Anda di halaman 1dari 3

URTIKARIA AKUT

SOP/UKP/A/
No. Dokumen
069
0
No.Revisi
SOP
17 April 2018
Tanggal Terbit

Halaman 1 dari 3

PUSKESMAS RAWAT Sri Lestari, Amd. Keb


JALAN SEMUDUN NIP. 19680424 198803 2 011

1. Pengertian Urtikaria adalah reaksi vaskular pada kulit akibat bermacam-macam


sebab. Ditandai oleh edema setempat yang timbul mendadak dan
menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi
di permukaan kulit, sekitarnya dapat dikelilingi halo. Dapat disertai
dengan angioedema. Nama lain: biduran, kaligata, hives, nettle rash.
Klasifikasi urtikaria:
a. Berdasarkan waktu berlangsungnya serangan, urtikaria dibedakan atas
urtikaria akut (< 6 minggu atau selama 4 minggu terus menerus) dan
kronis (> 6 minggu).
b. Berdasarkan morfologi klinis, urtikaria dibedakan menjadi
urtikaria papular (papul), gutata (tetesan air) dan girata (besar-besar).
c. Berdasarkan luas dan dalamnya jaringan yang terkena, urtikaria
dibedakan menjadi urtikaria lokal (akibat gigitan serangga atau
kontak), generalisata (umumnya disebabkan oleh obat atau
makanan) dan angioedema.
d. Berdasarkan penyebab dan mekanisme terjadinya, urtikaria dapat
dibedakan menjadi:
1. Urtikaria imunologik, yang dibagi lagi menjadi:
• Keterlibatan IgE reaksi hipersensitifitas tipe I (Coombs and
Gell) yaitu pada atopi dan adanya antigen spesifik
• Keikutsertaan komplemen reaksi hipersensitifitas tipe II dan
III (Coombs and Gell), dan genetik
• Urtikaria kontak reaksi hipersensitifitas tipe 4 (Coombs and
Gell)
2. Urtikaria non-imunologik (obat golongan opiate, NSAID, aspirin
serta trauma fisik).
3. Urtikaria idiopatik (tidak jelas penyebab dan mekanismenya).
No. ICPC II : S98 Urticaria
No. ICD X : L50 Urticaria
L50.9 Urticaria, unspecified
Tingkat Kemampuan : Urtikaria akut 4A
2. Tujuan Sebagai acuan petugas untuk melakukan diagnosis dan penatalaksanaan
Napkin eczema
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Rawat Jalan Semudun Nomor 236 Tahun 2018
tentang Pelayanan Medis
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan No. 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik
Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur/Langkah 1. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit
-langkah sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit
keluarga), apakah gatal, ada rasa tersengat atau tertusuk. Gatal sedang-
berat di kulit yang disertai bentol-bentol di daerah wajah,
tangan, kaki, atau hampir di seluruh tubuh. Keluhan dapat juga
disertai rasa panas seperti terbakar atau tertusuk. Kadang-kadang
terdapat keluhan sesak napas, nyeri perut, muntah-muntah, nyeri
kepala, dan berdebar-debar (gejala angioedema). Juga ditanyakan
faktor risiko penyakit yaitu:
a. Riwayat atopi pada diri dan keluarga.
b. Riwayat alergi.
c. Riwayat trauma fisik pada aktifitas.
d. Riwayat gigitan/sengatan serangga.
e. Konsumsi obat-obatan (NSAID, antibiotik – tersering penisilin,
diuretik, imunisasi, injeksi, hormon, pencahar, dan sebagainya).
f. Konsumsi makanan (telur, udang, ikan, kacang,, dsb).
g. Riwayat infeksi dan infestasi parasit.
h. Penyakit autoimun dan kolagen.
i. Umur rerata adalah 35 tahun.
j. Riwayat trauma faktor fisik (panas, dingin, trauma sinar x dan
cahaya).
2. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan (keadaan
umum apakah tampak sehat atau sakit ringan-sedang, dll).
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik lengkap termasuk pemeriksaan
gigi, THT, dan genital untuk menemukan fokus infeksi. Lesi kulit yang
didapat:
a. Ruam atau patch eritema.
b. Berbatas tegas.
c. Bagian tengah tampak pucat.
d. Bentuk papul dengan ukuran bervariasi, mulai dari papular
hingga plakat.
e. Kadang-kadang disertai demografisme berupa edema linier di
kulit yang terkena goresan benda tumpul, timbul dalam waktu <
30menit.
f. Pada lokasi tekanan dapat timbul lesi urtika.
g. Tanda lain dapat berupa lesi bekas garukan.
Tempat predileksi bisa terbatas di lokasi tertentu, namun dapat
generalisata bahkan sampai terjadi angioedema pada wajah atau
bagian ekstremitas. Pemeriksaan fisik perlu dilengkapi dengan
pemeriksaan lainnya yang dapat menyingkirkan adanya infeksi fokal
(THT, dan sebagainya).
4. Jika diperlukan petugas melakukan pemeriksaan penunjang yaitu tes
darah eosinofil, urin rutin untuk memastikan adanya fokus infeksi
tersembunyi, uji gores (scratch test) untuk melihat dermografisme dan
tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang
dicurigai untuk beberapa waktu lalu mencobanya kembali satu per satu,
tes fisik dengan dingin (es batu) dan panas (air hangat).
5. Petugas menegakkan diagnosa dan atau differential diagnosis
berdasarkan hasil anamnesis, vital sign, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang jika dilakukan.
6. Jika diperlukan, petugas memberikan terapi farmakologis sederhana.
Pada urtikaria akut atasi keadaan akut terutama pada angioedema
karena dapat terjadi obstruksi saluran napas. Bila disertai obstruksi
saluran napas, diindikasikan pemberian epinefrin subkutan yang
dilanjutkan dengan pemberian kortikosteroid Prednison 60-80 mg/hari
selama 3 hari, dosis diturunkan 5-10 mg/hari. Pada urtikaria kronik,
diberikan terapi sebagai berikut:
a. Antihistamin (AH) oral nonsedatif, misalnya Loratadin 10
mg/hari pemakaian 1 x sehari selama 1 minggu.
b. Bila tidak berhasil dikombinasi dengan Hidroksizin 3 x 25 mg atau
diphenhydramine 4 x 25-50 mg / hari selama 1 minggu.
c. Apabila urtikaria karena dingin, diberikan Siproheptadin (3 x 4
mg) lebih efektif selama 1 minggu terus menerus.
d. Antipruritus topikal: cooling antipruritic lotion, seperti krim
menthol 1% atau 2% selama 1 minggu terus menerus.
e. Apabila terjadi angioedema atau urtikaria generalisata,
dapat diberikan Prednison oral 60-80 mg mg per hari dalam 3
kali pemberian selama 3 hari dan dosis diturunkan 5-10 mg/hari.
f. Untuk menekan inflamasi yaitu dengan krim/ salep bersifat
protektif (zinc oxide/pantenol) dipakai 2 kali sehari selama 1
minggu atau kortikosteroid potensi lemah (salep hidrokortison 1-
2.5%) dipakai 2 kali sehari selama 3-7 hari
7. Petugas memberikan edukasi kepada pasien dan atau keluarganya:
a. Prinsip pengobatan adalah identifikasi dan eliminasi faktor
penyebab urtikaria.
b. Penyebab urtikaria perlu menjadi perhatian setiap anggota keluarga.
c. Pasien dapat sembuh sempurna.
d. Pasien menghindari penyebab yang dapat menimbulkan
urtikaria, seperti:
1. Kondisi yang terlalu panas, stres, alkohol, dan agen fisik.
2. Penggunaan antibiotik penisilin, aspirin, NSAID, dan ACE
inhibitor.
3. Agen lain yang diperkirakan dapat menyebabkan urtikaria.
8. Bila terdapat fokus infeksi, atau jika urtikaria berlangsung kronik dan
rekuren, atau jika pengobatan tahap pertama gagal, serta jika kondisi
pasien memburuk ditandai dengan makin bertambahnya patch eritema,
timbul bula, atau bahkan sesak, petugas melakukan rujukan ke
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi (Rumah Sakit).
9. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke unit
farmasi.
10. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan,
diagnosis, terapi, rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis.
11. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk di entry.
12. Petugas simpus mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosis dan
terapi yang sudah tercatata dalam rekam medis ke data simpus.

6. Bagan Alir -
7. Hal-hal yang perlu -
diperhatikan
8. Unit Terkait 1. Pendaftaran dan rekam medis
2. Ruang Pemeriksaan Umum
3. Ruang Laboratorium
4. Ruang Farmasi
5. Data Simpus
6. Dokumen Terkait -

7. Rekaman Historis
Tanggal mulai
No Yang Diubah Isi Perubahan
diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai