Anda di halaman 1dari 27

BAB I

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. K

Usia : 73 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Petani

Alamat : Pasir Baru, Cibeber, Cianjur

Status : Menikah

Agama : Islam

No. RM : 7336**

Tanggal Masuk RS : Selasa, 1 Maret 2016 Pukul 22.38 WIB


Tanggal Pemeriksaan : Senin, 7 Maret 2016 Pukul 06.00 WIB

B. ANAMNESIS

Dilakukan Autoanamensis dengan pasien pada Senin, 7 Maret 2016 Pukul 06.00

WIB.

Keluhan Utama

Tidak bisa buang air kecil.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSUD Cianjur diantar oleh keluarganya, dengan keluhan tidak

bisa buang air kecil sejak 12 jam SMRS. Kandung kemih terasa penuh, dan nyeri saat

tersentuh. Os mengaku keluhannya terjadi mendadak, tidak ada riwayat trauma

sebelumnya. 6 jam SMRS os pergi ke mantri untuk dipasang selang kencing, namun

1
selang kencing tidak bisa masuk ke dalam, sehingga pemasangan selang tersebut tidak

bisa dilakukan. 4 jam SMRS tiba-tiba darah kehitaman bergumpal-gumpal keluar dari

alat kelamin os, disusul dengan keluarnya darah berwarna merah segar sekitar gelas,

terasa perih. Keluarnya darah tersebut baru pertama kali dialami os. Karena khawatir

dengan kondisi os, keluarganya memutuskan untuk membawa os ke RS.

Os memiliki riwayat buang air kecil yang tidak lancar sudah sekitar 8 tahun. Os

sering menunggu dan merasa harus mengedan dahulu untuk BAK, tetapi air kencing yang

keluar tidak lancar, seringnya air kencing yang keluar hanya sedikit, terputus-putus, os

mengaku jika aliran air kencingnya lemah dan menetes setelah selesai BAK serta os

mengeluh sering merasakan tidak puas setelah BAK. Os sering BAK, bisa sampai 1

jam sekali. Os mengatakan dirinya sering terbangun saat tidur dan beberapa bulan

terakhir os jadi menjadi agak kesulitan untuk menahan keinginan BAK nya. Os tidak

pernah mengalami aliran yang menjadi bercabang ataupun tiba-tiba berhenti saat

pertengahan BAK. Os mengatakan jika saat BAK kadang-kadang terdapat rasa nyeri. Os

tidak merasakan perbaikan keluarnya air kencing jika pasien melakukan perubahan posisi

saat BAK.

Os sudah sering dirawat di rumah sakit karena keluhan sulit kencing, os

disarankan untuk melakukan operasi, namun os menolak. Saat keluhan sulit buang air

kecil tersebut muncul, seringnya os datang ke mantri yang ada didekat rumahnya untuk

meminta dipasangkan selang kencing. Os tidak merasakan adanya penurunan berat badan

yang derastis. Nafsu makan os baik.

Riwayat Penyakit Dahulu

- Os memiliki riwayat gangguan buang air kecil sudah sekitar 8 tahun.


- Os tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi.
- Riwayat kencing manis tidak diketahui.

2
Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami keluhan seperti os.

Riwayat Pengobatan

- 6 jam SMRS os pergi ke mantri untuk dipasang selang kencing, namun selang

kencing tidak bisa masuk ke dalam, sehingga pemasangan selang tersebut tidak

bisa dilakukan.
- Os sudah sering dirawat di rumah sakit karena keluhan sulit kencing, os

disarankan untuk melakukan operasi, namun os menolak. Saat keluhan sulit buang

air kecil tersebut muncul, seringnya os datang ke mantri yang ada didekat

rumahnya untuk meminta dipasangkan selang kencing.

Riwayat Alergi

Os tidak memiliki riwayat alergi obat-obatan, makanan, debu, ataupun udara.

Riwayat Psikososial

Sehari-hari os melakukan pekerjaan dikebun, bercocok tanam. Os tidak pernah

kurang minum. Os merokok 3-5 batang sehari. Kebiasaan meminum minuman beralkohol

disangkal. Nafsu makan os baik. Seringnya os makan dengan sayuran dari kebunnya.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tanda Vital

3
- Tekanan Darah : 120/70mmHg
- Nadi : 82x/menit, regular, kuat angkat
- Suhu : 37,4 C
- Pernafasan : 20x/menit

D. STATUS GENERALIS

Kepala

- Rambut : Berwarna hitam, distribusi merata, ketombe (-)


- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : Tidak ada kelainan bentuk, sekret (-/-), darah (-/-)
- Telinga : Tidak ada kelainan bentuk, sekret (-/-), darah (-/-)
- Mulut : Bibir kering (-), mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1-T1

Leher

- Pembesaran KGB : Tidak ada pembesaran KGB


- Pembesaran Tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Thorax

- Paru
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus simetris di kedua lapang paru
Perkusi : Sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas Jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJI dan II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

- Inspeksi : Kandung kemih terlihat penuh, lesi kulit (-)


- Auskultasi : Bising usus (+) dalam batas normal
- Perkusi : Timpani seluruh kuadran abdomen
- Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), hepato-splenomegali (-)

Ekstremitas

- Atas : Akral hangat (+/+), sianosis (-/-), deformitas (-/-)


- Bawah : Akral hangat (+/+), sianosis (-/-), deformitas (-/-)

4
E. Status Urologi
Region flank :
- Inspeksi : tidak tampak ada jejas, hematom (-)
- Palpasi : ballonment (-/-), nyeri tekan (-)
- Perkusi : nyeri ketok CVA -/-
- Auskultasi :-
Suprapubis :
- Inspeksi : Cembung (+), hematom (-), skar (-)
- Palpasi : Keras, penuh (+), nyeri tekan (+)
- Perkusi : Redup (+)
- Auskultasi : Bising usus (+)

Genitalia Eksterna: Tidak terpasang DC

Rectal Touche

- Tonus spincther ani baik


- Mukosa ampula recti lincin, tidak kolaps, massa (-)
- Prostat : pole atas tidak teraba, sulcus mediana tidak teraba, konsistensi kenyal padat,

nodul (-)
- Nyeri tekan pada arah jam 11 - 1
- Sarung tangan: feses (+), darah (-), lendir (-)

F. PENILAIAN I-PSS

SKOR INTERNATIONAL GEJALA PROSTAT (I-PSS)


1 BULAN TERAKHIR
Tidak lampias Hampir selalu 5
Ingin BAK kembali < 2 jam Hampir selalu 5
BAK terputus-putus Hampir selalu 5
Sulit menahan BAK Lebih dari separuh kejadian 4
Pancaran BAK lemah Hampir selalu 5
Mengedan untuk memulai BAK Hampir selalu 5
Pada malam hari terbangun untuk >5 kali 5

BAK
34

Total Operasi

prostatektomi
Kualitas hidup Sangat tidak puas 5

5
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Kamis, 03/03/2016.

HEMATOLOGI RUTIN
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
Haemoglobin 11.8 13.517.5 gr/dL
Haematokrit 34.3 4252 %
Eritrosit 4.10 4.76.1 106/L
Leukosit 11.0 4.810.8 103/L
Trombosit 210 150450 103/L
KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu 145 <180 mg/dL
ELEKTROLIT
Na 132.9 135148 mEq/L
K 3.98 3.505.30 mEq/L
Ca 1.05 1.151.29 mEq/L

Pemeriksaan Laboratorium Sabtu, 05/03/2016.

KIMIA KLINIK
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
Glukosa Darah
Glukosa Darah Puasa 87 70 110 mg/dL
Fungsi Hati
AST (SGOT) 32 15 37 U/L
ALT (SGPT) 28 16 63 U/L
Fungsi Ginjal
Ureum 79.6 10 50 mg%
Kreatinin 2.4 0 - 10 mg%

H. RESUME
Laki-laki, 72 tahun dateng ke RSUD Cianjur dengan keluhan tidak bisa buang air

kecil sejak 12 jam SMRS. Kandung kemih terasa penuh, dan nyeri saat tersentuh, terjadi

mendadak, tidak ada riwayat trauma sebelumnya. 6 jam SMRS os pergi ke mantri untuk

dipasang selang kencing, namun selang kencing tidak bisa masuk ke dalam, sehingga

pemasangan selang tersebut tidak bisa dilakukan. 4 jam SMRS tiba-tiba darah kehitaman

bergumpal-gumpal keluar dari alat kelamin os, disusul dengan keluarnya darah berwarna

merah segar sekitar gelas, terasa perih. Keluarnya darah tersebut baru pertama kali

dialami os.
Tanda vital dan status generalis dalam batas normal. Dari Pemeriksaan Colok

Dubur didapatkan tonus sfingter ani baik, terdapat benjolan pada arah jam 12 dengan

6
pembesaran dari arah jam 1 dan jam 11, uninoduler, konsistensi prostat kenyal padat,

terdapat adanya nyeri tekan pada benjolan tersebut.

I. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding
- Retensio Urine e.c. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
- Retensio Urine e.c. Ca Prostat
- Retensio Urine e.c. Ca Buli

J. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


- PSA
- USG Prostat

K. DIAGNOSIS KERJA

Retensio Urine e.c. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

L. RENCANA TINDAKAN
Blast Pungsi
Open Postatectomy

M. PROGNOSIS
- Quo ad Vitam : Bonam
- Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam
- Quo ad Functionam : Dubia

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Embriologi

Prostat berkembang sebagai bentuk multipel padat yang tumbuh dari epithelium uretra

atas dan bawah dari pintu masuk saluran duktus mesonephric. Bagian yang sederhana dari

tubulus ini mulai berkembang dari menjadi 5 bagian pada saat terakhir minggu ke 11 dan

selesai pada minggu ke 16. Mereka bercabang-cabang hingga berakhir dengan suatu sistem

pembuangan kompleks yang terdiri dari differensiansi sel mesenkimal disekitar segmen dari

sinus urogenital. Sel mesenchymal ini mulai berkembang lagi disekitar tubulus mulai dari 16

minggu dan menjadi lebih ke perifer untuk membentuk kapsul prostatik. Pada umur 22

minggu sel stroma muskular berkembang secara bertahap dan proses ini berlanjut terus

meningkat hingga kelahiran.2,3

Dari 5 bagian kumpulan sel-sel epitel, terbentuk 5 lobus; anterior, posterior, median

dan 2 lobus lateral. Awalnya, lobus-lobus ini terpisah satu sama lain, namun nanti mereka

akan bertemu tanpa ada septum pembatas diantara mereka. Tubulus dari masing-masing lobus

tidak berikatan dengan yang lainnya tapi berdampingan satu sama lain. Tubulus lobus anterior

mulai berkembang secara simultan dibandingkan dengan lobus yang lain. Meskipun di tahap

awal tubulus lobus anterior besar dan menunjukkan banyak percabangan, nantinya banyak

dari percabangan itu akan menghilang. Mereka berlanjut untuk mengecil, jadi pada saat

kelahiran mereka menunjukkan tidak mempunyai lumen dan terlihat sebagai epitelial

embrionik solid yang kecil. Dengan kontras, tubulus dari lobus posterior terdapat beberapa

yang berkembang jadi besar dengan percabangan yang ekstensive. Tubulus-tubulus ini,

sebagaimana mereka tumbuh, lobus posterior berekstensi berkembang ke lobus median dan

8
lobus lateral dan membentuk bagian posterior dari kelenjar prostat, yang dapat dirasakan

melalui rektal. 1,2,3

Fungsi reproduksi prostat menjadi aktif saat pubertas di mana sekresi prostat

memberikan kontribusi mayoritas dengan volume ejakulasi mengandung spermatozoa.

Kelenjar prostat umumnya diinformasikan sebagai awal perkembangan pertumbuhan dewasa,

pembesarannya bisa menyebabkan hyperplasia nodular jinak, dan berpengaruh terhadap

kesehatan pria bahkan bisa menyebabkan kanker prostat. Kanker prostat merupakan tumor

ganas kedua yang paling banyak pada pria barat dan paling sering mengenai prostat zona

perifer. Tahapan pembentukan prostat:2

a. Testosteron janin merangsang mesenkim sinus urogenital melalui reseptor androgen


b. Mesenkim sinus urogenital beraksi pada epitel diatasnya untuk merangsang proliferasi

sel
c. Epitel sinus urogenital kemudian membentuk sumber duktus prostat, tunas (bakal)

epitel prostat.
d. Tunas prostat kemudian tumbuh menjadi mesenkim sinus urogenital

2.2.Anatomi

2.2.1. Lokasi dan Deskripsi

Prostat merupakan organ kelenjar fibromuskular yang mengelilingi urethra pars

prostatika. Prostat mempunyai panjang kurang lebih 3 cm dan terletak di antara collum

vesicae di atas dan diafragma urogenitale di bawah.4

Prostat dikelilingi oleh capsula fibrosa. Di luar capsula terdapat selubung fibrosa

yang merupakan bagian lapisan visceral fascia pelvis. Prostat yang berbentuk kerucut

mempunyai basis prostatae yang terletak di superior dan berhadapan dengan collum

vesicae dan apex prostatae yang terletak di inferior dan berhadapan dengan diaphragm

urogenitale. Kedua ductus ejaculatorius menembus bagian atas facies posterior prostatae

untuk bermuara ke urethra pars prostatica pada pinggir lateral utriculus prostaticus.4

9
Hubungan:

Ke superior : Basis prostatae berhubungan dengan collum vesicae. Otot polos prostate

terus melanjut tanpa terputus dengan otot polos collum vesicae. Urethra masuk pada

bagian tengah basis prostatae


Ke inferior : Apex prostatae terletak pada fascies superior diaphragm urogenitale.

