, sindrom


malabsorpsi, syok kardiogenik, hipotensi, anemia berat.
(AHFS, 2011)
Efek samping Hemolisis, sakit kepala, toleransi nitrat, edema, mual.
(Martindale 36th, hal 1317)

Interaksi obat Meningkatkan efek hipotensi dengan alkohol, nitrit, antihipertensi, dan
fenotiazin.
(AHFS, 2011)
Dosis Angina akut: sublingual 2,5-10 mg
Angina jangka panjang: oral 20-120 mg sehari dalam dosis terbagi sesuai dengan
kebutuhan pasien (dosis maksimu 240 mg sehari dalam dosis terbagi).
Gagal jantung: 5-10 mg (sublingual) setiap 2 sampai 3 jam, atau dalam dosis oral
30-160 mg sehari dalam dosis terbagi. (dosis maksimu 240 mg sehari dalam
dosis terbagi).
(Martindale 36th, hal 1318)
Kategori C
kehamilan (AHFS, 2011)
4. Furosemid
Komposisi Furosemid

Indikasi Pengobatan hipertensi dan edema terkait dengan CHF, sirosis hati, dan penyakit
ginjal (misalnya, sindrom nefrotik); sebagai diuretik pilihan untuk sebagian besar
pasien dengan CHF; manajemen IV edema paru akut (dalam kombinasi dengan
oksigen dan glikosida jantung).
(AHFS, 2011& Martindale 36th, hal 1294)
Kontra Anuria, hipersensitivitas, koma hepatik, gangguan fungsi ginjal atau hati,
indikasi hipokalemia, hiponatremia dengan atau tanpa hipotensi.
(AHFS, 2011 & Martindale 36th, hal 1292)
Efek Gangguan pencernaan ringan, kehilangan Ca, K, Na. Nefrokalsinosis pada bayi
samping prematur, metabolik alkalosis, diabetes. Syok anafilaktik, depresi sumsum tulang,
reaksi alergi, pankreatitis akut, gangguan pendengaran.
(Martindale 36th, hal 1293)
Interaksi Dengan alkohol : memperburuk hipotensi ortostatik
obat Anikonvulsan (misalnya, natrium fenitoin, fenobarbital) : penurunan efek diuretik
Antidiabetes (misalnya, insulin, obat oral) : Efek antagonisme hipoglikemik akibat
hipokalemia
Antihipertensi: hipotensi ortostatik
Aminoglikosida, sisplatin: peningkatan ototoksisitas
Aminoglikosida, sefaloridin: peningkatan nefrotoksisitas
Penghambat ACE: penurunan tekanan darah secara tajam
Indometasin: antagonisme
Salisilat, teofilin, litium, relaksan otot: potensiasi efek
(AHFS, 2011)
Dosis Pediatric:
Edema: Oral: 2 mg/kg diberikan sebagai dosis tunggal. Jika perlu,
ditingkatkan sebanyak 1 atau 2 mg/kg setiap 6-8 jam sampai maksimal 6
mg/kg.
Hipertensi: Oral: Dosis awalnya, 0,5-2 mg/kg diberikan sekali atau dua kali
sehari. Dapat ditingkatkan seperlunya hingga maksimal 6 mg/kg sehari.

Dewasa:
Edema: Oral: 20-80 mg diberikan sebagai dosis tunggal, sebaiknya di pagi
hari. Jika diperlukan, ulangi dosis yang sama 6-8 jam kemudian atau
meningkatkan dosis dengan 20-40 mg dan memberikan tidak lebih cepat
dari 6-8 jam setelah dosis terakhir sampai diinginkan respon diuretik
Hipertensi: Oral: 40 mg dua kali sehari
(AHFS, 2011)
Kategori C, D jika digunakan pada hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan.
kehamilan (AHFS, 2011)
SOP Pelayanan Resep

 PELAYANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT


KESEHATAN DENGAN RESEP

1. TUJUAN
 Prosedur Ini dibuat untuk pelaksanaan pelayanan terhadap
permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
2. PENANGGUNGJAWAB
 Apoteker Pengelola Apotek
3. Prosedur
 Skrining Resep (dilakukan oleh Apoteker)
 Penyiapan Sediaan Farmasi
 Penyerahan Sediaan Farmasi ((dilakukan oleh Apoteker)
 PELAYANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT
KESEHATAN DENGAN RESEP RACIKAN

1. TUJUAN
 Prosedur Ini dibuat untuk pelaksanaan pelayanan terhadap
permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
2. PENANGGUNGJAWAB
 Apoteker Pengelola Apotek
3. Prosedur
 Skrining Resep (dilakukan oleh Apoteker)
 Penyiapan Sediaan Farmasi
 Penyerahan Sediaan Farmasi ((dilakukan oleh Apoteker)
PELAYANAN RESEP NARKOTIKA

1. TUJUAN
 Prosedur Ini dibuat untuk pelaksanaan pelayanan terhadap
permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
2. PENANGGUNGJAWAB
 Apoteker Pengelola Apotek
3. Prosedur
 Penyiapan Sediaan Farmasi
 Penyerahan Sediaan Farmasi ((dilakukan oleh Apoteker)

Sumber :
 Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2011. Pedoman Cara
Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB). Jakarta: KemenKes dan IAI.
Dispensing

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN


2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK
Dispensing terdiri dari :
 penyiapan,
 penyerahan dan
 pemberian informasi Obat.
Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal sebagai
berikut:

1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep


2. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket
4. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan
terpisah untuk Obat yang berbeda untuk menjaga mutu
Obat dan menghindari penggunaan yang salah.
Setelah penyiapan Obat dilakukan hal sebagai berikut:

 Sebelum Obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan


pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien
pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah Obat
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan Resep)
 Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien
 Menyerahkan Obat yang disertai pemberian informasi
Obat
 Membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan
diparaf oleh Apoteker (apabila diperlukan)
Daftar Pustaka

 Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2011. Pedoman


Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB). Jakarta: KemenKes dan IAI.
 MCEvoy, Gerald. 2011. AHFS Drug Information. Bethesda : Maryland
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 72 Tahun 2016, tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
 Sweetman S.2009. Martindale 36th Edition. London: Pharmaceutical Press

Anda mungkin juga menyukai