Anda di halaman 1dari 4

URTIKARIA

No.Dokumen :154.pu
/SOP / PKMPTW/2019
SOP No.Revisi : 00
Tanggal Terbit : 16-02- 2019
Halaman : 1-4

PUSKESMAS dr. Hj. Elvira Aznidar


PERTIWI NIP.19601151997032002

1. Peng No. ICPC-2 : S98 Urticaria


ertian No. ICD-10 : L50 Urticaria
L50.9Urticaria, unspecified
Tingkat Kemampuan:
Urtikaria akut : 4A
Urtikaria kronis : 3A

Masalah Kesehatan
Urtikaria adalah reaksi vaskular pada kulit akibat
bermacam-macam sebab. Sinonim penyakit ini adalah
biduran, kaligata, hives, nettle rash. Ditandai oleh edema
setempat yang timbul mendadak dan menghilang perlahan-
lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di
permukaan kulit, sekitarnya dapat dikelilingi halo. Dapat
disertai dengan angioedema. Penyakit ini sering dijumpai
pada semua usia, orang dewasa lebih banyak terkena
dibandingkan dengan usia muda. Penderita atopi lebih
mudah mengalami urtikaria dibandingkan dengan orang
normal. Penisilin tercatat sebagai obat yang lebih sering
menimbulkan urtikaria.
2. Tuju Semua pasien urtikaria yang datang ke Puskesmas Pertiwi
an mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan prosedur
3. Kebij SK Kepala Puskesmas Pertiwi Nomor : 07/KEP/PKM-
akan PTW/I/2019 tentang Pelayanan Klinis di Puskesmas Pertiwi
4. Refer Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
ensi HK.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik
Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama
5. Pros Hasil Anamnesis (Subjective)
edur Keluhan
/Langkah- Pasien datang dengan keluhan biasanya gatal, rasa tersengat
langkah atau tertusuk. Gatal sedang-berat di kulit yang disertai
bentol-bentol di daerah wajah, tangan, kaki, atau hampir di
seluruh tubuh. Keluhan dapat juga disertai rasa panas
seperti terbakar atau tertusuk. Kadang-kadang terdapat
keluhan sesak napas, nyeri perut, muntah-muntah, nyeri
kepala, dan berdebar-debar (gejala angioedema).

Faktor Risiko
1. Riwayat atopi pada diri dan keluarga.
2. Riwayat alergi.
3. Riwayat trauma fisik pada aktifitas.
4. Riwayat gigitan/sengatan serangga.
5. Konsumsi obat-obatan (NSAID, antibiotik – tersering
penisilin, diuretik, imunisasi, injeksi, hormon,
pencahar, dan sebagainya).
6. Konsumsi makanan (telur, udang, ikan, kacang, dan
sebagainya).
7. Riwayat infeksi dan infestasi parasit.
1/4
8. Penyakit autoimun dan kolagen.
9. Usia rata-rata adalah 35 tahun.
10. Riwayat trauma faktor fisik (panas, dingin, sinar
matahari, sinar UV, radiasi).

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana


(Objective)
1. Pemeriksaan Fisik
2. Lesi kulit yang didapatkan:
3. Ruam atau patch eritema.
4. Berbatas tegas.
5. Bagian tengah tampak pucat.
6. Bentuk papul dengan ukuran bervariasi, mulai dari
papular hingga plakat.
7. Kadang-kadang disertai demografisme, berupa edema
linier di kulit yang terkena goresan benda tumpul,
timbul dalam waktu lebih kurang 30 menit.
8. Pada lokasi tekanan dapat timbul lesi urtika.
9. Tanda lain dapat berupa lesi bekas garukan.

Pemeriksaan fisik perlu dilengkapi dengan pemeriksaan


lainnya, misalnya pemeriksaan gigi, THT, dan sebagainya
untuk menyingkirkan adanya infeksi fokal.

Tempat predileksi
Bisa terbatas di lokasi tertentu, namun dapat generalisata
bahkan sampai terjadi angioedema pada wajah atau bagian
ekstremitas.

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah (eosinofil), urin dan feses rutin
(memastikan adanya fokus infeksi tersembunyi).
2. Uji gores (scratch test) untuk melihat dermografisme.
3. Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan
semua makanan yang dicurigai untuk beberapa waktu,
lalu mencobanya kembali satu per satu.
4. Tes fisik: tes dengan es (ice cube test), tes dengan air
hangat

Penegakan Diagnostik (Assessment)


Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.

