Anda di halaman 1dari 5

ANGINA PEKTORIS

No.Dokumen : SOP/157/UKP-NGT
No.Revisi : 00
SOP
Tanggal terbit : 15 Februari 2018
Halaman : 1/5
PUSKESMAS YUPITA
NANGA NIP.19670703
TAYAP 1989012 003

1. Pengertian Angina pektoris ialah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri
dada yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terasa berat di
dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada tersebut
biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas dan segera hilang
bila aktivitas dihentikan. Angina pektoris merupakan tanda
klinis pertama pada sekitar 50% pasien yang mengalami
penyakit jantung koroner.
Kode ICD X : I20.9 Angina pectoris, unspecified
Tingkat kemampuan 4A
2. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga medis untuk melakukan identifikasi
dan penatalaksanaan angina pektoris
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. 32/KAPUS/I/2018
Tentang Penetapan Dokumen Esternal Yang Menjadi Acuan
Dalam Penyusunan Standar Pelayanan Klinis
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur 1. Petugas menerima pasien
2. Petugas melakukan anamnesa keluhan pasien yang
disesuaikan dengan gejala angina pektoris, yaitu keluhan
nyeri dada yang khas seperti rasa ditekan atau terasa berat
seperti ditimpa beban yang sangat berat.
Diagnosis seringkali berdasarkan keluhan nyeri dada yang
mempunyai ciri khas sebagai berikut:
a. Letak nyeri dada di daerah sternum atau di bawah sternum
(substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang
menjalar ke lengan kiri, dapat menjalar ke punggung,
rahang, leher, atau ke lengan kanan. Nyeri dada juga
dapat timbul di tempat lain seperti di daerah epigastrium,
leher, rahang, gigi, bahu.
b. Kualitas nyeri dada biasanya seperti tertekan benda berat,
atau seperti diperas atau terasa panas, kadang-kadang
hanya mengeluh perasaan tidak enak di dada karena pasien
tidak dapat menjelaskan dengan baik, lebih-lebih jika
pendidikan pasien kurang.
c. Hubungan dengan aktivitas
d. Lamanya serangan biasanya berlangsung 1-5 menit,
kadang- kadang perasaan tidak enak di dada masih terasa
setelah nyeri hilang. Bila nyeri dada berlangsung lebih
dari 20 menit, mungkin pasien mendapat serangan
infark miokard akut dan bukan angina pektoris biasa.
Pada angina pektoris dapat timbul keluhan lain seperti sesak
napas, perasaan lelah, kadang-kadang nyeri dada disertai
keringat dingin.
e. Nyeri dada bisa disertai keringat dingin , mual, muntah,
sesak dan pucat.
Faktor resiko yang tidak dapat diubah:
a. Usia: Risiko meningkat pada pria datas 45 tahun dan
wanita diatas 55 tahun (umumnya setelah menopause)
b. Jenis kelamin: Morbiditas akibat penyakit jantung koroner
(PJK) pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan
pada perempuan, hal ini berkaitan dengan estrogen
endogen yang bersifat protektif pada perempuan. Hal ini
terbukti insidensi PJK meningkat dengan cepat dan akhirnya
setara dengan laki-laki pada wanita setelah masa
menopause.
c. Riwayat keluarga: Riwayat anggota keluarga sedarah yang
mengalami penyakit jantung koroner sebelum usia 70 tahun
merupakan faktor risiko terjadinya PJK.
Faktor resiko yang dapat diubah:
a. Mayor
 Peningkatan lipid serum
 Hipertensi
 Merokok
 Konsumsi alkohol
 Diabetes Melitus
 Diet tinggi lemak jenuh, kolesterol dan kalori
b. Minor
 Aktivitas fisik kurang
 Stress psikologik
 Tipe kepribadian
3. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik sebagai berikut:
a. Sewaktu angina dapat tidak menunjukkan kelainan. Walau
jarang pada auskultasi dapat terdengar derap atrial atau
ventrikel dan murmur sistolik di daerah apeks. Frekuensi
denyut jantung dapat menurun, menetap atau meningkat
pada waktu serangan angina.
b. Dapat ditemukan pembesaran jantung.
Petugas dapat melakukan pemeriksaan penunjang bila
diperlukan, pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:
EKG
Gambaran EKG saat istirahat dan bukan pada saat serangan
angina sering masih normal. Gambaran EKG dapat
menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark
miokard di masa lampau. Kadang-kadang menunjukkan
pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan
angina; dapat pula menunjukkan perubahan segmen ST
atau gelombang T yang tidak khas. Pada saat serangan
angina, EKG akan menunjukkan depresi segmen ST dan
gelombang T dapat menjadi negatif.
Gambaran EKG penderita angina tak stabil/ATS dapat
berupa depresi segmen ST, inversi gelombang T, depresi
segmen ST disertai inversi gelombang T, elevasi segmen ST,
hambatan cabang ikatan His dan bisa tanpa perubahan
segmen ST dan gelombang T. Perubahan EKG pada ATS
bersifat sementara dan masing-masing dapat terjadi sendiri-
sendiri ataupun bersamaan. Perubahan tersebut timbul di
saat serangan angina dan kembali ke gambaran normal atau
awal setelah keluhan angina hilang dalam waktu 24 jam.
Bila perubahan tersebut menetap setelah 24 jam atau terjadi
evolusi gelombang Q, maka disebut sebagai IMA.
6. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Yaitu:
a. Stable Angina Pectoris (angina pectoris stabil)
Keluhan nyeri dada timbul bila melakukan suatu pekerjaan,
sesuai dengan berat ringannya pencetus, dibagi atas
beberapa tingkatan:
 Selalu timbul sesudah latihan berat.
 Timbul sesudah latihan sedang ( jalan cepat 1/2 km)
 Timbul waktu latihan ringan (jalan 100 m)
 Angina timbul jika gerak badan ringan (jalan biasa)
b. Unstable Angina Pectoris (angina pectoris tidak
stabil/ATS) di masyarakat biasa disebut Angin Duduk.
Bentuk ini merupakan kelompok suatu keadaan yang
dapat berubah seperti keluhan yang bertambah progresif,
sebelumnya dengan angina stabil atau angina pada pertama
kali. Angina dapat terjadi pada saat istirahat maupun
bekerja. Pada patologi biasanya ditemukan daerah
iskemik miokard yang mempunyai ciri tersendiri.
c. Angina prinzmetal (Variant angina)
Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan
pada kenyataannya sering timbul pada waktu beristirahat
atau tidur. Pada angina prinzmetal terjadi spasme arteri
koroner yang menimbulkan iskemi jantung di bagian hilir.
Kadang-kadang tempat spasme berkaitan dengan
arterosklerosis.
Diagnosis banding yaitu Gastroesofageal Refluks Disease
(GERD) dan Gastritis Akut.
7. Petugas melakukan penatalaksanaan yaitu:
Modifikasi gaya hidup:
 mengontrol emosi dan mengurangi kerja yang berat
dimana membutuhkan banyak oksigen dalam
aktivitasnya
 mengurangi konsumsi makanan berlemak
 menghentikan konsumsi rokok dan alkohol
 menjaga berat badan ideal
 mengatur pola makan
 melakukan olah raga ringan secara teratur
 jika memiliki riwayat diabetes tetap melakukan
pengobatan diabetes secara teratur
 melakukan kontrol terhadap kadar serum lipid
 Mengontrol tekanan darah.
Terapi farmakologi:
a. Nitrat dikombinasikan dengan β-blocker atau Calcium
Channel Blocker (CCB) non dihidropiridin yang tidak
meningkatkan heart rate (misalnya verapamil, diltiazem).
Pemberian dosis pada serangan akut :
 Nitrat 5 mg sublingual dapat dilanjutkan dengan 5
mg peroral sampai mendapat pelayanan rawat lanjutan
di Pelayanan sekunder.
 Beta bloker: Propanolol 20-80 mg dalamdosis terbagi
atau Bisoprolol 2,5-5 mg per 24 jam.
 Calcium Channel Blocker (CCB) Dipakai bila Beta Blocker
merupakan kontraindikasi. Verapamil 80 mg (2-3 kali
sehari) atau Diltiazem 30 mg ( 3-4 kali sehari).
b. Antipletelet: Aspirin 160-320 mg sekali minum pada akut.
c. Oksigen dimulai 2l/menit
8. Petugas memberikan konseling dan edukasi berupa:
a.Mengontrol emosi, mengurangi kerja yang berat dimana
membutuhkan banyak oksigen dalam aktivitasnya.
b.Melakukan pola hidup sehat seperti mengurangi konsumsi
makanan berlemak, menghentikan konsumsi rokok dan
alkohol, menjaga berat badan ideal, mengatur pola makan,
melakukan olah raga ringan secara teratur.
9.Petugas melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi (Rumah Sakit) untuk tatalaksana lebih lanjut.
10. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesa,
pemeriksaan fisik, diagnosa dan penatalaksanaan yang telah
dilakukan dalam rekam medis pasien.
11. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas rekam medis.
5. Unit 1. Pendaftaran dan Rekam Medis
Terkait 2. Ruangan Gawat Darurat
3. Ruang Farmasi
Rekaman historis perubahan
No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai