Anda di halaman 1dari 4

URTIKARIA AKUT

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1 dari 2
PEMERINTAH Sri Lestari, A.Md. Keb
KAB. MEMPAWAH NIP. 19680424 198803 2 011

Urtikaria adalah reaksi vaskular pada kulit akibat bermacam-macam sebab.


Ditandai oleh edema setempat yang timbul mendadak dan menghilang
perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit,
sekitarnya dapat dikelilingi halo. Dapat disertai dengan angioedema. Nama lain:
biduran, kaligata, hives, nettle rash.
Klasifikasi urtikaria:
a. Berdasarkan waktu berlangsungnya serangan, urtikaria dibedakan atas urtikaria
akut (< 6 minggu atau selama 4 minggu terus menerus) dan kronis (> 6 minggu).
b. Berdasarkan morfologi klinis, urtikaria dibedakan menjadi urtikaria papular
(papul), gutata (tetesan air) dan girata (besar-besar).
c. Berdasarkan luas dan dalamnya jaringan yang terkena, urtikaria dibedakan
menjadi urtikaria lokal (akibat gigitan serangga atau kontak), generalisata
(umumnya disebabkan oleh obat atau makanan) dan angioedema.
d. Berdasarkan penyebab dan mekanisme terjadinya, urtikaria dapat dibedakan
Pengertian menjadi:
1. Urtikaria imunologik, yang dibagi lagi menjadi:
• Keterlibatan IgE reaksi hipersensitifitas tipe I (Coombs and Gell) yaitu pada
atopi dan adanya antigen spesifik
• Keikutsertaan komplemen reaksi hipersensitifitas tipe II dan III (Coombs
and Gell), dan genetik
• Urtikaria kontak reaksi hipersensitifitas tipe 4 (Coombs and Gell)
2. Urtikaria non-imunologik (obat golongan opiate, NSAID, aspirin serta trauma
fisik).
3. Urtikaria idiopatik (tidak jelas penyebab dan mekanismenya).
No. ICPC II : S98 Urticaria
No. ICD X : L50 Urticaria
L50.9 Urticaria, unspecified
Tingkat Kemampuan : Urtikaria akut 4A
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk melakukan diagnosis dan penatalaksanaan Napkin
eczema

Kebijakan

Peraturan Menteri Kesehatan No. 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Referensi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
1. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga), apakah gatal, ada
rasa tersengat atau tertusuk. Gatal sedang-berat di kulit yang disertai bentol-
bentol di daerah wajah, tangan, kaki, atau hampir di seluruh tubuh. Keluhan
dapat juga disertai rasa panas seperti terbakar atau tertusuk. Kadang-kadang
terdapat keluhan sesak napas, nyeri perut, muntah-muntah, nyeri kepala, dan
berdebar-debar (gejala angioedema). Juga ditanyakan faktor risiko penyakit yaitu:
a. Riwayat atopi pada diri dan keluarga.
b. Riwayat alergi.
c. Riwayat trauma fisik pada aktifitas.
d. Riwayat gigitan/sengatan serangga.
e. Konsumsi obat-obatan (NSAID, antibiotik – tersering penisilin, diuretik,
imunisasi, injeksi, hormon, pencahar, dan sebagainya).
f. Konsumsi makanan (telur, udang, ikan, kacang,, dsb).
g. Riwayat infeksi dan infestasi parasit.
h. Penyakit autoimun dan kolagen.
i. Umur rerata adalah 35 tahun.
Prosedur
j. Riwayat trauma faktor fisik (panas, dingin, trauma sinar x dan cahaya).
2. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan (keadaan umum
apakah tampak sehat atau sakit ringan-sedang, dll).
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik lengkap termasuk pemeriksaan gigi, THT,
dan genital untuk menemukan fokus infeksi. Lesi kulit yang didapat:
a. Ruam atau patch eritema.
b. Berbatas tegas.
c. Bagian tengah tampak pucat.
d. Bentuk papul dengan ukuran bervariasi, mulai dari papular hingga
plakat.
e. Kadang-kadang disertai demografisme berupa edema linier di kulit yang
terkena goresan benda tumpul, timbul dalam waktu < 30menit.
f. Pada lokasi tekanan dapat timbul lesi urtika.
g. Tanda lain dapat berupa lesi bekas garukan.
Tempat predileksi bisa terbatas di lokasi tertentu, namun dapat generalisata
bahkan sampai terjadi angioedema pada wajah atau bagian ekstremitas.
Pemeriksaan fisik perlu dilengkapi dengan pemeriksaan lainnya yang dapat
menyingkirkan adanya infeksi fokal (THT, dan sebagainya).

4. Jika diperlukan petugas melakukan pemeriksaan penunjang yaitu tes darah


eosinofil, urin rutin untuk memastikan adanya fokus infeksi tersembunyi, uji gores
(scratch test) untuk melihat dermografisme dan tes eliminasi makanan dengan cara
menghentikan semua makanan yang dicurigai untuk beberapa waktu lalu
mencobanya kembali satu per satu, tes fisik dengan dingin (es batu) dan panas (air
hangat).
5. Petugas menegakkan diagnosa dan atau differential diagnosis berdasarkan hasil
anamnesis, vital sign, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang jika dilakukan.
6. Jika diperlukan, petugas memberikan terapi farmakologis sederhana. Pada urtikaria
akut atasi keadaan akut terutama pada angioedema karena dapat terjadi obstruksi
saluran napas. Bila disertai obstruksi saluran napas, diindikasikan pemberian
epinefrin subkutan yang dilanjutkan dengan pemberian kortikosteroid Prednison
60-80 mg/hari selama 3 hari, dosis diturunkan 5-10 mg/hari. Pada urtikaria kronik,
diberikan terapi sebagai berikut:
a. Antihistamin (AH) oral nonsedatif, misalnya Loratadin 10 mg/hari pemakaian
1 x sehari selama 1 minggu.
b. Bila tidak berhasil dikombinasi dengan Hidroksizin 3 x 25 mg atau
diphenhydramine 4 x 25-50 mg / hari selama 1 minggu.
c. Apabila urtikaria karena dingin, diberikan Siproheptadin (3 x 4 mg) lebih
efektif selama 1 minggu terus menerus.
d. Antipruritus topikal: cooling antipruritic lotion, seperti krim menthol 1%
atau 2% selama 1 minggu terus menerus.
e. Apabila terjadi angioedema atau urtikaria generalisata, dapat diberikan
Prednison oral 60-80 mg mg per hari dalam 3 kali pemberian selama 3
hari dan dosis diturunkan 5-10 mg/hari.
f. Untuk menekan inflamasi yaitu dengan krim/ salep bersifat protektif (zinc
oxide/pantenol) dipakai 2 kali sehari selama 1 minggu atau kortikosteroid
potensi lemah (salep hidrokortison 1-2.5%) dipakai 2 kali sehari selama 3-7
hari
7. Petugas memberikan edukasi kepada pasien dan atau keluarganya:
a. Prinsip pengobatan adalah identifikasi dan eliminasi faktor penyebab
urtikaria.
b. Penyebab urtikaria perlu menjadi perhatian setiap anggota keluarga.
c. Pasien dapat sembuh sempurna.
d. Pasien menghindari penyebab yang dapat menimbulkan urtikaria,
seperti:
1. Kondisi yang terlalu panas, stres, alkohol, dan agen fisik.
2. Penggunaan antibiotik penisilin, aspirin, NSAID, dan ACE inhibitor.
3. Agen lain yang diperkirakan dapat menyebabkan urtikaria.
8. Bila terdapat fokus infeksi, atau jika urtikaria berlangsung kronik dan rekuren, atau
jika pengobatan tahap pertama gagal, serta jika kondisi pasien memburuk ditandai
dengan makin bertambahnya patch eritema, timbul bula, atau bahkan sesak, petugas
melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi (Rumah Sakit).
9. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke unit farmasi.
10. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosis,
terapi, rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis.
11. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk di entry.
12. Petugas simpus mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosis dan terapi yang
sudah tercatata dalam rekam medis ke data simpus.

1. Pendaftaran dan rekam medis


2. Poli Umum
Unit Terkait 3. Laboratorium
4. Farmasi
5. Data Simpus

Rekaman Historis Perubahan

No. Yang dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai