Anda di halaman 1dari 29

OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL (OHO)

Pemicu sekresi insulin:


a. Sulfonilurea
Efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pancreas. Pilihan utama
untuk pasien berat badan normal atau kurang. Sulfonilurea kerja panjang tidak
dianjurkan pada orang tua, gangguan faal hati dan ginjal serta malnutrisi
b. Glinid
Terdiri dari repaglinid dan nateglinid. Cara kerja sama dengan sulfonilurea, namun
lebih ditekankan pada sekresi insulin fase pertama. Obat ini baik untuk mengatasi
hiperglikemia postprandial

Peningkat sensitivitas insulin:


a. Biguanid
Golongan biguanid yang paling banyak digunakan adalah Metformin. Metformin
menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada
tingkat seluler, distal reseptor insulin, dan menurunkan produksi glukosa hati.
Metformin merupakan pilihan utama untuk penderita diabetes gemuk, disertai
dislipidemia, dan disertai resistensi insulin.
b. Tiazolidindion
Menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut
glukosa

sehingga

meningkatkan

ambilan

glukosa

perifer.

Tiazolidindion

dikontraindikasikan pada gagal jantung karena meningkatkan retensi cairan.


Penghambat glukoneogenesis:
a. Biguanid (Metformin).
Selain menurunkan resistensi insulin, Metformin juga mengurangi produksi glukosa
hati. Metformin dikontraindikasikan pada gangguan fungsi ginjal dengan kreatinin
serum > 1,5 mg/ dL, gangguan fungsi hati, serta pasien dengan kecenderungan
hipoksemia seperti pada sepsis. Metformin tidak mempunyai efek samping
hipoglikemia seperti golongan sulfonylurea. Metformin mempunyai efek samping
pada saluran cerna (mual) namun bisa diatasi dengan pemberian sesudah makan.

Penghambat glukosidase alfa :


a. Acarbose
Bekerja dengan mengurangi absorbsi glukosa di usus halus. Acarbose juga tidak
mempunyai efek samping hipoglikemia seperti golongan sulfonilurea. Acarbose
mempunyai efek samping pada saluran cerna yaitu kembung dan flatulens.
Penghambat dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) Glucagon-like peptide-1 (GLP-1)
merupakan suatu hormone peptide yang dihasilkan oleh sel L di mukosa usus.
Peptida ini disekresi bila ada makanan yang masuk. GLP-1 merupakan perangsang
kuat bagi insulin dan penghambat glukagon. Namun GLP-1 secara cepat diubah
menjadi metabolit yang tidak aktif oleh enzim DPP-4. Penghambat DPP-4 dapat
meningkatkan penglepasan insulin dan menghambat penglepasan glukagon.

Gambar
1.4

algoritma

pengelolaan

DM

tipe

tanpa

dekomp

Gambar 1.5 algoritma pengelolaan DM tipe 2 berdasarkan hasil A1c

Farmakologi
Cedocard
Golongan Anti angina yang memiliki komposisi Isosorbide dinitrate.

Cara kerja
Cedocard melebarkan pembuluh-pembuluh darah jantung dan bila diberikan secara
sublingual, kemanjurannya sebanding dengan nitroglycerin, tetapi Cedocard memberikan
efek yang lebih lama dengan mulainya daya kerja yang hampir sama. Pemberian
nitroglycerin (0,1 0,6 mg) secara sublingual akan memberikan daya kerjanya setelah 1-3
menit, tetapi hanya berlangsung selama 20-30 menit. Sedangkan Cedocard yang diberikan
secara sublingual, daya kerjanya akan terlihat dalam waktu kira-kira 2 menit dan berlangsung
selama 2 sampai 3 jam. Pemberian Cedocard secara oral, daya kerja dimulai dalam waktu 20
sampai 30 menit kemudian dan akan dipertahankan untuk sekurang-kurangnya 4 jam.
Cepatnya daya kerja Cedocard yang sebanding dengan nitroglycerin disebabkan oleh karena
kelarutannya yang tinggi dalam air, dan daya kerja yang diperpanjang dari Cedocard
disebabkan oleh lebih lambatnya proses peruraian oleh enzim-enzim dibandingkan dengan
nitroglycerin (Anonim, 2012).
Indikasi
Angina pektoris, gangguan angina setelah infark miocard, pencegahan serangan angina pada
penderita jantung koroner kronik, gagal jantung, Cedocard infus IV. Pengobatan gagal
jantung

tdk

ada

respon,

terutama

setelah

infark

miokardium

(Anonim,2012).

Interaksi obat
Efek hipotensi meningkat jika digunakan bersamaan dengan obat antihipertensi, sildenafil,
tadalafil, dan vardenafil.
Kontraindikasi untuk penderita anemia berat, hipotensi, syok kardiogenik dan hindari
penggunaan sildenafil, tadalafil, dan vardenafil.
Efek samping nya sakit kepala, hipotensi posturan dan mual
Dosis dan aturan pakai
a. Untuk serangan angina pektoris, 1 tablet Cedocard 5mg dilarutkan perlahan-lahan
dalam mulut di bawah lidah.
b. Untuk pengobatan pencegahan, tergantung dari beratnya penyakit, 1 sampai 2 tablet
mg Cedocard 3 4 kali sehari.
c. Untuk mencegah serangan pada malam hari, 1 2 tablet 5mg Cedocard sebelum tidur.

d. Gagal jantung awal tabelet dosis efektif 40-160 mg/hr, pada kasus berat sampai
dengan 240 mg/hr
Bisovell
Golongan Beta blocker yang memiliki komposisi Bisoprolol hemifumarat.
Cara kerja
Bisoprolol adalah zat penyekat (blocking) adrenoreseptor beta-1 selektif (kardioselektif)
sintetik tanpa aktivitas stabilisasi membran yang signifikan atau aktivitas simpatomimetik
intrinsik pada dosis terapi. Namun demikian, sifat kardioselektivitasnya tidaklah mutlak, pada
dosis tinggi ( 20 mg) bisoprolol fumarat juga menghambat adrenoreseptor beta-2 yang
terutama terdapat pada otot-otot bronkus dan pembuluh darah; untuk mempertahankan
selektivitasnya, penting untuk menggunakan dosis efektif terendah.
Mekanisme kerja antihipertensi dari bisoprolol belum seluruhnya diketahui. Faktor-faktor
yang terlibat adalah penurunan curah jantung, penghambatan pelepasan renin oleh ginjal, dan
pengurangan aliran tonus simpatis dari pusat vasomotor pada otak.
Indikasi untuk terapi hipertensi , sebagai monoterapi atau kombinasi dengan obat anti
hipertensi lain.
Interaksi obat
a. Antagonis

kalsium,

klonidin,

MAOI

kecuali

MAO-

inhibitor

tidak

direkomendasikan. Antiaritmia kelas I & III,


b. Bisovell sebaiknya tidak dikombinasikan bersama obat-obatan golongan beta bloker.
c. Bisovell sebaiknya digunakan secara hati-hati bila diberikan bersamaan dengan obatobat penekan otot jantung atau penghambat konduksi AV seperti kalsium antagonis
( khususnya fenilalkilamin (verapamil) dan golongan benzotiazepin (diltiazem) ) atau
obat-obatan antiaritmik seperti disopiramid.
d. Penggunaan bersama rifampisin dapat meningkatkan bersihan metabolit bisoprolol.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas, gagal jantung akut atau episode gagal jantung yang membutuhkan terapi
inotropik IV, syok kardiogenik, blok AV derajat 2 atau 3, blok SA, bradikardi, hipotensi,

stadium lanut dr penyakit oklusi arteri perifer & sindrom Raynaud; sindrom Sick Sinus, asma
atau PPOK; feokromositoma yang tidak diterapi; asidosis metabolik.
Efek samping menimbulkan rasa dingin atau kebas pada ekstremitas, kelelahan, pusing, sakit
kepala, mual, diare, muntah, konstipasi.
Dosis dan aturan pakai
1. Dosis awal 5 mg sekali sehari atau dosis dapat ditingkatkan menjadi 10-20 mg sekali
sehari.
2. Pada penderita bronkospastik, gangguan hati (hepatitis atau sirosis) dan gangguan
ginjal, dengan dosi awal 2,5 mg sekali sehari.
3. Gagal jantung kongestif Tingkatkan dosis secara bertahap, mulai dr 1.25 mg selama 1
minggu, lalu 2.5 mg selama 1 minggu berikutnya, 3.75 mg 1 minggu berikutnya, 5 mg
untuk 4 minggu berikutnya. Dosis rumat: 10 mg. Hipertensi & angina pektoris 1
tab, dapat ditingkatkan s/d 2-4 tab/hari. Semua dosis diberikan 1 x/hari. Stadium
akhir gangguan fungsi ginjal & gangguan fungsi hati berat Maks: 2 tab/hari.
CPG (Clopidogrel)
Mekanisme Kerja
Clopidogrel secara kompetitif dan ireversibel menghambat adenosine diphospate(ADP)
P2Y12 reseptor. Adenosine diphosphate yang berikatan dengan PY1 reseptor
menginduksi perubahan ukuran platelet dan kelemahan serta agregasi platelet yang
sementara (Nguyen, 2005).

Gambar 1.1 Cara kerja Clopidogrel.(Nguyen,2005)


Dosis
Penggunaan pada pasien dengan Acute Coronary Syndrome 300 mg loading dose diikuti
dengan 75 mg per hari per oral untuk 14 hari sampai dengan 12 bulan (jika tidak ada
perdarahan).
Hubungan umur pasien dengan obat
Jika umur pasien >75 tahun, loading dose tidak digunakan, langsung gunakan 75 mg per hari
per oral.
Hubungan pengobatan dengan data klinik dan laboratorium
Berdasarkan data klinik pasien mengalami nyeri ulu hati yang diperkirakan karena ulkus
peptik dan tidak ada indikasi sakit jantung, sehingga obat ini tidak diberikan pada pasien ini.
Hubungan pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit dan riwayat pengobatan
Pasien tidak mengeluhkan nyeri dada dan dilihat dari data laboratorium pasien tidak
mengalami sakit jantung akut. Walau pada riwayat penyakit dahulu pasien pernah menderita
sakit jantung, namun obat ini tidak diberikan pada pasien saat ini.
Hubungan obat-obat, obat-makanan, obat-jamu
Obat-obat
:
Clopidogrel
akan
meningkatkan

kadaratau

efek

dari

ombitasvir/paritaprevir/ritonavir & dasabuvir dengan menurunkan metabolismenya. Jangan


digunakan untuk kombinasi dengan obat tersebut. Penghambat kuat CYP2C8 akan
meningkatkan konsentrasi dasabuvir plasma (10 kali lipar), dan akan meningkatkan resiko
pemanjanngan gelombang QT.(Medscape)
Obat-makanan : jangan dikonsumsi bersama

grapefruit(jeruk

bali

merah),

teh

hijau(meningkatkan resiko perdarahan karena meningkatkan efek obat), minyak ikan


(meningkatkan resiko perdarahan), mariyuana (menurunkan efek obat)
Obat-jamu :
Aturan pemakaian obat
Berikan 300 mg loading dose peroral diikuti dengan 75 mg per hari per oral untuk 14 hari
sampai dengan 12 bulan (jika tidak ada perdarahan).
Lama penggunaan obat untuk terapi
Digunakan sesuai dengan keadaan pasien.
Efek samping obat
Infeksi saluran pernapasan atas, sakit kepala, flu-like syndrome,lemah.(Medscape)
Canderin/Candesartan
Mekanisme Kerja

Inhibitor kompetitif dari resptor Angiotensin II (tipe 1). Pengaruhnya lebih spesifik pada
Angiotensin II dan mengurangi atau sama sekali tidak ada produksi ataupun metabolisme
bradikinin.(Ye,2005)
Dosis
Dosis awal candesartan yang direkomendasikan adalah 4 mg per hari dan dapat ditingkatkan
hingga 16 mg satu kali sehari. Efek antihipertensi maksimal akan dicapai dalam waktu 4
minggu

setelah

pengobatan.

Dosis

pada

gagal

jantung

Dosis awal candesartan yang direkomendasikan adalah 4 mg per hari. Candesartan hanya
digunakan satu kali sehari dengan atau tanpa makanan.
Hubungan pengobatan dengan data klinik dan laboratorium
Berdasarkan data klinik, pasien mengalami hipertensi sehingga pasien diberikan candesartan.
Hubungan pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit dan riwayat pengobatan
Pada hari pertama pasien diberikan bisovell namun tekanan darahnya tidak juga membaik
sehingga diberikan canderin sebagai obat kombinasi dengan harapan tekanan darahnya dapat
turun ke tingkat normal.
Aturan pemakaian obat
Dosis awal candesartan yang direkomendasikan adalah 4 mg per hari dan dapat ditingkatkan
hingga 16 mg satu kali sehari.
Lama penggunaan obat untuk terapi
Digunakan sesuai dengan keadaan pasien.
Efek samping obat
Infeksi saluran pernafasan bagian atas, nyeri punggung, dan pusing.
Amaryl/ Glimipiride
Indikasi:
Non-insulin-dependent (type II) Diabetes melitus (NIDDM) dimana kadar glukosa darah
tidak dapat hanya dikontrol dengan diet dan olahraga saja (Katzung,2012).
Kontra Indikasi: Hipersensitivitas, pasien ketoasidosis diabetik, dengan atau tanpa koma
(Katzung,2012).
Farmakologi:
Glimipiride bekerja terutama menurunkan kadar glukosa darah dengan perangsangan sekresi
insulin dari sel beta pankreas yang masih berfungsi. Selain itu, aktivitas sulfonilurea seperti

glimipiride dapat juga melalui efek ekstra pankreas, hal ini didukung oleh studi preklinis dan
klinis yang menunjukkan bahwa pemberian glimipiride dapat meningkatkan sensitivitas
jaringan perifer terhadap insulin (Katzung,2012).
Dosis:
Kadar glukosa darah pasien dan HbA1c harus diukur secara berkala untuk menetapkan dosis
minimum yang efektif bagi pasien tersebut, untuk mendeteksi kegagalan primer yaitu tidak
adanya penurunan berarti dari gula darah pada pemberian dosis maksimum yang
diperbolehkan, untuk mendeteksi kegagalan sekunder yaitu hilangnya respon penurunan
glukosa darah setelah adanya periode keefektifan (Katzung,2012).
Dosis awal: 1-2 mg satu kali sehari, diberikan bersamaan makan pagi atau makanan utama
yang pertama. Untuk pasien yang lebih sensitif terhadap obat-obat hipoglikemik, dosis awal
yang diberikan sebaiknya dimulai dari 1 mg satu kali sehari, kemudian boleh dinaikkan
(dititrasi)

dengan

hati-hati.

Dosis pemeliharaan: 1-4 mg satu kali sehari. Dosis maksimum yang dianjurkan 8 mg satu
kali sehari. Pada saat pemberian telah mencapai dosis 2 mg maka kenaikkan dosis tidak boleh
melebihi 2 mg dengan interval 1-2 minggu tergantung dari respon gula darah pasien. Efikasi
jangka panjang harus dimonitor dengan mengukur kadar HbA1c, sebagai contoh setiap 3-6
bulan

(Katzung,2012).

Peringatan dan Perhatian Umum Hipoglikemia: Tidak terkendalinya kadar glukosa darah:
Bila seorang pasien, yang kondisi penyakit DMnya stabil dengan menggunakan regimen
antidiabetik tertentu, terpapar stress seperti demam, trauma, infeksi, pembedahan, kadar
gluosa darah bisa tidak terkendali. Dalam keadaan seperti ini, dibutuhkan kombinasi insulin
dengan glimipiride atau pengobatan tunggal dengan insulin (Katzung,2012).
Informasi untuk pasien- pasien harus diinformasikan mengenai:
1. Risiko, manfaat glimipiride, dan cara pengobatan lain
2. Pentingnya untuk melakukan diet, program olah raga secara teratur dan pemeriksaan
glukosa darah secara teratur
3. Risiko hipoglikemia, gejala-gejala dan cara pengobatannya serta kondisi-kondisi yang
dapat mempengaruhi sebaiknya dijelaskan kepada pasien dan anggota keluarga yang
bertanggung jawab. Berdasarkan penelitian pada hewan, glimipiride tidak dianjurkan
pada kehamilan.

4. Pada ibu menyusui penggunaan glimipiride sebaiknya tidak dilanjutkan.


5. Keamanan dan efektivitas pada anak-anak belum diketahui (Katzung,2012).
Efek Samping
1. Gangguan pada saluran cerna seperti muntah, nyeri lambung dan diare (<1%).
2. Reaksi alergi seperti pruritus, erythema, urtikaria, erupsi morbiliform atau
maculopapular, reaksi ini bersifat sementara dan akan hilang meskipun penggunaan
glimipiride dilanjutkan, jika tetap terjadi maka penggunaan glimepiride harus
dihentikan (<1%)
3. Gangguan metabolisme berupa hiponatremia.
4. Perubahan pada akomodasi dan/atau kaburnya penglihatan mungkin terjadi pada
penggunaan glimepiride (plasebo 0,7%, glimepiride 0,4%).
5. Reaksi hematologik seperti leukopenia, agranulositosis, trombositopenia, anemia
hemolitik, anemia aplastik, dan pansitopenia dilaporkan terjadi pada penggunaan
sulfonylurea (Katzung,2012).
Interaksi obat:
1. Risiko hipoglikemia akan meningkat pada pemberian glimepiride bersama-sama
dengan obat-obat tertentu, yaitu NSAID dan obat lain dengan ikatan protein tinggi,
seperti salisilat, sulfonamida, kloramfenikol, kumarin, probenesid, MAO inhibitors, b
adrenergic blocking agents.
2. Daya kerja glimepiride dalam menurunkan kadar glukosa darah akan menurun jika
diberikan bersamaan dengan obat-obat yang cenderung menimbulkan hiperglikemia,
seperti tiazid dan diuretik lain, kortikosteroid, fenotiazin, produk-produk kelenjar
tiroid, estrogen, kontrasepsi oral, fenitoin, asam nikotinat, simpatomimetik dan
isoniasid.
3. Pemberian propranolol (40 mg tid) dan glimepiride meningkatkan Cmax, AUC dan
T1/2 dari glimepiride sebesar 23%, 22% dan 15% serta menurunkan CL/f sebesar
18%, pasien perlu diperingatkan akan potensi hipoglikemia yang dapat terjadi.
4. Pemberian glimepiride bersamaan dengan warfarin, menurunkan respon
farmakodinamik dari warfarin, namun tidak bermakna secara klinis.
5. Interaksi antara mikonazol oral dan obat hipoglikemia oral dilaporkan dapat
menyebabkan hipoglikemia, sedangkan interaksi pada pemberian i.v., topikal atau
vaginal belum pernah dilaporkan.

6. Glimepiride berpotensi terjadi interaksi dengan fenitoin, diklofenak, ibuprofen,


naproksen dan asam mefenamat, karena seluruhnya dimetabolisme oleh sitokrom
P450 II C9 (Katzung,2012).

Pantroprazol
a) Mekanisme kerja
Pantroprazole adalah obat yang digunakan untuk meredakan gejala nyeri ulu hati
akibat refluks asam dari lambung, serta mencegah tukak lambung dan membantu
memperbaiki kerusakan di dalam lambung akibat kondisi tersebut. Obat ini bekerja
dengan cara menghentikan produksi asam berlebihan oleh sel-sel yang terdapat di dalam
lapisan lambung. Pantropazole adalah obat golongan penghambat pompa proton. Obat
yang hanya bisa didapat dengan menggunakan resep dokter ini juga digunakan dalam
mengobati infeksi bakteri Helicobacter pylori yang menyebabkan tukak lambung, serta
mengobati sindrom Zollinger-Ellison. Pantoprazole adalah benzimidazole tersubtitusi
yang menghambat sekresi asam klorida di dalam lambung oleh kerja spesifik pompa
proton dari sel parietal. Pantoprazole dikonversi menjadi bentuk aktif di lingkungan asam
dalam sel-sel parietal dengan cara menghambat enzim H+ , K+ ATP-ase, yang
merupakan tahap akhir pada produksi asam klorida di dalam lambung. Penghambatan ini
bersifat tergantung dosis (dose-dependent) dan mempengaruhi kedua reseptor inhibitor.
Pengobatan dengan pantoprazole menyebabkan pengurangan keasaman di lambung dan
dengan meningkatkan gastrin secara proporsional sehingga menurunkan keasaman.
Peningkatan gastrin tersebut bersifat reversibel. Karena pantoprazole mengikat enzim
distal ke tingkat sel reseptor, zat ini mempengaruhi sekresi asam klorida secara
independen melalui stimulasi oleh zat-zat lain (asetilkoline, histamin, gastrin). Efeknya
sama apakah produk tersebut diberikan secara oral atau intravena (Ganiswarna, 2010).
b) Dosis pantropazol
Dosis pantoprazole yang umum digunakan adalah 20 mg per hari. Jika digunakan
dalam jangka panjang untuk mencegah kambuhnya refluks asam lambung, dosisnya
adalah 20-40 mg per hari (Ganiswarna, 2010).

c) Indikasi
Untuk pengobatan kondisi hipersekresi patologis yang berhubungan dengan
Sindroma Zollinger-Ellison atau kondisi-neoplastik lainnya, ulkus duodenum, ulkus
lambung, kasuskasus sedang dan berat pada inflamasi esofagus (esophagitis refluks)
(Ganiswarna, 2010).
d) Kontraindikasi
Kerusakan hati, kehamila, penggunaan secara intavena tidak boleh digunakan pada
kasus-kasus dengan hipersensitivitas terhadap konstituen (Ganiswarna, 2010).
e) Efek samping
Sama seperti obat-obat lain, pantoprazole juga berpotensi menyebabkan efek samping.
Beberapa efek samping yang mungkin saja terjadi setelah mengonsumsi obat ini adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Pusing
Sakit kepala
Gangguan tidur
Lelah
Mulut terasa kering
Konstipasi
Sakit perut
Diare (Ganiswarna, 2010).

Bisoprolol
a) Cara kerja
Bisoprolol adalah zat penyekat adrenoreseptor beta-1 selektif (kardioselektif) sintetik
tanpa aktivitas stabilisasi membran yang signifikan atau aktivitas simpatomimetik intrinsik
pada dosis terapi. Namun demikian, sifat kardioselektivitasnya tidaklah mutlak, pada dosis
tinggi (20 mg) bisoprolol fumarat juga menghambat adrenoreseptor beta-2 yang terutama
terdapat pada otot-otot bronkus dan pembuluh darah, untuk mempertahankan
selektivitasnya, penting untuk menggunakan dosis efektif terendah. Obat ini bekerja
dengan cara mengurangi frekuensi detak jantung dan tekanan otot jantung saat
berkontraksi. Dengan begitu, bisoprolol mengurangi beban jantung dan tekanan darah
tubuh. Mekanisme kerja antihipertensi dari bisoprolol belum seluruhnya diketahui. Faktorfaktor yang terlibat adalah penurunan curah jantung, penghambatan pelepasan renin oleh
ginjal, dan pengurangan aliran tonus simpatis dari pusat vasomotor pada otak.Penelitian
secara elektrofisiologi pada manusia menunjukkan bahwa bisoprolol secara signifikan

mengurangi frekuensi denyut jantung, meningkatkan waktu pemulihan sinus node,


memperpanjang periode refrakter AV node dan dengan stimulasi atrial yang cepat,
memperpanjang konduksi AV nodal (Ganiswarna, 2010).
b) Interaksi obat
1) Bisoprolol sebaiknya tidak dikombinasikan bersama obat-obatan golongan beta
bloker.
2) Bisoprolol sebaiknya digunakan secara hati-hati bila diberikan bersamaan dengan
obat-obat penekan otot jantung atau penghambat konduksi AV seperti kalsium
antagonis [khususnya fenilalkilamin (verapamil) dan golongan benzotiazepin
(diltiazem) atau obat-obatan antiaritmik seperti disopiramid.
3) Penggunaan bersama rifampisin dapat meningkatkan bersihan metabolit bisoprolol
(Ganiswarna, 2010).
c) Dosis
Untuk orang dewasa, dosis bisoprolol awal yang diberikan dapat berkisar antara 2,5
hingga 5 miligram per hari. Dan jika diperlukan, dokter dapat memberikan dosis hingga
maksimum 10 miligram per hari. Dosis akan disesuaikan dengan jenis kondisi yang
diobati, tingkat keparahannya, serta respons tubuh terhadap obat (Ganiswarna, 2010).
d) Indikasi
Indikasi bidoprolol adalah untuk pengobatan hipertensi bisa digunakan sebagai monoterapi
atau dikombinasikan dengan obat antihipertensi lainnya (Ganiswarna, 2010).
e) Kontraindikasi
1) Penderita yang yang hipersensitif atau alergi terhadap Bisoprolol.
2) Penderita cardiogenic shock, kelainan jantung, AV blok tingkat II atau III, bradikardia
sinus (Ganiswarna, 2010).
f) Efek samping
1) Sistem saraf pusat: dizziness, vertigo, sakit kepala, parestesia, hipoaestesia, ansietas,
konsentrasi berkurang.
2) Sistem saraf otonom: mulut kering.
3) Kardiovaskular: bradikardia, palpitasi dan gangguan ritme lainnya, cold extremities,
4)
5)
6)
7)

klaudikasio, hipotensi, hipotensi ortostatik, sakit dada, gagal jantung.


Psikiatrik: insomnia, depresi.
Gastrointestinal: nyeri perut, gastritis, dispepsia, mual, muntah, diare, konstipasi.
Muskuloskeletal: sakit otot, sakit leher, kram otot, tremor.
Kulit: rash, jerawat, eksim, iritasi kulit, gatal-gatal, kulit kemerah-merahan,

berkeringat, alopesia, angioedema, dermatitis eksfoliatif, vaskulitis kutaneus


8) Khusus: gangguan visual, sakit mata, lakrimasi abnormal, tinitus, sakit telinga.
9) Metabolik: penyakit gout (Ganiswarna, 2010).
Braxidin

a)

Mekanisme kerja
Braxidin adalah obat yang digunakan untuk mengatasi beberapa keluhan terkait

anxietas atau gangguan cemas. Kegunaan obat Braxidin sebagai obat anti ansietas atau
peghilang cemas ini dikarenakan fungsinya yang mempunyai kemampuan sebagai anti
konvulsan, amnestik dan sedatif. Obat ini juga bisa digunakan pada pengobatan gejala
putus alkohol, dan untuk mengatasi kecemasan pada saat menjelang operasi. Artikel
ini akan memberi penjelasan mengenai Braxidin obat apa beserta informasi penting
lainnya terkit obat Braxidin.
Obat Braxidin adalah kombinasi dua jenis obat yaitu Klordiazepoksida yang
merupakan obat anti ansietas dan Klidinium Bromida yang merupakan obat anti
kolinergik atau spasmolitik. Klordiazepoksida merupakan obat yang dibuat dari
turunan benzodiazepin, obat ini mempunyai kerja utama sebagai anti asietas.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Klordiazepoksida bekerja pada area
sistem limbik otak yang mempunyai hubungan dengan respon terhadap emosi,
sehingga obat ini dapat memberikan efek untuk menghilangkan cemas. Sedangkan
Klidinium Bromida adalah obat anti kolinergik sintetik, obat ini mempunyai efek anti
sekresi dan anti spasmodik atau spasmolitik terhadap saluran pencernaan
(Ganiswarna, 2010).
b)

Dosis
Braxidin tablet yang memiliki komposisi Klordiazepoksida 5 mg dan Klidinium

Bromida 2,5 mg untuk setiap satu tabletnya. Adapun dosis Braxidin yang umum
dipakai adalah : Dosis dewasa dianjurkan satu tablet sebanyak 3 sampai 4 kali
penggunaan dalam sehari yang diminum pada saat sebelum makan dan pada saat
menjelang tidur Dosis orang tua dianjurkan satu tablet sebanyak 1 sampai 2 kali
penggunaan dalam sehari (Ganiswarna, 2010).
c)

indikasi
Kegunaan obat Braxidin sebagai kombinasi obat anti ansietas dan obat spasmolitik

antara lain digunakan untuk: Pengobatan terhadap gejala yang muncul pada gangguan
saraf otonom dan saraf somatik yang disebabkan oleh kecemasan. Pengobatan
terhadap gejala tukak lambung dan tuka usus 12 jari Pengobatan dispepsia nervosa
Pengobatan diskinesia empedu Mengatasi hipersekresi dan hipermotilitas saluran
pencernaan Meringankan gejala sindroma iritasi usus Meringankan gejala iritasi yang
disertai spasme pada kolon Mengurangi keluhan kolitis dan diare Sebagai pengobatan

terhadap spasme ureter dan diskinesid ureter Mengobati dismenore dan nyeri haid
(Ganiswarna, 2010).
d) Kontraindikasi
Obat Braxidin merupakan kontraindikasi pada penderita yang secara klinis
mempunyai penyakit glaukoma, dalam keadaan psikosis berat, sedang mengalami syok
dan mempunyai penyakit hipertropi prostat (Ganiswarna, 2010).
e) Efek samping
Obat Braxidin secara umum dapat ditoleransi tubuh penggunanya dengan baik,
namun masih dapat menimbulkan beberapa efek samping yang antara lain : mengantuk,
hipotesi, gangguan mental, gangguan penglihatan, dan ketergantungan. Pada pemakaian
obat Braxidin jangka panjang dapat menimbulkan efek antikolinergik seperti mulut yang
terasa kering, gangguan pada saat berkemih, dan konstipasi atau sembelit (Ganiswarna,
2010).

Metformin
Metformin merupakan obat antidiabetik oral yang berbeda dari golongan
biguanid baik secara kimiawi maupun dalam cara bekerjanya. Obat ini merupakan
suatu biguanida yang tersubsitusi rangkap yaitu Metformin (dimethylbiguanide)
Hydrochloride. Mekanisme kerja Metformin antara lain :
Metformin merupakan zat antihiperglikemik oral golongan biguanid.
Mekanisme kerja Metformin menurunkan kadar gula darah dan tidak meningkatkan
sekresi insulin. Metformin tidak mengalami metabolisme di hati, diekskresikan
dalam bentuk yang tidak berubah terutama dalam air kemih dan sejumlah kecil
dalam tinja.
Nama Generik

Metformin

Nama dagangnya
Benoformin, Bestab, Diabex, Eraphage, Forbetes, Formell, Glucophage, Glucotika,
Gludepatic, Glufor, Glumin, Methpica, Methpar, Neodipar, Rodiamet, Tudiab,
Zendiab, Zumamet
Indikasi
1) Pengobatan penderita diabetes yang baru terdiagnosis setelah dewasa dengan
atau tanpa kelebihan berat badan dan bila diet tidak berhasil.
2) Sebagai kombinasi terapi pada penderita yang tidak responsif terhadap terapi
tunggal sulfonilurea baik primer maupun sekunder.
3) Sebagai obat pembantu untuk mengurangi dosis insulin apabila dibutuhkan.
Kontraindikasi
Penderita kardiovaskular, gagal ginjal, gagal hati, dehidrasi dan peminum
alkohol, koma diabetik, ketoasidosis, infark miokardial, keadaan penyakit kronik
akut yang berkaitan dengan hipoksia jaringan, keadaan yang berhubungan dengan
asidosis laktat seprti syok, insufisiensi pulmonar, riwayat asidosis laktat.
Farmakokinetik dan Farmadinamika
Metformin terdapat dalam konsentrasi yang tinggi didalam usus dan hati, tidak
di metabolisme tetapi secara cepat dikeluarkan melalui ginjal. Proses tersebut
berjalan dengan cepat sehingga metformin bisanya diberikan 2-3 kali sehari kecuali
dalam bentuk extended release. Setelah di berikan secara oral, metformin akan
mencapai kadar tertinggi dalam darah setelah 2 jam dan di ekskresikan lewat urin
dalam keadaan utuh dengan waktu paruh 2,5 jam
Metformin diperkirakan 50%-60% bioavalabilitasnya oral, kelarutannya dalam
lipid rendah, dan volume distribusinya pada cairan tubuh. Metformin mempunyai
t 1,5-3 jam, tak terikat protein plasma, tidak dimetabolisme, dan dieksresi oleh

ginjal sebagai senyawa aktif. Kerja metformin pada glukoneogenesis di hati di duga
mengganggu pengambilan asam laktat oleh hati. Pada pasien insufisiensi ginjal
(terjadi akumulasi Metformin) dapat meningkatkan risiko asidosis laktat sehingga
dapat berakibat fatal (Katzung, 2012).
Absorpsi metformin relatif lambat dan dapat diperpanjang jadi sekitar 6 jam.
Obat ini diekskresikan dalam urin dengan kecepatan klirens ginjal yang tinggi yaitu
450 ml/menit. Eliminasi awal metformin adalah cepat dengan waktu paruh
bervariasi antara 1.7 dan 3 jam. Terminal fase eliminasi diketahui selama 4 sampai
5% dari dosis terserap lambat dengan waktu paruh antara 9 17 jam. Tempat utama
konsentrasi obat adalah mukosa usus dan kelenjar liur. Konsentrasi plasma pada
keadaan tunak berkisar sekitar 1 hingga 2 mcg / mL (Katzung, 2012).
Metformin tidak dimetabolisme dan tidak berikatan dengan protein-protein
plasma. Metformin dieliminasi melalui sekresi tubular ginjal dan filtrasi glomerulus.
Waktu paruh metformin rata-rata adalah 6 jam, meskipun secara farmakodinamik,
efek antihiperglikemik pada metformin > 24 jam (Katzung, 2012)
Mekanisme Kerja
Metformin munurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja
insulin pada tingkat seluler, distal reseptor insulin dan menurunkan produksi glukosa
hati. Metformin meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel usus sehingga
menurunkan glukosa dan dan juga diduga menghambat absorpsi glukosa di usus
sesudah asupan makan (Efek metformin terjadi melalui peningkatan penggunaan
glukosa oleh jaringan paerifer yang dipengaruhi AMP acticated protein kinase
(AMPK), yang merupakan regulator seluler utama bagi metabolisme lipid dan
glukosa. Aktivitas AMPK pada hepatosit akan mengurangi aktivitas Acetyl Co-A
karboksilase (ACC) dengan induksi oksidasi asam lemak dan menekan ekspresi
enzim lipogenik
Metformin juga dapat menstimulasi produksi Glucagon like Peptide -1 (GLP1) dari gastrointestinal yang dapat menekan fungsi sel alfa pancreas sehingga
menurunkan glucagon serum dan mengurangi hiperglikemia saat puasa

Di samping berpengaruh pada glukosa darah, metformin juga berpengaruh


pada komponen lain resistensi insulin yaitu pada lipid, tekanan darah dan juga pada
plasminogen activator inhibitor (PAI-1)
Perhatian
a) Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
b) Tidak dianjurkan penggunaan pada kondisi dimana menyebabkan dehidrasi
atau pada penderita yang baru sembuh dari infeksi serius atau taruma.
c) Dianjurkan pemeriksaan berkala kadar B12 pada penggunaan jangka panjang.
d) Oleh karena adanya kemungkinan terjadinya hipoglikemia pada penggunaan
kombinasi dengan Sulfonilurea, kadar gula dalam darah harus dimonitor.
e) Pada pengobatan kombinasi Metformin dan insulin, sebaiknya dilakukan di
rumah sakit agar tercapai rasio kombinasi pada kedua obat dengan mantap.
f) Hati-hati pemberian pada pasien usia lanjut yang mempunyai gangguan fungsi
ginjal.
g) Tidak direkomendasikan penggunaan pada anak-anak.

Dosis
Dosis awal 500 mg : 1 tablet 3 kali sehari. Pemberian Metformin 500 mg
dalam beberapa hari biasanya cukup dapat mengendalikan penyakit diabetes, tetapi
tidak jarang efek terlambat dicapai sampai dua minggu. Apabila dosis yang
diinginkan tidak tercapai, dosis dapat dinaikkan secara berhati-hati (maksimum 3
gram sehari). Bila gejala diabetes telah dapat dikontrol, dosis dapat diturunkan
(Katzung, 2012).
Pada pengobatan kombinasi dengan sulfonilurea, mula-mula diberikan 1 tablet
Metformin 500 mg, dosis dinaikkan perlahan-lahan sampai diperoleh kontrol
optimal. Dosis sulfonilurea dapat dikurangi, pada beberapa pasien bahkan tidak
perlu diberikan lagi. Pengobatan dapat dilanjutkan dengan metformin sebagai obat
tunggal.
Apabila diberikan bersama insulin, dapat mengikuti petunjuk ini :

1) Bila dosis insulin kurang dari 60 unit sehari, permulaan diberikan satu tablet
metformin 500 mg, kemudian dosis insulin dikurangi secara berangsur-angsur
(4 unit setiap 24 hari). Dosis Metformin dapat ditambah setiap interval
mingguan.
2) Bila dosis insulin lebih dari 60 unit sehari, pemberian Metformin adakalanya
menyebabkan penurunan kadar gula darah dengan cepat. Pasien yang
demikian harus diobservasi dengan hati-hati selama 24 jam pertama setelah
pemberian Metformin. Setelah itu dapat diikuti petunjuk (1).
Tablet diberikan bersama makanan atau setelah makan. Dosis percobaan
tunggal. Penentuan kadar gula darah setelah pemberian suatu dosis percobaan
tunggal tidak memberikan petunjuk apakah seorang penderita diabetes akan
memberikan respon terhadap Metformin berminggu-minggu. Oleh karena itu dosis
percobaan tunggal tidak digunakan sebagai penilaian (Katzung, 2012).
Efek samping

Efek samping gastrointestinal tidak jarang didapatkan pada pemakaian awal


metformin dan ini dapat dikurangi dengan memberikan obat dimulai dengan dosis
rendah dan diberikan bersamaan dengan makanan
Efek samping lain yang terjadi adalah asidosis laktat, meski kejadiannya cukup
jarang, namun dapat berakibat fatal. Pada gangguan fungsi ginjal yang berat,
metformin dosis tinggi akan berakumulasi di mitokondria dan menghambat proses
fosforilasi oksidatif sehingga mengakibatkan asidosi laktat (yang dapat di perberat
dengan alcohol). Untuk menghindarinya sebaiknya tidak diberikan pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal (kreatinin > 1,3 mg/dL pada perempuan dan > 1,5
mg/dL pada laki-laki). Metformin juga dikontraindikasikan pada gangguan fungsi
hati, infeksi berat, pengguna alcohol berlebih serta penyandang gagal jantung yang
memerlukan terapi. Pemberian metformin perlu pemantauan ketat pada usia lanjut
( >60 tahun) di mana massa otot bebas lemaknya sudah berkurang. Pada pasien yang
akan menggunakan radiokontras disarankan untuk menghentikan metformin 24 jam
sebelum dan 48 jam sesudah tindakan
Metformin juga dapat mengganggu absorpsi vitamin B12 dan dapat
menurunkan konsentrasi vitamin B12 serum dengan mekanisme yangbelum
diketahui. Pada suatu uji klinik didapatkan anemia pada 7% pengguna metformin
dan kondisi itu membaik dengan cepat dengan penghentian obat. oleh karena itu
disarankan untuk monitor hematologi

Alluric
Obat Generik
Allopurinol

Obat Bermerek
Alluric, Benoxuric, Isoric, Licoric, Linogra, Nilapur, Ponuric, Pritanol, Puricemia,
Reucid, Rinolic, Sinoric, Tylonic, Urica, Uricnol, Zyloric.
Indikasi
a) Pada gout tofaseosa kronis, dimana reabsorbsi topi lebih cepat dibandingkan
obat urikosurik.
b) Pada penderita gout yang asam urat dalam urin 24 jamnya dengan diet bebas
purin melebihi 1,1 g.
c) Bila probenesid atau sulfinpirazon tidak dapat digunakan karena efek samping
atau reaksi alergi, atau bila obat obat ini memberikan efek terapi kurang
optimum.
d) Untuk batu ginjal berulang.
e) Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
f) Bila kadar urat serum kurang dari 6,5mg/dL.Selain untuk penyakit gout,
alopurinol dapat digunakan sebagai antiprotozoa dan diindikasikan untuk
mencegah urikosuria yang masif setelah pengobatan diskrasia darah dengan
cara lain dapat menyebabkan batu ginjal. (Katzung, 2014)
Farmakokinetik. Alopurinol hampir 80% diabsorpsi setelah pemberian peroral.
Seperti asam urat, alupurinol dimetabolisme sendiri oleh xantin oksidase.
Senyawa hasilnya yaitu aloxantin, yang dapat mempertahankan kemampuan
menghambat xantin oksidase dan mempunyai masa kerja yang cukup lama,
sehingga alopurinol cukup diberikan hanya sekali sehari. Onset dari alopurinol
yaitu 1 2 minggu. Absorbsi alopurinol bila diberikan secara peroral adalah
60% dari dosis pemberian. Volume distribusinya 1,6 L/Kg dan metabolisme
menjadi metabolit aktif oxypurinol ( 75% ). Ekskresi alopurinol dalam urin
sebesar 76% dalam bentuk oxypurinol dan 12% dalam bentuk utuh. T dari
alopurinol adalah 1 3 jam sedangkan untuk aloxantin 18 30 jam.
Bioavaibilitasnya 49 % 53%. Klirens alopurinol pada dosis 200 mg per hari

adalah 10 20 ml/menit. Untuk dosis 100 mg per hari, klirens alopurinol yaitu
3 10 ml/menit sedangkan untuk sediaan extended dengan 100 mg per hari,
klirens alopurinol < 3 ml/menit. (Katzung, 2014)
Farmakodinamik. Purin dibentuk dari asam amino, asam format, dan
karbondioksida dalam tubuh. Namun purin juga dibentuk dari degradasi asam
nukleat yang kemudian dikonversi menjadi xantin atau hipoksantin dan
dioksidasi menjadi asam urat. Jadi hipoksantin akan diubah menjadi xantin
oleh enzim xantin oksidase dan kemudian xantin akan diubah menjadi asam
urat ( 2, 6, 8-trioksipurin) oleh enzim xantin oksidase. Dengan adanya
alopurinol, akan menghambat enzim xantin oksidase sehingga terjadi
penurunan kadar asam urat dalam plasma dan penurunan timbunan asam urat
disertai dengan peningkatan xantin dan hipoksantin yang lebih larut.
Mekanisme penghambatan pembentukan asam urat oleh alopurinol yaitu
alopurinol yang merupakan isomer dari hipoksantin, bekerja sebagai antagonis
kompetitif dari hipoksantin yang dapat dioksidasi oleh enzim xantin oksidase
menjadi aloksantin. Hal ini menyebabkan jumlah enzim xantin oksidase yang
seharusnya mengubah hipoksantin menjadi xantin dan dari xantin menjadi
asam urat berkurang sehingga pada akhirnya produksi asam urat menurun.
(Katzung, 2014)

Interaksi dan perhatian


Allopurinol dapat meningkatkan toksisitas siklofosfamid dan sitotoksik lain.
Allopurinol dapat menghambat metabolisme obat di hati, misalnya warfarin.
Allopurinol dapat meningkatkan efek dari azathioprin dan merkaptopurin, sehingga
dosis perhari dari obat-obat tersebut harus dikurangi sebelum dilakukan pengobatan
dengan allopurinol. Allopurinol dapat memperpanjang waktu paruh klorpropamid
dan meningkatkan risiko hipoglikemia, terutama pada penderita dengan gangguan
fungsi ginjal. Efek allopurinol dapat diturunkan oleh golongan salisilat dan
urikosurik,seperti probenesid.
Jika alopurinol diberikan bersamaan dengan kemoterapi merkaptopurin maka
dosisnya harus dikurangi hingga kira kira 25%. Alopurinol juga dapat
meningkatkan efek siklofosfamid dan dapat menghambat metabolisme probenesid
dan antikoagulan oral serta dapat meningkatkan konsentrasi besi di hati. (Katzung,
2014)
Dosis
Dosis awal 100 mg/hari. Dosis harian 300 mg selama 3 minggu. Kolkisin atau
indometasin diberikan selama minggu pertama terapi alopurinol untuk mencegah
serangan arthritis gout yang kadang kadang timbul. Sedangkan untuk penderita
gangguan fungsi ginjal dosisnya 100 200 mg per hari, untuk hiperurisemia
sekunder dosisnya 100 200 mg per hari. Untuk anak anak 6 10 tahun dosisnya
300 mg sehari, anak dibawah 6 tahun 150 mg sehari. (Katzung, 2014)

Efek samping. Efek samping yang sering terjadi ialah reaksi kulit seperti
kemerahan pada kulit, sehingga penggunaan obat harus dihentikan karena dapat
menyebabkan gangguan yang lebih berat. Reaksi alergi yang mungkin terjadi berupa
demam, menggigil, leukopenia atau leukositosis, eusinofilia, artralgia dan pruritis.
Selain itu, efek samping yang dapat terjadi ialah intoleransi saluran cerna yang
meliputi mual, muntah, dan diare serta dapat menimbulkan neuritis perifer,
pastkulitis nekrotikan, depresi elemen sumsum tulang dan aplastik anemia (namun
jarang terjadi). Adanya toksisitas pada hati dan nepritis interstitial telah dilaporkan.
Pada awal pengobatan dengan alopurinol dapat meningkatkan serangan arthritis gout
akibat kristal urat ditarik dari jaringan dan kadar dalam plasma dibawah normal.
Sehingga untuk mencegah serangan akut diberikan kolkisin selama periode awal
penggunaan alopurinol. Namun jika alopurinol diberikan dalam gabungan dengan
probenesid atau sulfinvirazon maka tidak perlu diberikan kolkisin. Alopurinol dapat
terikat dengan lensa mata yang akan menyebabkan katarak. (Katzung, 2014)

Narfoz
Mekanisme kerja
Selektif menghambat reseptor serotonin 5-HT3 sebagai antiemetik. Aktifitas
antiemetik

ondansetron

dimediasi

secara

sentral

danperiferal

melalui

penghambatan reseptor 5-HT3. Reseptor 5-HT3 memegangperanan penting dalam


mengatur muntah akut. Ondansetron mencegah ataumemperbaiki muntah akut
yang dipengaruhi oleh kemoterapi dengan menghambatstimulasi viseral aferen
pusat muntah mungkin secara tidak langsung pada tarafarea postrema dan dengan
langsung menghambat aktifitas serotonin dalam areapostrema dan daerah
kemoreseptor pencetus (CTZ) yaitu tepat berada di periferalpada serabut syaraf
aferen vagal dalam dinding saluran berpusat di area postrema,inti sel traktus
solitarius (NTS) dan tersebar didaerah lain di otak.
Dosis obat
a) Untuk mual muntah imbas-kemoterapi : Dosis tunggal dengan penyuntikan
intravena 30 menit sebelum pemberian kemoterapi dengan dosis : ondansetron
8mg;granisetron 1mg; dolasetron 100mg; atau palonosetron 0,25mg. Dosis

oral tunggal yang diberikan 1 jam sebeum kemo terapi : ondasetron 8mg
2x/sehari atau 24 mg sekali; granisetron 2 mg; dolasetron 100 mg.
b) Untuk mual dan Muntah Pasca operasi dan pasca radiasi : dosis sama.
Interaksi Obat
Hubungan umur pasien dengan obat
Tidak perlu penyesuaian dosis, frekuensi maupun cara pemberian
a. Hubungan pengobatan dengan data klinik dan laboratorium:
b. Hubungan pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit dan riwayat
pengobatan : Tidak ada hubungan antara obat dengan riwayat pasien dan
riwayat pengobatan, mual pasien mungkin berhubungan dengan nyeri ulu hati
pasien.
Hubungan obat-obat, obat-makanan, dan obat jamu :
a. Hubungan obat-obat : Belum pernah dilaporkan interaksi signifikan dengan
antogonis reseptor 5-HT3. Obat ini di metabolisme oleh sistem sitokrom p450
hati tetapi obat ini sepertinya tidak mempengaruhi metabolisme obat lain.
Namun, obat lain dapat mengurangi bersihan antagonis reseptor 5-HT3 di hati,
mengubah waktu paruh mereka.
b. Hubungan obat-makanan : Makanan sedikit meningkatkan jumlah absorpsi
(17%) dan bioavailabilitas ondansetron
Indikasi
a. Untuk mual muntah imbas-kemoterapi : Dosis tunggal dengan penyuntikan
intravena 30 menit sebelum pemberian kemoterapi dengan dosis : ondansetron
8mg; granisetron 1mg; dolasetron 100mg; atau palonosetron 0,25 mg. Dosis
oral tunggal yang diberikan 1 jam sebeum kemo terapi : ondasetron 8mg
2x/sehari atau 24mg sekali granisetron 2 mg dolasetron 100mg.
b. Untuk mual dan Muntah Pasca operasi dan pasca radiasi : dosis sama.
Lama penggunaan obat :

Obat digunakan satu kali dalam sehari, bila pasien masih merasakan mual
dapat keesokan harinya dapat di beri kembali.
Efek terapeutik atau indikasi obat
Digunakan untuk mencegah mual dan muntah yang disebabkan oleh
pengobatan kanker (kemoterapi) dan terapi radiasi. Obat ini juga digunakan untuk
mencegah dan mengatasi muntah-muntah usai operasi. Ondansetron akan
memblokir salah satu substansi natural tubuh (serotonin) yang menyebabkan
muntah.
Efek samping
Nyeri kepala, pusing bergoyang dan konstipasi, lemas, peningkatan enzim
hati, peninggian QT interval di elektrokardiograf.

Valisanbe
Valisanbe adalah obat yang digunakan untuk menenangkan (menstabilkan) syarat
yang diproduksi oleh PT. Sanbe Farma.
Komposisi :
Setiap tablet / 1 ml mengandung Deazepam 5 mg
Farmakologi:
Valisanbe mengandung deazepam yang mempunyai efek kerja spesifik pada
behavioural system di otak. Diazepam juga berkhasiat menenangkan mental, menstabilkan
saraf otonom dan menimbulkan efek hipnotik-sedatif. Valisanbe juga memiliki efek
merelaksasi otot, sehingga sangat berguna pada pengobatan penyakit - penyakit
muskuloskeletal. (Nafrialdi, 2007)
Indikasi :
Keadaan neurotik, keadaan psikosomatik, gejala-gejala withdrawal alkohol, status
epileptikus dan pra operasi. (Nafrialdi, 2007)
Kontraindikasi :
Glaukoma, miastenia gravis, penderita yang hipersensitif terhadap diazepam.

Efek Samping Diazepam :


Efek samping yang sering terjadi antara lain penurunan tekanan darah, kelelahan, kelemahan
otot, dan penekanan fungsi pernapasan. Selain itu, dapat terjadi rasa kantuk berlebih, gangguan
koordinasi, dan kemerahan pada kulit. Efek samping yang berat adalah penurunan kadar sel darah
putih. Obat ini dapat berinteraksi dengan obat pengencer darah dan pelemas otot karena dapat
menghambat efek obat obat tersebut. (Nafrialdi, 2007)

Perhatian :
Penderita yang telah diberi injeksi Diazepam, sebaiknya tidak melalukan pekerjaan
berbahaya yang memerlukan kewaspadaan mental penuh seperti mengendarai kendaraan dan
bekerja dengan mesin-mesin yang berbahaya. Hati-hati bila digunakan pada penderita dengan
gangguan hati. Pemberian preparat parenteral pada penderita usia lanjut atau penderita yang
menerima obat-obat depresan saraf pusat atau penderita dengan gangguan pulmonari harus
dengan sangat hati-hati karena ada kemungkinan timbulnya apnea, depresi pernafasan atau
cardiac arrest. Hindari penggunaan pada wanita hamil trimester pertama. Hindari penggunaan
jangka panjang karena dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis. Hati-hati bila
diberikan bersama obat-obat depresan susunan saraf pusat atau alkohol. (Nafrialdi, 2007)
Pada wanita menyusui tidak ada efek samping negatif, selama dosis tidak melebihi 10 mg.
Interaksi Obat :
a) Hati-hati dalam pemberian diazepam bersamaan dengan obat antikoagulan karena
dapat menghambat kerja dari obat antikoagulan tersebut, tetapi belum terbukti secara
klinis.
b) Pemberian bersamaan dengan obat relaksasi otot dapat mempengaruhi kerja dari obat
relaksasi otot tersebut. (Nafrialdi, 2007)
Dosis :
Status Epileptikus
Dewasa : 5 - 10 mg, jika perlu dapat diulang dengan interval 10-15 menit, maksimal 30 mg.
Anak >5 tahun : 1 mg diberikan secara perlahan-lahan setiap 2 - 5 menit, maksimal 10 mg
Bayi & anak < 5 tahun : 0.2 - 0.5 mg diberikan secara perlahan-lahan setiap 2 - 5 menit,
maksimal 5 mg. (Nafrialdi, 2007)

Bila pemberian secara interval tidak dapat dilakukan, Valisanbe dapat diberikan secara
intramuskular.
Tetanus atau otot berat
Dewasa : 5 - 10 mg, jika perlu dapat diulang dengan interval 3 - 4 jam.
Anak-anak : 1 -2 mg diberikan secara perlahan-lahan, jika perlu dapat diulang dengan
interval 3 - 4 jam(Nafrialdi, 2007)

Anda mungkin juga menyukai