Klaudia pau
197908182005012020
1. Pengertian Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah mekanisme refluks melalui
sfingter esofagus.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan tatalaksana
refluks gastroesofageal
3. Kebijakan
4. Referensi Panduan Praktek Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer.
5. Prosedur Alat dan bahan :
1. Kuesioner GERD
6. Langkah- 1. Dokter melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan nama,
langkah tanggal lahir, alamat pasien dan mencocokan data dengan rekam
medis
2. Dokter melakukan anamnesis dengan menanyakan keluhan Rasa
panas dan terbakar di retrosternal atau epigastrik dan dapat
menjalar ke leher disertai muntah, atau timbul rasa asam di mulut.
Keluhan sering muncul pada malam hari.
3. Dokter melakukan pengisian kuesioner GERD
4. Dokter melakukan diagnosis berdasarkan anamnesa dan quesioner
GERD dan PPI test. Bila PPI test memberikan respon positif , maka
diagnosis definitif GERD dapat disimpulkan.
5. Dokter melakukan penatalaksanaan yaitu :
Terapi dengan medikamentosa dengan cara memberikan
Proton Pump Inhibitor (PPI) dosis tinggi selama 7-14 hari. Bila
terdapat perbaikan gejala yang signifikan (50-75%) maka
diagnosis dapat ditegakkan sebagai GERD. PPI dosis tinggi
berupa omeprazol 2x20 mg/hari.
Setelah ditegakkan diagnosis GERD, obat dapat diteruskan
sampai 4 minggu dan boleh ditambah dengan prokinetik
seperti domperidon 3x10 mg.
Pada kondisi tidak tersedianya PPI, maka penggunaan H2
Blocker 2x/hari: simetidin 400-800 mg atau ranitidin 150
mg.
6. Dokter memberikan edukasi kepada pasien dan atau keluarga pasien
mengenai kondisi pasien, layanan medis, pengobatan, efek samping
obat dan rujukan bila diperlukan.
7. Dokter mencatat tanggal pemeriksaan, anamnesis, pemeriksaan
fisik, diagnosis/kode ICD 10 : K21.9 Gastro-oesophageal refluks
disease without oesophagitis
7. Bagan Alir