Anda di halaman 1dari 22

Obat inhibitor sistem

Angiotensin
Bill Fikra Muchtadi (210205115)
Farida Hanum Sholihin (210205116)
Aina Zuhra (210205117)
Amira Naifa Az zahra (210205118)
Annisa Ulkhairat (210205120)
Salsabila Nugraha (210205121)
Penghambatan Reseptor Angiotensin
Angiotensin reseptor blocker (ARB) merupakan salah satu
obat antihipertensi yang bekerja dengan cara menurunkan
tekanan darah melalui renin-angiotensin-aldosterone. ARB
mampu menghambat angiotensin II berikatan dengan
reseptornya, sehingga secara langsung akan menyebabkan
vasodilatasi, penunrunan produksi vasopressin, dan
mengurangi sekresi aldosterone. Ketiga efek ini secara
berasma-sama menyebabkan penurunan tekanan darah
Angiotensin Reseptor Blocker (ARB) merupakan kelompok obat yang
memodulasi sistem RAS dengan cara menginhibisi ikatan angiotensin II
dengan reseptornya, yaitu pada reseptor AT1 secara spesifik. Semua kelompok
ARB memiliki afinitas yang kuat ribuan bahkan puluhan ribu kali lebih kuat
disbanding angiotensin II dalam berikatan dengan reseptor AT1.

Akibat penghambatan ini,maka angiotensin II tidak dapat bekerja pada reseptor


AT1, yang secara langsung memberikan efek vasodilatasi, penurunan
vasopressin, dan penurunan aldosterone, selain itu, penghambatan tersebut juga
berefek pada penurunan retensi air dan Na dan penurunan aktivitas seluler yang
merugikan (misalnya hipertofi).
Efek Samping
Secara umum dan melalui berbagai penelitian, ARB relative
aman dan jarang sekali menimbulkan komplikasi fatal. Tetapi
beberapa keluhan yang pernah dilaporkan,antara lain pusing,
sakit kepala, dan hiperkalemia. ARB juga dapat menimbulkan
hipotensi ortostatik, rash, diare, dyspepsia, abnormalitas
fungsi liver, kram otot,mialgia,nyeri punggung, insomnia,
penurunan level hemoglobin,dan kongesti nasal.
Klasifikasi Obat Penghambat
Reseptor Angiotensin
penggunaan obat anti angiotensin menjadi terapi pilihan pertama pada
pasien penyakit ginjal kronis yaitu golongan obat penghambat / inhibitor
ACE (ACE-I) dan penghambat reseptor angiotensin (ARBs). Angiotensin-
Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I) atau Angiotensin Receptor
Blockers (ARB) adalah obat yang biasa digunakan dalam penanganan
penyakit ginjal kronis dan sudah terbukti memiliki efek dalam penurunan
tekanan darah dan kadar inflamasi pada pasien PGK namun hubungan
obat tersebut dengan indikator inflamasi Hs-CRP masih belum diketahui
dengan jelas.
Farmakologi Obat Inhibitor Sistem
Angiotensin
1. Valsartan

● Valsartan adalah obat antihipertensi golongan


angiotensin II receptor blocker (ARB). Efek
antihipertensi valsartan terjadi melalui inhibisi
terhadap reseptor angiotensin II. Inhibisi tersebut
menimbulkan vasodilatasi, mencegah
peningkatan aktivitas simpatis, serta menghambat
pelepasan aldosterone sehingga menghambat
retensi sodium.

● Valsartan terdapat dalam kemasan tablet 40 mg.


80 mg. 160 mg. dan 320 mg, menyesuaikan
rentan dosis harian yang direkomendasikan yaitu
40-320
Nama Obat Valsartan
1 Brand Novartis Indonesia

2 Product Code G

3 Komposisi Valsartan

4 Indikasi Pengobatan hipertensi, terapi gagal jantung pada pasien yang


intoleransi terhadap ACE inhibitor. Pasca infark miokard.

5 Dosis Untuk hipertensi 80 mg 1 kali hari dapat ditingkatkan


sampai 160 mg/hari atau dapat ditambah diuretik jika TD belum
dapat terkontrol. Untuk gagal jantung: awal 40 mg 2 kali hari.
Maksimal: 320 mg/hari dalam dosis terbagi. Untuk pasca infark
miokard: awal 20 mg 2 kali/hari.

6 Pemberian Obat Diberikan sebelum atau sesudah makan.

7 Kontra Indikasi Hamil, laktasi, kerusakan hati yang berat, sirosis, obstruksi
bilier.
8 Perhatian Pasien dengan deplesi Na atau vol cairan tubuh, stenosis arteri
ginjal unilateral atau bilateral, gangguan ginjal dan hati, obstruksi
saluran empedu. Pada gagal jantung tidak dianjurkan penggunaan
bersama valsartan, ACA inhibitor, dan β-bloker. Hati-hati untuk
memulai terapi pada pasien gagal jantung atau pasca infark
miokard

9 Efek Samping Sakit kepala, diare, infeksi saluran panas. pusing, lemah, batuk,
mual, sinusitis, infeksi virus, nyeri perut, rinitis, salat pinggang,
faringitis, artralgia.
Interaksi Obat: Suplemen K, diuretik hemat K.
Kemasan: Tablet salut selaput 160 mg x 2 x 14
2. Telmisartan
Telmisartan merupakan salah satu ARB yang
digunakan sebagai antihipertensi.
Telmisartan dipasarkan dengan nama dagang Micardis
(Bochringer Ingelheim), Pritor or Kinzal (Bayer
Schering Pharma), telma (Glenmark Pharma) dan
Teleact D by (Ranbaxy). Bioavailabilitas telmisartan
adalah sebesar 42% hingga 100% dengan lebih dari
99,5% berikatan dengan protein. Waktu paruh
telmisartan adalah 24 jam, kemudian diekskresikan
hampir seluruhnya melalui feses. Afinitas telmisartan
terhadap reseptor ATI cukup tinggi dan merupakan
yang tertinggi di kelompoknya.
Nama Obat Telmisartan
1 Brand Micardis

2 Product Code G

3 Komposisi Telmisartan

4 Indikasi Hipertensi essensial

5 Dosis
Lazimnya 40mg sekali sehari (20mg mungkin cukup), tingkatkan
jika perlu setelah sedikitnya 4 minggu, hingga 80mg sekali sehari.

6 Pemberian Obat Diminum sebelum tau setelah makan

7 Kontra Indikasi Hipertensif, koleastatis dan gangguan karena obtreksi emedu


trimester II dan TM III kehamilan da menyusui.
8 Perhatian Harus dengan resep dokter

9 Efek Samping Gangguan saluran cerna, gejala mirip influenza, termasuk


faringitis dan sinusitis, nyeri sendi, otot dan punggung, kram
kaki, lebih jarang mulut kering, perut kembung, gejala mirip
tendonitis, pandangan tidak normal, berkeringat, gangguan darah,
insomnia, peningkatan asam urat, gatal-gatal.
3. Losartan
Losartan merupakan salah satu ARB
yang diindikasikan untuk hipertensi. Selain
itu, losartan juga dapat memperlambat
progresivitas nefropati diabetik dan kelainan
ginjal lain pada pasien diabetes melitus tipe
II, hipertensi, dan mikroalbuminuria
(>30mg/hari) atau proteinuria
(>900mg/hari).
Metabolisme lasortan terjadii di hepar
dengan bantuan enzim sitokrom. Waktu
paruh losartan adalah 1,5 hingga 2 jam,
tetapi memiliki metabolit aktif asam 5-
karboksilat yang dapat bekerja dalam 6
hingga 8 jam.
Nama Obat Losartan
1 Brand Fahrenheit

2 Product Code G

3 Komposisi Losartan K

4 Indikasi Hipertensi

5 Dosis Awal 50 mg 1 kali/hari. Dapat ditingkatkan sampai 100mg/hari.


Diberikan 1-2 kali/hari. Untuk gangguan fungsi ginjal (bersihkan
kreatinin <20 ml/menit atau pasien dialisis) : awal 25 mg 1
kali/hari

6 Pemberian Obat Diberikan sebelum atau sesudah makan

7 Kontra Indikasi Efek aditif dengan antihipertensi lain.


8 Perhatian Hamil, neonatus, laktasi, deplesi volume intavaskuler.

9 Efek Samping Sakit kepala, endema, astenia, lelah, nyeri perut, nyeri dad,
faringitis, angina perkoris, blok AV derajat 2, serangan KV,
hipotensii, infark miokard, gangguan fungsi hati.
4. Irbesartan
Nama dagang Aprovel, Karvea, dan Avapro
Irbesartan digunakan terutama untuk menangani
hipertensi.Bioavailabilitas irbesartan adalah
sebesar 60% hingga 80%. Waktu paruh irbesartan
adalah 11-15 jam, dankemudian diekskresikan
20% melalui ginjal dan sisanya melalui feses.