Urethra meninggalkan prostate tepat di atas apex pada fascies anterior


Ke anterior : Facies anterior prostatae berbatasan dengan symphysis pubica,

dipisahkan oleh lemak ekstraperitoneal yang terdapat di dalam spatium retropubicum

(cavum retzius). Selubung fibrosa prostate dihubungkan dengan aspek posterior os

pubis oleh ligament puboprostatica. Ligamenta ini terletak di samping kanan dan kiri

linea mediana dan merupakan penebalam fascia pelvis


Ke posterior: Facies posterior prostatae berhubungan erat dengan facies anterior

ampulla recti dan dipisahkan dari rectum oleh septum retrovesicale (fascia

Denonvillier). Septum ini dibentuk pada masa janin oleh fusi dinding ujung bawah

excavation retrovesicalis peritonealis, yang semula meluas ke bawah sampai ke corpus

perineale.
Ke lateral : fascies lateralis prostatae difiksasi oleh serabut anterior musculus levator

ani pada saat serabut ini berjalan ke posterior dari pubis.4

2.2.2.Struktur Prostat

10
Kelenjar prostat yang jumlahnya banyak tertanam di dalam campuran otot polos dan

jaringan ikat, dan ductusnya bermuara ke urethra pars prostatica.1,5

Prostat secara tidak sempuran terbagi menjadi lima lobus. Lobus anterior terletak di

depan urethra dan tidak mempunyai jaringan kelenjar. Lobus medius atau lobus medianus

adalah kelenjar berbentuk baji yang terletak di antara urethra dan ductus ejaculatorius.

Permukaan atas lobus medius berhubungan dengan trigonum vesicae, bagian ini

mengandung banyak kelenjar. Lobus posterior terletak di belakang urethra dan di bawah

ductus ejaculatorius, juga mengandung kelenjar. Lobi prostatae dexter dan sinister terletak

di samping urethra dan dipisahkan satu dengan yang lain oleh alur vertical dangkal yang

terdapat pada fascies posterior prostatae. Lobi laterals mengandung banyak kelenjar.4

2.2.3.Fungsi Prostat

Fungsi prostat adalah menghasilkan cairan tipis seperti susu yang mengandung asam

sitrat dan fosfatase asam. Cairan ini ditambahkan pada semen pada waktu ejakulasi. Bila

otot polos pada capsula dan stroma berkontraksi , secret yang berasal dari banyak kelenjar

diperas masuk ke urethra pars prostatica. Sekret prostat bersifat alkalis dan membantu

menetralkan suasana asam di dalam vagina.4

2.2.4.Perdarahan

Arteriae

11
Cabang arteria vesicalis inferior dan arteri pudenda internal.1

Vena

Vena membentuk plexus venosus prostaticus, yang terletak di antara capsula

prostatica dan selubung fibrosa. Plexus venosus prostaticus menampung darah dari

vena dorsalis profunda penis dan sejumlah venae vesicales, selanjutnya bermuara ke

vena iliaca interna.1

Aliran Limfe

Pembuluh limf dari prostate mengalirkan cairan limf ke nodi iliaci interni.1

Persarafan

Persarafan prostat berasal dari plexus hypogastricus inferior. Saraf simpatis

merangsang otot polos prostat saat ejakulasi.1

2.3. Histologi

Menurut konsep terbaru, kelenjar prostat merupakan suatu organ campuran yang terdiri

atas berbagai unsure glandular dan non glandular. Setiap zona glandular memiliki fitur

arsitektur dan stroma yang spesifik. Telah ditemukan lima daerah/zona tertentu yang berbeda

secara histology maupun biologi, yaitu :

12
Gambar 2.1. Pembagian Zona Anatomis Prostat menurut Mc Neal

a. Zona Anterior

Sesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri atas stroma fibromuskular.

Zona ini meliputi sepertiga kelenjar prostat.2

b. Zona Perifer
Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar prostat. Zona

ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan tempat asal karsinoma prostat terbanyak.2

c. Zona Sentralis
Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulotarius, sesuai dengan lobus tengah meliputi

25% massa glandular prostat. Zona ini resisten terhadap inflamasi. Zona pusat relative

tahan terhadap kanker dan penyakit lainnya.2

d. Zona transisional
Zona ini bersama-sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai kelenjar

preprostatik. Merupakan bagian terkecil dari prostat, yaitu kurang lebih 5% tetapi

13
dapat melebar bersama jaringan stroma fibromuskular anterior menjadi benign prostat

hyperplasia (BPH).2

e. Kelenjar-kelenjar Periuretra
Bagian ini terdiri dari duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar abortif tersebar

sepanjang segmen uretra proksimal dalam semua zona, baik saluran dan asinus ,

dipisahkan oleh epitel sekresi. Dalam setiap zona, terdapat lapisan sel basal di bawah

lapisan sekretori, serta diselingi sel-sel endokrin-parakrin.2

2.4. Definisi

Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior

buli-buli dan membungkus uretra posterior. Bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu

uretra pars prostatica dan menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar dari buli-buli.

Benign Prostate Hyperplasia terutama terjadi di zona transisi kelenjar prostat.1,5

2.5. Epidemiologi

BPH merupakan tumor jinak yang paling sering pada laki-laki dan insidennya

berdasarkan dari umur. Prevalensi dari hasil studi otopsi BPH menunjukkan peningkatan kira-

kira sebanyak 20% pada pria dengan umur 41-50 tahun, menjadi 50 % pada pria dengan umur

51-60 tahun dan menjadi > dari 90% pada pria > dari 80 tahun(Berry et al, 1984). 1,2 Walaupun

bukti klinis dari penyakit lebih jarang muncul, gejala dari obstruksi prostat juga berhubungan

dengan umur. Pada umur 55 tahun, kira-kira sebanyak 25% pria mengeluhkan gejala voiding

symptoms. Pada umur 75 tahun, 50% dari pria mengeluhkan penurunan dari pancaran dan

jumlah dari pembuangan urin. Faktor resiko dari BPH masih belum terlalu dimengerti.

Beberapa hasil studi menyebutkan predisposisi genetik dan beberapa studi lainny memberi

perhatian pada perbedaan ras. Kira-kira 50% dari pria dibawah umur 60 tahun yang telah

14
menjalani operasi pembedahan BPH mungkin memiliki suatu bentuk genetika dari penyakit.

Bentuk ini paling banyak merupakan bentuk autosomal dominan trait(Sanda et al, 1994).1,5

2.6. Etiologi

Hingga sekarang etiologi dari BPH masih belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa

penelitian secara laboratorium maupun klinik menyebutkan bahwa terdapat 2 faktor yang erat

kaitannya dengan BPH yaitu; peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses aging

(menjadi tua) (McConnell, 1995).1 Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab

timbulnya hiperplasia prsostat adalah ; 1) teori dihidrotestoteron, 2) adanya

ketidakseimbangan antara estrogen dan testosteron, 3) interaksi antara sel stroma dan sel

epitel prostat, 4) berkurangnya kematian sel (apoptosis) dan 5) teori stem sel.1

1) Teori Dihidrostestosteron

Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting pada

pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosteron didalan sel prostat oleh

enzim 5-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH. DHT yang telah terbentuk

berikatan dengan reseptor androgen (RA) yang membentuk kompleks DHT-RA pada

inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein growth factor yang menstimulasi

pertumbuhan sel prostat. Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa kadar DHT pada

BPH tidak jauh berbeda dengan kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada BPH,

aktivitas enzim 5-reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH.

Hal ini menyebabkan sel-sel prostat pada BPH lebih sensitif terhadap DHT sehingga

replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan dengan prostat normal.1

2) Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron

15
Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun, sedangkan kadar estrogen

relatif tetap sehingga perbandingan antara estrogen : testosteron relatif meningkat.

Telah diketahui bahwa estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi

sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitifitas sel-sel prostat terhadap

rangsangan hormon androgen, dan menurunkan jumlah kematian sel-sel

prostat(apoptosis). Hasil akhir dari semua keadaan ini adalah, meskipun rangsangan

terbentuknya sel-sel baru akibat rangsangan testosteron menurun, tetapi sel-sel prostat

yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa prostat jadi lebih

besar.1

3) Interaksi sel stroma dan sel epitel

Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat

secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui mediator (grwoth factor)

tertentu. Setelah sel-sel stroma mendapatkan stimulasi DHT dan estradiol, sel-sel

stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel-sel stroma

itu sendiri secara intrakrin dan autokrin, serta mempengaruhi sel-sel epitel secara

parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel epitel maupun sel

stroma.1

4) Berkurangnya kematian sel prostat

Program kematian sel prostat (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik

untuk mempertahankan homeostasis kelenjar prostat. Pada apoptosis terjadi

kondensasi dan fragmentasi sel yang selanjutnya sel-sel yang mengalami apoptosis

akan difagositosis oleh sel-sel disekitarnya kemudian didegradasi oleh enzim lisosom.

Pada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan

kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan prostat sampai pada prostat dewasa,

16
penambahan jumlah sel-sel prostat baru dengan yang mati dalam keadaan seimbang.

Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang mengalami apoptosis menyebabkan jumlah

sel-sel prostat secara keseluruhan menjadi meningkat sehingga menyebabkan

pertambahan massa prostat. 1

5) Teori Sel Stem

Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel-sel baru.

Di dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu suatu sel yang mempunyai

kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat tergantung pada

keberadaan hormon androgen, sehingga jika hormon ini kadarnya menurun seperti

yang terjadi pada kastrasi, menyebabkan terjadinya apoptosis. Terjadinya proliferasi

sel-sel pada BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatnya aktivitas sel stem sehingga

terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.1

2.7. Patofisiologi Hiperplasia Prostat

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan menghambat

aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat

mengeluarkan urine, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu.

Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomis buli-buli berupa

hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli.

Perubahan struktur pada buli-buli tersebut, oleh pasien dirasakan sebagai keluhan pada

saluran kemih bagian bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) .1

Tekanan intravesikal yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak

terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan

aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko-ureter.1,7

Bagan 2.1. Patofisiologi Benign Prostate Hyperplasia (BPH)

17
Hiperplasia Prostat

Penyempitan lumen uretra posterior

Tekanan intravesikal

Buli-buli Ginjal dan Ureter


- Hipertrofi M. Detrusor - Refluks Vesikoureter
- Trabekulasi - Hidroureter
- Selula - Hidronefrosis
Obstruksi yang diakibatkan oleh hiperplasia Pyelonefritis
- Pyonefrosis prostat benigna tidak hanya
- Divertikel Buli
- Gagal Ginjal
disebabkan oleh adanya massa prostat yang menyumbat uretra posterior, tetapi juga

disebabkan oleh tonus otot polos yang ada pada stroma prostat, kapsul prostat, dan otot polos

pada leher buli-buli. Otot polos itu dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari nervus

pudendus.1,7

Pada BPH terjadi rasio peningkatan komponen stroma terhadap epitel. Kalau pada

prostat normal rasio stroma dibanding dengan epitel adalah 2:1, pada BPH, rasionya

meningkat menjadi 4:1, hal ini menyebabkan pada BPH terjadi peningkatan tonus otot polos

prostat dibandingkan dengan prostat normal. Dalam hal ini massa prostat yang menyebabkan

obstruksi komponen statik sedangkan tonus otot polos yang merupakan komponen dinamik
1,7
sebagai penyebab obstruksi prostat.

2.8. Gambaran Klinis

18
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di luar

saluran kemih. Lower Urinary Track Symptom terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif

seperti terlihat pada tabel di bawah.1

Obstruksi Iritasi

Hesitansi Frekuensi (Anyang-anyangan)

Pancaran Miksi Lemah Nokturia (Sering kencing

Intermitensi (Kencing tiba-tiba malam hari)

berhenti dan lancar kembali) Urgensi (Merasa ingin kencing

Miksi Tidak Puas yang tidak bisa ditahan)

Menetes setelah miksi Disuria ( Rasa tidak enak saat

kencing)
Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah bawah, beberapa

ahli/organisasi urologi membuat sistem skoring yang secara subyektif dapat diisi dan dihitung

sendiri oleh pasien. Sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah International Prostatic

Symptom Score (I-PSS).1

Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan

miksi (LUTS) dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Setiap

pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai 0 sampai dengan 5,

sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 hingga 7. Dari

skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, (1) Ringan : 0 -7 Watchfull

waiting, (2) Sedang : 8 - 19 Medikamentosa, (3) Berat : 20 - 35 Operasi.

19
2.9.Diagnosis Banding

Kondisi obstruksi dari saluran kemih bagian bawah seperi striktur uretra, contracture

leher buli-buli, batu buli-buli atau karsinoma prostat (CaP) harus ditunjukkan saat melakukan

evaluasi laki-laki dengan kecurigaan BPH. Riwayat melakukan tindakan pada saluran kemih,

radang atau trauma harus ditanyakan untuk menyingkirkan kemungkinan striktur uretra atau

contrrcture leher buli-buli. Hematuria dan nyeri biasanya berhubungan dengan batu buli-buli.

CaP mungkin dideteksi saat melakukan pemeriksaan DRE atau elevasi dari kadar penanda

tumor PSA. Infeksi saluran kemih bisa mirip gejalanya seperti pada iritatif BPH, bisa

20
diidentifikasi dengan pemeriksaan urinalisa dan kultur urin; bagaimanapun juga infeksi

saluran kemih bisa juga sebagai komplikasi dari BPH.1

2.10. Pemeriksaan Penunjang

2.10.1. Laboratorium

Sedimen urine diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi

atau inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari

jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman

terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.1

Faal ginjal diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya penyulit yang

mengenai saluran kemih bagian atas, sedangkan gula darah dimaksudkan untuk

,mencari kemungkinan adanya penyakit diabetes melitus yang dapat menimbulkan

kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli neurogenik).1

2.10.2. Pencitraan

Foto polos abdomen berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran

kemih, adanya batu/kalkulosa prostat dan kadangkala dapat menunjukkan bayangan

buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine.

Pemeriksaan IVP dapat menerangkan kemungkinan adanya: (1) kelainan pada ginjal

maupun ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis, (2) memperkirakan besarnya

kelenjar prostat yang ditunjukkan oleh adanya indentasi prostat/filling defect

(pendesakan buli-bli oleh kelenjar prostat) atau ureter disebelah distal yang berbentuk

seperti mata kail atau hooked fish dan (3) penyulit yng terjadi pada buli-buli yaitu

adanya trabekulasi, divertikel, atau sakulasi buli-buli. Pemeriksaan ini sekarang tidak

direkomendasikan pada BPH.1,8

21
2.11. Terapi

Ada beberapa pilihan terapi BPH, dimana terapi spesifik dapat diberikan untuk pasien

kelompok tertentu. Untuk pasien dengan gejala ringan (symptom score 0-7), dapat dengan

hanya dilakukan watchful waiting. Terapi paling akhir yang dilakukan adalah operasi. Indikasi

absolute dilakukan operasi adalah :1

a. Retensi urin berulang (berat), yaitu retensi urin yang gagal dengan pemasangan

kateter urin sedikitnya satu kali


b. Infeksi saluran kencing berulang
c. Gross hematuria berulang
d. Batu buli-buli
e. Insufisiensi ginjal
f. Divertikula buli-buli

2.11.1. Watchful waiting

Pilihan terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor I-PSS < 7, yaitu

keluhan ringan yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak diberikan terapi

apapun dan hanya diberi penjelasan ,mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat

memperburuk keluhannya, misalnya :1

1. Jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam

2. Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang mengiritasi buli-buli

(kopi atau cokelat)

3. Batasi penggunaan obat-obatan yang mengandung fenilpropanolamin

4. Kurangi makanan pedas dan asin, dan

5. Jangan menahan kencing terlalu lama

Secara periodik pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya

keluhannya apakah menjadi lebih baik, disamping itu dilakukan pemeriksaan

laboratorium, residu urine, atau uroflometri. Jika keluhan miksi bertambah jelek, perlu

dipikirkan memilih terapi lain.1

22
2.11.2. Medikamentosa

a. Penghambat Alpha (Alpha Blocker)

Prostat dan dasar buli-buli manusia mengandung adrenoreseptor-1 , dan

prostat memperlihatkan respon mengecil terhadap agonis. Komponen yang

berperan dalam mengecilnya prostat dan leher buli-buli secara primer

diperantarai oleh reseptor 1a. Penghambatan terhadap alfa telah

memperlihatkan hasil berupa perbaikan subjektif dan objektif terhadap tanda

dan gejala BPH pada beberapa pasien. Penghambat alfa dapat diklasifikasikan

berdasarkan selektifitas reseptor dan waktu paruhnya.1

b. Penghambat 5- Reduktase (5-Reductase inhibitors)

Finasteride adalah penghambat 5- Reduktase yang bekerja menghambat

testosterone menjadi dyhydratestosteron. Obat ini mempengaruhi komponan

epitel prostat, yang menghasilkan pengurangan kelenjar dan memperbaiki

gejala. Dianjurkan pemberian terapi ini selama 6 bulan, guna melihat efek

maksimal terhadap ukuran prostat (reduksi 20%) dan perbaikan gejala-gejala.1

c. Terapi kombinasi

Terapi kombinasi antara penghambat alfa dan penghambat 5- Reduktase

memperlihatkan bahwa penurunan symptom score dan peningkatan aliran

urin hanya ditemukan pada pasien yang mendapatkan hanya Terazosin.

Penelitian terapi kombinasi sedang diteliti lebih lanjut.1

d.Fitoterapi

Fitoterapi adalah penggunaan tumbuh-tumbuhan dan ekstrak tumbuh-

tumbuhan untuk tujuan medis. Fitoterapi paling umum untuk BPH adalah

palmetto (Serenoa repens), African plumb (pygeum africanum), dan South

23
African Star Grass (Hypoxis rooperi). Saw Palmetto adalah Phytotherapy

paling sering digunakan untuk LUT. Permixon, sebuah

liposterolic ekstrak repens S. (diekstraksi dari kelapa muda di bagian

tenggara Amerika Serikat dan Hindia Barat) adalah persiapan yang paling

banyak dipelajari. Secara tepatnya mekanisme kerja repens S. masih belum

jelas. Namun, penelitian baru menunjukkan kontraksi epitel, terutama di

zona transisi, menunjukkan kemungkinan mekanisme aksi, namun perubahan

volume prostat atau PSA belum diamati. Tersedia informasi tentang saw

palmetto ekstrak terdiri sebagian besar dari dalam percobaan in vitro dan

penelitian di Eropa, yang banyak telah membatasi nilai seperti dicatat oleh

peneliti. Keterbatasan serupa telah diamati dalam beberapa studi menilai

bentuk lain terapi alternatif. Tidak ada data dari yang dirancang dengan baik,

jangka panjang, acak, penelitian plasebo-terkontrol untuk menunjukkan

bahwa terapi alternatif memiliki efek pada jangka panjang hasil atau

perkembangan penyakit.1

2.11.3. Operasi Konvensional

a. Transurethral resection of the prostate (TURP)

Sembilan puluh lima persen simple prostatectomy dapat dilakukan melalui endoscopy.

Umumnya dilakukan dengan anestesi spinal dan dirawat di rumah sakit selama 1-2

hari. Perbaikan symptom score dan aliran urin dengan TURP lebih tinggi dan bersifat

invasive minimal. Resiko TURP adalah antara lain ejakulasi retrograde (75%),

impoten (5-10%) dan inkontinensia urin (<1%).1

b. Transurethral incision of the prostate

24
Pasien dengan gejala sedang dan berat, prostat yang kecil sering terjadi hyperplasia

komisura posterior (menaikan leher buli-buli). Pasien dengan keadaan ini lebih-lebih

mendapat keuntungan dengan insisi prostat. Prosedur ini lebih cepat dan kurang

menyakitkan dibandingkan TURP. Retrograde ejakulasi terjadi pada 25% pasien.1

c.Open simple prostatectomy

Jika prostat terlalu besar untuk dikeluarkan dengan endoskopi, maka enukleasi terbuka

diperlukan. Kelenjar lebih dari 100 gram biasanya dipertimbangkan untuk dilakukan

enukleasi. Open prostatectomy juga dilakukan pada BPH dengan divertikulum buli-

buli, batu buli-buli dan pada posisi litotomi tidak memungkinkan. Open prostatectomy

dapat dilakukan dengan pendekatan suprapubik atau retropubik.1

2.11.4.Terapi Minimal Invasive

a. Laser

Dua sumber energy utama yang digunakan pada operasi dengan sinar laser adalah Nd

:YAG dan Holomium : YAG.1

Keuntungan operasi dengan sinar laser adalah :

a. Kehilangan darah minimal


b. Sindroma TUR jarang terjadi
c. Dapat mengobati pasien yang sedang menggunakan antikoagulan
d. Dapat dilakukan out patient procedure

Kerugian operasi laser

a. Sedikit jaringan untuk pemeriksaan patologi


b. Pemasangan kateter postoperasi lebih lama
c. Lebih iritatif
d. Biaya besar

b. Transurethral electrovaporization of the prostate

25
Transurethral electrovaporization of the prostate adalah terapi menggunakan

resekstoskop. Arus tegangan tinggi menyebabkan penguapan jaringan karena panas,

meghasilkan cekungan pada uretra pars prostatika. Prosedurnya lebih lama dari TUR.1

c.Hyperthermia

Hipertermia dihantarkan melalui kateter transuretra. Bagian alat lainnya mendinginkan

mukosa uretra. Namun jika suhu lebih rendah dari 45C, alat pendingin tidak

diperlukan.1

d.Transuretral needle ablation of the prostate

Transuretral needle ablation of the prostate menggunakan kateter khusus yang

dimasukan melalui uretra.1

e. High Intensity Focused Ultrasound

High Intensity Focused Ultrasound berarti melakukan ablasi jaringan dengan panas.

Ultrasound probe ditempatkan pada rectum.1

f. Intrauteral stents

Intrauteral stents adalah alat yang ditempatkan pada fossa prostatika dengan endoskopi

dan dirancang untuk mempertahankan uretra pars prostatika tetap paten.1

g. Transurethtral ballon dilatation of the prostate

Balon dilator prostat ditempatkan dengan kateter khusus yang dapat melebarkan fossa

prostatika dan leher buli-buli. Lebih efektif pada prostat yang ukurannya kecil. Tehnik

ini jarang digunakan sekarang ini.1

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Presti, Joseph C. Neoplasms of The Prostate Gland dalam Smiths General Urology Int

Ed. McGraw-Hill USA. 2000; 399406.


2. WebMD. Mens Health, Human Anatomy section, topic of Prostate Gland, Subject of

Prostate Picture, Definition, Function, Condition, Test, and Treatment. Last reviewed on

April 28th 2010. Diunduh dari http://men.webmd.com/picture-of-the-prostate, tanggal 3

Agustus 2015.
3. UNSW Embriology. Categories of Genital, Prostate, Subject of Prostate development

Overview. Last modified on October 28th 2010. Diunduh dari

http://php.med.unsw.edu.au./embryology/index.php/title=prostate_development, tanggal

3 Agustus 2015.
4. Snell, Richard S. Cavitas Pelvis Part II dalam Clinical Anatomy For Medical Students 6th

edition. Lippincot William & Wilkins Inc USA. 2006; 35052.


5. Schwartz.Manual of Surgery,in Urology, Benign Prostatic Hyperplasia.Mc Graw Hills

Companies. 2006; 1061.


6. Kumar. The Male Genital Tract dalam Robbins and Cotrans Pathologic Basis of Disease

Ed 7. Saunders. 2011; 107275.


7. McPhee, Stephen J. Hammer, Gary D. Benign Prostate Hyperplasia dalam

Patophysiology of Disease Ed 7. McGraw-Hill USA. 2007; 43240.


8. Potts, J.M. Essential Urology: A Guide to Clinical Practice. Humana Press Inc., Totowa,

NJ. Pg 191
9. Rohen, Yokochi. Lutjen-Drecoll. Color Atlas of Anatomy : A Photographic Study of The

Human Body Ed 7. Lippincot William & Wilkins Inc USA. 2011; 33653.

27

Anda mungkin juga menyukai