Anda di halaman 1dari 3

TETANUS

No. Dokumen : / SOP-2023


No. Revisi : 02
SOP Tanggal Terbit : 06 Januari
2023
Halaman : 1/5
UPTD PUSKESMAS dr. R. LISA RIANTUTI
KAMPUNG BUGIS NIP. 19741007 200502 2 006
1. Pengertian Tetanus adalah penyakit pada sistem saraf yang disebabkan oleh
tetanospasmin, yaitu neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium
tetani.
2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas dalam penanganan pada pasien Tetanus
sesuai dengan prosedur terapi.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Kampung Bugis No. 023 Tahun
2023 Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/1186/2022 Tentang Panduan Praktik Klinis bagi
Dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
2. Keputusan Menteri Kesehatan republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/1936/2022 Tentang Panduan Praktik Klinis bagi
Dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
5. Prosedur / Langkah 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut
– Langkah 2. Petugas (Perawat / Bidan) melakukan kajian awal terhadap pasien
serta melakukan pemeriksaan vital sign kepada pasien dengan
mengukur tekanan darah, nadi, frekuensi napas dan suhu.
3. Petugas mengarahkan pasien ke petugas selanjutnya (dokter)
untuk dilakukan pemeriksaan
4. Petugas melakukan anamnesa pada pasien apakah pasien
mengalami kekakuan otot setempat terutama pada leher dan
rahang, sulit membuka rahang (trismus), kejang, sulit menelan,
dan demam, apakah ada faktor risiko, apakah terdapat riwayat
luka atau infeksi telinga.
5. Petugas mencuci tangan, mempersilahkan pasien berbaring di
bed pasien dan meminta izin untuk melakukan pemeriksaan fisik,
6. Petugas melakukan pemeriksaan fisik spesifik dari head to toe.
Apakah terdapat kekakuan dan spasme otot menetap, trismus,
rhisus sardonikus dan disfungsi nervus kranial, kekakuan dada
dan perut (opisthotonus), fleksi-abduksi lengan serta ekstensi
tungkai, kejang umum yang dapat terjadi dengan rangsangan
ringan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran yang
tetap baik. Tingkat keparahan tetanus:
7. Kriteria Pattel Joag
8. Kriteria 1: rahang kaku, spasme terbatas, disfagia, dan kekakuan
otot tulang belakang
9. Kriteria 2: Spasme, tanpa mempertimbangkan frekuensi maupun
derajat keparahan
10. Kriteria 3: Masa inkubasi ≤ 7hari
11. Kriteria 4: waktu onset ≤48 jam
12. Kriteria 5: Peningkatan temperatur; rektal 100ºF (> 400 ºC), atau
aksila 99ºF (37,6 ºC).
13. Petugas menegakkan diagnosa berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
14. Tatalaksana
15. Manajemen luka: luka dibersihkan dan jika perlu dilakukan
debridemen.
16. Riwayat imunisasi tetanus pasien perlu didapatkan.
17. TT harus diberikan jika riwayat booster terakhir lebih dari 10 tahun
jika riwayat imunisasi tidak diketahui, TT dapat diberikan. Jika
riwayat imunisasi terakhir lebih dari 10 tahun yang lalu, maka
tetanus imunoglobulin (TIg) harus diberikan. Keparahan luka
bukan faktor penentu pemberian TIg.
18. Pengawasan, agar tidak ada hambatan fungsi respirasi.
19. Oksigenasi
20. Antikonvulsan: keadaan kejang berikan diazepam dosis
0,5mg/kgBB/kali i.v perlahan-lahan dengan dosis optimum
10mg/kali diulang setiap kali kejang.
21. Anti Tetanus Serum (ATS) dapat digunakan, tetapi sebelumnya
diperlukan skin tes untuk hipersensitif. Dosis biasa 50.000 iu,
diberikan IM diikuti dengan 50.000 unit dengan infus IV lambat.
22. Eliminasi bakteri, penisilin adalah drug of choice:
23. prokain penisilin, 1,2 juta unit IM atau IV setiap 6 jam selama 10
hari.
24. Untuk pasien yang alergi penisilin dapat diberikan Tetrasiklin, 500
mg PO atau IV setiap 6 jam selama 10 hari.
Pemberian antibiotik di atas dapat mengeradikasi Clostridium
tetani tetapi tidak dapat mempengaruhi proses neurologisnya.
25. Bila dijumpai adanya komplikasi pemberian antibiotika spektrum
luas dapat dilakukan. Tetrasiklin, Eritromisin dan Metronidazol
dapat diberikan, terutama bila penderita alergi penisilin.
26. Tetrasiklin: 30-50 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis.
27. Eritromisin: 50 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis, selama 10 hari.
28. Metronidazol loading dose 15 mg/KgBB/jam selanjutnya 7,5
mg/KgBB tiap 6 jam.
29. Rujuk apabila didapatkan kriteria berupa terjadi komplikasi, seperti
distres sistem pernapasan atau tidak terjadi perbaikan setelah
penanganan pertama.
30. Petugas menulis resep.
31. Petugas memasukkan data anamnesa, pemeriksaan fisik,
diagnosa, tatalaksana dan edukasi ke dalam e-Puskesmas.

6. Bagan Alur

Memanggil Melakukan
pasien sesuai anamnesa pada Melakukan pemeriksaan fisik
nomor urut pasien

Menulis resep untuk Melakukan konseling Menegakkan diagnose


pengobatan penyakit dan edukasi terkait berdasarkan hasil
simptomatis kondisi pasien anamnesis dan pemeriksaan

Menyerahkan resep Merujuk pasien jika perlu


ke pasien

Memasukkan data anamnesa, pemeriksaan


fisik, diagnosa, tatalaksana dan edukasi ke
dalam e-Puskesmas

7. Unit Terkait 1. Ruang Pemeriksaan Umum


2. Ruang Pemeriksaan Lansia
3. Ruang Pemeriksaan Anak
4. Ruang Tindakan dan Gawat Darurat
5. Ruang Farmasi
8. Dokumen Terkait Rekam Medis Elektronik

Halaman 2/2
9. Rekaman Historis No Yang Dirubah Isi Perubahan Tanggal Mulai
Perubahan Diberlakukan

Halaman 2/2

Anda mungkin juga menyukai