Selain sebagai antihipertensi, irbesartan juga


mampu menghambat progresivitas nefropati
diabetik, mikroalbuminuria, atau proteinuria pada
penderita diabetes melitus
Nama Obat Irbesartan
1 Brand Sanofi Aventis

2 Product Code G

3 Komposisi Irbesartan

4 Indikasi Hipertensi esensial

5 Dosis
Dosis awal dan pemeliharaan: 150 mg/hari, dapat ditingkatkan
sampai 300 mg. Untuk usia lanjut: awal 75 mg.

6 Pemberian Obat Diberikan sebelum atau sesudah makan

7 Kontra Indikasi Hamil dan laktasi.


8 Perhatian Deplesi vol intravaskular, hipertensi renovaskular, gangguan
ginjal, kerusakan ginjal, transplantasi ginjal, diabetes tipe 2,
hiperkalemia, stenosis aorta atau mitral, kardiomiopati hipertrofi
obstruksif, aldosteronisme primer, kelainan yang
mendasari penyakit ginjal termasuk stenosis arteri ginjal.

9 Efek Samping Sakit kepala, wajah kemerahan, trauma muskuloskeletal


Farmakokinetik AHT
Target dari terapi hipertensi adalah normal blood pressure, yaitu systole 130-139 dan
diastole 80-89. dan perlu diingat,bahwa penuruna BP pada nilai normal mampu
menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit cardiovaskuler. beberapa
faktor yang menyebabkan kegagalan penurunan BP adalah adanya comorbid seperti
DM,
dan CKD. jadi pemberian antihipertensi harus mempertimbangkan beberapa hal yaitu:
-potensi obat antihipertensi tersebut (derajat penurunan tekanan darah) -DOA: duration
of Action ( terkait target dalam BP dalam 24 jam), dan waktu evaluasi cek BP untuk
mengetahui kombinasi antihipertensi apa yang mampu memberikan efek penurunan
dan mempertahankan BP dalam nilai normal selama 24 jam,maka kita harus
mengetahui farmakokinetik antihipertensi (selama dibangku kuliah belum diajarkan
farmakokinetik untuk antihipertensi).
Farmakokinetik AHT
a. Linear dose respon
Peningkatan dosis ekuivalen dengan peningkatan potensi antihipertensi dan penurunan
BP, serta ekuivalen dengan efek samping AHT. contoh antihipertensi dengan linear drug
respon; golongan CCB (ca channel blocker). furosemid, HCT, beta-blocer, alfa-1
antagonis.

b. Nonlinear respon
Derajat penurunan BP tidak dipengaruhi oleh tinggi/rendahnya dosis AHT (penurunan
BP yang sama diperoleh pada dosis tinggi/rendah). akan tetapi pada dosis yang lebih
tinggi kadar obat yang berada pada rentang Css (konsentrasi steady state) akan lebih
lama,sehingga DOA obat juga meningkat dan mampu mempertahankan BP pada rentang
normal lebih lama. contoh antihipertensi dengan nonlinear drug respon: golongan ACEI
Farmakokinetik AHT

c. Antihipertensi yang memiliki efek penurunan BP dengan kurva flat dalam waktu
24 jam, dan peak yang lebih dari 24 jam. sehingga pemeriksaan BP harus dilakukan
juga pada saat kadar puncak obta antihipertensi.
contoh antihipertensi yang termasuk dalam golongan ini adalah ARB, namun hal ini
juga masih diperdebatkan apakah ARB termasuk antihipertensi dengan linear drug
respon atau tidak.
Farmakodinamik
● Farmakodinamik ialah cabang ilmu yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat ser
ta mekanisme kerjanya.

● Sifat kerja obat tersebut menentukan kelompok tempat obat tersebut digolongkan dan sering
kali mempunyai peran penting untuk memutuskan apakah kelompok tersebut adalah terapi y
ang tepat untuk gejala atau penyakit tertentu.

● Mekanisme Kerja Obat: Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pa
da sel suatu organisme. Interaksi obat dengan reseptomya ini mencetuskan perubahan bioki
miawi dan fisiologi yang merupakan respons khas untuk obat tersebut.

● Reseptor obat merupakan komponen makromolekul fungsional yang kencakup dua fungsi pe
nting. Pertama, bahwa obat dapat mengubah kecepatan kegiatan faal tubuh Kedua, bahwa ob
at tidak menimbulkan suatu fungsi buru, tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah ada.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai