Anda di halaman 1dari 6

NURHISYAM PRASETYO / 1720333708 (C)

1. AMLODIPIN
Golongan obat : kalsium antagonis

Struktur kimia :

Mekanisme kerja : mekanisme aksi obat ini menghambat influks ion kalsium
pada kanal ion kalsium di pembuluh darah dan otot jantung. Penurunan ion
kalsium intraseluler menyebabkan penurunan kontraksi otot. Pada pembuluh
darah, penurunan ion kalsium intraseluler menurunkan kontraksi otot polos
pembuluh darah, lalu meningkatkan diameter pembuluh darah arteri namun tidak
pada vena, sehingga menimbulkan vasodilatasi. Vasodilatasi menyebabkan
penurunan resistensi perifer. Pada jantung, penurunan ion kalsium intraseluler
menyebabkan penurunan kontraksi sel otot jantung, sehingga menurunkan curah
jantung. Penurunan baik curah jantung maupun resistensi perifer menyebabkan
penurunan tekanan darah. Secara klinik, obat ini digunakan dalam terapi
hipertensi dan angina pectoris (menurunkan beban akhir jantung sehingga
menurunkan kebutuhan oksigen)
Indikasi:
hipertensi, profilaksis angina.
Interaksi:
antagonis kalsium
Kontraindikasi:
syok kardiogenik, angina tidak stabil, stenosis aorta yang signifikan, menyusui
Efek Samping:
nyeri abdomen, mual, palpitasi, wajah memerah, edema, gangguan tidur, sakit
kepala, pusing, letih;
Jarang terjadi, gangguan saluran cerna, mulut kering, gangguan pengecapan,
hipotensi, pingsan, nyeri dada, dispnea, rhinitis, perubahan perasaan, tremor,
paraestesia, gangguan kencing, impoten, ginekomastia, perubahan berat badan,
mialgia, gangguan penglihatan, tinitus, pruritus, ruam kulit (termasuk adanya
laporan eritema multiform), alopesia, purpura dan perubahan warna kulit;
Sangat jarang, gastritis, pankreatitis, hepatitis, jaundice, kolestasis, hiperplasia
pada gusi, infark miokard, aritmia, vaskulitis, batuk, hiperglikemia,
trombositopenia, angioedema dan urtikaria.
Dosis:
hipertensi atau angina, dosis awal 5 mg sekali sehari; maksimal 10 mg sekali
sehari.
Nama obat paten

A-B Vask -Lapi Hexavask -Kalbe Farma


Actapin -Actavis
Indonesia Intervask -Interbat
Amcor -Merck Sharp
& Dohme Lopiten -Guardian Pharmatama
Amdixal - sandoz
indonesia Lovask -Bernofarm
Amiten -Indofarma Lovic -Kalbe Farma
Amlogal -Galenium
Pharmasia Lab Molesco -Dipa Pharmalab Intersains
Amlogrix -Aventis
Indonesia Pharma Normetec -Pfizer Indonesia
Amloten- Indofarma Normoten -Soho Industri Pharmasi
Caduet -Pfizer
Indonesia Norvask -Pfizer Indonesia
Cardicap
-Caprifarmindo Labs Omesivask -Mutifa Industri Farmasi
Cardisan -Sanbe
Farma Opivask -Otto Pharmaceuticasl Inds
Cardivask -Kalbe
Farma Pehavask -Phapros
Comdipin-
Combiphar Samcovask -Samco Farma
Cydipin -Imedco
Farma Sandovask -Novartis Indonesia
Dilavask- Dexa
Medica Simvask -Simex Pharmaceutical
Divask -Kalbe Farma Stamotens -Pertiwi Agung
Dovask -Yarindo
Farmatama
Ertensi -Erlimpex
Ethivask -Soho
Industri Pharmasi
Exforge -Novartis
Indonesia
Finevask -
Promedrahardjo
Farmasi Industri
Gensia -Pharos
Indonesia
Gracivask -Gracia
Pharmindo
Gravask - Graha
Farma

2. BISOPROLOL
Golongan obat : beta blocker

Struktur kimia :
Mekanisme kerja :obat ini bekerja menghambat persyarafan simpatetik menuju
organ jantung. Obat ini juga digunakan dalam terapi hipertensi karena
menurunkan frekuensi denyut jantung, curah jantung dan pelepasan enzim rennin
dari ginjal. Semuanya melibatkan penghambatan pada reseptor 1 adrenergik.
Selain itu, obat ini juga digunakan pada terapi penyakit angina pectoris, disritmia
jantung, infark miokardial dan migrain
Indikasi:
hipertensi dan angina, gagal jantung kronik.
Peringatan:
lihat propranolol hidroklorida; pada gagal jantung pantau status klinis selama 4
jam sesudah pemberian awal (dengan dosis rendah) dan pastikan gagal jantung
tidak berbahaya sebelum meningkatkan dosis; psoriasis; gangguan hati.
Interaksi:
lihat propanolol hidroklorida.
Kontraindikasi:
lihat propranolol hidroklorida; keadaan akut atau gagal jantung dekompensasi
yang menghendaki pemberian inotropik intravena; blok sino-atrial.
Efek Samping:

Sistem saraf pusat: dizziness, vertigo, sakit kepala, parestesia, hipoaestesia,


ansietas, konsentrasi berkurang. Sistem saraf otonom: mulut kering.
Kardiovaskular: bradikardia, palpitasi dan gangguan ritme lainnya, cold extremities,
klaudikasio, hipotensi, hipotensi ortostatik, sakit dada, gagal jantung.
Psikiatrik: insomnia, depresi. Gastrointestinal: nyeri perut, gastritis, dispepsia,
mual, muntah, diare, konstipasi. Muskuloskeletal: sakit otot, sakit leher, kram otot,
tremor. Kulit: rash, jerawat, eksim, iritasi kulit, gatal-gatal, kulit kemerah-merahan,
berkeringat, alopesia, angioedema, dermatitis eksfoliatif, vaskulitis kutaneus
Khusus: gangguan visual, sakit mata, lakrimasi abnormal, tinitus, sakit telinga.
Metabolik: penyakit gout. Pernafasan: asma, bronkospasme, batuk, dispnea,
faringitis, rinitis, sinusitis. Genitourinaria: menurunnya libido/impotensi, penyakit
Peyronie, sistitis, kolik ginjal. Hematologi: purpura Lain-lain: kelemahan, letih, nyeri
dada, peningkatan berat badan.

Dosis:
Hipertensi dan angina. Satu tablet 5 mg sehari sekali pada pagi hari sebelum atau
sesudah makan. Dalam kasus sedang/tidak terlalu berat, satu tablet sehari
mungkin cukup. Kebanyakan kasus dapat terkontrol dengan pemberian 2
tablet/hari (10 mg), kecuali pada sejumlah kecil kasus memerlukan dosis 4
tablet/hari (20 mg). Pada pasien dengan disfungsi ginjal atau disfungsi hati berat,
maksimum dosis per hari adalah 2 tablet/hari (10 mg);
Gagal Jantung Kronik (CHF). 1,25 mg sehari sekali untuk satu minggu, jika dapat
ditoleransi dengan baik dapat ditingkatkan menjadi 2,5 mg sehari sekali untuk
minggu berikutnya, jika dapat ditoleransi dengan baik dapat ditingkatkan menjadi
3,75 mg sehari sekali untuk minggu berikutnya, jika dapat ditoleransi dengan baik
dapat ditingkatkan menjadi 5 mg sehari sekali untuk 4 minggu berikutnya, jika
dapat ditoleransi dengan baik dapat ditingkatkan menjadi 7,5 mg sehari sekali
untuk 4 minggu berikutnya, jika dapat ditoleransi dengan baik dapat ditingkatkan
menjadi 10 mg sehari sekali untuk terapi pemeliharaan. Setelah pemberian awal
1,25 mg, pasien harus diamati selama lebih kurang 4 jam (terutama berkaitan
dengan tekanan darah, detak jantung, gangguan konduksi, tanda-tanda
memburuknya gagal jantung).
Nama obat paten

B-Beta -Dexa Medica Carbisol -Gracia Pharmindo


Biscor Plus - Dexa Medica Concor -Merck Sharp & Dohme
Bisorin - Yarindo
Farmatama Hapsen -Pharos Indonesia
Lodoz -Merck Sharp & Dohme
Maintate - Tanabe Indonesia
Miniten - Dipa Pharmalab Intersains
Probeta - Erlimpex

3. DOKSAZOSIN
Golongan obat : bloker

Struktur kimia :

Mekanisme kerja : obat ini beraksi mengeblok reseptor adrenergic.


Persyarafan simpatetik pada pembuluh darah melibatkan reseptor -1 adrenergik.
Aktivasi pada reseptor ini mengakibatkan vasokontriksi sehingga meningkatkan
resistensi perifer, selanjutnya meningkatkan tekanan darah baik vena maupun
arteri. Obat 1-bloker, atau antagonis reseptor 1, menyebabkan vasodilatasi.
Indikasi : hyperplasia prostat jinak pada pasien yang memiliki riwayat hipertensi
maupun tekanan darah normal.
Dosis : 1 mg sehari, ditingkatkan setelah 1-2 minggu menjadi 2 mg sekali sehari,
kemudian 4 mg sekali sehari, bila perlu. Maksimal 16 mg sehari. Tablet pelepasan
termodifikasi: 4 mg sehari, tablet ditelan utuh dan jika perlu dosis dapat
ditingkatkan setelah 4 minggu menjadi 8 mg sehari.
Efek samping : Serangan jantung, kelemahan pada lengan dan kaki atau kesulitan
berbicara (gejala stroke), pembengkakan pada wajah, lidah, atau tenggorokan
yang merupakan reaksi alergi, nyeri dada, angina, napas pendek, sulit bernapas,
napas berbunyi, denyut jantung meningkat/menurun atau tidak beraturan,
palpitasi, kemerahan atau gatal-gatal pada kulit, pingsan, kekuningan pada kulit
atau mata, rendahnya jumlah sel darah putih atau trombosit.
Interaksi : Tablet pelepasan termodifikasi: 4 mg sehari, tablet ditelan utuh dan
jika perlu dosis dapat ditingkatkan setelah 4 minggu menjadi 8 mg sehari.
Nama obat paten
Cardura Xl - Harsen Indonesia
Cardura - Pfizer Indonesia

Anda mungkin juga menyukai