0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
134 tayangan2 halaman
Dokumen ini memberikan ringkasan tentang SOP penatalaksanaan varisela di Puskesmas Pertiwi. Varisela adalah infeksi virus yang menyerang kulit dan mukosa dengan gejala demam, malaise, nyeri kepala dan erupsi kulit berupa papul dan vesikel. Penatalaksanaannya meliputi pengobatan gejala, losio untuk mengurangi gatal, serta antivirus oral seperti asiklovir untuk mencegah komplikasi. Pasien disarankan istirahat
Dokumen ini memberikan ringkasan tentang SOP penatalaksanaan varisela di Puskesmas Pertiwi. Varisela adalah infeksi virus yang menyerang kulit dan mukosa dengan gejala demam, malaise, nyeri kepala dan erupsi kulit berupa papul dan vesikel. Penatalaksanaannya meliputi pengobatan gejala, losio untuk mengurangi gatal, serta antivirus oral seperti asiklovir untuk mencegah komplikasi. Pasien disarankan istirahat
Dokumen ini memberikan ringkasan tentang SOP penatalaksanaan varisela di Puskesmas Pertiwi. Varisela adalah infeksi virus yang menyerang kulit dan mukosa dengan gejala demam, malaise, nyeri kepala dan erupsi kulit berupa papul dan vesikel. Penatalaksanaannya meliputi pengobatan gejala, losio untuk mengurangi gatal, serta antivirus oral seperti asiklovir untuk mencegah komplikasi. Pasien disarankan istirahat
1. Pengertian Infeksi akut primer oleh virus Varicella zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. Masa inkubasi 14-21 hari. Penularan melalui udara (air-borne) dan kontak langsung 2. Tujuan Sebagai acuan tatalaksana Varicella 3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Pertiwi Nomor : 07/KEP/PKM- PTW/I/2019 tentang Pelayanan Klinis di Puskesmas Pertiwi 4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama 5. Prosedur Hasil Anamnesis (Subjective) /Langkah- Keluhan langkah Demam, malaise, dan nyeri kepala. Kemudian disusul timbulnya lesi kulit berupa papul eritem yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Biasanya disertai rasa gatal. Faktor Risiko 1. Anak-anak. 2. Riwayat kontak dengan penderita varisela. 3. Keadaan imunodefisiensi. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective) Pemeriksaan Fisik Tanda Patognomonis Erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel akan menjadi keruh dan kemudian menjadi krusta. Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikelvesikel baru yang menimbulkan gambaran polimorfik khas untuk varisela. Penyebaran terjadi secara sentrifugal, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas atas. Pemeriksaan Penunjang Bila diperlukan, pemeriksaan mikroskopis dengan menemukan sel Tzanck yaitu sel datia berinti banyak. Penegakan Diagnosis (Assessment) Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis Banding 1. Variola 2. Herpes simpleks disseminata 1/2 3. Coxsackievirus 4. Rickettsialpox Komplikasi Pneumonia, ensefalitis, hepatitis, terutama terjadi pada pasien dengan gangguan imun. Varisela pada kehamilan berisiko untuk menyebabkan infeksi intrauterin pada janin, menyebabkan sindrom varisela kongenital.
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan 1. Gesekan kulit perlu dihindari agar tidak mengakibatkan pecahnya vesikel. Selain itu, dilakukan pemberian nutrisi TKTP, istirahat dan mencegah kontak dengan orang lain. 2. Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi. Aspirin dihindari karena dapat menyebabkan Reye’s syndrome. 3. Losio kalamin dapat diberikan untuk mengurangi gatal. 4. Pengobatan antivirus oral, antara lain: a. Asiklovir: dewasa 5 x 800 mg/hari, anak-anak 4 x 20 mg/kgBB (dosis maksimal 800 mg), atau Pemberian obat tersebut selama 7-10 hari dan efektif diberikan pada 24 jam pertama setelah timbul lesi. Konseling dan Edukasi Edukasi bahwa varisella merupakan penyakit yang self- limiting pada anak yang imunokompeten. Komplikasi yang ringan dapat berupa infeksi bakteri sekunder. Oleh karena itu, pasien sebaiknya menjaga kebersihan tubuh. Penderita sebaiknya dikarantina untuk mencegah penularan. Kriteria Rujukan 1. Terdapat gangguan imunitas 2. Mengalami komplikasi yang berat seperti pneumonia, ensefalitis, dan hepatitis. 6. Bagan Alir - 7. Unit Poli Umum Terkait 8. Rekaman Historis Yang Tanggal Mulai Perubahan Isi Perubahan No Dirubah Diberlakukan