FARMAKOTERAPI HIIPERTENSI
Disusun oleh:
Nama
NPM
260110132003
260110132004
ROSHINI MARIAPPAN
260110132006
TARRSINEY MARIAPPAN
260110132007
NISHANTINI SOMALU
260110132008
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....i
KATA PENGANTAR......ii
DAFTAR ISI....iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........1
1.2 Identifikas Masalah......2
1.3 Metode Penulisan.....2
1.4 Tujuan..3
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hipertensi....4
2.2 Patofisiologi Hipertensi ...5
2.3 Manifestasi klinik terhadap Hipertensi ...7
2.4 Diagnosa terhadap Hipertensi ..........9
2.5 Hasil terapi yang diinginkan terhadap Hipertensi .10
2.6 Penanganan terapi non farmakologi dan terapi farmakologi terhadap
Hipertensi ...................................14
2.7 Contoh kasus dan solusinya..21
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan........24
DAFTAR PUSTAKA..25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang serius, tingkat keganasannya
mengakinatkan kecacatan permanen atau bahkan kematian. Pengobatannya yang
mahal dan berjangka waktu lama akan menjadika seseorang yang menderitanya
akan terbebani. Penyakit ini cenderung mengalami peningkatan dimasa yang akan
datang. Dalam beberapa penelitian, hipertensi dapat menyebabkan berbagai
penyakit lain seperti penyakit stroke, gangguan jantung dan ginjal. Disebut juga
sebagai Pembunuh diam-diam sebab penyakit hiertensi tidak menimbulkan
gejala yang spesifik (Brunner & Suddarth, 2002 : 896). [14]
Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan
kenaikan tekanan darah lebih dari batas normal yaitu 140/90 mmHg. Lebih dari
50% pasien yang menderita hipertensi tidak menyadari dirinya sebagai penderita
hipertensi. Terdiri dari 70 % adalah hipertensi ringan dan 90% hipertensi esensial,
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi merupakan penyebab
kematian ketiga setelah stroke dan tuberkulosis (Gunawan, Lany, dr., 2008). [8]
Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer yang telah dikalibrasi
dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien
beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit
selama lima menit sampai tiga puluh menit setelah merokok atau minum kopi.
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi
esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk
membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang
diketahui. Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC
VII) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok
normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (Kaplan N.M., 2006). [9]
3) Buku
1.4 Tujuan
Tujuan dari pembuat makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas kuliah juga
agar kita mengetahui apa saja yang berhubungan dengan Hipertensi, serta bagaimana
cara mencegah, diagnose, hasil yang diinginkan dan penanganan terapi secara non
farmakologi dan farmakologi. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami sehingga
dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dalam bidang farmasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hipertensi
2.1.1 Definisi Hipertensi
pola konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh (National
Institute for Health and Clinical Excellence, 2006). [12]
Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke, kelemahan jantung,
penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang berakibat pada
kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung yang dapat
berakibat kecacatan bahkan kematian. Hipertensi atau yang disebut the silent killer
yang merupakan salah satu faktor resiko paling berpengaruh penyebab penyakit
jantung (cardiovascular) (National Institute for Health and Clinical Excellence, 2006).
[12]
Renin adalah suatu enzim protein yang dilepaskan oleh ginjal bila
tekanan arteri turunsangat rendah.kemudian, enzim ini meningkatkan tekanan
arteri melalui beberapa cara,jadimembantu mengoreksi penurunan awal
tekanan.Renin di sintesis dan di simpan dalam bentuk inaktif yang disebut
prorenin didalam sel-sel jukstoglomerular (sel JG) Di ginjal.sel JG merupakan
modifikasi dari sel otot polos yangterletak di dinding arteriol aferen,tepat di
proksimal glomeruli. Bila tekanan arteri turun, reaksiintrinsic didalam ginjal
itu sendiri menyebabkan banyak molekul prorenin didalam sel JG teruraidan
melepaskan renin. Renin bekerja secara enzimatik pada protein plasma
tekanan
arteri.
Pengaruh
yang
pertama,
yaitu
aliran
darah
ke
medulla
ginjal
menurun
penunjang
meliputi
9
laboratorium
rutin,
kimia
darah
keseluruhan
dari
mengobati
hipertensi
adalah
untuk
penyakit ginjal). Walaupun mengurangi risiko itu tetap tujuan utama pada
terapi hipertensi, namun pilihan terapi obat juga dipengaruhi secara signifikan
dengan bukti menunjukkan pengurangan risiko tersebut (Dipiro, 2008). [7]
2.5.2 Tujuan Pengganti Terapi (Surrogate Goal of Therapy)
Merawat pasien hipertensi untuk mencapai target yang diinginkan
pada nilai BP (Blood Pressure) hanyalah suatu tujuan pengganti terapi.
Mengurangi nilai BP untuk menargetkan tidak menjamin bahwa kerusakan
target organ tidak akan terjadi. Namun, pencapaian sasaran nilai BP dikaitkan
dengan rendahnya risiko penyakit kardiovaskular dan kerusakan target organ.
Untuk menargetkan tujuan nilai BP merupakan parameter yang digunakan
oleh dokter dengan mudah untuk mengevaluasi respon terhadap terapi dan
metode utama yang digunakan untuk menentukan kebutuhan titrasi dan
rejimen modifikasi (Dipiro, 2008).[7]
Kebanyakan pasien memiliki tujuan BP kurang dari 140/90 mm Hg.
Namun, tujuan ini diturunkan menjadi kurang dari 130/80 mm Hg untuk
pasien dengan diabetes atau penyakit ginjal kronis (Dipiro, 2008).[7]
11
12
diagnosis
definitive
hipertensi
dibuat,
pasien
harus
ditempatkan pada kedua-dua gaya hidup modifikasi dan terapi obat secara
bersamaan. Gaya hidup modifikasi saja dianggap terapi yang tepat untuk
pasien dengan pre-hipertensi. Namun, gaya hidup modifikasi sendirian tidak
dianggap memadai untuk pasien dengan hipertensi atau pasien dengan tujuan
BP kurang dari 130/80 mm Hg (paisen dengan diabetes dan penyakit ginjal
kronis) yang memiliki nilai-nilai BP atas sasaran mereka (Michael, 2005).[11]
Pilihan terapi obat awal tergantung pada derajat elevasi BP dan adanya
indikasi kuat. Kebanyakan pasien dengan hipertensi tahap 1 harus
diperlakukan awalnya dengan a thiazide jenis diuretik. Bagi sebagian besar
pasien dengan elevasi BP lebih parah (Tahap 2 hipertensi), dianjurkan terapi
obat kombinasi dengan salah satu agen sebaiknya menjadi thiazide jenisdiuretik. Pendekatan umum ini diuraikan dalam [Gambar. 13-2]. Ada enam
indikasi di mana golongan obat spesifik antihipertensi memiliki bukti
menunjukkan dari manfaat yang unik [Gambar. 13-3] dibawah (Michael,
2005). [11]
13
14
saja.
pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi;
mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari
menggunakan obat.10 Program diet yang mudah diterima adalah yang
didisain untuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien
yang gemuk dan obes disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol.
Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan moril.(National
Institute for Health and Clinical Excellence, 2006) [12]
Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien
mengerti rasionalitas intervensi diet:
a. Hipertensi 2 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orang
dengan berat badan ideal
b. Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk (overweight)
c. Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapat
menurunkan tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk
d. Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang juga
prekursor dari hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat
berlanjut ke DM tipe 2, dislipidemia, dan selanjutnya ke penyakit
kardiovaskular.
e. Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat
menurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi.
f. Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam,
kebanyakan pasien mengalami penurunaan tekanan darah sistolik
dengan pembatasan natrium.
(National Institute for Health and Clinical Excellence, 2006) [12]
JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan
buah, sayur, dan produk susu redah lemak dengan kadar total lemak dan
15
16
Ada 9 kelas obat antihipertensi, iaitu; Diuretik, penyekat beta, penghambat enzim
konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan antagonis
kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama.
Golongan Obat Antihipertensi:
1. DIURETIK
Mekanisme: Diuretik tiazid adalah diuretic dengan potensi menengah yang
menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat reabsorpsi sodium pada
daerah awal tubulus distal ginjal, meningkatkan ekskresi sodium dan volume
urin. Tiazid juga mempunyai efek vasodilatasi langsung pada arteriol,
sehingga dapat mempertahankan efek antihipertensi lebih lama. Tiazid
diabsorpsi baik pada pemberian oral, terdistribusi luas dan dimetabolisme di
hati.
Misalnya: Thiazide, Diuretik hemat kalium, Antagonis aldosterone(The
National Collaborating Centre for Chronic Conditions, 2006) [12]
2. INHIBITOR ACE
Mekanisme: Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEi) menghambat
secara kompetitif pembentukan angiotensin II dari prekursor angiotensin I
yang inaktif, yang terdapat pada darah, pembuluh darah, ginjal, jantung,
kelenjar adrenal dan otak. Angitensin II merupakan vasokonstriktor kuat
yang memacu penglepasan aldosteron dan aktivitas simpatis sentral dan
perifer. Penghambatan pembentukan angiotensin iI ini akan menurunkan
tekanan darah. Jika sistem angiotensinreninaldosteron teraktivasi (misalnya
pada keadaan penurunan sodium, atau pada terapi diuretik) efek antihipertensi
ACEi akan lebih besar. ACE juga bertanggungjawab terhadap degradasi kinin,
termasuk bradikinin, yang mempunyai efek vasodilatasi. Penghambatan
degradasi ini akan menghasilkan efek antihipertensi yang lebih kuat.
Misalnya: Captopril, Benazepril, delapril, analapril maleat, fosinopril,
lisinopril, perindopril, kuinapril, ramipril, silazapril(Wright JT, 2005) [20]
17
memperantarai
respon
farmakologis
angiotensin
II,
seperti
mungkin
bermanfaat.
Antagonis
reseptor
angiotensin
II
Beta blocker
18
19
Tabel 2: Target tekanan darah untuk terapi farmakologis (British National Formulary,
2006) [1]
20
Kasus:
Lanjut usia (lansia) adalah proses menjadi lebih tua dengan umur mencapai 45
tahun keatas. Seorang manusia yang mengalami proses ini akan mengalami
kemunduran fisik, mental, dan sosial. Salah satu contoh kemunduran fisik pada lansia
adalah rentannya lansia terhadap penyakit, khususnya penyakit degeneratif. Penyakit
degeneratif yang umum diderita lansia salah satunya adalah hipertensi. Salah satu
komplikasi dari hipertensi adalah stroke. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
21
kadar asam urat pada wanita lanjut usia akan meningkat, khususnya pada wanita yang
sudah mengalami menopause. Menurunnya kadar hormon estrogen pada masa
menopause diduga menjadi faktor utama peningkatan kadar asam urat. Laporan kasus
ini memaparkan penatalaksanaan secara holistik dan komprehensif pada seorang
pasien wanita berusia 83 tahun, dengan riwayat ypenyakit hipertensi, artritis gout, dan
stroke. Pasien memiliki pola berobat kuratif dan pengetahuan yang kurang tentang
hipertensi, stroke, dan artitis gout. Perempuan lanjut usia yang telah mengalami
menopause dan memiliki masalah penyakit degeneratif seperti hipertensi dan gout
merupakan sebuah masalah yang kompleks. Oleh karena itu, dibutuhkan partisipasi
dan dukungan pelaku rawat dan keluarga yang optimal dalam memotivasi,
mengingatkan, serta memperhatikan pasien dalam penatalaksanaan penyakitnya.
Dokter tidak hanya berperan menyelesaikan masalah klinis pasien, tetapi juga
mencari dan member solusi atas permasalahan-permasalahan dalam lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan pasien dan keluarga. Mengklaim control glikemik yang
baik.
Diskusi profil:
Kehadiran trigliserida yang tinggi dan kolesterol total, bersama dengan LDL
yang rendah dan HDL di profil lipid dikonfirmasi
mempunyai penyakit
seperti hiperlipidemia.
22
Pasien merespon baik terhadap terapi anti-lipid dengan resolusi arthritis dan
normalisasi parameter inflamasi.
Dalam kasus ini, penyakit demam bisa memicu sebuah episode inflamasi.
kemudian potensial oleh hiperlipidemia, bisa memicu respons peradangan
ditingkatkan.
23
BAB III
PENUTUP
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi
lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg. Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara
terus menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90
mmHg. Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan
kardiak output. Dikenal lima kelompok obat lini pertama (first line drug) yang
digunakan untuk pengobatan awal hipertensi yaitu : diuretik, penyekat reseptor beta
adrenergik (-blocker), penghambat angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor),
penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin-receptor blocker, ARB), dan antagonis
kalsium.
24
DAFTAR PUSAKA
1
10
25
11
Michael Brown, Andrew Hall, Karen G. Edmonson, and Peter J. Boyle. 2005.
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Sixth Edition. United States
of America: The McGraw-Hill Companies, Inc.
12
13
14
15
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3, Balai
Penerbit FKUI. Jakarta
16
17
The National
Collaborating
Centre for
Chronic Conditions.
2006.
19
20
Wright JT, Dunn JK, Cutler JA, Davis BR, Cushman WC, Ford CE. 2005.
Outcomes in hypertensive black and nonblack patients treated with
chlortalidone, amlodipine and lisinopril. JAMA ; 293:15951608.
26