Klasifikasi
1. Berdasarkan waktu berlangsungnya serangan,
urtikaria dibedakan atas urtikaria akut (< 6 minggu
atau selama 4 minggu terus menerus) dan kronis (> 6
minggu).
2. Berdasarkan morfologi klinis, urtikaria dibedakan
menjadi urtikaria papular (papul), gutata (tetesan air)
dan girata (besar-besar).
3. Berdasarkan luas dan dalamnya jaringan yang
terkena, urtikaria dibedakan menjadi urtikaria lokal
(akibat gigitan serangga atau kontak), generalisata
(umumnya disebabkan oleh obat atau makanan) dan
angioedema.
4. Berdasarkan penyebab dan mekanisme terjadinya,
urtikaria dapat dibedakan menjadi:
a. Urtikaria imunologik, yang dibagi lagi menjadi:

2/4
I. Keterlibatan IgE  reaksi hipersensitifitas
tipe I (Coombs and Gell) yaitu pada atopi dan
adanya antigen spesifik.
II. Keikutsertaan komplemen  reaksi
hipersensitifitas tipe II dan III (Coombs and
Gell), dan genetik.
III. Urtikaria kontak  reaksi hipersensitifitas
tipe 4 (Coombs and Gell).
a. Urtikaria non-imunologik (obat golongan opiat,
NSAID, aspirin serta trauma fisik).
b. Urtikaria idiopatik (tidak jelas penyebab
dan mekanismenya).

Diagnosis
Purpura anafilaktoid (purpura Henoch-Schonlein), Pitiriasis
rosea (lesi awal berbentuk eritema), Eritema multiforme (lesi
urtika, umumnya terdapat pada ekstremitas bawah).

Komplikasi
Angioedema dapat disertai obstruksi jalan napas.

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Prinsip penatalaksanaan
Tata laksana pada layanan Tingkat Pertama dilakukan
dengan first-line therapy, yaitu memberikan edukasi pasien
tentang penyakit urtikaria (penyebab dan prognosis) dan
terapi farmakologis sederhana.

Urtikaria akut
Atasi keadaan akut terutama pada angioedema karena dapat
terjadi obstruksi saluran napas. Penanganan dapat
dilakukan di Unit Gawat Darurat bersama-sama
dengan/atau dikonsultasikan ke dokter spesialis THT.
Bila disertai obstruksi saluran napas, pemberian
kortikosteroid prednison 60-80 mg/hari selama 3 hari, dosis
diturunkan 5-10 mg/hari.
Urtikaria kronik

1. Pasien menghindari penyebab yang dapat


menimbulkan urtikaria, seperti:
a. Kondisi yang terlalu panas, stres, alkohol, dan agen
fisik.
b. Penggunaan antibiotik penisilin, aspirin, NSAID, dan
ACE inhibitor.
c. Agen lain yang diperkirakan dapat menyebabkan
urtikaria.
1. Pemberian farmakoterapi dengan:
a. Antihistamin oral nonsedatif, misalnya loratadin 1
x 10 mg per hari selama 1 minggu.
b. Bila tidak berhasil dikombinasi dengan Hidroksisin
3 x 25 mg atau Difenhidramin 4 x 25-50 mg per
hari selama 1 minggu.
c. Apabila terjadi angioedema atau urtikaria
generalisata, dapat diberikan Prednison oral 60-80
mg mg per hari dalam 3 kali pemberian selama 3
hari dan dosis diturunkan 5-10 mg per hari.

Konseling dan Edukasi


1. Pasien dan keluarga diberitahu mengenai:
2. Prinsip pengobatan adalah identifikasi dan eliminasi

3/4
faktor penyebab urtikaria.
3. Penyebab urtikaria perlu menjadi perhatian setiap
anggota keluarga.
4. Pasien dapat sembuh sempurna.

Kriteria Rujukan
1. Rujukan ke dokter spesialis bila ditemukan fokus
infeksi.
2. Jika urtikaria berlangsung kronik dan rekuren.
3. Jika pengobatan first-line therapy gagal.
4. Jika kondisi memburuk, yang ditandai dengan makin
bertambahnya patch eritema, timbul bula, atau
bahkan disertai sesak.

Peralatan
Tabung dan masker oksigen
Alat resusitasi
Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan darah, urin dan
feses rutin.

Prognosis
Prognosis pada umumnya bonam dengan tetap menghindari
faktor pencetus.
6. Baga
n Alir
7. Unit Poli Umum
Terkait
8. Reka
man Yang Tanggal Mulai
No Isi Perubahan
Historis Dirubah Diberlakukan
Perubahan

4/4

Anda mungkin juga menyukai