KEJANG DEMAM
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/ANAK
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
1
- Kejang umum
- Durasi <15menit
- Kejang tidak terulang
dalam 24 jam
- kejang tidak disebabkan
oleh penyakit yang
berhubungan dengan
gangguan di otak
Kejang demam kompleks
- Kejang fokal
- Durasi >15menit
- Dapat terjadi kejang
berulan dalam 24 jam
2
SOP TATALAKSANA KASUS
TETANUS
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/SARAF
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman :
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
3
6.3 Tatalaksana Kasus
a. Pemberian farmakoterapi antikonvulsan
diazepam titrasi 6-8mg per hari sesuai
kebutuhan dan respon klinis. Bila pasien
dalam keadaan kejang maka berikan
diazepam 0,5mg/kgBB/kali i.v perlahan
lahan dengan dosis optimum 10mg/kali
diulang setiap kali kejang. Kemudian
diikuti pemberian diazepam oral (sonde
lambung) dengan dosis 0,5mg/kgBB/kali
diberikan 6 kali sehari. Dosis maksimal
diazepam 240mg/hari.
b. Pemberian oksigen dan pengawasan pasien
agar tidak ada hambatan fungsi respirasi
c. Manajemen luka port de entry
d. Rujuk agar pasien mendapatkan
pengobatan optimal
7. Hal-hal yang perlu Konseling dan edukasi pasien dan keluarga pentingnya vaksinasi
diperhatikan dan penyuntikan serum anti tetanus
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
- Ilmu Saraf
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
4
SOP TATALAKSANA KASUS
HIV AIDS TANPA KOMPLIKASI
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/UMUM
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
5
7. Hal-hal yang perlu Pasien memerlukan dukungan penuh dari keluarga dan petugas
diperhatikan kesehatan untuk melakukan VCT dan mengkonsumsi obat
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
- Ilmu Penyakit Dalam
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
6
SOP TATALAKSANA KASUS
TENSION HEADACHE
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/SARAF
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
7
b. Cuci tangan
c. Melakukan pemeriksaan vital sign Rujukan Kasus
d. Melakukan pemeriksaan neurologis berupa
kekuatan motoric, refleks, koordinasi, dan
sensoris
6.3 Tatalaksana Kasus
a. Pemberian farmakoterapi analgesic non
spesifik seperti paracetamol 600-900mg
dan/atau kombinasi dengan NSAID
ibuprofen 200-400mg
b. Konseling dan edukasi mengenai penyakit
dan faktor pemicu
c. Rujuk apabila nyeri kepala tidak membaik
atau bila terdapat gejala depresi berat
dengan kemungkinan bunuh diri
7. Hal-hal yang perlu Konseling dan edukasi keluarga agar ikut membantu mengurangi
diperhatikan stress yang diderita pasien dan memberi motivasi untuk
pengobatan pasien
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
- Ilmu Saraf
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
8
SOP TATALAKSANA KASUS
MIGREN
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/SARAF
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
9
kasus sedang hingga berat yang tidak
berespon dengan analgetik non spesifik.
c. Konseling dan edukasi untuk menghindari
stimulasi sensoris berlebihan pada saat
serangan migren dan menghindari pemicu
d. Pemberian farmakoterapi untuk pencegahan
serangan berulang dapat berupa propranolol
40-240mg per hari atau amitriptilin 10-
200mg per hari atau fluoksetin 10-80mg
per hari
e. Rujuk apabila migren terus berlanjut dan
tidak hilang dengan pengobatan
7. Hal-hal yang perlu Konseling dan edukasi pasien dan keluarga untuk mengontrol
diperhatikan serangan dan menghindari pemicu
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
- Ilmu Saraf
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
10
SOP TATALAKSANA KASUS
BELLS PALSY
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/SARAF
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
11
telinga, mata, hidung, dan mulut serta
pemeriksaan neurologis untuk memastikan
penyakit
e. Pasien diminta untuk tersenyum, akan
terjadi distorsi dan lateralisasi pada sisi
berlawanan dengan kelumpuhan
f. Pasien tidak dapat menutup mata pada sisi
yang mengalami kelumpuhan
g. Melakukan pemeriksaan pengecapan
h. Melakukan pemeriksaan nyeri auricular
pada sisi yang lumpuh
12
SOP TATALAKSANA KASUS
VERTIGO (BPPV)
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/SARAF
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
13
Nervus kranialis
Motorik
Sensorik
Keseimbangan
- Nistagmus
- Rhomberg
- Fukuda
- Tes jalan tandem
14
SOP TATALAKSANA KASUS
GANGGUAN SOMATOFORM
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/PSIKIATRI
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
15
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
- Ilmu Psikiatri
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
16
SOP TATALAKSANA KASUS
INSOMNIA
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/PSIKIATRI
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
17
seperti kamar tidur yang nyaman, hindari
melakukan kegiatan lain di kamar selain
untuk tidur seperti menonton televisi,
handphone, dan lain lain
b. Bangun dan olahraga yang teratur di pagi
hari
c. Pemberian farmakoterapi golongan
benzodiazepine reseptor agonis seperti
alprazolam, flurazepam dengan pemakaian
sebaiknya kurang dari 1 bulan
7. Hal-hal yang perlu Konseling dan edukasi sleep hygiene
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
- Ilmu Psikiatri
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
18
SOP TATALAKSANA KASUS
BENDA ASING DI KONJUNGTIVA
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/MATA
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
19
6.3 Tatalaksana Kasus
a. Berikan tetes mata pantokain 2% sebanyak
1-2 tetes pada mata yang terkena benda
asing
b. Gunakan lup dalam pengangkatan benda
asing
c. Angkat benda asing menggunakan lidi
kapas atau jarum suntik ukuran 23G
d. Arah pengambilan dari tengah ke tepi
e. Oleskan lidi kapas yang sudah diberi
betadin pada tempat bekas benda asing
f. Berikan antibiotic topical salep atau tetes
mata kloramfenikol selama 2 hari
g. Rujuk apabila terdapat penurunan visus
7. Hal-hal yang perlu Pasien harus menggunakan pelindung mata apabila bekerja
diperhatikan dan/atau berkendara
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
- Ilmu Mata
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
20
SOP TATALAKSANA KASUS
KONJUNGTIVITIS
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/MATA
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
21
pseudomembran di konjungtiva
tarsal
Viral : konjungtiva hiperemis, sekret
mukoserous, dan pembesaran
kelenjar preaurikular
Alergi : konjungtiva hiperemis,
riwayat atopi atau alergi, dan
keluhan gatal
22
SOP TATALAKSANA KASUS
PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/MATA
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
23
b. Rujuk apabila terdapat penurunan visus
7. Hal-hal yang perlu Pasien harus menjaga kebersihan tubuh, pakaian dan lingkungan.
diperhatikan Menular dengan kontak fisik
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
- Ilmu Mata
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
24
SOP TATALAKSANA KASUS
MATA KERING
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/MATA
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
25
7. Hal-hal yang perlu Pasien harus mengerti bahwa mata kering adalah keadaan menahun
diperhatikan dan pulih total sukar terjadi, kecuali pada kasus ringan, saat
perubahan epitel pada kornea dan konjugtiva masih reversibel
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
- Ilmu Mata
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
26
SOP TATALAKSANA KASUS
BLEFARITIS
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/MATA
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
27
gejala menghilang
b. Konseling dan edukasi membersihkan
kelopak mata dengan kompres hangat 5-10
menit empat kali sehari
c. Konseling dan edukasi memperbaiki
kebersihan kelopak mata
d. Rujuk apabila tidak membaik dengan
pengobatan optimal atau terdapat
komplikasi
7. Hal-hal yang perlu Pasien harus menjaga kebersihan tubuh, pakaian dan lingkungan.
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
- Ilmu Mata
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
28
SOP TATALAKSANA KASUS
HORDEOLUM
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/MATA
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
29
b. Pemberian terapi oral sistemik dengan
eritromisin 500mg pada dewasa dan anak
sesuai dengan berat badan
c. Konseling dan edukasi:
Hindari menekan atau menusuk
hordeolum
Hindari penggunaan lensa kontak
Hindari pemakaian make-up pada
mata
Kompres hangat pada mata yang
sakit 4-6 kali sehari selama 15
menit
Kelopak mata dibersihkan dengan
air bersih ataupun dengan sabun
yang tidak menimbulkan iritasi,
seperti sabun bayi
d. Rujuk bila dengan pengobatan konservatif
tidak berespon dengan baik atau
hordeolum berulang
7. Hal-hal yang perlu Konseling dan edukasi bahwa hordeolum dapat berulang sehingga
diperhatikan pasien harus menjaga hygiene dan kebersihan lingkungan
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
- Ilmu Mata
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
30
SOP TATALAKSANA KASUS
TRIKIASIS
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/MATA
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
31
6.3 Tatalaksana Kasus
a. Jika hanya sedikit bula mata yang tumbuh
melengkung, dapat dilakukan epilasi
mekanik ( pencabutan bulu mata ). Bulu
mata akan tumbuh kembali dalam 3 4
minggu sehingga harus dilakukan
pencabutan kembali
b. Pemberian farmakoterapi obat tetes mata
kloramfenikol dan air mata buatan untuk
mencegah infeksi kornea
c. Rujuk apabila terdapat entropion.
7. Hal-hal yang perlu Penyakit ini dapat berulang sehingga pasien harus berobat secara
diperhatikan kontinyu
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
- Ilmu Mata
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
32
SOP TATALAKSANA KASUS
EPISKLERITIS
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/MATA
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
33
tinggi, misalnya prednisolone 80mg / hari,
dan diturunkan dalam 2 minggu sampai
dosis pemeliharaan 10mg / hari
e. Steroid topical tidak efektif, tapi mungkin
berguna untuk meredakan nyeri dan edema
f. Jika penyebabnya infeksi, berikan antibiotic
yang sesuai
g. Rujuk apabila terdapat perforasi kornea
atau tidak terdapat perbaikan setelah
pemberian farmakoterapi
7. Hal-hal yang perlu Konseling dan edukasi mengenai penyakit dan terapi yang
diperhatikan diberikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
- Ilmu Mata
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
34
SOP TATALAKSANA KASUS
HIPERMETROPIA RINGAN
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/MATA
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/1
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
35
SOP TATALAKSANA KASUS
MIOPIA RINGAN
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/MATA
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/1
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
36
SOP TATALAKSANA KASUS
ASTIGMATISM RINGAN
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/MATA
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/1
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
37
SOP TATALAKSANA KASUS
PRESBIOPIA
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/MATA
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/1
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
38
SOP TATALAKSANA KASUS
BUTA SENJA
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/MATA
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
39
7. Hal-hal yang perlu Konseling dan edukasi pasien dan keluarga tentang pemberian
diperhatikan vitamin A dan cukupi kebutuhan gizi
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
- Ilmu Mata
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
40
SOP TATALAKSANA KASUS
OTITIS EKSTERNA
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/THT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
41
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Ilmu THT
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
42
SOP TATALAKSANA KASUS
OTITIS MEDIA AKUT
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/THT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
43
cahaya
Pada stadium hiperemis tampak
gambaran membrane timpani
hiperemis dan edema
Pada stadium supurasi tampak
gambaran membran timpani
menonjol kearah luar (bulging)
berwarna kekuningan
Pada stadium perforasi terjadi
ruptur membrane timpani dan
nanah mengalir keluar telinga
Pada stadium resolusi bila
membrane timpani tetap utuh,
maka perlahan lahan akan normal
kembali
44
SOP TATALAKSANA KASUS
SERUMEN PROP
No. Dokumentasi : SOP/ADMIN/THT
No Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
45
Pemeriksaan fisik : Otoskopi: dapat terlihat
adanya obstruksi liang telinga oleh material
berwarna kuning kecoklatan atau kehitaman.
Konsistensi dari serumen dapat bervariasi.
Pada pemeriksaan penala dapat ditemukan
tuli konduktif akibat sumbatan serumen.
6.3 Tatalaksana kasus
Menghindari membersihkan telinga secara
berlebihan, menghindari memasukkan air
atau apapun ke dalam telinga
Tatalaksana farmakoterapi:
Serumen yang lembek, dibersihkan dengan
kapas yang dililitkan pada pelilit kapas.
Serumen yang keras dikeluarkan dengan
pengait atau kuret. Apabila dengan cara ini
serumen tidak dapat dikeluarkan, maka
serumen harus dilunakkan lebih dahulu
dengan tetes karbogliserin 10% selama 3
hari.
Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong
kedalam liang telinga sehingga dikuatirkan
menimbulkan trauma pada membran timpani
sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan
dengan mengalirkan (irigasi) air hangat yang
suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh.
Indikasi untuk mengeluarkan serumen adalah
sulit untuk melakukan evaluasi membran
timpani, otitis eksterna, oklusi serumen dan
bagian dari terapi tuli konduktif.
Kontraindikasi dilakukannya irigasi adalah
adanya perforasi membran timpani. Bila
terdapat keluhan tinitus, serumen yang sangat
keras dan pasien yang tidak kooperatif
merupakan kontraindikasi dari suction.
46
SOP TATALAKSANA KASUS MABUK
PERJALANAN
No. Dokumentasi : SOP/ADMIN/THT
No Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/1
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
47
SOP TATALAKSANA KASUS
FURUNKEL PADA HIDUNG
No. Dokumentasi : SOP/ADMIN/THT
No Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/1
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
48
7. Hal-hal yang perlu Abses, vestibulitis, penyebaran infeksi.
diperhatikan
8. Unit terkait Loket
Poli umum (BP)
Apotek
49
SOP TATALAKSANA KASUS RHINITIS
AKUT
No. Dokumentasi : SOP/ADMIN/THT
No Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman :
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
50
Antibiotik: bila terdapat komplikasi
seperti infeksi sekunderbakteri,
amoksisilin, eritromisin, cefadroxil
Untuk rhinitis difteri: penisilin sistemik
dan antitoksin difteri.
KIE : istirahat yang cukup, asupan yang
sehat dan bergizi, menjaga kebersihan
tangan, menutup mulut saat batuk dan
bersin, menghindari pajanan allergen,
imunisasi lengkap.
51
SOP TATALAKSANA KASUS RHINITIS
VASOMOTOR
No. Dokumentasi : SOP/ADMIN/THT
No Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
52
seperti Budesonide 1-2x/hari dengan
dosis 100-200 mcg/hari. Dosis dapat
ditingkatkan sampai 400mcg/hari, atau
Fluticasone propionate 1x/hari dengan
dosis 200 mcg selama 1-2 bulan. Pada
rinorea berat dapat ditambah ipratoprium
bromide. Terapi oral dengan
simpatomimetik golongan agonis alfa
sebagai dekongestan hidung dengan atau
tanpa kombinasi dengan antihistamin.
KIE: hindari faktro pencetus
53
SOP TATALAKSANA KASUS RHINITIS
ALERGIKA
No. Dokumentasi : SOP/ADMIN/THT
No Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
54
6.3 Tatalaksana kasus
Non medika mentosa: hindari allergen,
menjaga kebugaran tubuh
Medikamentosa: Dekongestan hidung
topical melalui semprot hidung seperti
oxymetazolin atau xylometazolin hanya
bila hidung tersumbat dan dipakai kurang
dari 2 minggu. Pemberian obat topical
seperti kortikosteroid topical dan
antikolinergik topical. Terapi oral dengan
antihistamin dan agonis alfa sebagai
dekongestan hidung.
Operasi atau imunoterapi
KIE: hindari faktro pencetus
55
SOP TATALAKSANA KASUS BENDA
ASING
No. Dokumentasi : SOP/ADMIN/THT
No Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
56
teteskan air tembakau ke dalam rongga
hidung, biarkan 5 menit sampai terlepas.
Medikamentosa: Antibiotik oral selama 5
hari bila terjadi infeksi sekunder.
KIE: reassurance bahwa tidak ada kondisi
berbahaya bila dilakukan ekstraksi, KIE
orang tua agar berhati-hati dalam
meletakkan barang. Menggunakan
masker saat bekerja.
7. Hal-hal yang perlu Rujuk bila benda asing sulit dilihat atau sulit dikeluarkan karena
diperhatikan terjadi perlengketan
8. Unit terkait Loket
Poli umum (BP)
Apotek
57
SOP TATALAKSANA KASUS
EPISTAKSIS
No. Dokumentasi : SOP/ADMIN/THT
No Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/3
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
58
mengevaluasi sumber pendarahan, rinoskopi
posterior : menyingkirkan neoplasma
59
SOP TATALAKSANA KASUS
INFLUENZA
No. Dokumentasi : SOP/ADMIN/THT
No Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
60
7. Hal-hal yang perlu -
diperhatikan
8. Unit terkait Loket
Poli umum (BP)
Apotek
61
SOP TATALAKSANA KASUS
PERTUSIS
No. Dokumentasi : SOP/ADMIN/THT
No Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
62
6.3 Tatalaksana kasus
Rujuk
Non medika mentosa: pemberian makan
yang udah ditelan, cairan elektrolit
parenteral
Medikamentosa:
Oksigen
Antibiotik: Eritromisin 30-50 mg/kgBB
4x sehari
Antitusif: kodein 0,5 mg/th/kali
Salbutamol 0,3-0,5 mg/kgBB/hari 3 x
sehari
KIE: imunisasi dasar lengkap pada anak
dibawah satu tahun
63
SOP TATALAKSANA KASUS
FARINGITIS
No. Dokumentasi : SOP/ADMIN/THT
No Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
64
mengiritasi faring, gizi kurang, iritasi kronik
oleh rokok, minum alcohol, makanan, refluks
asam lambung, inhalasi uap yang
merangsang mukosa faring, paparan udara
yang dingin
6.2 Pemeriksaan Fisik
Melakukan inform consent
Mencuci tangan
Memeriksa vital sign
Pemeriksaan fisik: terdapat perubahan pada
mukosa faring dengan penampakan yang
berbeda-beda tergantung penyebab. Secara
umum, mukosa faring akan tampak
hiperemis
6.3 Tatalaksana kasus
Non medika mentosa: istirahat dan
minum air putih
Medikamentosa: Pengobatan diberikan
sesuai kausa.
Berkumur dengan air hangat/obat kumur
antiseptic.
Faringitis fungal: Nystatin 100.000-
400.000 IU 2x/hari.
Faringitis bakteri: Amoksisilin
50mg/kgBB dibagi 3 x/hari selama 10
hari, dewasa 3x500mg
Simptomatis: analgetik, antipiretik,
antitusif/ekspektoran
KIE: menjaga daya tahan tubuh, hindari
makanan yang mengiritasitenggorokan,
olahraga, berhenti merokok, menjaga
hygiene mulut
7. Hal-hal yang perlu Rujuk bila:faringitis kronik, faringitis gonore, faringitis luetika dan
diperhatikan faringitis dengan komplikasi
8. Unit terkait Loket
Poli umum (BP)
Apotek
65
SOP TATALAKSANA KASUS
TONSILITIS
No. Dokumentasi : SOP/ADMIN/THT
No Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
66
Pemeriksaan penunjang: rujuk untuk cek
darah lengkap, swab tenggorokan
6.3 Tatalaksana kasus
Non medika mentosa: istirahat cukup,
makan makanan lunak, menjaga
kebersihan mulut.
Medikamentosa: sesuai kausa
Tonsilitis virus: vitamin dan istirahat
Tonsilitis bakteri: antibiotik seperti
amoksisilin 3x 500mg atau eritromisin
4x500mg, steroid deksametason 3 x
0,5mg pada dewasa selama 3 hari dan
pada anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari
dibagi 3 kali pemberian selama 3 hari,
analgetik/antipiretik.
Tonsilitis difteri: Anti difteri serum
20.000-100.000 unit tergantung umur dan
jenis kelamin, antibiotic penisilin 25-
50mg/kgBB/hari
Angina Plaut Vincent : antibiotic
spectrum luas selama 1 minggu, vitamin
C dan B kompleks
KIE: menghindari pencetus, jaga daya
tahan tubuh, berhenti merokok, menjaga
kebersihan mulut, mencuci tangan
Rujuk bila rekuren untuk tonsilektomi
7. Hal-hal yang perlu Rujuk bila ada komplikasi tonsilitis akut (abses peritonsiler,
diperhatikan septikemia, meningitis, glomerulonephritis, demam rematik akut),
adanya indikasi tonsilektomi, tonsilitis difteri.
67
SOP TATALAKSANA KASUS
LARINGITIS
No. Dokumentasi : SOP/ADMIN/THT
No Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
68
rehabilitasi suara, meningkatkan asupan
cairan, pemasangan pipa endotrakea atau
trakeostomi bila ada sumbatan laring.
Medikamentosa:
Antipiretik Paracetamol atau Ibuprofen
Antibiotik bila peradangan dari paru dan
disebabkan oleh Sterptokokus grup A.
Proton Pump Inhibitor yang disebabkan
oleh refluks laringofaringeal
Kortikosteroid bila laringitis berat, obat
anti tuberculosis bila laringitis
tuberculosis, penisilin dosis tinggi bila
laringitis luetika
KIE: menjaga daya tahan tubuh, berhenti
merokok, mengistirahatkan bicara,
menghindari makanan yang mengiritasi
atau meningkatkan asam lambung
7. Hal-hal yang perlu Indikasi rujuk: terdapat sumbatan jalan nafas, usia < 3 tahun,
diperhatikan tampak toksik, sianosis, dehidrasi da nada kecurigaan tumor laring
8. Unit terkait Loket
Poli umum (BP)
Apotek
69
SOP TATALAKSANA KASUS ASMA
BRONKIAL
No. Dokumentasi : SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
70
6.3 Tatalaksana kasus
Non medika mentosa: hindari faktor
pencetus, pola hidup sehat
Medikamentosa: pengobatan sesuai
derajat asma.
Asma intermiten tidak perlu pengontrol
harian.
Asma Persisten ringan : pengontrol harian
berupa glukokortikosteroid inhalasi (200-
400 g BB/hari atau ekuivalennya)
alternatifnya : teofilin lepas lambat,
kromolin, Leukotriene modifiers
Asma persisten sedang: pengobatan
dengan kombinasi inhalasi
glukokortikosteroid dan agonis beta-2
kerja lama
Asma persisten berat : kombinasi
glukokortikosteroid inhalasi dan agonis
beta-2 kerja lama, ditambah > 1 dari
teofilin lepas lambat, leukotriene
modifier, glukokortikosteroid oral
7. Hal-hal yang perlu Rujuk bila: terjadi eksaserbasi, serangan asma akut dan berat, asma
diperhatikan dengan komplikasi
8. Unit terkait Loket
Poli umum (BP)
Apotek
71
SOP TATALAKSANA KASUS
BRONKITIS AKUT
No. Dokumentasi : SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
72
Medikamentosa:
Oksigenasi
Antitusif : dextromethorphan 15 mg 2-3
x/hari, kodein 10 mg 3x/hari. Antitusif
tidak dianjurkan pada kehamilan, ibu
menyusui, dan anak usia < 6 tahun. Pada
penderita sesak, antitusif dihentikan bila
pasien merasa tambah sesak
Ekspektoran : GG, bromhexin, ambroksol
dll.
Antibiotik bila dijumpai tanda infeksi
KIE: menggunakan masker, menutup
hidung saat bersin/batuk
73
SOP TATALAKSANA KASUS
PNEUMONIA, BRONKOPNEUMONIA
No. Dokumentasi : SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
74
Penunjang: kultur sputum. Rujuk untuk tes
darah lengkap dan foto thorax untuk melihat
perselubungan
6.3 Tatalaksana kasus
Terapi simtomatis: istirahat, minum
secukupnya, kompres atau meminum
antipiretik bila panas, bila batuk
diberikan mukolitik atau ekspektoran.
Terapi definitif: golongan penisilin V
atau amoksisilin atau sefalosporin
golongan 1. Pada resisten penisilin
diberikan florokuinolon respirasi:
ciprofloxacin 2x500mg
KIE:
7. Hal-hal yang perlu Kriteria CURB (Conciousness, kadar Ureum, Respiratory rate>30
diperhatikan x/m,Blood pressure:Sistolik <90 mmHg dan diastolik <60 mmHg;
masing masing bila ada kelainan bernilai 1). Dirujuk bila total nilai
2.
b. Untuk anak, kriteria rujukan memakai Manajemen Terpadu pada
Balita Sakit (MTBS).
75
SOP TATALAKSANA KASUS
TUBERKULOSIS PARU TANPA
KOMPLIKASI
No. Dokumentasi : SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
76
antibiotik spektrum luas (periksa kultur
sputum jika memungkinkan), atau pasien
diduga terinfeksi HIV (evaluasi Diagnosis
tuberkulosis harus dipercepat)
7. Hal-hal yang perlu Kepatuhan berobat, monitoring terapi. Rujuk apabila dengan
diperhatikan komplikasi
8. Unit terkait Loket
Poli umum (BP)
Apotek
77
SOP TATALAKSANA KASUS
HIPERTENSI ESENSIAL
No. Dokumentasi : SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
78
buah, sayuran, rendah lemak, rendah
garam ( 1 sendok teh garam perhari),
olahraga 30 menit sehar, batasi konsumsi
alkohol
Medikamentosa:
Hipertensi tanpa compelling indication:
Hipertensi stage-1 dapat diberikan
diuretik (HCT 12.5-50 mg/hari,
furosemid 2x20-80 mg/hari), atau
pemberian penghambat ACE (captopril
2x25-100 mg/hari atau enalapril 1-2 x
2,5-40 mg/hari), penyekat reseptor beta
(atenolol 25-100mg/hari dosis tunggal),
penghambat kalsium
Hipertensi stage-2. Bila target terapi tidak
tercapai setelah observasi selama 2
minggu, dapat diberikan kombinasi 2
obat, biasanya golongan diuretik, tiazid
dan penghambat ACE atau antagonis
reseptor AII (losartan 1-2 x 25- 100
mg/hari) atau penyekat reseptor beta atau
penghambat kalsium.
Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada
tidaknya kontraindikasi dari masing-
masing antihipertensi diatas.Sebaiknya
pilih obat hipertensi yang diminum sekali
sehari atau maksimum 2 kali sehari.
Hipertensi compelling indication :
(diltiazem extended release 1x180-420
mg/hari, amlodipin 1x2,5-10 mg/hari,
atau nifedipin long acting 30-60 mg/hari)
atau kombinasi.
Bila target tidak tercapai maka dilakukan
optimalisasi dosis atau ditambahkan obat
lain sampai target tekanan darah tercapai
(kondisi untuk merujuk ke Spesialis).
7. Hal-hal yang perlu Rujuk apabila hipertensi dengan komplikasi, resistensi hipertensi,
diperhatikan krisis hipertensi (hipertensi emergensi dan urgensi).
79
SOP TATALAKSANA KASUS
KANDIDIASIS MULUT
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT/INT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
80
7. Hal-hal yang perlu Rujuk bila kandidiasis disebabkan oleh penyakit lain, misalnya HIV
diperhatikan
8. Unit terkait Loket
Poli umum (BP)
Apotek
81
SOP TATALAKSANA KASUS ULKUS
MULUT (APTOSA)
No. Dokumentasi : SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/1
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
82
SOP PEMBERIAN TATA LAKSANA
PAROTITIS
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/THT
SOP No Revisi : 00
Halaman :
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut
I
Puskesmas Susut I
Dr. Ni Nyoman
Kurniawati
NIP.
198406092010012008
3. Pengertian Parotitis adalah peradanganyang terjadi pada kelenjar saliva atau
yang lebih dikenal dengan kelenjar parotis. Kematian akibat
penyakit parotitis sangat jarang ditemukan.Parotitispaling
seringmerupakan bentuk komplikasidari penyakit yang
mendasarinya.
Parotitis SindromSjgrenmemiliki rasiolaki-perempuan 1:9.
Parotitis dapat berulang saat masa kecillebih sering terjadipada
laki-laki dibandingkan pada perempuan.
Parotitisviral(gondongan) paling sering terjadipada anak-anak
83
Parotitis tuberkulosis: nyeri tekan, bengkak
pada salah satukelenjar parotid,
gejalatuberkulosisdapat ditemukan
dibeberapa kasus.
84
SOP TATALAKSANA KASUS INFEKSI
PADA UMBILIKUS
No. Dokumentasi : SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman :
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
85
Pemeriksaan Penunjang: -
6.3 Tatalaksana kasus
Perawatan lokal:
Pembersihan tali pusat dengan menggunakan
larutan antiseptik (Klorheksidin atau iodium
povidon 2,5%) dengan kain kasa yang bersih
delapan kali sehari sampai tidak ada nanah
lagi pada tali pusat.
Setelah dibersihkan, tali pusat dioleskan
dengan salep antibiotik 3-4 kali sehari.
Perawatan sistemik: Bila tanpa gejala
sistemik, pasien diberikan antibiotik seperti
kloksasilin oral selama lima hari Bila anak
tampak sakit, harus dicek dahulu ada
tidaknya tanda-tanda sepsis. Anak dapat
diberikan antibiotik kombinasi dengan
aminoglikosida. Bila tidak ada perbaikan,
pertimbangkan kemungkinan Meticillin
Resistance Staphylococcus aureus (MRSA).
Kontrol kembali bila tidak ada perbaikan
atau ada perluasan tanda-tanda infeksi dan
komplikasi seperti bayi panas, rewel dan
mulai tak mau makan.
7. Hal-hal yang perlu Rujuk bila intake tidak mencukupi dan anak mulai tampak tanda
diperhatikan dehidrasi, terdapat tanda komplikasi sepsis.
86
SOP TATALAKSANA KASUS
GASTRITIS
No. Dokumentasi : SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
Dr. Ni Nyoman Kurniawati
NIP. 198406092010012008
87
6.3 Tatalaksana kasus
Medikamentosa: Terapi diberikan per oral
dengan obat, antara lain: H2 Bloker2
x/hari (Ranitidin 150 mg/kali, Famotidin
20 mg/kali, Simetidin 400-800 mg/kali),
PPI 2x/hari (Omeprazole 20 mg/kali,
Lansoprazole 30 mg/kali), serta Antasida
dosis 3 x 500-1000 mg/hr.
KIE: menghindari pemicu terjadinya
keluhan, antara lain dengan makan tepat
waktu, makan sering dengan porsi kecil
dan hindari dari makanan yang
meningkatkan asam lambung atau perut
kembung seperti kopi, teh, makanan
pedas dan kol
7. Hal-hal yang perlu Rujuk bila 5 hari pengobatan belum ada perbaikan, terjadi
diperhatikan komplikasi, terjadi alarm symptoms seperti perdarahan, berat badan
menurun 10% dalam 6 bulan, dan mual muntah berlebihan.
88
SOP TATALAKSANA KASUS
GASTROENTERITRIS (TERMASUK
KOLERA DAN GIARDIASIS)
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut
I
89
Faktor Risiko : Higiene pribadi dan sanitasi
lingkungan yang kurang, Riwayat intoleransi
lactose, riwayat alergi obat, infeksi HIV atau Penatalaksanaan
infeksi menular seksual, demam tifoid kasus atau
6.2 Pemeriksaan Fisik Rujukan kasus
Melakukan inform consent
Mencuci tangan
Memeriksa vital sign: suhu tubuh yang
tinggi (hiperpireksi), nadi dan pernapasan
cepat, tekanan darah menurun
Pemeriksaan general: Pemeriksaan terpenting
adalah menentukan tingkat/derajat dehidrasi
akibat diare. Tanda-tanda dehidrasi yang
perlu diperhatikan adalah turgor kulit perut
menurun, akral dingin, penurunan tekanan
darah, peningkatan denyut nadi, tangan
keriput, mata cekung tidak, penurunan
kesadaran (syok hipovolemik), nyeri tekan
abdomen, kualitas bising usus
hiperperistaltik. Pada anak kecil cekung
ubun-ubun kepala.
Pemeriksaan Penunjang: -
6.3 Tatalaksana kasus
Memberikan cairan dan diet adekuat, hindari
susu sapi karena terdapat defisiensi laktase
transien, hindari minuman yang mengandung
alkohol atau kafein. Makanan yang
dikonsumsi sebaiknya yang tidak
mengandung gas, dan mudah dicerna.
Pasien diare yang belum dehidrasi dapat
diberikan obat anti diare untuk mengurangi
gejala dan antimikroba untuk terapi definitif.
Obat antidiare, antara lain:
- Turunan opioid: (loperamide, difenoksilat
atropine, tinktur opium). Obat ini sebaiknya
tidak diberikan pada pasien dengan disentri
yang disertai demam, dan penggunaannya
harus dihentikan apabila diare semakin berat
walaupun diberikan terapi.
- Bismut subsalisilat, hati-hati pada pasien
immunocompromised, seperti HIV, karena
dapat meningkatkan risiko terjadinya bismuth
encephalopathy.
- Obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4x2
tablet/ hari atau smectite 3x 1 sachet
diberikan tiap BAB encer sampai diare stop.
- Obat anti sekretorik atau anti enkefalinase:
Hidrasec 3x 1/ hari
Pemberian terapi antimikroba empirik
diindikasikan pada pasien yang diduga
mengalami infeksi bakteri invasif, travellers
diarrhea, dan imunosupresi. Antimikroba:
pada GE akibat infeksi diberikan antibiotik
atau antiparasit, atau anti jamur tergantung
90
penyebabnya. Pilihan antimikroba
diantaranya : - Golongan kuinolon yaitu
ciprofloxacin 2 x 500 mg/hari selama 5-7
hari, atau
- Trimetroprim/Sulfamethoxazole 160/800
2x 1 tablet/hari.
- Diare diduga disebabkan oleh Giardia,
metronidazole dosis 3x500 mg/ hari selama 7
hari.
7. Hal-hal yang perlu Usia, tanda-tanda dehidrasi. Rujuk bila tanda dehidrasi berat, terjadi
diperhatikan penurunan kesadaran, nyeri perut yang signifikan, pasien tidak
dapat minum oralit, tidak ada infus set serta cairan infus di fasilitas
pelayanan
91
SOP TATALAKSANA KASUS
REFLUKS GASTROESOFAGEAL
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
92
dengan pengisian kuisioner
GERD.
93
SOP TATALAKSANA KASUS DEMAM
TIFOID
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
94
6.2 Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum biasanya tampak
sakit sedang atau sakit berat.
Kesadaran: bervariasi tergantung
beratnya penyakit. Bisa compos
mentis, hingga yang berat seperti
delirium atau koma.
Demam, suhu 37,50C
Bradikardi relatif.
Mata: Ikterus
Mulut: typhoid tongue, tremor
lidah, halitosis
Abdomen: nyeri (terutama region
epigastrik), hepatosplenomegali
6.3 Tatalaksana Kasus
a. Terapi suportif dapat dilakukan dengan:
1. Istirahat tirah baring.
2. Diet tinggi kalori dan tinggi protein.
3. Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas.
b. Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik) dan mengurangi keluhan
gastrointestinal.
c. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini pertama untuk demam tifoid
adalah kloramfenikol, ampisilin atau amoksisilin (aman untuk penderita yang sedang
hamil), atau trimetroprimsulfametoxazole (kotrimoksazol).
d. Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai tidak efektif, dapat diganti dengan
antibiotik lain atau dipilih antibiotik lini kedua yaitu Ceftriaxone, Cefotaxime (diberikan
untuk dewasa dan anak), Kuinolon (tidak dianjurkan untuk anak <18 tahun karena dinilai
mengganggu pertumbuhan tulang). Dibaawah ini merupakan tabel pilihan antibiotik dan
dosis penggunaanya.
95
Tabel.1 Dosis antibiotik dan dosis penggunaanya.
96
SOP TATALAKSANA KASUS
INTOLERANSI MAKANAN
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
6.3 Tatalaksana
a. Pembatasan nutrisi tertentu
b. Suplemen vitamin dan mineral
97
Rencana Tindak Lanjut
Setelah gejala menghilang, makanan
yang dicurigai diberikan kembali untuk
melihat reaksi yang terjadi. Hal ini
bertujuan untuk memperoleh penyebab
intoleransi.
98
SOP TATALAKSANA KASUS ALERGI
MAKANAN
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
99
Riwayat reaksi alergi berat atau
anafilaksis pasien ditangani
sesuai prosedur reaksi/syok
anafilaksis.
Edukasi pasien untuk kepatuhan
diet pasien
Menghindari makanan yang
bersifat alergen sengaja mapun
tidak sengaja (perlu konsultasi
dengan ahli gizi)
Perhatikan label makanan
Menyusui bayi sampai usia 6
bulan menimbulkan efek protektif
terhadap alergi makanan
100
SOP TATALAKSANA KASUS
KERACUNAN MAKANAN
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
101
6.3 Pemeriksaan Penunjang
a. Lakukan pemeriksaan
mikroskopis dari feses untuk telur
cacing dan parasit. Rujuk
6.4 Tatalaksana
Sebagian besar kasus adalah
gastroenteritis akut dengan10%
kasus membutuhkan terapi
antibiotik.
Cairan rehidrasi: oral (oralit) atau
larutan intravena (misalnya, NaCl
0.9%, larutan Ringer Laktat).
Obat absorben (misalnya,
kaopectate, aluminium
hidroksida) membantu
memadatkan feses diberikan bila
diare tidak segera berhenti.
Diphenoxylate dengan atropin
(Lomotil) tersedia dalam tablet
(2,5 mg diphenoxylate) dan cair
(2,5 mg diphenoxylate / 5 mL).
Dosis awal untuk orang dewasa
adalah 2 tablet 4 kali sehari (20
mg / d). Digunakan hanya bila
diare masif.
Jika gejalanya menetap setelah 3-
4 hari, harus segera dirujuk.
Modifikasi gaya hidup dan
edukasi untuk menjaga
kebersihan diri.
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan Kriteria Rujukan
a. Gejala keracunan tidak berhenti setelah 3 hari
ditangani dengan adekuat.
b. Pasien mengalami perburukan.
8. Unit terkait - Loket
- Laboratorium
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/ Rekam Medis
102
SOP TATALAKSANA KASUS
PENYAKIT CACING TAMBANG
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
103
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Laboratorium
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
104
SOP TATALAKSANA KASUS
STRONGILOIDIASIS
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
105
Pemeriksaan generalis: nyeri
epigastrium
6.3Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
mikroskopik: menemukan larva
rabditiform dalam tinja segar,
atau menemukan cacing dewasa
Strongyloides stercoralis.
6.4 Tatalaksana
Medikamentosa :
Albendazol menjadi terapi pilihan
saat ini dengan dosis 400 mg, 1-2
x sehari, selama 3 hari
Konseling dan Edukasi
a. Sebaiknya setiap keluarga
memiliki jamban keluarga.
b. Hindari kontak dengan tanah
yang tercemar oleh tinja
manusia.
c. Gunakan sarung tangan jika
ingin mengelola
limbah/sampah.
d. Cuci tangan sebelum dan
setelah melakukan aktifitas
denganmenggunakan sabun.
e. Menggunakan alas kaki.
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan Rujuk jika pasien strongyloidiasis dengan
keadaan imunokompromais seperti penderita
AIDS
8. Unit terkait - Loket
- Laboratorium
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
106
SOP TATALAKSANA KASUS
ASKARIASIS
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
107
tanda malnutrisi
Jika jumlah cacing banyak dapat
menimbulkan ileus obstruksi.
6.3Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
mikroskopik ditemukan larva/
cacing pada tinja segar
6.4 Tatalaksana
Medikamentosa :
Albendazol, 400 mg, dosis
tunggal. Tidak boleh diberikan
pada ibu hamil.
Konseling dan Edukasi
a. informasi kepada pasien dan
keluarga mengenai pentingnya
menjaga kebersihan diri dan
lingkungan.
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Laboratorium
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
108
SOP TATALAKSANA KASUS
SKISTOSOMIASIS
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman :
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
109
nyeri abdomen dan diare
berdarah ?
Apakah pasien mengeluhkan
pembesaran perut, kuning pada
kulit dan mata ?
Apakah pasien pernah tinggal
atau datang berkunjung ke
daerah endemik di sekitar
lembah Napu dan Lindu,
Sulawesi Tengah dan
mempunyai kebiasaan terpajan
dengan air, baik di sawah
maupun danau di wilayah
tersebut?
110
SOP TATALAKSANA KASUS
TAENIASIS
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
111
pengolahan makanan
bersumber daging.
c. Ternak yang tidak dijaga
kebersihan kandang dan
makanannya.
6.4 Tatalaksana
Pemberian albendazol menjadi
terapi pilihan saat ini dengan dosis
400 mg, 1-2 x sehari, selama 3
hari,
112
SOP TATALAKSANA KASUS
HEPATITIS A
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
113
Tinja seperti dempul.
6.3 Tatalaksana
Tirah baring
Medikamentosa : - Ikterik yang menetap
a. Antipiretik bila demam; Rawat
ibuprofen 2x400mg/hari. inap
b. Mual : Antiemetik seperti
Metoklopropamid 3x10
mg/hari atau Domperidon
3x10mg/hari.
c. Perut perih dan kembung : H2
Bloker (Simetidin 3x200
mg/hari atau Ranitidin 2x
150mg/hari) atau Proton Pump
Inhibitor (Omeprazol 1 x 20
mg/hari).
114
SOP TATALAKSANA KASUS DISENTRI
BASILER, DISENTRI AMUBA
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman :
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
115
6.4 Tatalaksana
Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi
Mencegah terjadinya dehidrasi ringan dan Sedang Berat
Tirah baring Kondisi
Dehidrasi ringan sampai sedang pasien baik
dapat dikoreksi dengan cairan
rehidrasi oral
Bila rehidrasi oral tidak
mencukupi dapat diberikan cairan
melalui infus
Diet, diberikan makanan lunak
sampai frekuensi BAB kurang Rawat jalan Rawat Rawat inap
dari 5kali/hari, kemudian Jalan/rawat
diberikan makanan ringan biasa inap
bila ada kemajuan.
Farmakologis:
1. Antibiotik. Jika setelah 2 hari
pengobatan menunjukkan
perbaikan, terapi diteruskan Keadaan pasien memburuk/tidak
selama 5 hari. Bila tidak ada membaik selama pengobatan
perbaikan, antibiotik diganti Muncul tanda komplikasi dan
dengan jenis yang lain. penurunan kesadaran
2. Pemakaian jangka pendek
dengan dosis tunggal
fluorokuinolon seperti
siprofloksasin atau makrolide
azithromisin. Dosis siprofloksasin Rujuk
yang dipakai adalah 2 x 500
mg/hari selama 3 hari sedangkan
azithromisin diberikan 1 gram
dosis tunggal dan sefiksim 400
mg/hari selama 5 hari. Pemberian
siprofloksasin merupakan
kontraindikasi terhadap anak-
anak dan wanita hamil.
3. Di negara-negara berkembang
di mana terdapat kuman
S.dysentriae tipe 1 yang
multiresisten terhadap obat-obat,
diberikan asam nalidiksik dengan
dosis 3 x 1 gram/hari selama 5
hari. Tidak ada antibiotik yang
dianjurkan dalam pengobatan
stadium carrier disentribasiler.
116
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
117
SOP TATALAKSANA KASUS
HEMORROID GRADE 1/2
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/BEDAH
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
118
g. Batuk kronik
h. Sering mengedan
i. Penggunaan toilet yang berlama-
lama (misal : duduk dalam waktu
yanglama di toilet)
6.2 Pemeriksaan Fisik :
a. Periksa tanda-tanda anemia.
b. Pemeriksaan status lokalis
1. Inspeksi:
Hemoroid derajat 1, biasanya
tidak menunjukkan adanya
suatu kelainan diregio anal yang
dapat dideteksi dengan inspeksi
saja.
Hemoroid derajat 2, tidak
terdapat benjolan mukosa yang
keluar melalui anus, akan tetapi
bagian hemoroid yang tertutup
kulit dapat terlihat sebagai
pembengkakan.
Hemoroid derajat 3 dan 4 yang
besar akan segera dapat dikenali
dengan adanya massa yang
menonjol dari lubang anus yang
bagian luarnya ditutupi kulit dan
bagian dalamnya oleh mukosa
yang berwarna keunguan atau
merah.
2. Palpasi:
Hemoroid interna pada stadium
awal merupaka pelebaran vena
yang lunak dan mudah kolaps
sehingga tidak dapat dideteksi
dengan palpasi.
Setelah hemoroid berlangsung
lama dan telah prolaps, jaringan
ikat mukosa mengalami fibrosis
sehingga hemoroid dapat diraba
ketika jari tangan meraba sekitar
rektum bagian bawah.
6.4 Tatalaksana
Penatalaksanaan Hemoroid Internal:
a. Hemoroid grade 1
Dilakukan terapi konservatif
medis dan menghindari obat-obat
antiinflamasi non-steroid, serta
makanan pedas atau berlemak.
b. Hemoroid grade 2-3-4 dirujuk ke
dokter spesialis bedah.
Penatalaksanaan Hemoroid Internal
a.Rujuk ke dokter spesialis bedah
Hal lain yang dapat dilakukan adalah
mengurangi rasa nyeri dan
konstipasi pada pasien hemoroid.
Konseling dan Edukasi:
119
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/ Rekam Medis
120
SOP TATALAKSANA KASUS INFEKSI
SALURAN KEMIH
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/APOTIK
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
121
- Anomali struktur saluran kemih.
6.4 Tatalaksana
KIE Minum air putih minimal 2
liter/hari bila fungsi ginjal
normal.
KIE Menjaga higienitas genitalia
eksterna.
Pemberian antibiotik golongan
flurokuinolon dengan durasi 7-10
hari pada perempuan dan 10-14
hari pada laki-laki.
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
122
SOP TATALAKSANA KASUS
GONORE
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/APOTIK
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
123
Apakah terdapat faktor risiko, seperti:
a. Berganti-ganti pasangan seksual.
b. Homoseksual dan Pekerja Seks
Komersial (PSK).
c. Wanita usia pra pubertas dan
menopause lebih rentan terkena gonore.
d. Bayi dengan ibu menderita gonore.
e. Hubungan seksual dengan penderita
tanpa proteksi (kondom).
6.3 Tatalaksana
a. Memberitahu pasien untuk tidak melakukan
kontak seksual hingga dinyatakan sembuh dan
menjaga kebersihan genital.
Kriteria Rujukan
a. Apabila tidak dapat melakukan tes laboratorium
b. Apabila pengobatan di atas tidak menunjukkan
perbaikan dalam jangka waktu 2 minggu,
penderita dirujuk ke dokter spesialis karena
kemungkinan terdapat resistensi obat.
124
SOP TATALAKSANA KASUS
PIELONEFRITIS TANPA KOMPLIKASI
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
125
Flank pain (Nyeri ketok
pinggang
belakang/costovertebral angle)
Nyeri tekan suprapubik
6.4 Tatalaksana
Rujuk untuk pemeriksaan
penunjang
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
126
SOP TATALAKSANA KASUS
FIMOSIS
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/BEDAH
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
6.3 Tatalaksana
Pada bayi dan anak-anak >3
tahun akan menghilang dengan
127
sendirinya. Tatalaksana untuk
mencegah infeksi dengan
menjaga kebersihan.
Apabila terjadi keluhan saat miksi
seperti penis menggembung atau
retensi urin,
Bila terjadi infeksi seperti
postitis, berikan antibiotik
terlebih dahulu
Bila terjadi balanopostitis
dilakukan dorsumsisi dahulu dan
setelah reaksi radang ditangani
dengan antibiotik
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
128
SOP TATALAKSANA KASUS
PARAFIMOSIS
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/BEDAH
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/1
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
129
SOP TATALAKSANA KASUS SINDROM
DUH (DISCHARGE) GENITAL
(GONORE/NON-GONORE)
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/OBGYN
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/3
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
130
Apakah terdapat faktor risiko, seperti:
a. Berganti-ganti pasangan seksual.
b. Homoseksual dan Pekerja Seks
Komersial (PSK).
c. Wanita usia pra pubertas dan
menopause lebih rentan terkena gonore.
d. Bayi dengan ibu menderita gonore.
e. Hubungan seksual dengan penderita
tanpa proteksi (kondom).
6.2 Pemeriksaan Fisik :
Patognomonis
Tampak eritem, edema dan ektropion pada
orifisium uretra eksterna, terdapat duh
tubuh mukopurulen, bisa disertai
pembesaran KGB inguinal uni atau
bilateral.
Apabila terjadi proktitis, tampak daerah
anus eritem, edem dan tertutup pus
mukopurulen.
Pada pria:
Pemeriksaan rectal toucher dilakukan
untuk memeriksa prostat: pembesaran
prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri
tekan dan bila terdapat abses akan teraba
fluktuasi.
Pada wanita:
Pemeriksaan in speculo dilakukan apabila
wanita tesebut sudah menikah. Pada
infeksi Gonore, di pemeriksaan tampak
serviks merah, erosi dan terdapat secret
mukopurulen.
Pada infeksi jamur duh tubuh, tidak
berbau, terdapat eritema vagina dan
eritema satelit diluar vagina
Vaginosis bakterial (pertumbuhan bakteri
anaerob, biasanya Gardnerella vaginalis),
memperlihatkan adanya duh putih/abu-abu
yang melekat disepanjang dinding vagina
dan vulva, berbau amis.
Cervisitis yang disebabkan oleh
chlamydia, dengan gejala inflamasi serviks
yang mudah berdarah dan disertai duh
mukopurulen
Trichomoniasis, seringkali asimtomatik,
kalau bergejala, tampak duh kuning
kehijauan, duh berbuih, bau amis
6.3 Tatalaksana
a. Memberitahu pasien untuk tidak melakukan
kontak seksual hingga dinyatakan sembuh dan
menjaga kebersihan genital.
b. Terapi medikamentosa
Discharge Non-Gonore
-Pada vaginosis bakterial diberikan
Metronidazole 2x500mg selama 7 hari.
131
ampisilin atau amoksisilin dapat dijadikan
pilihan kedua, tetrasiklin 4x250mg selama
5 hari, doksisiklin 2x100mg selama 5 hari,
eritromisin 4x500mg selama 7 hari Pada
pasien yang menggunakan IUD tembaga
dan mengalami vaginosis
bakterial dianjurkan untuk mengganti
metode kontrasepsinya.
-Kandidiosis
Flukonazole 150mg dosis tunggal.
-Infeksi Klamidia
Doxycycline 2x 100 mg selama 7 hari
Ibu hamil dapat diberikan Amoxicillin 3x
500 mg sehari untuk 7 hari atau
Eritromisin 4x 500 mg sehari untuk 7 hari
Gonore
Rujuk
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan Pasien dirujuk apabila:
a. Tidak terdapat fasilitas pemeriksaan
untuk pasangan
b. Dibutuhkan pemeriksaan kultur
kuman gonore
c. Adanya arah kegagalan pengobatan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
132
SOP TATALAKSANA KASUS INFEKSI
SALURAN KEMIH BAGIAN BAWAH
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
133
Flank pain (Nyeri ketok
pinggang
belakang/costovertebral angle)
Nyeri tekan suprapubik
6.4 Tatalaksana
KIE Minum air putih minimal 2
liter/hari bila fungsi ginjal
normal.
KIE Menjaga higienitas genitalia
eksterna.
Pemberian antibiotik golongan
flurokuinolon dengan durasi 7-10
hari pada perempuan dan 10-14
hari pada laki-laki.
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
134
SOP TATALAKSANA KASUS
VULVITIS
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/OBGYN
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/1
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
135
SOP TATALAKSANA KASUS
VAGINITIS
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/OBGYN
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
136
KIE hindari pemakaian handuk
secara bersamaan
KIE hindari pemakaian sabun
untuk membersihkan daerah
vagina yang dapat menggeser
jumlah flora normal dan dapat
merubah kondisi pH daerah
kewanitaan tersebut.
KIE jaga berat badan ideal
Tatalaksana Vaginosis Bakterialis
Metronidazol 2 x 500 mg peroral
sehari selama 7 hari
Tatalaksana Vaginosis
trikomonas
Metronidazol 2 g peroral (dosis
tunggal)
Pasangan seks pasien sebaiknya
juga diobati
Tatalaksana vulvovaginitis
kandida
Flukonazol 150 mg peroral (dosis
tunggal)
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
137
SOP TATALAKSANA KASUS
VAGINOSIS BAKTERIALIS
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/OBGYN
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
138
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
139
SOP TATALAKSANA KASUS
SALPINGITIS
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/OBGYN
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
140
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
141
SOP TATALAKSANA KASUS
KEHAMILAN NORMAL
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/OBGYN
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
142
Penyakit ginjal, Penyalahgunaan
obat, Konsumsi rokok, alkohol dan
bahan adiktif lainnya, Penyakit
menular TB, malaria, HIV/AIDS dan
penyakit menular seksual, Penyakit Memberikan medikamentosa dan
kanker Imunisasi
6.2 Pemeriksaan Fisik :
Melakukan informed consent
tentang tindakan yang akan
dilakukan Melakukan rujukkan bila diperlukan
pemeriksaan penunjang dan konsultasi
Mencuci tangan
ahli
Melakukan pemeriksaan tanda vital,
berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas pada setiap kedatangan.
Mengarahkan pasien untuk
berbaring di tempat tidur periksa.
Melakukan pemeriksaan fisik umum
serta pemeriksaan obstetrik
(abdomen serta vulva/vagina)
6.3 Tatalaksana kasus
Menegakkan diagnosis pasti
kehamilan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang (PP test).
Memberikan jadwal pemeriksaan
berkala pada pemeriksaan antenatal
Memberikan medikamentosa: zat
besi (zat besi 60 mg/hari, tingkatkan
dosis bila Hb<7), dan asam folat
(folat 250 mikrogram 1-2 kali/hari).
Memberikan imunisasi TT (Tetanus
Toxoid) sesuai indikasi.
Melakukan rujukan pada tingkat
kesehatan yang lebih tinggi untuk
pemeriksaan penunjang sesuai
indikasi dan apabila ditemukan
keadaan-keadaan yang
membutuhkan konsultasi ahli.
7. Hal-hal yang perlu Faktor resiko, riwayat penyakit ibu (DM, penyakit jantung, penyakit
diperhatikan ginjal, epilepsy, penggunaan NAPZA), anemia berat (Hb<7),
primigravida, riwayat still birth/lahir mati, riwayat KJDR, riwayat
eklamsia/preeklansia, riwayat SC, TD tinggi (>140/90 mmHg),
MUAC
143
SOP TATALAKSANA KASUS ABORSI
SPONTAN KOMPLIT
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/OBGYN
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
144
Pemeriksaan tanda-tanda vital dan
tanda-tanda syok
Pemeriksaan fisik umum (konjungtiva,
mencari massa abdomen, tanda-tanda
akut abdomen dan defans muscular)
Pemeriksaan ginekologi (ostium
tertutup, perdarahan sedikit, ukuran
uterus lebih kecil dari usia kehamilan)
a. Tata laksana khusus:
Menegakkan diagnosis aborsi komplit
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
Memberikan medikamentosa sesuai
indikasi, Sulfas ferosus bila
ditemukan anemia
Menganjurkan penggunaan
kontrasepsi pasca keguguran seperti
AKDR
Memberikan KIE (konseling
emosional, konsumsi makanan banyak
protein, vitamin, mineral)
Melakukan rujukan pada tingkat
kesehatan yang lebih tinggi bila
abortus insipien, abortus inkomplit,
perdarahan yang banyak, nyeri perut,
ada pembukaan serviks, demam, darah
cairan berbau dan kotor
7. Hal-hal yang perlu Jenis aborsi, jumlah dan jenis perdarahan, tanda-tanda syok,
diperhatikan pembukaan serviks, nyeri perut dan demam
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
145
SOP TATALAKSANA KASUS ANEMIA
DEFISIENSI BESI PADA KEHAMILAN
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/OBGYN
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
146
defisiensi besi (Hb <11 g/dl pada
trimester I dan III, dan Hb<10,5 g/dl
pada trimester II).
Memberikan medikamentosa: Bila Rujuk bila membutuhkan konsultasi ahli
kadar ferritin <15 ng/ml, beri terapi
besi dengan dosis setara besi
elemental 180 mg/hari. Bila kadar
ferritin nomal, lanjutkan ke
pemeriksaan SI dan TIBC. Bila
sarana pemeriksaan apusan darah tepi
tidak tersedia beri tablet tambah darah
yang berisi 60 mg besi elemental tiga
kali sehari dan asam folat 250 g.
Memberikan konseling dan edukasi:
diet bergizi tinggi protein terutama
protein hewani, pemakaian alas kaki
untuk mencegah infeksi cacing
tambang
Melakukan rujukan bila memerlukan
pemeriksaan penunjang untuk
menentukan jenis anemia, anemia
yang tidak membaik dengan
pemberian suplemen besi selama 3
bulan, anemia yang disertai
perdarahan kronis
7. Hal-hal yang perlu Keluhan, perdarahan kronis
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
147
SOP TATALAKSANA KASUS RUPTUR
PERINEUM TINGKAT 1-2
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/OBGYN
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/3
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
148
Robekan pada perineum, Perdarahan
yang bersifat arterial atau yang
bersifat merembes
Melakukan pemeriksaan colok dubur,
untuk menilai derajat robekan
perineum
6.3 Tata laksana khusus:
Menegakkan diagnosis berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik
Menentukan derajat ruptur perineum:
- Derajat I: robekan terjadi hanya
pada selaput lendir vagina dengan
atau tanpa mengenai kulit
perineum
- Derajat II: robekan mengenai
selaput lender vagina dan otot
perinea transversalis, tetapi tidak
melibatkan kerusakan otot sfingter
ani
- Derajat III: robekan mengenai
perineum sampai dengan otot
sfingter ani dengan pembagian
sebagai berikut: III. a. Robekan <
50% sfingter ani eksterna; III. b.
Robekan > 50% sfingter ani
ekterna; III. c. Robekan juga
meliputi sfingter ani interna
- Derajat IV: Robekan mengenai
perineum sampai dengan otot
sfingter ani dan mukosa rektum
Melakukan penatalaksanaan sesuai
derajat ruptur
- Derajat I: bila hanya ada luka
lecet, tidak diperlukan penjahitan.
Tidak usah menjahit ruptur derajat
I yang tidak mengalami perdarahan
dan mendekat dengan baik.
Penjahitan robekan perineum
derajat I dapat dilakukan hanya
dengan memakai catgut yang
dijahitkan secara jelujur
(continuous suture) atau dengan
cara angka delapan (figure of
eight).
- Derajat II: Ratakan terlebih dahulu
pinggiran robekan yang bergerigi,
dengan cara mengklem masing-
masing sisi kanan dan kirinya lalu
dilakukan pengguntingan untuk
meratakannya. Setelah pinggiran
robekan rata, baru dilakukan
penjahitan luka robekan.
- Derajat III dan IV: Dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang
memiliki dokter spesialis obstetric
149
dan ginekologi
Memberikan konseling dan edukasi
kepada pasien dan suami pasien
mengenai kebersihan daerah vagina
dan sekitarnya setelah dilakukannya
penjahitan di daerah perineum
7. Hal-hal yang perlu Keluhan, jumlah perdarahan, derajat ruptur
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
150
SOP TATALAKSANA KASUS ABSES
FOLIKEL RAMBUT ATAU KELENJAR
SEBASEA
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/KULIT
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
151
Memberikan medikamentosa:
antibiotik topical seperti salep
gentamisin atau salep polymyxin-
bacitrasin. Jika multiple dapat
diberikan antibiotik oral dengan Rujuk bila membutuhkan konsultasi
Eritromisin. ahli
Melakukan insisi abses untuk
mengeluarkan nanah dan drainase
dengan pipa/handscoen drain.
Memberikan konseling dan edukasi
7. Hal-hal yang perlu Keluhan, tanda-tanda sepsis
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
152
SOP TATALAKSANA KASUS
MASTITIS
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
153
membengkak, hangat, kemerahan
dengan batas tegas, nyeri, unilateral,
dapat pula ditemukan luka pada
payudara
6.3 Tata laksana khusus:
Menegakkan diagnosis mastitis
berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Memberikan terapi non farmakologi:
bedrest, pemberian cairan yang cukup,
anjurkan laktasi dan pengosongan
payudara, lakukkan massase pada
punggung, serta lakukkan kompres
hangat.
Memberikan medikamentosa: obat
penghilang rasa sakit, obat
antiinflamasi, serta obat antibiotik.
Antibiotik yang dapat digunakan
secara empiris dengan: Amoxicilin:
875 mg, 2x sehari; atau Ciprofloxacin:
500 mg, 2x sehari; atau
Trimethoprim/sulfamethoxazole: 160
mg/800 mg, 2x sehari.
Bila sudah terjadi abses : dapat
dilakukan insisi/sayatan untuk
mengeluarkan nanah dan drainase
dengan pipa/handscoen drain.
Memberikan konseling dan edukasi:
pemberian laktasi dengan baik dan
benar, motivasi untuk selalu
mengosongkan payudara, menjaga
kebersihan payudara dan puting susu
ibu dan menjaga kebersihan mulut dan
hidung bayi
7. Hal-hal yang perlu Keluhan, tanda-tanda sepsis
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/ Rekam Medis
154
SOP TATALAKSANA KASUS
CRACKED NIPPLE
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
155
baik (cross cradle hold), hindari
pembengkakakn dengan memberi ASI
lebih sering, masase payudara,
payudara dianginkan di udara yang
terbuka,puting susu diolesi dengan
lanolin.
7. Hal-hal yang perlu Keluhan
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/ Rekam Medis
156
SOP TATALAKSANA KASUS
INVERTED NIPPLE
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
157
- Derajat 2: puting dapat ditarik keluar,
namun tidak semudah grade 1;
menyusui sulit untuk dilakukan;
terdapat fibrosis sedang; saluran
laktiferus yang agak sulit ditarik tetapi
tidak perlu dilakukan pembedahan
untuk melepas fibrosis.
- Derajat 3: menggambarkan puting
sangat terbalik dan jarang dapat
ditarik keluar; menyusui menjadi
tidak mungkin; terdapat fibrosis yang
menyebabkan duktus laktiferus
nebjadi sangat tertarik dan sangat
pendek; diperlukan tindakan operasi;
sering mengalami infeksi.
Memberikan penatalaksanaan inverted
nipple derajat 1 dan 2:
- Selama masa kehamilan: edukasi
pasien untuk melakukan pijatan
mengeluarkan puting susu dengan
teknik Hoffman (kendurkan kulit dan
regangkan puting dengan cara
memposisikan jempol dan telunjuk
kearah yang saling berhadapan,
kemudian tekan kearah areola menuju
puting susu sambil menarik puting
susu keluar), lakukan setiap hari
sebanyak 5 kali pada trimester ketiga.
- Menggunakan breastshield (alat
pemberi tekanan konstan lembut
untuk melepaskan perlekatan,
tempatkan pada bra selama
kehamilan)
- Setelah persalinanapabila teknik
Hoffman tidak berhasil, lakukan
dengan merangsang puting susu untuk
tertarik keluar dengan memompa ASI.
Memberikan konseling dan edukasi
Melakukan rujukan pada kasus
inverted nipple grade 3: pembedahan
(bedah plastik), rujuk apabila terdapat
tanda-tanda keganasan.
7. Hal-hal yang perlu Keluhan
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/ Rekam Medis
158
SOP TATALAKSANA KASUS
DIABETES MELITUS TIPE 1
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
159
ATAU
- Gejala Klasik DM+ Kadar glukosa
plasma puasa 126 mg/dl. ATAU
- Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes
toleransi glukosa (TTG) > 200 mg/dL
(11.1 mmol/L). Dosis glukosa pada
TTG pada anak adalah 1,75 g/kgBB
(maks 75 gram)
Melakukan konseling dan Edukasi
Melakukan rujukan untuk
penatalaksanaan lebih lanjut (insulin)
kepada bagian anak/penyakit dalam
7. Hal-hal yang perlu Keluhan, komplikasi DM tipe 1
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/ Rekam Medis
160
SOP TATALAKSANA KASUS
DIABETES MELITUS TIPE 2
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
161
Perempuan dengan riwayat PCOS
Riwayat GDPT / TGT Follow up dan Evaluasi rutin
Aktifitas jasmani yang kurang
6.2 Pemeriksaan Fisik :
Melakukan informed consent tentang
tindakan yang akan dilakukan Rujukan kasus bila membutuhkan konsultasi
Mencuci tangan ahli dan pemeriksaan penunjang
Mengarahkan pasien untuk naik ke
tempat tidur periksa
Pemeriksaan tanda-tanda vital dan
antropometri
Pemeriksaan fisik umum
6.3 Tata laksana khusus:
Melakukan pemeriksaan gula darah
sewaktu.
Menegakkan diagnosis DM tipe 2:
- Gejala klasik DM (poliuria,
polidipsia, polifagi) + glukosa
plasma sewaktu 200 mg/dL (11.1
mmol/L). ATAU
- Gejala Klasik DM+ Kadar glukosa
plasma puasa 126 mg/dl. ATAU
- Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes
toleransi glukosa (TTG) > 200
mg/dL (11.1 mmol/L).
Memberikan medikamentosa:
Metformin 3 x 500 mg. Terapi
antihipertensi bila ditemukan
hipertensi pada pasien.
Melakukan konseling dan edukasi:
pola makan, aktivitas jasmani,
penyakit DM dan penatalaksanaannya,
hipoglikemia dan penggunaan obat,
serta pencegahan komplikasi.
Melakukan follow up dan evaluasi
pengobatan rutin.
Melakukan rujukan untuk
pemeriksaan laboratorium dan
konsultasi ahli (DM dengan
komplikasi, DM dengan kontrol gula
buruk, DM dengan infeksi berat, DM
dengan kehamilan).
7. Hal-hal yang perlu Keluhan, komplikasi DM tipe 2
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/ Rekam Medis
162
SOP TATALAKSANA KASUS
HIPOGLIKEMIA
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
163
Pemeriksaan neurologi (kesadaran
menurun, refleks patologis dapat
muncul sesaat)
12.3 Tata laksana khusus:
Melakukan pemeriksaan Gula Darah
Sewaktu
Menegakkan diagnosis hipoglikemi
(Trias Whipple: gejala hipoglikemi,
kadar glukosa rendah ( asimptomatik
<60mg/dl , simptomatik <80 mg/dl),
dan gejala membaik dengan
pemberian glukosa).
Pada pasien sadar:
- Berikan gula murni 30 gram (2
sendok makan) atau sirop/permen
atau gula murni (bukan pemanis
pengganti gula atau gula diet/ gula
diabetes) dan makanan yang
mengandung karbohidrat.
- Hentikan obat hipoglikemik
sementara. Pantau glukosa darah
sewaktu tiap 1-2 jam.
- Pertahankan GD sekitar 200 mg/dL
(bila sebelumnya tidak sadar).
- Cari penyebab hipoglikemia
Pada pasien tidak sadar
- Berikan Dekstrose 40% bolus dan
infus dekstrose 10% dengan tetesan
6 jam per kolf, kemudian lakukan
rujukan
Melakukan rujukan pada kasus
hipoglikemi dengan penurunan
kesadaran ke layanan sekunder yang
memiliki penyakit dalam.
7. Hal-hal yang perlu Keluhan, kesadaran, tanda-tanda hipoglikemia berat
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/ Rekam Medis
164
SOP TATALAKSANA KASUS
MALNUTRISI ENERGI PROTEIN
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
165
appearance.
- Kwashiorkor: edema, rambut kuning
mudah rontok, crazy pavement Konseling dan Edukasi
dermatoses
- Tanda dehidrasi
- Frekuensi dan tipe pernafasan:
pneumonia atau gagal jantung Rujukan kasus bila ditemukan komplikasi atau
- Pucat disertai penyakit berat
- Pembesaran hati, ikterus
- Tanda defisiensi vitamin A
- Ulkus mulut
6.3 Tata laksana khusus:
Melakukan pemeriksaan Gula Darah
Sewaktu dan Hb Sahli
Menegakkan diagnosis Malnutrisi
energi protein
- Gizi buruk BB/TB < -3SD atau 70%
dari median (marasmus). Gizi
kurang bila BB/TB -3SD < -2SD.
- Edema pada kedua punggung kaki
sampai seluruh tubuh (kwashiorkor:
BB/TB >-3SD atau marasmik-
kwashiorkor BB/TB <-3SD).
Mengidentifikasi komplikasi:
Anoreksia, Pneumonia berat, Anemia
berat, Infeksi, Dehidrasi berat,
Gangguan elektrolit, Hipoglikemi ,
Hipotermi, Hiperpireksia, Penurunan
kesadaran
Memberikan Vitamin A dosis tinggi
pada anak gizi buruk dengan dosis
sesuai umur pada saat pertama kali
ditemukan.
Memberikan makanan untuk
pemulihan gizi:
- Jenis pemberian ada 3 pilihan:
makanan therapeuticatau gizi siap
saji, F100 atau makanan lokal
dengan densitas energi yg sama
terutama dari lemak
(minyak/santan/margarin).
- Pemberian jenis makanan untuk
pemulihan gizi disesuaikan masa
pemulihan (rehabilitasi): 1 minggu
pertama pemberian F100. Minggu
berikutnya jumlah dan frekuensi
F100 dikurangi seiring dengan
penambahan makanan keluarga
Melakukan kunjungan rumah berkala
dan mengisi checklist kunjungan
rumah
Memberikan konseling dan edukasi
Melakukan rujukan bila terjadi
komplikasi, seperti: sepsis, dehidrasi
166
berat, anemia berat, penurunan
kesadaran; serta bila terdapat penyakit
komorbid, seperti: pneumonia berat.
7. Hal-hal yang perlu Keluhan, kesadaran, komplikasi, tanda-tanda vital
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/ Rekam Medis
167
SOP TATALAKSANA KASUS
DEFISIENSI MINERAL
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
168
(gondok, kretinisme, retardasi mental,
lemah, peningkatan berat badan,
intoleransi terhadap dingin, kulit
kering, depresi, konstipasi)?
Apakah ada gejala defisiensi zink
(akrodermatis enteropatika, hilangnya
nafsu makan, rambut rontok,
dermatitis, rabun senja, gangguan
pencernaan, gangguan reproduksi,
gangguan perkembangan seksual).
6.2 Pemeriksaan Fisik :
Melakukan informed consent tentang
tindakan yang akan dilakukan
Mencuci tangan
Mengarahkan pasien untuk naik ke
tempat tidur periksa
Pemeriksaan tanda-tanda vital
Pemeriksaan fisik umum
6.3 Tata laksana khusus:
Menegakkan diagnosis suspek
defisiensi mineral tertentu sesuai
dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
Memberikan konseling dan edukasi:
meningkatkan asupan mineral serta
memperbaiki pola makan
Melakukan rujukan pada tingkat
kesehatan yang lebih tinggi untuk
pemeriksaan penunjang dan
pentalaksanaan lebih lanjut.
7. Hal-hal yang perlu Keluhan, komplikasi
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/ Rekam Medis
169
SOP TATALAKSANA KASUS
DEFISIENSI VITAMIN
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
170
gangguan saraf dan mental, pellagra)?
Apakah ada gejala defisiensi vitamin
B6 (anemia hipokromik mikrositer
dengan kadar Fe normal, neuropati
perifer, dermatitis, konvulsi)?
Apakah ada gejala defisiensi vitamin
B12 (demensia, gangguan neurologis,
mudah lupa, kemunduran fungsi otak,
anemia)?
Apakah ada gejala defisiensi vitamin
C (skorbut, pembengkakakn gusi dan
gigi mudah lepas, kelainan kulit, nyeri
dan lemah tungkai bawah, penonjolan
folikel rambut)?
6.2 Pemeriksaan Fisik :
Melakukan informed consent tentang
tindakan yang akan dilakukan
Mencuci tangan
Mengarahkan pasien untuk naik ke
tempat tidur periksa
Pemeriksaan tanda-tanda vital
Pemeriksaan fisik umum
6.3 Tata laksana khusus:
Menegakkan diagnosis defisiensi
vitamin tertentu sesuai dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Memberikan penatalaksanaan sesuai
dengan defisiensi vitamin:
- Vitamin A: kapsul vitamin A
100.000 IU/hari selama 3 hari,
kemudian 50.000 IU/hari selama 2
minggu, kemudian 10.000-20.000
IU/hari selama 2 bulan
- Vitamin B1, B2, B6, B12: tablet
vitamin B complex 5-10mg/hari
- Vitamin C: tablet vitamin C 50-100
mg/hari
Memberikan konseling dan edukasi:
meningkatkan asupan vitamin serta
memperbaiki pola makan
Melakukan rujukan pada tingkat
kesehatan yang lebih tinggi untuk
pemeriksaan penunjang dan
pentalaksanaan lebih lanjut dan bila
ditemukan defisiensi berat.
7. Hal-hal yang perlu Keluhan, komplikasi
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/ Rekam Medis
171
SOP TATALAKSANA KASUS
DISLIPIDEMIA
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
172
kesehatan yang lebih tinggi untuk
pemeriksaan penunjang dan
penatalaksanaan dislipidemia.
7. Hal-hal yang perlu Keluhan, penyakit penyerta
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/ Rekam Medis
173
SOP TATALAKSANA KASUS
HIPERURISEMIA
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
174
Pemeriksaan fisik umum (Arthritis
monoartikuler biasa pada MTP-1)
6.3 Tata laksana khusus:
Menegakkan diagnosis suspek gout
atritis/suspek hiperurisemia
berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Memberikan konseling dan edukasi:
Minum cukup (8-10 gelas/hari),
mengelola obesitas dan menjaga Berat
Badan Ideal, kurangi konsumsi
alkohol, dan pola diet sehat (rendah
purin).
Melakukan rujukan pada tingkat
kesehatan yang lebih tinggi untuk
pemeriksaan penunjang dan
penatalaksanaan hiperurisemia.
7. Hal-hal yang perlu Keluhan, penyakit penyerta
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/ Rekam Medis
175
SOP TATALAKSANA KASUS
OBESITAS
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
176
6.3 Tata laksana khusus:
Menegakkan diagnosis obesitas
berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik
- Underweight IMT < 18,5
- Normal IMT 18,5 22,9
- Overweight IMT > 23,0
- BB lebih dengan risiko IMT 23,0-24,9
- Obese I IMT 25,0 29,9
- Obese II IMT > 30
Melakukan penatalaksanaan obesitas
dengan:
- Diskusikan dan sepakati target
penurunan BB yang rasional (10%
dari BB saat ini)
- Usulkan cara dan jadwalkan
pengukuran berkala
- Pengaturan pola makan dengan
mengurangi asupan kalori 300-500
kkal/hari untuk mencapai penurunan
BB -1 kg per minggu
- Latihan fisik 30-45 menit sehari, 3-5
kali seminggu
Memberikan konseling dan edukasi:
motivasi dan mengevaluasi penyakit
penyerta
Melakukan rujukan untuk konsultasi
ahli bila pasien obesitas dengan resiko
tinggi dan tidak berespon dalam
penurunan berat badan setelah 3 bulan
modifikasi gaya hidup
7. Hal-hal yang perlu Keluhan, penyakit penyerta
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/ Rekam Medis
177
SOP TATALAKSANA KASUS ANEMIA
DEFISIENSI BESI
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
178
kadar Hb menunjukkan: Laki-laki: >
13 g/dl, Perempuan: > 12 g/dl,
Perempuan hamil: > 11 g/dl
Memberikan konseling dan edukasi:
diet bergizi tinggi protein terutama
protein hewani, pemakaian alas kaki
untuk mencegah infeksi cacing
tambang
Melakukan rujukan untuk
pemeriksaan penunjang darah lengkap
serta apusan darah tepi untuk
menentukkan penyebab anemia serta
penatalaksanaan kasus.
7. Hal-hal yang perlu Keluhan, komplikasi (penyakit jantung anemia, distress pernafasan)
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
179
SOP TATALAKSANA KASUS
LIMFADENITIS
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
180
bilateral/unilateral, ukuran, tepi,
mobile/tidak, nyeri tekan, tanda-tanda
peradangan, fluktuasi)
6.3 Tata laksana khusus:
Menegakkan diagnosis limfadenitis
berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Menentukan penyebab limfadenitis
(lakukan tes BTA sputum bila
dicurigai limfadenitis TB)
Memberikan tatalaksana sesuai
penyebab limfadenitis:
- Virus: sembuh sendiri dan tidak
memerlukan pengobatan
- Bakteri: antibiotik oral dengan
golongan penilisin atau
sefalosporin atau macrolide
- Mycobacterium tuberculosis: beri
pengobatan OAT
Memberikan konseling dan edukasi:
mejaga kesehatan, kebersihan serta
motivasi.
Melakukan rujukan untuk bila KGB
gagal mengecil dalam 4-6 minggu
untuk biopsi KGB. Biopsi dilakukan
bila ada tanda keganasan, KGB
menetap atau bertambah besar atau
diagnosis belum dapat ditegakkan.
7. Hal-hal yang perlu Keluhan, perkembangan penyakit
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
181
SOP TATALAKSANA KASUS DEMAM
DENGUE- DENGUE HEMORAGIC
FEVER
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
182
6.3 Tata laksana khusus:
Menegakkan diagnosis suspek demam
dengue/dengue hemoragic fever
Memberikan terapi simptomatik
dengan analgetik antipiretik
(Paracetamol 3 x 500 mg)
Melakukan konseling dan edukasi:
penyakit dan rencana penatalaksanaan
serta modifikasi gaya hidup.
Melakukan rujukan untuk
pemeriksaan penunjang darah lengkap
atau pada kasus yang membutuhkan
konsultasi ahli (terjadi perdarahan
masif, terjadi komplikasi)
7. Hal-hal yang perlu Keluhan, perdarahan, tanda-tanda vital, komplikasi
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
183
SOP TATALAKSANA KASUS
MALARIA
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/APOTIK
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
184
serebral dapat ditemukan kaku kuduk;
Toraks: terlihat pernapasan cepat;
Abdomen: teraba pembesaran hepar
dan limpa, dapat juga ditemukan
asites; Ginjal: bisa ditemukan urin
berwarna coklat kehitaman, oligouri
atau anuria; Ekstermitas: akral teraba
dingin merupakan tanda-tanda menuju
syok)
6.3 Tata laksana khusus:
Menegakkan diagnosis suspek malaria
(trias malaria: panas, menggigil,
berkeringat)
Melakukan konseling dan edukasi:
penyakit malaria, rencana
penalataksanaan, prognosis dan
pencegahan malaria.
Melakukan rujukan untuk
pemeriksaan penunjang apusan darah
tebal dan tipis serta rapid terst malaria
atau pada kasus yang membutuhkan
konsultasi ahli (malaria dengan
komplikasi dan malaria berat)
7. Hal-hal yang perlu Keluhan, tanda-tanda vital, komplikasi
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
185
SOP TATALAKSANA KASUS
LEPTOSPIROSIS
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
186
6.3 Tata laksana khusus:
Menegakkan diagnosis leptospirosis
berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik
Memberikan terapi suportif dan
melakukan observasi ketat untuk
mendeteksi dan mengatasi keadaan
dehidrasi, hipotensi,perdarahan dan
gagal ginjal.
Memberikan antibiotika oral secepat
mungkin dengan doksisiklin,
amoksisilin atau eritromisin
Memberikan konseling dan edukasi
mengenai penyakit leptospirosis,
penatalaksanaan, penularan dan
pencegahannya.
Melakukan rujukan untuk
pemeriksaan penunjang atau pada
kasus yang membutuhkan konsultasi
ahli (leptospirosis berat atau
leptospirosis dengan komplikasi,
terutama komplikasi ginjal harus
dirujuk ke fasilitas yang memiliki
hemodialisa)
7. Hal-hal yang perlu Keluhan, tanda-tanda vital, komplikasi
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/ Rekam Medis
187
SOP TATALAKSANA KASUS REAKSI
ANAFILAKTIK
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/INT
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/3
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
188
takikardia,edema periorbital, mata
berair, hiperemi konjungtiva. Tanda
prodromal pada kulit berupa urtikaria Antihistamin 10-20 mg IM atau IV pelan
dan eritema)
6.3 Tata laksana khusus:
Menegakkan diagnosis reaksi
anafilaktik berdasarkan kriteria: Terapi tambahan
- Cairan IV 1-2 L jika tanda syok tidak
- Kriteria I: onset akut dari suatu
ada respon dengan obat
penyakit (menit-jam) dengan
- Kortikosteroid untuk kasus berat:
terlibatnya kulit, jaringan mukosa
dexamethasone 20 mg IV
atau keduanya, dan salah satu dari - Inhalasi short acting 2 agonist untuk
respiratory compromise dan kasus bronkospasme berat
penurunan tekanan darah atau
gejala yang berkaitan dengan
disfungsi organ sasaran (misalnya
hipotonia, sinkop, inkontinensia) Observasi 2-3 x 24 jam, kasus ringan
- Kriteria II: dua atau lebih gejala cukup 6 jam
berikut yang terjadi secara
mendadak setelah terpapar alergen
yang spesifik pada pasien tersebut Konseling dan Edukasi
(menit-jam), yaitu keterlibatan
jaringan mukosa kulit; respiratory
compromise; penurunan tekanan
darah atau gejala yang berkaitan;
Rujukan kasus
dan gejala gastrointestinal yang
persisten.
- Kriteria III: penurunan tekanan
darah setelah terpapar pada alergen
yang diketahui beberapa menit-jam
(syok anafilaktik). Pada bayi dan
anak-anak, TD sistolik yang rendah
(spesifik umur)atau penurunan
darah sistolik lebih dari 30%.
Sementara pada orang dewasa, TD
sistolik kurang dari 90 mmHg atau
penurunan darah sistolik lebih dari
30% dari tekanan darah awal.
Memposisikan pasien pada posisi
trendeleburg atau berbaring dengan
kedua tungkai diangkat (diganjal
dengan kursi) akan membantu
menaikkan venous return
Memberikan Oksigen 3-5 lpm
Pemasangan infus dengan ringer lactat
atau NaCl 0,9%
Memberikan Adrenalin 0,3 0,5 ml
dari larutan 1 : 1000 diberikan secara
intramuskuler (0,01mg/kgBB) yang
dapat diulangi 510 menit. Bila
pemberian dengan intramuskular
kurang berespon berikan secara
intravena 0,1 0,2 ml adrenalin
dilarutkan dalam spuit 10 ml dengan
NaCl fisiologis, secara perlahan.
189
Antihistamin dan kortikosteroid
merupakan pilihan kedua setelah
adrenalin. Antihistamin yang biasa
digunakan adalah difenhidramin HCl
5 20 mg IV dan untuk golongan
kortikosteroid dapat digunakan
deksametason 5 10 mg IV.
Observasi 2-3 x 24 jam, cukup 6 jam
pada kasus ringan
Memberikan kortikosteroid dan
antihistamin peroral 3 x 24 jam
Resusitasi Kardio Pulmoner (RKP),
seandainya terjadi henti jantung
(cardiac arrest).
Melakukan konseling dan edukasi:
Keluarga perlu diberitahukan
mengenai penyuntikan apapun
bentuknya harus selalu waspada untuk
timbulnya reaksi anafilaktik.
Melakukan rujukan bila kegawatan
pasien ditangani, apabila dengan
penanganan yang dilakukan tidak
terdapat perbaikan.
7. Hal-hal yang perlu Keluhan, tanda-tanda vital, komplikasi
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/ Rekam Medis
190
SOP TATALAKSANA KASUS ULKUS
PADA TUNGKAI
No. Dokumentasi: SOP/ADMIN/BEDAH
No Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/3
DitetapkanOleh
KepalaPuskesmasSusut I
PuskesmasSusut I
191
6.3 Tata laksana khusus:
Menegakkan diagnosis ulkus pada
tungkai berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik
Melakukan identifikasi dan klasifikasi
jenis ulkus
- Ulkus Tropikum: Tungkai bawah,
ulkis yang soliter, lesi bebentuk
satelit, dinding menggaung, dasar
kotor sekret produktif warna kuning
kehijauan, nyeri. Pemeriksaan
sediaan hapus dari secret untuk
mencari Bacillus fusiformis dan
Borellia vencentii merupakan hal
yang khas.
- Ulkus Varikosum: Tungkai bawah
dan betis. Terdapat ulkus di kelilingi
eritema dan hiperpigmentasi. Ulkus
soliter dan bisa multipel. Pada
umumnya tidak terasa nyeri, namun
dengan adanya selulitis dan infeksi
sekunder, nyeri akan terasa lebih
hebat
- Ulkus Arteriosum: Tungkai bawah.
Ulkus yang timbul berbentuk plong
(punched out) adalah ciri khas ulkus
ini. Nyeri yang terutama muncul
pada malam hari juga ciri penting
lainnya. Tepi ulkus yang jelas dan
kotor. Bagian distal terasa dingin
dibandingkan bagian proksimal atau
kaki yang sehat.
- Ulkus Neurotrofik: Pada telapak
kaki, ujung jari, dan sela pangkal jari
kaki. Kelainan kulit berupa ulkuds
soliter, bulat, pinggir rata, secret
tidak produktif dan tanpa nyeri.
Daerah kulit anhidrosis dan ulkus
dapat di tutupi oleh krusta.
Melakukan pemeriksaan kadar gula
darah sewaktu
Melakukan penatalaksanaan sesuai
dengan jenis ulkus:
- Ulkus Tropikum: Tetrasiklin peroral
dengan dosis 3x500 mg sehari.
Topikal dengan salep salisil 2% dan
kompres KMnO4
- Ulkus Varikosum: Seng Sulfat 2 x
200 mg/ hari. Kompres Permanganas
Kalikus 1:5000.
- Ulkus Arteriosum: Jika terdapat
infeksi dapat di berikan antibotik.
Untuk kuman anaerob diberikan
metronidazol . Pemberian analgetik
dapat diberikan untuk mengurangi
192
nyeri. Kompres Permanganas
Kalikus 1:5000.
- Ulkus Neurotrofik: Pengobatan
infeksi dan perawatan ulkus seperti
ulkus lainnya
Memberikan konseling dan edukasi:
perbaiki kadar gizi dan makanan,
hindari suhu yang dingin, hindari
rokok, menjaga berat badan, jangan
berdiri terlalu lama dalam melakukan
pekerjaan, edukasi perawatan kaki.
Melakukan rujukan untuk
penalataksanaan lebih lanjut dan
pemeriksaan penunjang
7. Hal-hal yang perlu Keluhan, besar dan luas ulkus, penyebab yang mendasari ulkus
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/ Rekam Medis
193
SOP TATALAKSANA KASUS
VERUKA VULGARIS
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
194
sedasi/anastesi.
KIE pasien bahwa 90% kasus dapat sembuh
spontan selama 5 tahun.
7. Hal-hal yang perlu Pasien harus menjaga kebersihan kulit. Efek samping bahan
diperhatikan kaustik dapat menyebabkan ulkus.
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
- Dokter spesialis Kulit
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
195
SOP TATALAKSANA KASUS
VARISELA TANPA KOMPLIKASI
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
196
6.3 Tatalaksana Kasus
Pengobatan antivirus oral:
Asiklovir: dewasa 5 x 800mg / hari, anak-
anak 4 x 20mg/kg BB (dosis maksimal
800mg) atau Valasiklovir 3 x 1000mg /
hari.
Pengobatan diberikan selama 7-10 hari dan
efektif diberikan pada 24 jam pertama
setelah timbul lesi.
Terapi suportif:
Menghindari gesekan kulit yang
mengakibatkan pecahnya vesikel,
pemberian nutrisi TKTP, istirahat dan
mencegah kontak dengan orang lain.
Gejala prodormal diatasi sesuai dengan
indikasi. Aspirin dihindari karena dapat
menyebabkan Reyes Syndrome.
Pasien dirujuk jika: terdapat gangguan
imunitas dan mengalami komplikasi yang
berat seperti pnemonia, ensefalitis, dan
hepatitis.
Edukasi bahwa varisella merupakan penyakit
yang self-limiting pada anak yang
imunokompeten. Komplikasi yang ringan
dapat berupa infeksi bakteri sekunder. Oleh
karena itu, pasien sebaiknya menjaga
kebersihan tubuh. Penderita sebaiknya
dikarantina untuk mencegah penularan.
7. Hal-hal yang perlu Penularan melalui udara (air-borne) dan kontak langsung.
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
197
SOP TATALAKSANA KASUS
HERPES ZOSTER TANPA
KOMPLIKASI
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
198
anak 4 x 20mg/kg BB (dosis maksimal
800mg) atau Valasiklovir 3 x 1000mg /
hari.
Pengobatan diberikan selama 7-10 hari dan
efektif diberikan pada 24 jam pertama
setelah timbul lesi.
b. Pengobatan topikal:
Stadium vesikel: bedak salisil 2% atau
bedak kocok kalamin agar vesikel tidak
pecah. Apabila erosif diberikan kompres
terbuka. Apabila terjadi ulserasi, dapat
dipertimbangkan pemberian salep
antibiotik.
c. Terapi suportif:
Menghindari gesekan kulit yang
mengakibatkan pecahnya vesikel,
pemberian nutrisi TKTP, istirahat dan
mencegah kontak dengan orang lain.
d. Gejala prodormal diatasi sesuai dengan
indikasi. Aspirin dihindari karena dapat
menyebabkan Reyes Syndrome.
e. Pasien dirujuk jika: penyakit tidak sembuh
7-10 hari setelah terapi, terjadi pada pasien
bayi, anak, geriatri dan imunokompromise,
terjadi komplikasi dan penyakit penyerta
lain yang menggunakan multifarmaka.
7. Hal-hal yang perlu Lesi biasanya membaik dalam 2-3 minggu pada individu
diperhatikan imunokompeten.
Sering terjadi komplikasi neuralgia pasca-herpetik.
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
199
SOP TATALAKSANA KASUS
HERPES SIMPLEKS TANPA
KOMPLIKASI
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
200
dengan dasar eritema. Vesikel dapat
menjadi keruh, pecah, membasah, krusta
dan erosi serta ulkus.
e. Periksa terutama pada daerah
mulut,hidung, dan genital.
201
SOP TATALAKSANA KASUS
MORBILI TANPA KOMPLIKASI
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
202
belakang telinga, dan menyebar secara
sentrifugal dan ke bawah hingga muka,
badan, ekstremitas, dan mencapai kaki pada
hari ketiga. Lesi ini perlahan-lahan
menghilang dengan urutan sesuai urutan
muncul. Eksantem hilang dalam 4-6 hari.
6.3 Tatalaksana Kasus
a. Terapi suportif diberikan dengan menjaga
cairan tubuh dan mengganti cairan yang
hilang dari diare dan emesis.
b. Obat diberikan untuk gejala simptomatis,
demam dengan antipiretik. Jika terjadi
infeksi bakteri sekunder, diberikan
antibiotik.
c. Suplementasi vitamin A diberikan pada:
1. Bayi usia kurang dari 6 bulan 50.000
IU/hari PO diberi 2 dosis.
2. Umur 6-11 bulan 100.000 IU/hari PO 2
dosis.
3. Umur di atas 1 tahun 200.000 IU/hari
PO 2 dosis.
4. Anak dengan tanda defisiensi vitamin
A, 2 dosis pertama sesuai umur,
dilanjutkan dosis ketiga sesuai umur
yang diberikan 2-4 minggu kemudian.
d. KIE penyakit ini adalah penyakit menular,
bisa sembuh sendiri dan pentingnya terapi
suportif (mencegah dehidrasi).
e. Rujuk jika terjadi komplikasi; superinfeksi
bakteri, pnemonia, dehidrasi, croup,
ensefalitis.
7. Hal-hal yang perlu Terapi suportif sangat penting.
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- PoliUmum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
203
SOP TATALAKSANA KASUS
MOLOSKUM KONTAGIOSUM
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
204
6.3 Tatalaksana Kasus
a. Pengeluaran massa yang mengandung
badan moluskum dengan dipijat dan alat
jarum suntik.
b. Pasien harus menjaga higiene kulit.
c. Rujuk apabila tidak ditemukan badan
moluskum, terdapat penyakit hematologi
dan HIV/AIDS.
d. KIE pasien bahwa penularan sangat jarang
terjadi dan penyakit ini adalah self-limiting
disease.
7. Hal-hal yang perlu Pasien harus menjaga kebersihan kulit. Jarang menular.
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
205
SOP TATALAKSANA KASUS
TINEA KAPITIS
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
206
serbuk peradangan di sekitarnya (kerion),
bintik-bintik hitam serta alopesia (black dot
ringworm)
e. Lokasi predileksi pada kulit kepala, alis
atau bulu mata.
6.3 Tatalaksana Kasus
a. Lesi terbatas: Pengobatan topikal yaitu:
krim mikonazol, atau ketokonazol yang
diberikan hingga lesi hilang dan dilanjutkan
1-2 minggu kemudian untuk mencegah
rekurensi.
b. Untuk lesi luas dan resisten terhadap terapi
topikal:
Griseofulvin 0,5-1 gram / hari untuk
dewasa, 0,25-0,5 gram per hari untuk anak-
anak atau 10-25mg/kgBB/hari terbagi
dalam 2 dosis.
Atau Ketokonazol 200mg per hari selama
10-14 hari setelah makan.
c. Pasien harus menjaga higiene kulit, hindari
pemakaian handuk secara bersamaan.
d. Rujuk apabila penyakit tidak sembuh lebih
dari 10-14 hari setelah terapi,
imunodefisiensi atau penyakit peserta
lainya dengan multifarmaka
7. Hal-hal yang perlu Pasien harus menjaga kebersihan tubuh, pakaian dan lingkungan.
diperhatikan Menular dengan kontak fisik
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
207
SOP TATALAKSANA KASUS
TINEA BARBAE
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
208
anak atau 10-25mg/kgBB/hari terbagi
dalam 2 dosis.
Atau Ketokonazol 200mg per hari selama
10-14 hari setelah makan.
c. Pasien harus menjaga higiene kulit, hindari
pemakaian handuk secara bersamaan.
d. Rujuk apabila penyakit tidak sembuh lebih
dari 10-14 hari setelah terapi,
imunodefisiensi atau penyakit peserta
lainya dengan multifarmaka
7. Hal-hal yang perlu Pasien harus menjaga kebersihan tubuh, pakaian dan lingkungan.
diperhatikan Menular dengan kontak fisik
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
209
SOP TATALAKSANA KASUS
TINEA FASIALIS
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
210
Griseofulvin 0,5-1 gram / hari untuk
dewasa, 0,25-0,5 gram per hari untuk anak-
anak atau 10-25mg/kgBB/hari terbagi
dalam 2 dosis.
Atau Ketokonazol 200mg per hari selama
10-14 hari setelah makan.
c. Pasien harus menjaga higiene kulit, hindari
pemakaian handuk secara bersamaan.
d. Rujuk apabila penyakit tidak sembuh lebih
dari 10-14 hari setelah terapi,
imunodefisiensi atau penyakit peserta
lainya dengan multifarmaka
7. Hal-hal yang perlu Pasien harus menjaga kebersihan tubuh, pakaian dan lingkungan.
diperhatikan Menular dengan kontak fisik
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
211
SOP TATALAKSANA KASUS
TINEA KORPORIS
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
212
Griseofulvin 0,5-1 gram / hari untuk
dewasa, 0,25-0,5 gram per hari untuk anak-
anak atau 10-25mg/kgBB/hari terbagi
dalam 2 dosis.
Atau Ketokonazol 200mg per hari selama
10-14 hari setelah makan.
c. Pasien harus menjaga higiene kulit, hindari
pemakaian handuk secara bersamaan.
d. Rujuk apabila penyakit tidak sembuh lebih
dari 10-14 hari setelah terapi,
imunodefisiensi atau penyakit peserta
lainya dengan multifarmaka
7. Hal-hal yang perlu Pasien harus menjaga kebersihan tubuh, pakaian dan lingkungan.
diperhatikan Menular dengan kontak fisik
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
213
SOP TATALAKSANA KASUS
TINEA PEDIS
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
214
b. Untuk lesi luas dan resisten terhadap terapi
topikal:
Griseofulvin 0,5-1 gram / hari untuk
dewasa, 0,25-0,5 gram per hari untuk anak-
anak atau 10-25mg/kgBB/hari terbagi
dalam 2 dosis.
Atau Ketokonazol 200mg per hari selama
10-14 hari setelah makan.
c. Pasien harus menjaga higiene kulit, hindari
pemakaian handuk secara bersamaan.
d. Rujuk apabila penyakit tidak sembuh lebih
dari 10-14 hari setelah terapi,
imunodefisiensi atau penyakit peserta
lainya dengan multifarmaka
7. Hal-hal yang perlu Pasien harus menjaga kebersihan tubuh, pakaian dan lingkungan.
diperhatikan Menular dengan kontak fisik
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
215
SOP TATALAKSANA KASUS
TINEA MANUS
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman :1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
216
topikal:
Griseofulvin 0,5-1 gram / hari untuk
dewasa, 0,25-0,5 gram per hari untuk anak-
anak atau 10-25mg/kgBB/hari terbagi
dalam 2 dosis.
Atau Ketokonazol 200mg per hari selama
10-14 hari setelah makan.
c. Pasien harus menjaga higiene kulit, hindari
pemakaian handuk secara bersamaan.
d. Rujuk apabila penyakit tidak sembuh lebih
dari 10-14 hari setelah terapi,
imunodefisiensi atau penyakit peserta
lainya dengan multifarmaka.
7. Hal-hal yang perlu Pasien harus menjaga kebersihan tubuh, pakaian dan lingkungan.
diperhatikan Menular dengan kontak fisik
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
217
SOP TATALAKSANA KASUS
TINEA UNGUIUM
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
218
b. Untuk lesi luas dan resisten terhadap terapi
topikal:
Griseofulvin 0,5-1 gram / hari untuk
dewasa, 0,25-0,5 gram per hari untuk anak-
anak atau 10-25mg/kgBB/hari terbagi
dalam 2 dosis.
Atau Ketokonazol 200mg per hari selama
10-14 hari setelah makan.
c. Pasien harus menjaga higiene kulit, hindari
pemakaian handuk secara bersamaan.
d. Rujuk apabila penyakit tidak sembuh lebih
dari 10-14 hari setelah terapi,
imunodefisiensi atau penyakit peserta
lainya dengan multifarmaka.
7. Hal-hal yang perlu Pasien harus menjaga kebersihan tubuh, pakaian dan lingkungan.
diperhatikan Menular dengan kontak fisik
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
219
SOP TATALAKSANA KASUS
TINEA KRURIS
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
220
6.3 Tatalaksana Kasus
a. Lesi terbatas: Pengobatan topikal yaitu:
krim mikonazol atau ketokonazol hingga
lesi hilang dan dilanjutkan 1-2 minggu
kemudian untuk mencegah rekurensi.
b. Untuk lesi luas dan resisten terhadap terapi
topikal:
Griseofulvin 0,5-1 gram / hari untuk
dewasa, 0,25-0,5 gram per hari untuk anak-
anak atau 10-25mg/kgBB/hari terbagi
dalam 2 dosis.
Atau Ketokonazol 200mg per hari selama
10-14 hari setelah makan.
c. Pasien harus menjaga higiene kulit, hindari
pemakaian handuk secara bersamaan.
d. Rujuk apabila penyakit tidak sembuh lebih
dari 10-14 hari setelah terapi,
imunodefisiensi atau penyakit peserta
lainya dengan multifarmaka.
7. Hal-hal yang perlu Pasien harus menjaga kebersihan tubuh, pakaian dan lingkungan.
diperhatikan Menular dengan kontak fisik
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
221
SOP TATALAKSANA KASUS
IMPETIGO
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
222
berbentuk vesikel yang telah pecah menjadi
krusta berwarna kuning seperti madu.
Gambaran vesikobulosa berisi pus.
6.3 Tatalaksana Kasus
a. Pengobatan topikal:
1. Bila banyak pus/krusta, dilakukan
kompres NaCl 0,9%.
2. Jika tidak tertutup pus/krusta diberikan
gentamisin salep dioleskan 2-3 kali
sehari selama 7-10 hari.
b. Antibiotik oral: untuk lesi luas dan resisten
terhadap terapi topikal:
1. Eritromisin dosis dewasa 4 x 250-500
mg / hari, anak 20-50 mg/kgBB/hari
dibagi 4 dosis, selama 5-7 hari.
2. Sefalosporin dengan dosis 10-25
mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis, selama 5-
7 hari.
c. Pasien harus menjaga higiene kulit dan
stamina, hindari kontak dengan orang lain
dengan keluhan yang sama.
d. Rujuk apabila penyakit tidak sembuh
dengan pengobatan selama 5-7 hari,
komplikasi selulitis dan terdapat penyakit
sistemik.
7. Hal-hal yang perlu Pasien harus menjaga kebersihan tubuh dan stamina
diperhatikan Menular dengan kontak fisik
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
223
SOP TATALAKSANA KASUS
IMPETIGO ULSERATIF (EKTIMA)
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
224
gentamisin salep dioleskan 2-3 kali
sehari selama 7-10 hari.
b. Antibiotik oral: untuk lesi luas dan resisten
terhadap terapi topikal:
1. Eritromisin dosis dewasa 4 x 250-500
mg / hari, anak 20-50 mg/kgBB/hari
dibagi 4 dosis, selama 5-7 hari.
2. Sefalosporin dengan dosis 10-25
mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis, selama 5-
7 hari.
c. Pasien harus menjaga higiene kulit dan
stamina, hindari kontak dengan orang lain
dengan keluhan yang sama.
d. Rujuk apabila penyakit tidak sembuh
dengan pengobatan selama 5-7 hari,
komplikasi selulitis dan terdapat penyakit
sistemik.
7. Hal-hal yang perlu Pasien harus menjaga kebersihan tubuh dan stamina
diperhatikan Menular dengan kontak fisik
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
225
SOP TATALAKSANA KASUS
FOLIKULITIS SUPERFISIALIS
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
226
mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis, selama 5-7
hari.
c. Pasien harus menjaga higiene kulit dan
stamina, hindari kontak dengan orang lain
dengan keluhan yang sama.
d. Rujuk apabila penyakit tidak sembuh
dengan pengobatan selama 5-7 hari,
komplikasi selulitis dan terdapat penyakit
sistemik.
7. Hal-hal yang perlu Pasien harus menjaga kebersihan tubuh dan stamina
diperhatikan Menular dengan kontak fisik
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
227
SOP TATALAKSANA KASUS
FURUNKEL DAN KARBUNKEL
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman :1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
228
nodus supurasi di beberapa puncak.
6.5 Tatalaksana Kasus
a. Insisi pus menggunakan spuit 3cc,
kemudian kompres NaCl 0,9%.
b. Pengobatan topikal: diberikan gentamisin
salep dioleskan 2-3 kali sehari selama 7-10
hari.
c. Antibiotik oral: untuk lesi luas dan resisten
terhadap terapi topikal:
- Eritromisin dosis dewasa 4 x 250-500
mg / hari, anak 20-50 mg/kgBB/hari
dibagi 4 dosis, selama 5-7 hari.
- Sefalosporin dengan dosis 10-25
mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis, selama 5-
7 hari.
d. Pasien harus menjaga higiene kulit dan
stamina, diet TKTP, hindari kontak dengan
orang lain dengan keluhan yang sama.
e. Rujuk apabila penyakit tidak sembuh
dengan pengobatan selama 5-7 hari,
komplikasi selulitis dan terdapat penyakit
sistemik.
7. Hal-hal yang perlu Pasien harus menjaga kebersihan tubuh dan stamina
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
229
SOP TATALAKSANA KASUS
ERITRASMA
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
230
salep dioleskan 2-3 kali sehari selama 7-10
hari.
b. Antibiotik oral: untuk lesi luas dan resisten
terhadap terapi topikal:
1. Eritromisin dosis dewasa 4 x 250-500
mg / hari, anak 20-50 mg/kgBB/hari
dibagi 4 dosis, selama 5-7 hari.
2. Sefalosporin dengan dosis 10-25
mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis, selama 5-
7 hari.
c. Pasien harus menjaga higiene kulit dan
stamina, menjaga kulit tetap kering.
d. Rujuk apabila penyakit tidak sembuh
dengan pengobatan selama 5-7 hari,
komplikasi selulitis dan terdapat penyakit
sistemik.
7. Hal-hal yang perlu Pasien harus menjaga kebersihan tubuh dan stamina
diperhatikan Menular dengan kontak fisik
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
231
SOP TATALAKSANA KASUS
ERISIPELAS
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
232
muntah, dan nyeri sendi.
6.3 Tatalaksana Kasus
a. Antibiotik oral: untuk infeksi ringan:
1. Eritromisin dosis dewasa 4 x 250-500
mg / hari, anak 20-50 mg/kgBB/hari
dibagi 4 dosis, selama 5-7 hari.
2. Sefalosporin dengan dosis 10-25
mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis, selama 5-
7 hari.
b. Rujuk apabila penyakit tidak sembuh
dengan pengobatan selama 5-7 hari, infeksi
berat, KU tidak stabil, komplikasi selulitis
dan terdapat penyakit sistemik.
7. Hal-hal yang perlu Segera rujuk jika KU tidak stabil
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
233
SOP TATALAKSANA KASUS
SKROFULODERMA
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
234
6.3 Pemeriksaan penunjanng
Tes tuberkulin (+)
235
SOP TATALAKSANA KASUS
LEPRA
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman :
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
236
berkeringat dan berambut. Terdapat baal pada
lesi kulit, hilang sensasi nyeri dan suhu,
vitiligo. Pada kulit dapat pula ditemukan
nodul.
e. Penebalan nervus perifer, nyeri tekan dan
atau spontan pada saraf, kesemutan, tertusuk-
tusuk dan nyeri pada anggota gerak,
kelemahan anggota gerak dan atau wajah,
adanya deformitas, ulkus yang sulit sembuh.
237
SOP TATALAKSANA KASUS
SIFILIS STADIUM I DAN II
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULIT
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
238
d. Melakukan pemeriksaan dengan lup. Papul
lentikuler yang permukaannya segera erosi
dan menjadi ulkus berbentuk bulat dan
soliter, dindingnya tak bergaung dan
berdasarkan eritem dan bersih, diatasnya
hanya serum (ulkus durum) pada genitalia
eksterna, lidah, tonsil dan anus.
e. Seminggu setelah afek primer, terdapat
pembesaran kelenjar getah bening (KGB)
regional yang soliter, indolen, tidak lunak,
besarnya lentikular, tidak supuratif dan tidak
terdapat periadenitis di ingunalis medialis.
f. Bentuk lesi pada stadium II: Roseola
sifilitika, papul, pustul, onikia sifilitikum,
pembesaran KGB, uveitis anterior.
6.3 Tatalaksana Kasus
a. Sifilis yang sedang dalam inkubasi dapat
diobati dengan regimen penisilin atau dapat
menggunakan ampisilin, amoksisilin, atau
seftriakson mungkin juga efektif.
b. Pengobatan profilaksis harus diberikan
pada pasangan pasien, namun sebaiknya
diberikan sejak 3 bulan sebelumnya, tanpa
memandangserologi.
c. Kontak seksual harus ditelusuri, diketahui
dan diobati
d. Pasien perlu diuji untuk penyakit lain yang
ditularkan secara seksual (sexually
transmitted diseases/ STD), termasuk HIV,
harus dilakukanpada semua penderita.
e. Pada sifilis dengan kehamilan untuk wanita
berisiko tinggi, uji serologis rutin harus
dilakukan sebelum trimester pertama dan
awal trimester ketiga serta pada persalinan.
f. Bila tanda-tanda klinis atau serologis
memberi kesan infeksi aktif atau diagnosis
sifilis aktif tidak dapat dengan pasti
disingkirkan, maka indikasi untuk
pengobatan.
g. Semua stadium dan klasifikasi sifilis harus
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
memiliki dokter spesialis kulit dan kelamin.
h. Pasien diberikan pemahaman tentang
penyakit, penularan serta penatalaksanaan
di tingkat rujukan.
i. Pasien disarankan untuk tidak melakukan
hubungan seksual selama penyakit belum
tuntas diobati.
7. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
239
SOP TATALAKSANA KASUS
LIPOMA
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/BEDAH
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
240
tanpa keluhan lain. Terapi pasca eksisi:
antibiotik, anti nyeri.
c. Terapi simptomatik: anti nyeri.
d. Rujuk apabila ukuran massa > 6 cm dengan
pertumbuhan cepat, ada gejala nyeri
spontan atau tekan, predileksi beresiko
bersentuhan dengan pembuluh darah atau
saraf.
7. Hal-hal yang perlu Prognosis umumnya bonam, namun tergantung dari letak dan
diperhatikan ukuran lipoma, serta ada atau tidaknya komplikasi.
8. Unit terkait - Loket
- Poli Umum ( BP )
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Leaflet
3. Dokumen/ rekam medik
241
SOP TATALAKSANA KASUS
PITIRIASIS VESIKOLOR
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
242
dibawah mikroskop. Hasil positif jika melihat
adanya hifa pendek dan spora bulat Konseling dan
bergerombol edukasi
Medikamentosa
1. Pengobatan Topikal
suspense sselenium sulfide 1,8% dalam
bentuk shampoo digunakan 2-3kali
seminggu. obat digosokan pada lesi dan
didiamkan 15-30 menit sebelum mandi.
Deivat azol topical antara lain
mikonazol dan klotrimazol
2. Pengobatan Sistemik
Diberikan apabila penyakit terdapat pada
daerah luas atau topical tidak berhasil.
ketokonazol per oral dosis 1x200mg
sehari selama 10 hari
itrakonazol per oral dosis 1x200mg
sehari selama 5-7 hari (pada kasus
tidak sembuh dengan terapi lainya)
243
SOP TATALAKSANA KASUS
KANDIDIASIS MUKOKUTAN RINGAN
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
244
6.4 Penegakan Diagnosis
Ditegakan berdasarkan gambaran klinis dan Konseling dan
tes KOH
edukasi
6.5 Tatalaksana Kasus
Non Medikamentosa
Edukasi untuk menjaga kebersihan kulit dan
lingkungan, memakai pakaian dari bahan
katun dan rajin mengganti pakaian, mandi
secara teratur dan menjaga kulit tetap kering. Tatalaksana
Medikamentosa
Medikamentosa
1. Pengobatan Topikal
nistatin cream
gentian violet
amfoterisin B
mikonazol atau klitrimazol cream
7. Hal-hal yang perlu Luas lesi, derajat lesi
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli umum (BP)
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/Rekam medis
245
SOP TATALAKSANA KASUS
CUTANEUS LARVA MIGRAN
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
246
lingkungan, selalu memakai alas kaki dan
sarung tangan jika kontak dengan tanah atau
pasir Tatalaksana
Medikamentosa
Medikamentosa
1. Tiabendazol 50mg/kgBB/hari diberikan 2
kali sehari selama 2 hari atau Albendazol
400mg sekali sehari selama 3 hari
2. Rujuk pasien apabila dalam 8 minggu tidak
membaik dengan terapi.
247
SOP TATALAKSANA KASUS
FILARIASIS
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
248
6.4 Tatalaksana Kasus
Melakukan rujukan ke tingkat kesehatan yang Rujukan kasus
lebih tinggi untuk dilakukan pemeriksaan
penunjang mikrofilaria dan penatalaksanaan
lebih lanjut.
249
SOP TATALAKSANA KASUS
PEDIKULOSIS KAPITIS
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
250
kapitis lain.
Medikamentosa
1. Pengobatan Topikal
Jangan diberikan pada anak usia < 2 tahun Tatalaksana
Malathion 0,5% atau 1% dalam bentuk Medikamentosa
losio, dibiarkan 1 malam, atau
Permetrin 1% dalam bentuk cream rinse
dibiarkan 2 jam, atau
Gameksan 1% dibiarkan 12 jam
7. Hal-hal yang perlu Tanda infeksi sekunder
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli umum (BP)
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/Rekam medis
251
SOP TATALAKSANA KASUS
PEDIKULOSIS PUBIS
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
252
Medikamentosa
1. Pengobatan Topikal
Jangan diberikan pada anak usia < 2 tahun
Malathion 0,5% atau 1% dalam bentuk Tatalaksana
losio, dibiarkan 1 malam, Medikamentosa
atau
Permetrin 1% dalam bentuk cream rinse
dibiarkan 2 jam
atau
Gameksan 1% dibiarkan 12 jam
7. Hal-hal yang perlu Tanda infeksi sekunder
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli umum (BP)
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/Rekam medis
253
SOP TATALAKSANA KASUS
SKABIES
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
254
3.Ada gambaran polimorfik di daerah
predileksi
4. Ditemukan tungau
255
SOP TATALAKSANA KASUS
REAKSI GIGITAN SERANGGA
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
256
6.4 Tatalaksana Kasus
Tatalaksana
Non Medikamentosa
1.Mencuci daerah gigitan dengan air dan Medikamentosa
sabun dan kompres es
2.Menggunakan pakaian yang menutupi tubuh
agar terhindar dari serangga.
Medikamentosa
1. Pada kondisi stabil
Antihistamin sistemik :
Chlorpheniramine Maleat 3x4 mg
selama 7 hari atau Loratadine 1x10 mg
selama 7 hari
Kortikosteroid topical potensi ssedang
kuat krim betametason valerat 0,5%
diberikan 2 kali sehari selama 7 hari.
2. Pada kondisi ada gangguan sistemik
pasang IV line dengan cairan normal
saline
pasang masker oksigen
rujuk ke tingkat kesehatan lebih tinggi
7. Hal-hal yang perlu Tipe reaksi, keluhan sistemik, tanda syok anafilatik
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli umum (BP)
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/Rekam medis
257
SOP TATALAKSANA KASUS
DERMATITIS KONTAK IRITAN
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
258
kontak berulang dengan tubuh seperti
deterjen, sabun, besi pada jam atau
akesoris lain akan ditemukan lesi Tatalaksana
polimorfik eritema, vesikel dengan Medikamentosa
fisur atau skuama tanpa eritema.
Medikamentosa
1. Topikal
Pelembab krim hidrofilik urea 10%
dilakukan 2 kali sehari
Kortikosteroid Desonid krim 0.05%
(catatan: bila tidak tersedia dapat
digunakan fluosinolon asetonid krim
0.025%), golongan betametason valerat
krim 0.1%) diberikan 2 kali sehari
Pada kasus infeksi sekunder, perlu
dipertimbangkan pemberian antibiotik
topikal.
2. Oral sistemik
Antihistamin Loratadine 1x10 mg/hari
selama maksimal 2 minggu.
7. Hal-hal yang perlu Klasifikasi dermatitis kontak iritan, tanda infeksi sekunder
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli umum (BP)
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/Rekam medis
259
SOP TATALAKSANA KASUS
NAPKIN ECZEMA
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
260
3. Mengganti popok sekali pakai bila
kapasitas telah penuh Tatalaksana
Medikamentosa
Medikamentosa
1. Bila ringan: krim/ salep kortikosteroid
potensi lemah (salep hidrokortison 1-
2.5%) dipakai 2 kali sehari selama 3-7
hari.
2. Bila terinfeksi kandida: berikan antifungal
nistatin sistemik 1 kali sehari selama 7
hari atau derivat azol topikal dikombinasi
dengan zinc oxide diberikan 2 kali sehari
selama 7 hari.
7. Hal-hal yang perlu Tanda infeksi sekunder
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli umum (BP)
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/Rekam medis
261
SOP TATALAKSANA KASUS
DERMATITIS NUMULARIS
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
262
6.4 Tatalaksana Kasus
Non Medikamentosa
1. Edukasi bahwa kelainan bersifat kronis
dan berulang, sehingga penting untuk
pemberian obat topikal rumatan
2. Menjaga terjadinya infeksi sebagai faktor
risiko terjadinya relaps
Medikamentosa
1. Topikal (2x sehari)
Kompres terbuka dengan larutan PK
(Permanganas Kalikus) 1/10.000,
menggunakan 3 lapis kasa bersih, selama
masing-masing 15-20 menit/kali
Kortikosteroid topikal: Desonid krim
0.05% atau golongan betametason valerat
krim 0.1% diberikan 2 kali sehari
Pada kasus infeksi sekunder, perlu
dipertimbangkan pemberian antibiotik
topikal atau sistemik bila lesi meluas.
2. Oral sistemik
Antihistamin yaitu Loratadine 1x10 mg/
hari selama maksimal 2 minggu.
3. Jika ada infeksi bakterial, diberikan
antibiotik topikal atau sistemik bila lesi
luas.
263
SOP TATALAKSANA KASUS
PITIRIASIS ROSEA
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman :
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
264
7. Hal-hal yang perlu Tanda infeksi sekunder
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli umum (BP)
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/Rekam medis
265
SOP TATALAKSANA KASUS
DERMATITIS SEBOROIK
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman :
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
266
kulit kepala bayi
2.Kelainan ini umumnya muncul pada bulan
pertama kehidupdan dan membaik seiring
pertambahan usia
Medikamentosa
1. Topikal
Bayi:
a. Pada lesi di kulit kepala bayi diberikan
asam salisilat 3% dalam minyak kelapa
atau kompres minyak kelapa hangat
1x/hari selama beberapa hari.
b. Dilanjutkan dengan krim hidrokortison
1% atau lotion selama beberapa hari.
c. Selama pengobatan, rambut tetap dicuci.
Dewasa:
a. Pada lesi di kulit kepala dapat diberikan
shampo selenium sulfida 1.8 (Selsun-R)
atau ketokonazol 2% shampoo dengan
frekuensi 2-3 kali seminggu selama 5-15
menit per hari.
b. Pada lesi di daerah badan diberikan
kortikosteroid topikal betametason
valerat krim 0.1% diberikan 2 kali sehari
c. Pada kasus dengan infeksi jamur perlu
dipertimbangkan pemberian krim
ketokonazol 2% topikal.
2. Oral sistemik
Antihistamin Loratadine 1x10 mg/ hari
selama maksimal 2 minggu.
267
SOP TATALAKSANA KASUS
DERMATITIS ATOPI
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/3
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
268
Kriteria Mayor:
a. Pruritus
b. Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi
dan anak
c. Dermatitis di fleksura pada dewasa Tatalaksana
d. Dermatitis kronis atau berulang Medikamentosa
e. Terdapat riwayat atopi pada penderita atau
keluarganya
Kriteria minor:
a. Xerosis.
b. Infeksi kulit (khususnya oleh S. aureus atau
virus herpes simpleks).
c. Iktiosis / hiperliniar palmaris atau keratosis
piliaris.
d. Pitriasis alba.
e. Dermatitis di papilla mamae.
f. White dermogrhapism dan delayed blanch
response.
g. Kelilitis.
h. Lipatan infra orbital Dennie-Morgan
Medikamentosa
1. Topikal
Bila lesi akrif kompres dnegan larutan Nacl
0,9% 2-3 kali sehari selama 1 -2 jam
Kortikosteroid krim potensi sedang
hidrokortison 1-2,5% atau betametason
0,1% diberikan 1-2 kakli sehari
Oleskan pelembab atau emolien setiap
269
habis mandi
2. Oral sistemik
Antihistamin Chlorpheniramine maleat 3
kali sehari selama 2 minggu atau Loratadin
1x10 mg selama 2 minggu.
7. Hal-hal yang perlu Riwayat atopi, Derajat luas lesi, Tanda infeksi sekunder
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli umum (BP)
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/Rekam medis
270
SOP TATALAKSANA KASUS
AKNE VULGARIS RINGAN
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
271
6.4 Penegakan Diagnosis
Ditegakan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
Tatalaksana
6.4 Tatalaksana Kasus Medikamentosa
Non Medikamentosa
1.Memberitahukan pasien penyebab penyakit
2.Menghentikan sementara kosemtik yang
digunakan
3.Menjaga kebersihan kulit dan tidak
menyentuh lesi dengan tangan yang kotor
karena dapat menimbulkan infeksi sekunder
Medikamentosa
1. Topikal
Bahan-bahan iritasi (asam salisilat 3-5%,
asam vitamin A 0,05%)
Krim anti bakteri (tetrasiklin 1%,
eritromisin 1%, klindamisin 1%)
2. Oral sistemik
Antibakteri (tetrasiklin 3x250 mg perhari,
kotrimoksazol 2gr perhari, klindamisin
4x150 mg perhari)
Retinoid 1-2 mg/kgBB perhari
Vitamin A 3x150000IU perhari
7. Hal-hal yang perlu Tanda infeksi sekunder
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli umum (BP)
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/Rekam medis
272
SOP TATALAKSANA KASUS
URTIKARIA AKUT
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
273
6.4 Penegakan Diagnosis
Ditegakan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik
7. Hal-hal yang perlu Klasifikasi dermatitis kontak iritan, tanda infeksi sekunder
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli umum (BP)
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/Rekam medis
274
SOP TATALAKSANA KASUS
MILIARIA
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
275
ventilasi yang baik
Medikamentosa
1. Topikal
Bedak salisil 2% dibubuhi mentol -2 % Tatalaksana
sekaligus diberikan 2 kali sehari selama 1 Medikamentosa
minggu
2. Sistemik
Antihistamin sedatif Chlorpheniramine
maleat 3 x 4 mg per hari selama 7 hari atau
antihistamin non sedatif loratadin 1x 10 mg
per hari selama 7 hari.
7. Hal-hal yang perlu Tipe miliaria
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli umum (BP)
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/Rekam medis
276
SOP TATALAKSANA KASUS
EXANTHEMATOUS DRUG ERUPTION
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
277
penyebab
Memberitahukan bahwa pasien dan keluarga
harus ingat nama obat yang terduga alergi Konseling dan
edukasi
Medikamentosa
1. Topikal
Bedak salisil 2% dibubuhi mentol 0,5-1 %
sekaligus diberikan 2 kali sehari selama 1
minggu
2. Sistemik
Antihistamin sedatif Chlorpheniramine
maleat 3 x 4 mg per hari selama 7 hari atau
antihistamin non sedatif loratadin 1x 10 mg
per hari selama 7 hari atau cetirizine 2x10
mg perhari selama 7 hari.
Kortikosteroid prednisone tablet 30mg/hari
dibagi dalam 3 kali sehari selama 1
minggu.
7. Hal-hal yang perlu Luas lesi, daerah yang terkena lesi
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli umum (BP)
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/Rekam medis
278
SOP TATALAKSANA KASUS
FIXED DRUG ERUPTION
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
279
6.4 Tatalaksana Kasus
Nonmedikamentosa
1. Menghentikan obat yang terduga menjadi
penyebab Konseling dan
2. Memberitahukan bahwa pasien dan edukasi
keluarga nama obat yang terduga alergi
Medikamentosa
1. Topikal
Tergantung dari keadaan lesi, bila terjadi
erosi dilakukan kompres Nacl 0,9% dengan
3 lapis kasa selama 10-15 menit 3 kali
sehari sampai lesi kering.
Kortikosteroid potensi ringan sedang
hidrokortison 2,5% diberikan 2 kali sehari.
2. Sistemik
Antihistamin sedatif Chlorpheniramine
maleat 3 x 4 mg per hari selama 7 hari atau
antihistamin non sedatif loratadin 1x 10 mg
per hari selama 7 hari atau cetirizine 2x10
mg perhari selama 7 hari.
Kortikosteroid prednisone tablet 30mg/hari
dibagi dalam 3 kali sehari selama 1
minggu.
7. Hal-hal yang perlu Luas lesi, daerah yang terkena lesi
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli umum (BP)
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/Rekam medis
280
SOP TATALAKSANA KASUS
LUKA BAKAR DERAJAT 1 DAN 2
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/3
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
281
Pada luka bakar derajat 1 hanya tampak
eritema dengan perabaan hangat, tidak ada
bula.
Pada luka bakar derajat 2a tampak gelembung
atau bula berisi cairan eksudat, kulit memucat
Resusitasi dan
dengan penekanan.
Tatalaksana
Pada luka bakar derajat 2b permukaan putih,
tampak bula, tidak memucat dengan medikamentosa
penekanan.
Menentukan luas luka bakar dengan rule of
nine
Memasang kateter urine pada pasien untuk
memonitor cairan Konseling dan
edukasi
6.3 Pemeriksaan Penunjang
EKG
AGD dan elektrolit bila diperlukan
282
7. Hal-hal yang perlu Luas luka bakar, derajat luka bakar, trauma inhalasi
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli umum (BP)
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/Rekam medis
283
SOP TATALAKSANA KASUS
HIDRADENITIS SUPURATIF
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
284
1. Edukasi bahwa kelainan bersifat kronis
dan berulang
2. Cuci luka dengan sabun setiap hari
3. Hindari luka dari gesekan pakaian sehari-
hari
Tatalaksana
Medikament
Medikamentosa
osa
1. Topikal
Antibiotik chloramphenicol cream
oleskan 2 kali sehari Rujuk ke tenaga
2. Oral sistemik kesehatan lebih
Eritromisin 250-500mg/hari atau tinggi
tetrasiklin 250-500mg/hari sampai
lesi sembuh
Prednison 70mg per hari selama 2-3
hari lalu tapering off selama 14 hari
285
SOP TATALAKSANA KASUS
DERMATITIS PERIORAL
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
286
digunakna di sekitar wajah, hidung dan
mulut
Tatalaksana
2. Cuci wajah dengan sabun yang lembut
Medikamentosa
dan tidak di gosok dengan kasar
3. Penyakit ini sewaktu-waktu dapat kambuh
Medikamentosa
1. Topikal
Metronidazole cream 2 kali sehari
2. Oral sistemik
Eritromisin 250-500mg/hari atau
tetrasiklin 250-500mg/hari 2 kali sehari
selama 2-3 bulan
7. Hal-hal yang perlu Tanda infeksi sekunder
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli umum (BP)
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/Rekam medis
287
SOP TATALAKSANA KASUS
VULNUS LACERATUM, VULNUS
PUNCTUM
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/KULITDANKELAMIN
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
288
luka yang tidak teratur, akar rambut tampak
hancur bisa disertailuka memar disekitar
luka.
Konseling dan edukasi
6.3 Penegakan Diagnosis
Ditegakan berdasarkan anamnesis dan
gambaran luka
6.4 Tatalaksana Kasus
Pembersihan luka
1. Bersihkan dnegan antiseptik dari arah
dalam keluar
2. Lakukan irigasi luka dengan Nacl 0,9%
sebanyak-banyaknya sampai luka bersih
Penjahitan luka Tatalaksana Luka
1. Luka bersih dan diyakini tidak mengalami
infeksi bisa dijahit primer.
2. Beri antiseptic lalu tutup luka dengan kasa
steril lalu balut luka untuk menekan
pendarahan.
Bila luka tidak bersih berikan antitiotik oral
selama 5-7 hari dan berikan suntikan ATS
pada pasien.
Konseling dan edukasi
1. Berikan edukasi untuk merawat luka dan
mengganti setiap hari atau 2 hari sekali
2. Luka tidak boleh terkena air
7. Hal-hal yang perlu Kedalaman luka, Keadaan luka, Komplikasi
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli umum (BP)
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/Rekam medis
289
SOP TATALAKSANA KASUS
KEKERASAN TUMPUL
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/MEDIKOLEGAL
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
290
6.4 Tatalaksana Kasus
Identifikasi luka
Foto luka
Deskripsikan luka sesuai dengan jenis luka, Tatalaksana Luka
ukuran luka dan koordinat lokasi luka.
Lakukan perawatan luka
291
SOP TATALAKSANA KASUS
KEKERASAN TAJAM
No. Dokumentasi :
SOP/ADMIN/MEDIKOLEGAL
SOP No Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 Pebruari 2016
Halaman : 1/2
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Susut I
Puskesmas Susut I
292
6.3 Penegakan Diagnosis
Ditegakan berdasarkan anamnesis dan
gambaran luka
Tatalaksana Luka
6.4 Tatalaksana Kasus
Identifikasi luka
Foto luka
Deskripsikan luka sesuai dengan jenis luka,
ukuran luka dan koordinat lokasi luka.
Lakukan perawatan luka
7. Hal-hal yang perlu Kedalaman luka, Keadaan luka, Komplikasi
diperhatikan
8. Unit terkait - Loket
- Poli umum (BP)
- Apotek
9. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/Rekam medis
293