Anda di halaman 1dari 3

TETANUS NEONATURUM

Nomor Dokumen : xxx/xxx/xxx/xx/20xx

Nomor Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit :

Halaman :1/3
dr. Handi Wijaya,
MARS
KLINIK WIJAYA

1. Pengertian Secara global hampir 14% penyebab kematian neonatus adalah tetanus
neonatorum. Tetanus neonatorum bertanggung jawab terhadap 50%
kematian neonatus yang disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Tetanus neonatorum dapat dicegah dengan imunisasi dan
atau pelayanan persalinan dan pasca persalinan yang bersih.
2. Tujuan Semua pasien Tetanus Neonatorum yang datang ke Klinik Denti Sari
mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan prosedur.
3. Kebijakan Berdasarkan Keputusan Kepala Klinik Denti Sari Nomor :
xx/xxx/xxx/xx/20xx Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis Klinik Wijaya.
4. Referensi Buku Panduan Praktek Klinis bagi dokter di Fasyankes Primer edisi 2 tahun
terbit 2017.
5. Prosedur A. Anamnesis (Subjective)
Gejala klinis timbul setelah toksin mencapai susunan saraf. Masa inkubasi
umumnya berkisar antara 3-10 hari. Trismus akibat spasme otot masseter
ditemukan pada lebih dari separuh penderita, diikuti kekauan otot leher,
kesulitan menelan dan mulut mencucu seperti mulut ikan. Spasme otot
punggung dan otot perut. Spasme dapat terjadi spontan atau terhadap
rangsangan dengan frekuensi yang bervariasi. Kesadaran masih intak.
Anamnesis, meliputi :
1. Penolong persalinan apakah tenaga medis/paramedis/non
medis/dukun bayi
2. Telah mendapat pelatihan atau belum
3. Alat yang dipakai memotong tali pusat
4. Ramuan apa yang dibubuhkan pada perawatan tali pusat
5. Status imunisasi TT ibu sebelum dan selama kehamilan
6. Sejak kapan bayi tidak dapat menetek (incubation period)
7. Berapa lama selang waktu antara gejala-gejala tidak dapat menetek
dengan gejala spasme pertama (period of onset)

B. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)


Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran intak
2. Trismus
3. Kekakuan otot leher, punggung, perut
4. Mulut mencucu seperti mulut ikan
5. Kejang
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk tetanus

1/3
neonatorum. Diagnosis utamanya ditegakkan dengan adanya gejala klinis
seperti trismus, disfagia, kekakuan otot (muscular rigidity).

C. Penegakan Diagnostik (Assessment)


 Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan penunjang.
 Diagnosis Banding
Semua penyebab kejang neonatus seperti Kongenital (cerebral
anomalies ), perinatal (komplikasi persalinan, trauma perinatal &
atau perdarahan intracranial) dan postnatal (Intervensi & gangguan
metabolik)
 Komplikasi
Fraktur, dislokasi mandibular, hipoksia dan pneumonia aspirasi,
Long bone fractures
D. Penatalaksanaan Komperhensif (Planning)
1. Eradikasi kuman
Tali pusat dibersihkan dengan alcohol 70% atau providon iodin.

2. Antibiotik
a. Penisilin prokain 50.000 IU/kg/kali IM, tiap 12 jam, atau
b. Ampisilin 50 mg/kg/dosis, atau
 Usia gestasi (UG) < 37 minggu n< 28 hari tiap 12 jam , 28
hari tiap 8 jam
 UG > 37 minggu < 7 hari tiap 12 jam, 7 hari tiap 8 jam
c. Metronidazole loading dose 15mg/kg/dosis, selanjutnya
7,5mg/kg/dosis, atau
Interval
• Usia < 28 hari tiap 12 jam
• Usia > 28 hari tiap 8 jam
Pemberian dosis rumatan
 UG < 37 minggu 24 jam setelah loading dose
 UG > 37 minggu 12 jam setelah loading dose
d. Eritromisin 15-25 mg/kg/dosis tiap 8 jam
Bila ada sepsis/pneumonia dapat ditambahkan sefotaksim 50
mg/kg/dosis
UG < 30 minggu
 <28 hari tiap 12 jam
 >28 hari tiap 8 jam
UG > 30 minggu
 < 14 hari tiap 12 jam
 > 14 hari tiap 8 jam
3. Netralisasi toksin
a. ATS 50.000 – 100.000 IU, setengah dosis IM, setengahnya IV,
dilakukan uji kulit lebih dahulu.
b. Bila tersedia dapat diberikan HTIG 3000-6000 IU IM
4. Pelemas otot
Memberikan pelemas otot untuk mengatasi spasme otot Diazepam
20-40 mg/kgBB/hari, drip, dilarutkan dalam larutan dekstrose 5%

2/3
menggunakan syringe pump. Obat dibagi menjadi empat sediaan
untuk menghindari efek pengendapan obat diazepam. Hati-hati
terjadi henti napas dalam pemberiannya. Bila diazepam telah
mencapai dosis maksimal tetapi spasme tetap tidak teratasi
dianjurkan pemberian pelumpuh otot pankuronium 0,05- 0,1
mg/kgBB/kali dan penggunaan ventilator mekanik.

5. Terapi suportif
a. Pemberian oksigen
b. Pembersihan jalan nafas
c. Keseimbangan cairan, elektrolit dan kalori
Imunisasi
Diberikan imunisasi Tetanus Toksoid sesuai dengan jadwal imunisasi
diberikan pada saat penderita pulang.

E. Konseling dan Edukasi :


1. Pencegahan tetanus neonatorum dapat dilakukan dengan menjaga
proses persalinan tetap aseptic termasuk pada saat pemotongan tali
pusat.
2. Imunisasi aktif wanita hamil dengan 2 dosis Tetanus Toksoid 0,5 ml
dengan jarak penyuntikan 2 bulan dapat mencegah terjadinya
penyakit tetanus neonatroum.

F. Prognosis
1. Ad Vitam : dubia
2. Ad Functionam : dubia
3. Ad Sanationam : dubia
6. Bagan alir
7. Dokumen -
Terkait
8. Unit Terkait Ruang Pelayanan Umum

3/3

Anda mungkin juga menyukai