STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. K
Usia : 73 tahun
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
Agama : Islam
No. RM : 7336**
B. ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamensis dengan pasien pada Senin, 7 Maret 2016 Pukul 06.00
WIB.
Keluhan Utama
Pasien datang ke RSUD Cianjur diantar oleh keluarganya, dengan keluhan tidak
bisa buang air kecil sejak 12 jam SMRS. Kandung kemih terasa penuh, dan nyeri saat
sebelumnya. 6 jam SMRS os pergi ke mantri untuk dipasang selang kencing, namun
1
selang kencing tidak bisa masuk ke dalam, sehingga pemasangan selang tersebut tidak
bisa dilakukan. 4 jam SMRS tiba-tiba darah kehitaman bergumpal-gumpal keluar dari
alat kelamin os, disusul dengan keluarnya darah berwarna merah segar sekitar gelas,
terasa perih. Keluarnya darah tersebut baru pertama kali dialami os. Karena khawatir
Os memiliki riwayat buang air kecil yang tidak lancar sudah sekitar 8 tahun. Os
sering menunggu dan merasa harus mengedan dahulu untuk BAK, tetapi air kencing yang
keluar tidak lancar, seringnya air kencing yang keluar hanya sedikit, terputus-putus, os
mengaku jika aliran air kencingnya lemah dan menetes setelah selesai BAK serta os
mengeluh sering merasakan tidak puas setelah BAK. Os sering BAK, bisa sampai 1
jam sekali. Os mengatakan dirinya sering terbangun saat tidur dan beberapa bulan
terakhir os jadi menjadi agak kesulitan untuk menahan keinginan BAK nya. Os tidak
pernah mengalami aliran yang menjadi bercabang ataupun tiba-tiba berhenti saat
pertengahan BAK. Os mengatakan jika saat BAK kadang-kadang terdapat rasa nyeri. Os
tidak merasakan perbaikan keluarnya air kencing jika pasien melakukan perubahan posisi
saat BAK.
disarankan untuk melakukan operasi, namun os menolak. Saat keluhan sulit buang air
kecil tersebut muncul, seringnya os datang ke mantri yang ada didekat rumahnya untuk
meminta dipasangkan selang kencing. Os tidak merasakan adanya penurunan berat badan
2
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami keluhan seperti os.
Riwayat Pengobatan
- 6 jam SMRS os pergi ke mantri untuk dipasang selang kencing, namun selang
kencing tidak bisa masuk ke dalam, sehingga pemasangan selang tersebut tidak
bisa dilakukan.
- Os sudah sering dirawat di rumah sakit karena keluhan sulit kencing, os
disarankan untuk melakukan operasi, namun os menolak. Saat keluhan sulit buang
air kecil tersebut muncul, seringnya os datang ke mantri yang ada didekat
Riwayat Alergi
Riwayat Psikososial
kurang minum. Os merokok 3-5 batang sehari. Kebiasaan meminum minuman beralkohol
disangkal. Nafsu makan os baik. Seringnya os makan dengan sayuran dari kebunnya.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
3
- Tekanan Darah : 120/70mmHg
- Nadi : 82x/menit, regular, kuat angkat
- Suhu : 37,4 C
- Pernafasan : 20x/menit
D. STATUS GENERALIS
Kepala
Leher
Thorax
- Paru
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus simetris di kedua lapang paru
Perkusi : Sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas Jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJI dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Ekstremitas
4
E. Status Urologi
Region flank :
- Inspeksi : tidak tampak ada jejas, hematom (-)
- Palpasi : ballonment (-/-), nyeri tekan (-)
- Perkusi : nyeri ketok CVA -/-
- Auskultasi :-
Suprapubis :
- Inspeksi : Cembung (+), hematom (-), skar (-)
- Palpasi : Keras, penuh (+), nyeri tekan (+)
- Perkusi : Redup (+)
- Auskultasi : Bising usus (+)
Rectal Touche
nodul (-)
- Nyeri tekan pada arah jam 11 - 1
- Sarung tangan: feses (+), darah (-), lendir (-)
F. PENILAIAN I-PSS
BAK
34
Total Operasi
prostatektomi
Kualitas hidup Sangat tidak puas 5
5
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Kamis, 03/03/2016.
HEMATOLOGI RUTIN
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
Haemoglobin 11.8 13.517.5 gr/dL
Haematokrit 34.3 4252 %
Eritrosit 4.10 4.76.1 106/L
Leukosit 11.0 4.810.8 103/L
Trombosit 210 150450 103/L
KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu 145 <180 mg/dL
ELEKTROLIT
Na 132.9 135148 mEq/L
K 3.98 3.505.30 mEq/L
Ca 1.05 1.151.29 mEq/L
KIMIA KLINIK
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
Glukosa Darah
Glukosa Darah Puasa 87 70 110 mg/dL
Fungsi Hati
AST (SGOT) 32 15 37 U/L
ALT (SGPT) 28 16 63 U/L
Fungsi Ginjal
Ureum 79.6 10 50 mg%
Kreatinin 2.4 0 - 10 mg%
H. RESUME
Laki-laki, 72 tahun dateng ke RSUD Cianjur dengan keluhan tidak bisa buang air
kecil sejak 12 jam SMRS. Kandung kemih terasa penuh, dan nyeri saat tersentuh, terjadi
mendadak, tidak ada riwayat trauma sebelumnya. 6 jam SMRS os pergi ke mantri untuk
dipasang selang kencing, namun selang kencing tidak bisa masuk ke dalam, sehingga
pemasangan selang tersebut tidak bisa dilakukan. 4 jam SMRS tiba-tiba darah kehitaman
bergumpal-gumpal keluar dari alat kelamin os, disusul dengan keluarnya darah berwarna
merah segar sekitar gelas, terasa perih. Keluarnya darah tersebut baru pertama kali
dialami os.
Tanda vital dan status generalis dalam batas normal. Dari Pemeriksaan Colok
Dubur didapatkan tonus sfingter ani baik, terdapat benjolan pada arah jam 12 dengan
6
pembesaran dari arah jam 1 dan jam 11, uninoduler, konsistensi prostat kenyal padat,
I. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding
- Retensio Urine e.c. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
- Retensio Urine e.c. Ca Prostat
- Retensio Urine e.c. Ca Buli
K. DIAGNOSIS KERJA
L. RENCANA TINDAKAN
Blast Pungsi
Open Postatectomy
M. PROGNOSIS
- Quo ad Vitam : Bonam
- Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam
- Quo ad Functionam : Dubia
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Embriologi
Prostat berkembang sebagai bentuk multipel padat yang tumbuh dari epithelium uretra
atas dan bawah dari pintu masuk saluran duktus mesonephric. Bagian yang sederhana dari
tubulus ini mulai berkembang dari menjadi 5 bagian pada saat terakhir minggu ke 11 dan
selesai pada minggu ke 16. Mereka bercabang-cabang hingga berakhir dengan suatu sistem
pembuangan kompleks yang terdiri dari differensiansi sel mesenkimal disekitar segmen dari
sinus urogenital. Sel mesenchymal ini mulai berkembang lagi disekitar tubulus mulai dari 16
minggu dan menjadi lebih ke perifer untuk membentuk kapsul prostatik. Pada umur 22
minggu sel stroma muskular berkembang secara bertahap dan proses ini berlanjut terus
Dari 5 bagian kumpulan sel-sel epitel, terbentuk 5 lobus; anterior, posterior, median
dan 2 lobus lateral. Awalnya, lobus-lobus ini terpisah satu sama lain, namun nanti mereka
akan bertemu tanpa ada septum pembatas diantara mereka. Tubulus dari masing-masing lobus
tidak berikatan dengan yang lainnya tapi berdampingan satu sama lain. Tubulus lobus anterior
mulai berkembang secara simultan dibandingkan dengan lobus yang lain. Meskipun di tahap
awal tubulus lobus anterior besar dan menunjukkan banyak percabangan, nantinya banyak
dari percabangan itu akan menghilang. Mereka berlanjut untuk mengecil, jadi pada saat
kelahiran mereka menunjukkan tidak mempunyai lumen dan terlihat sebagai epitelial
embrionik solid yang kecil. Dengan kontras, tubulus dari lobus posterior terdapat beberapa
yang berkembang jadi besar dengan percabangan yang ekstensive. Tubulus-tubulus ini,
sebagaimana mereka tumbuh, lobus posterior berekstensi berkembang ke lobus median dan
8
lobus lateral dan membentuk bagian posterior dari kelenjar prostat, yang dapat dirasakan
Fungsi reproduksi prostat menjadi aktif saat pubertas di mana sekresi prostat
kesehatan pria bahkan bisa menyebabkan kanker prostat. Kanker prostat merupakan tumor
ganas kedua yang paling banyak pada pria barat dan paling sering mengenai prostat zona
sel
c. Epitel sinus urogenital kemudian membentuk sumber duktus prostat, tunas (bakal)
epitel prostat.
d. Tunas prostat kemudian tumbuh menjadi mesenkim sinus urogenital
2.2.Anatomi
prostatika. Prostat mempunyai panjang kurang lebih 3 cm dan terletak di antara collum
Prostat dikelilingi oleh capsula fibrosa. Di luar capsula terdapat selubung fibrosa
yang merupakan bagian lapisan visceral fascia pelvis. Prostat yang berbentuk kerucut
mempunyai basis prostatae yang terletak di superior dan berhadapan dengan collum
vesicae dan apex prostatae yang terletak di inferior dan berhadapan dengan diaphragm
urogenitale. Kedua ductus ejaculatorius menembus bagian atas facies posterior prostatae
untuk bermuara ke urethra pars prostatica pada pinggir lateral utriculus prostaticus.4
9
Hubungan:
Ke superior : Basis prostatae berhubungan dengan collum vesicae. Otot polos prostate
terus melanjut tanpa terputus dengan otot polos collum vesicae. Urethra masuk pada
pubis oleh ligament puboprostatica. Ligamenta ini terletak di samping kanan dan kiri
ampulla recti dan dipisahkan dari rectum oleh septum retrovesicale (fascia
Denonvillier). Septum ini dibentuk pada masa janin oleh fusi dinding ujung bawah
perineale.
Ke lateral : fascies lateralis prostatae difiksasi oleh serabut anterior musculus levator
2.2.2.Struktur Prostat
10
Kelenjar prostat yang jumlahnya banyak tertanam di dalam campuran otot polos dan
Prostat secara tidak sempuran terbagi menjadi lima lobus. Lobus anterior terletak di
depan urethra dan tidak mempunyai jaringan kelenjar. Lobus medius atau lobus medianus
adalah kelenjar berbentuk baji yang terletak di antara urethra dan ductus ejaculatorius.
Permukaan atas lobus medius berhubungan dengan trigonum vesicae, bagian ini
mengandung banyak kelenjar. Lobus posterior terletak di belakang urethra dan di bawah
ductus ejaculatorius, juga mengandung kelenjar. Lobi prostatae dexter dan sinister terletak
di samping urethra dan dipisahkan satu dengan yang lain oleh alur vertical dangkal yang
terdapat pada fascies posterior prostatae. Lobi laterals mengandung banyak kelenjar.4
2.2.3.Fungsi Prostat
Fungsi prostat adalah menghasilkan cairan tipis seperti susu yang mengandung asam
sitrat dan fosfatase asam. Cairan ini ditambahkan pada semen pada waktu ejakulasi. Bila
otot polos pada capsula dan stroma berkontraksi , secret yang berasal dari banyak kelenjar
diperas masuk ke urethra pars prostatica. Sekret prostat bersifat alkalis dan membantu
2.2.4.Perdarahan
Arteriae
11
Cabang arteria vesicalis inferior dan arteri pudenda internal.1
Vena
prostatica dan selubung fibrosa. Plexus venosus prostaticus menampung darah dari
vena dorsalis profunda penis dan sejumlah venae vesicales, selanjutnya bermuara ke
Aliran Limfe
Pembuluh limf dari prostate mengalirkan cairan limf ke nodi iliaci interni.1
Persarafan
2.3. Histologi
Menurut konsep terbaru, kelenjar prostat merupakan suatu organ campuran yang terdiri
atas berbagai unsure glandular dan non glandular. Setiap zona glandular memiliki fitur
arsitektur dan stroma yang spesifik. Telah ditemukan lima daerah/zona tertentu yang berbeda
12
Gambar 2.1. Pembagian Zona Anatomis Prostat menurut Mc Neal
a. Zona Anterior
Sesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri atas stroma fibromuskular.
b. Zona Perifer
Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar prostat. Zona
ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan tempat asal karsinoma prostat terbanyak.2
c. Zona Sentralis
Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulotarius, sesuai dengan lobus tengah meliputi
25% massa glandular prostat. Zona ini resisten terhadap inflamasi. Zona pusat relative
d. Zona transisional
Zona ini bersama-sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai kelenjar
preprostatik. Merupakan bagian terkecil dari prostat, yaitu kurang lebih 5% tetapi
13
dapat melebar bersama jaringan stroma fibromuskular anterior menjadi benign prostat
hyperplasia (BPH).2
e. Kelenjar-kelenjar Periuretra
Bagian ini terdiri dari duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar abortif tersebar
sepanjang segmen uretra proksimal dalam semua zona, baik saluran dan asinus ,
dipisahkan oleh epitel sekresi. Dalam setiap zona, terdapat lapisan sel basal di bawah
2.4. Definisi
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior
buli-buli dan membungkus uretra posterior. Bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu
uretra pars prostatica dan menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar dari buli-buli.
2.5. Epidemiologi
BPH merupakan tumor jinak yang paling sering pada laki-laki dan insidennya
berdasarkan dari umur. Prevalensi dari hasil studi otopsi BPH menunjukkan peningkatan kira-
kira sebanyak 20% pada pria dengan umur 41-50 tahun, menjadi 50 % pada pria dengan umur
51-60 tahun dan menjadi > dari 90% pada pria > dari 80 tahun(Berry et al, 1984). 1,2 Walaupun
bukti klinis dari penyakit lebih jarang muncul, gejala dari obstruksi prostat juga berhubungan
dengan umur. Pada umur 55 tahun, kira-kira sebanyak 25% pria mengeluhkan gejala voiding
symptoms. Pada umur 75 tahun, 50% dari pria mengeluhkan penurunan dari pancaran dan
jumlah dari pembuangan urin. Faktor resiko dari BPH masih belum terlalu dimengerti.
Beberapa hasil studi menyebutkan predisposisi genetik dan beberapa studi lainny memberi
perhatian pada perbedaan ras. Kira-kira 50% dari pria dibawah umur 60 tahun yang telah
14
menjalani operasi pembedahan BPH mungkin memiliki suatu bentuk genetika dari penyakit.
Bentuk ini paling banyak merupakan bentuk autosomal dominan trait(Sanda et al, 1994).1,5
2.6. Etiologi
Hingga sekarang etiologi dari BPH masih belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa
penelitian secara laboratorium maupun klinik menyebutkan bahwa terdapat 2 faktor yang erat
kaitannya dengan BPH yaitu; peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses aging
(menjadi tua) (McConnell, 1995).1 Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab
ketidakseimbangan antara estrogen dan testosteron, 3) interaksi antara sel stroma dan sel
epitel prostat, 4) berkurangnya kematian sel (apoptosis) dan 5) teori stem sel.1
1) Teori Dihidrostestosteron
Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting pada
pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosteron didalan sel prostat oleh
enzim 5-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH. DHT yang telah terbentuk
berikatan dengan reseptor androgen (RA) yang membentuk kompleks DHT-RA pada
inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein growth factor yang menstimulasi
pertumbuhan sel prostat. Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa kadar DHT pada
BPH tidak jauh berbeda dengan kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada BPH,
aktivitas enzim 5-reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH.
Hal ini menyebabkan sel-sel prostat pada BPH lebih sensitif terhadap DHT sehingga
15
Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun, sedangkan kadar estrogen
Telah diketahui bahwa estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi
sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitifitas sel-sel prostat terhadap
prostat(apoptosis). Hasil akhir dari semua keadaan ini adalah, meskipun rangsangan
terbentuknya sel-sel baru akibat rangsangan testosteron menurun, tetapi sel-sel prostat
yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa prostat jadi lebih
besar.1
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat
secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui mediator (grwoth factor)
tertentu. Setelah sel-sel stroma mendapatkan stimulasi DHT dan estradiol, sel-sel
stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel-sel stroma
itu sendiri secara intrakrin dan autokrin, serta mempengaruhi sel-sel epitel secara
parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel epitel maupun sel
stroma.1
Program kematian sel prostat (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik
kondensasi dan fragmentasi sel yang selanjutnya sel-sel yang mengalami apoptosis
akan difagositosis oleh sel-sel disekitarnya kemudian didegradasi oleh enzim lisosom.
Pada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan
kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan prostat sampai pada prostat dewasa,
16
penambahan jumlah sel-sel prostat baru dengan yang mati dalam keadaan seimbang.
Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel-sel baru.
Di dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu suatu sel yang mempunyai
kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat tergantung pada
keberadaan hormon androgen, sehingga jika hormon ini kadarnya menurun seperti
sel-sel pada BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatnya aktivitas sel stem sehingga
aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat
mengeluarkan urine, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu.
Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomis buli-buli berupa
hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli.
Perubahan struktur pada buli-buli tersebut, oleh pasien dirasakan sebagai keluhan pada
saluran kemih bagian bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) .1
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan
aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko-ureter.1,7
17
Hiperplasia Prostat
Tekanan intravesikal
disebabkan oleh tonus otot polos yang ada pada stroma prostat, kapsul prostat, dan otot polos
pada leher buli-buli. Otot polos itu dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari nervus
pudendus.1,7
Pada BPH terjadi rasio peningkatan komponen stroma terhadap epitel. Kalau pada
prostat normal rasio stroma dibanding dengan epitel adalah 2:1, pada BPH, rasionya
meningkat menjadi 4:1, hal ini menyebabkan pada BPH terjadi peningkatan tonus otot polos
prostat dibandingkan dengan prostat normal. Dalam hal ini massa prostat yang menyebabkan
obstruksi komponen statik sedangkan tonus otot polos yang merupakan komponen dinamik
1,7
sebagai penyebab obstruksi prostat.
18
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di luar
saluran kemih. Lower Urinary Track Symptom terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif
Obstruksi Iritasi
kencing)
Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah bawah, beberapa
ahli/organisasi urologi membuat sistem skoring yang secara subyektif dapat diisi dan dihitung
sendiri oleh pasien. Sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah International Prostatic
Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan
miksi (LUTS) dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Setiap
pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai 0 sampai dengan 5,
sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 hingga 7. Dari
skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, (1) Ringan : 0 -7 Watchfull
19
2.9.Diagnosis Banding
Kondisi obstruksi dari saluran kemih bagian bawah seperi striktur uretra, contracture
leher buli-buli, batu buli-buli atau karsinoma prostat (CaP) harus ditunjukkan saat melakukan
evaluasi laki-laki dengan kecurigaan BPH. Riwayat melakukan tindakan pada saluran kemih,
radang atau trauma harus ditanyakan untuk menyingkirkan kemungkinan striktur uretra atau
contrrcture leher buli-buli. Hematuria dan nyeri biasanya berhubungan dengan batu buli-buli.
CaP mungkin dideteksi saat melakukan pemeriksaan DRE atau elevasi dari kadar penanda
tumor PSA. Infeksi saluran kemih bisa mirip gejalanya seperti pada iritatif BPH, bisa
20
diidentifikasi dengan pemeriksaan urinalisa dan kultur urin; bagaimanapun juga infeksi
2.10.1. Laboratorium
atau inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari
jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman
mengenai saluran kemih bagian atas, sedangkan gula darah dimaksudkan untuk
2.10.2. Pencitraan
Foto polos abdomen berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran
buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine.
Pemeriksaan IVP dapat menerangkan kemungkinan adanya: (1) kelainan pada ginjal
(pendesakan buli-bli oleh kelenjar prostat) atau ureter disebelah distal yang berbentuk
seperti mata kail atau hooked fish dan (3) penyulit yng terjadi pada buli-buli yaitu
adanya trabekulasi, divertikel, atau sakulasi buli-buli. Pemeriksaan ini sekarang tidak
21
2.11. Terapi
Ada beberapa pilihan terapi BPH, dimana terapi spesifik dapat diberikan untuk pasien
kelompok tertentu. Untuk pasien dengan gejala ringan (symptom score 0-7), dapat dengan
hanya dilakukan watchful waiting. Terapi paling akhir yang dilakukan adalah operasi. Indikasi
a. Retensi urin berulang (berat), yaitu retensi urin yang gagal dengan pemasangan
Pilihan terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor I-PSS < 7, yaitu
keluhan ringan yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak diberikan terapi
apapun dan hanya diberi penjelasan ,mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat
laboratorium, residu urine, atau uroflometri. Jika keluhan miksi bertambah jelek, perlu
22
2.11.2. Medikamentosa
dan gejala BPH pada beberapa pasien. Penghambat alfa dapat diklasifikasikan
gejala. Dianjurkan pemberian terapi ini selama 6 bulan, guna melihat efek
c. Terapi kombinasi
d.Fitoterapi
tumbuhan untuk tujuan medis. Fitoterapi paling umum untuk BPH adalah
23
African Star Grass (Hypoxis rooperi). Saw Palmetto adalah Phytotherapy
tenggara Amerika Serikat dan Hindia Barat) adalah persiapan yang paling
volume prostat atau PSA belum diamati. Tersedia informasi tentang saw
palmetto ekstrak terdiri sebagian besar dari dalam percobaan in vitro dan
penelitian di Eropa, yang banyak telah membatasi nilai seperti dicatat oleh
bentuk lain terapi alternatif. Tidak ada data dari yang dirancang dengan baik,
bahwa terapi alternatif memiliki efek pada jangka panjang hasil atau
perkembangan penyakit.1
Sembilan puluh lima persen simple prostatectomy dapat dilakukan melalui endoscopy.
Umumnya dilakukan dengan anestesi spinal dan dirawat di rumah sakit selama 1-2
hari. Perbaikan symptom score dan aliran urin dengan TURP lebih tinggi dan bersifat
invasive minimal. Resiko TURP adalah antara lain ejakulasi retrograde (75%),
24
Pasien dengan gejala sedang dan berat, prostat yang kecil sering terjadi hyperplasia
komisura posterior (menaikan leher buli-buli). Pasien dengan keadaan ini lebih-lebih
mendapat keuntungan dengan insisi prostat. Prosedur ini lebih cepat dan kurang
Jika prostat terlalu besar untuk dikeluarkan dengan endoskopi, maka enukleasi terbuka
diperlukan. Kelenjar lebih dari 100 gram biasanya dipertimbangkan untuk dilakukan
enukleasi. Open prostatectomy juga dilakukan pada BPH dengan divertikulum buli-
buli, batu buli-buli dan pada posisi litotomi tidak memungkinkan. Open prostatectomy
a. Laser
Dua sumber energy utama yang digunakan pada operasi dengan sinar laser adalah Nd
25
Transurethral electrovaporization of the prostate adalah terapi menggunakan
meghasilkan cekungan pada uretra pars prostatika. Prosedurnya lebih lama dari TUR.1
c.Hyperthermia
mukosa uretra. Namun jika suhu lebih rendah dari 45C, alat pendingin tidak
diperlukan.1
High Intensity Focused Ultrasound berarti melakukan ablasi jaringan dengan panas.
f. Intrauteral stents
Intrauteral stents adalah alat yang ditempatkan pada fossa prostatika dengan endoskopi
Balon dilator prostat ditempatkan dengan kateter khusus yang dapat melebarkan fossa
prostatika dan leher buli-buli. Lebih efektif pada prostat yang ukurannya kecil. Tehnik
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Presti, Joseph C. Neoplasms of The Prostate Gland dalam Smiths General Urology Int
Prostate Picture, Definition, Function, Condition, Test, and Treatment. Last reviewed on
Agustus 2015.
3. UNSW Embriology. Categories of Genital, Prostate, Subject of Prostate development
http://php.med.unsw.edu.au./embryology/index.php/title=prostate_development, tanggal
3 Agustus 2015.
4. Snell, Richard S. Cavitas Pelvis Part II dalam Clinical Anatomy For Medical Students 6th
NJ. Pg 191
9. Rohen, Yokochi. Lutjen-Drecoll. Color Atlas of Anatomy : A Photographic Study of The
Human Body Ed 7. Lippincot William & Wilkins Inc USA. 2011; 33653.
27