Anda di halaman 1dari 4

TETANUS

No. Dokumen : SOP/UKP.000-TP


No. Revisi : 02
SOP
Tanggal Terbit : 25 November 2022
Halaman : 1/2
Puskesmas
dr. Sahruna
Kecamatan
NIP 197106142006041013
Tanjung Priok
1. Pengertian 1. Tetanus adalah penyakit pada sistem saraf yang disebabkan oleh
tetanospasmin.
2. Tetanospasmin adalah neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani,
ditandai dengan spasme tonik persisten disertai dengan serangan yang
jelas dan keras. Spasme hampir selalu terjadi pada otot leher dan rahang
yang menyebabkan penutupan rahang (trismus, lockjaw), serta melibatkan
tidak hanya otot ekstremitas, tetapi juga otot-otot batang tubuh.

2. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-langkah untuk tatalaksana pasien


tetanus yang berobat di Puskesmas se-Kecamatan Tanjung Priok.

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Nomor 15


Tahun 2018 tentang dokumen eksternal yang menjadi acuan dalam
penyusunan standar pelayanan.

4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NO HK.02.02 / MENKES /


514 / 2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama.

5. Prosedur/ 1. Petugas menyiapkan Alat dan Bahan


Langkah- a. Tensimeter
langkah b. Stetoskop
c. Thermometer
d. Palu reflex
e. Oksigen
f. Infus set
g. Obat antikonvulsan
h. ATK
2. Petugas yang melaksanakan :
a. Dokter
3. Langkah-langkah
a. Petugas melakukan anamnesis :
Manifestasi klinis tetanus bervariasi dari kekakuan otot setempat,
trismus sampai kejang yang hebat. Manifestasi klinis tetanus terdiri
atas 4 macam yaitu:
1) Tetanus lokal gejalanya meliputi kekakuan dan spasme yang
mnetap disertai rasa sakit pada otot disekitar atau proksimal
luka. Tetanus local dapat berkembang menjadi tetanus umum.
2) Tetanus sefalik adalah tetanus local yang mengenai wajah
dengan masa inkubasi 1-2 hari, yang disebabkan oleh luka
pada daerah kepala atau otitis media kronis. Gejalanya berupa
trismus, disfagia, rhesus sardonikus dan disfungsi nervus
kranial. Tetanus sefal jarang terjadi, dapat berkembang
menjadi tetanus umum dan prognosisnya biasanya jelek.
3) Tetanus umum/generalisata gejala klinis dapat berupa trismus,
irritable, kekakuan leher, susah menelan, kekakuan dada dan
perut (opistotonus), rasa sakit dan kecemasan yang hebat
serta kejang umum yang dapat terjadi dengan rangsangan
ringan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran
yang tetap baik.
4) Tetanus neonatorum yaitu tetanus yang terjadi pada bayi baru
lahir, disebabkan adanya infeksi tali pusat, gejala yang sering
timbul adalah ketidakmampuan untuk menetek, kelemahan,
irritable, diikuti oleh kekakuan dan spasme

b. Petugas melakukan penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis


dan pemeriksaan fisik.
c. Petugas melakukan tatalaksana:
1) Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan
debridemen.
Manajemen Luka tetanus

2) Pemberian Oksigen.
3) Antikonvulsan diberikan secara titrasi, sesuai kebutuhan dan
respon klinis. Diazepam atau vankuronium 6-8 mg/hari. Bila
penderita datang dalam keadaan kejang maka diberikan
diazepam dosis 0,5mg/kgBB/kali i.v. perlahan-lahan dengan
dosis optimum 10mg/kali diulang setiap kali kejang. Kemudian
diikuti pemberian diazepam per oral (sonde lambung) dengan
dosis 0,5/kgBB/kali sehari diberikan 6 kali. Dosis maksimal
diazepam 240mg/hari. Bila masih kejang (tetanus yang sangat
berat), harus dilanjutkan dengan bantuan ventilasi mekanik,
dosis diazepam dapat ditingkatkan sampai 480mg/hari dengan
bantuan ventilasi mekanik, dengan atau tanpa kurarisasi.
Magnesium sulfat dapat pula dipertimbangkan digunakan bila
ada gangguan saraf otonom.
4) Anti Tetanus Serum (ATS) dapat digunakan, tetapi sebelumnya
diperlukan skin tes untuk hipersensitif. Dosis biasa 50.000 iu,
diberikan IM diikuti dengan 50.000 unit dengan infus IV lambat.
Jika pembedahan eksisi luka memungkinkan, sebagian
antitoksin dapat disuntikkan di sekitar luka.
5) Eliminasi bakteri, penisilin adalah drug of choice: berikan
prokain penisilin, 1,2 juta unit IM atau IV setiap 6 jam selama
10 hari. Untuk pasien yang alergi penisilin dapat diberikan
tetrasiklin 4 x 500 mg PO atau IV setiap 6 jam selama 10 hari.
Pemberian antibiotik di atas dapat mengeradikasi Clostridium
tetani tetapi tidak dapat mempengaruhi proses neurologisnya.
d. Petugas melakukan Konseling dan Edukasi pada pasien dan atau
keluarganya
1) Edukasi bahwa luka harus sering dibersihkan dan steril.
2) Edukasi agar pasien rajin minum obat dan rajin makan
makanan yang bergizi.
e. Petugas melakukan rujukan dengan kriteria:
1) Bila tidak terjadi perbaikan setelah penanganan pertama.
2) Terjadi komplikasi, seperti distres sistem pernapasan.
3) Rujukan ditujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan
sekunder yang memiliki dokter spesialis neurologi

6. Bagan Alir -

7. Hal-hal yang
perlu -
diperhatikan
8. Unit terkait Layanan MTBS, Layanan Umum, Layanan PKPR, Layanan Lansia, Layanan
KIA/KB, Layanan 24 Jam, Puskesmas Kelurahan se-Kecamatan Tanjung
Priok

9. Dokumen Rekam Medis


Terkait
10.Rekaman No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan
historis
perubahan 1 Kebijakan SK No 33/2017 menjadi 27 Agustus 2020
SK No 63 tahun 2020

SK No 63 tahun 2020 25 November 2022


menjadi SK No 75 tahun
2022
TETANUS

No. Dokumen : DT/XXX-TP/XXX-000

DAFTAR No. Revisi : 02


TILIK Tanggal Terbit : 25 November 2022
Halaman : 1/0
Puskesmas
dr. Sahruna
Kecamatan
NIP 197106142006041013
Tanjung Priok
TIDAK
NO LANGKAH KEGIATAN YA TIDAK
BERLAKU
Apakah petugas sudah melakukan anamnesis?
1
Apakah petugas melakukan penegakan diagnosis berdasarkan
2 anamnesis dan pemeriksaan fisik?

Apakah petugas melakukan tatalaksana?


3
Apakah petugas melakukan Konseling dan Edukasi pada pasien
4 dan atau keluarganya?

Apakah petugas melakukan rujukan dengan kriteria?


5

Anda mungkin juga menyukai