Aneurisma aorta merupakan penyakit yang merupaka penyakit
yang mematikan, dimana sekitar 15.000 terjadi kematian tak terduga setiap tahunnya di Amerika. Insiden aneurisma aorta abdominal menunjukkan peningkatan terutama pada usia tua. Beberapa data menunjukkan aneurisma aorta abdominal mengenai 6-9% populasi di atas usia 65 tahun (Kadoglou, 2004).
Aneurisma aorta merupakan suatu keadaan dimana terjadi
pelebaran atau dilatasi aorta lebih dari 50%. Aneurisma dapat terjadi sebagai kelainan kongenital atau akuisita. Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan aneurisma antara lain usia, hipertensi, perokok, dan penyakit arteriosklerosis (Gloviczki, P & Ricotta, JJ, 2007).
Terdapat beberapa teori mengenai patogenesis terjadinya
aneurisma aorta antara lain 1) degradasi proteolitik dari dinding jaringan ikat aorta, 2) inflamasi dan respon imun, 3) stress biokimia pada dinding, 4) molekular genetik, dan 5) mekanisme gabungan (Wassef,2001).
Aneurisma terbentuk secara perlahan selama beberapa tahun dan
sering tanpa gejala. Jika aneurisma mengembang secara cepat, maka terjadi robekan (ruptur aneurisma), atau kebocoran darah disepanjang dinding pembuluh darah ( aortic dissection), gejala dapat muncul tiba-tiba (Tseng, 2009).
Terapi aneurisma dahulu adalah intervensi bedah atau observasi
(watchful waiting) dengan kombinasi pengawasan tekanan darah. Sekarang, endovascular atau teknik invasif minimal telah dikembangkan untuk berbagai tipe aneurisma. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Aneurisma Aorta
1. Definisi
Istilah aneurisma berasal dari bahasa yunani aneurysma
berarti pelebaran. Aneurisma adalah suatu keadaan dilatasi lokal permanen dan ireversibel dari pembuluh darah, dilatasi ini minimal 50% dari diameter normal. Ectasia adalah dilatasi arteri kurang dari 50% dari diameter normal. Diameter normal dari aorta dan arteri, tergantung pada: usia, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan faktor lainnya. Pada pria, aorta infrarenal biasanya antara 14 dan 24 mm, dan wanita antara 12 dan 21 mm (Gloviczki, P & Ricotta, JJ, 2007; Sjamsuhidajat, 2004).
Lapisan arteri yang kontak langsung dengan darah adalah
tunika intima, sering disebut intima. Lapisan ini dibentuk terutama oleh sel endothelial. Berdekatan dengan lapisan ini adalah tunika media, disebut juga lapisan media terutama dibentuk oleh sel otot polos dan jaringan elastik. Lapisan paling luar disebut tunika adventitia tersusun oleh jaringan ikat. Terdapat true aneurysm dan false aneurysm. Pada true aneurysm: melibatkan ketiga lapisan dinding arteri termasuk intima atau endotel. Sedangkan false aneurysm atau pseudoaneurisma hanya melibatkan lapisan terluar dari dinding arteri yaitu tunika adventitia (Gloviczki, P & Ricotta, JJ, 2007).
Sebagian besar aneurisma aorta (AA) terjadi pada aorta
abdominalis; disebut aneurisma aorta abdominal atau abdominal aortic aneurysms (AAA). Aneurisma yang terbentuk di aorta torakalis, disebut thoracic aneurysm (TA). Aneurisma yang terbentuk di segmen 3
torak dan abdomen disebut thoracoabdominal aneurysms (TAA)
(Tseng, 2009).
2. Epidemiologi
Insiden aneurisma aorta abdominal menunjukkan peningkatan
terutama pada usia tua. Beberapa data menunjukkan aneurisma aorta abdominal mengenai 6-9% populasi di atas usia 65 tahun. Sekitar 12,8% populasi penduduk Amerika berusia diatas 65 tahun,diperkirakan 1,5 juta memiliki aneurisma pada tahun 1999 dan lebih dari 2,7 juta penduduk Amerika akan menderita penyakit aneurisma pada tahun 2025. Pada tahun 2000, National Hospital Discharge Summary melaporkan lebih dari 30.000 operasi rekonstruksi terbuka aneurisma aorta abdominalis. Namun demikian, aneurisma aorta abdominal merupakan penyakit yang mematikan dimana sekitar 15.000 kematian tak terduga setiap tahunnya di Amerika (Kadoglou, 2004). Frekuensi aneurisma mengalami peningkatan terus menerus pada pria diatas 55 tahun, mencapai puncaknya sebanyak 6% pada usia 80-85 tahun. Pada wanita, terjadi peningkatan pada usia 70 tahun, mencapai puncaknya sebanyak 4,5% pada usia diatas 90 tahun. Perbandingan pria dan wanita 4 :1 sampai 5 : 1 pada kelompok usia 60 sampai 70 tahun, tetapi usia diatas 80 tahun rasio menjadi 1:1 (Gloviczki, P & Ricotta, JJ, 2007). 3. Etiologi
Aneurisma dapat terjadi sebagai kelainan kongenital atau
akuisita. Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, defek pada beberapa komponen dari dinding arteri serta beberapa faktor risiko untuk terjadinya aneurisma aorta meliputi tekanan darah yang tinggi, kadar kolesterol yang tinggi, diabetes, perokok tembakau, dan alkohol (Nelson, 2009). 4
Pembentukan aneurisma paling sering terjadi pada populasi usia
tua. Penuaan menyebabkan perubahan kolagen dan elastin, yang mengakibatkan melemahnya dinding aorta dan pelebaran aneurisma (Tseng, 2009).
False aneurysm paling sering terbentuk di aorta desenden dan
timbul akibat ekstravasi darah kedalam suatu kantong yang lemah yang dibentuk oleh tunika adventitia pembuluh darah, karena peningkatan tegangan dinding, false aneurysm dapat terus membesar dari waktu ke waktu (Tseng, 2009).
Sindrom Marfan adalah suatu penyakit jaringan ikat yang ditandai
adanya abnormalitas dari skletal, katup jantung, dan mata. Individu dengan penyakit ini memiliki resiko untuk terbentuknya aneurisma terutama anurisma aorta torakalis. Sindrom Marfan merupakan kelainan genetik autosomal dominan dimana terjadi abnormalitas dari fibrilin suatu protein struktural yang ditemukan di aorta (Tseng, 2009).
Sindrom Ehler-Danlos tipe IV merupakan suatu penyakit yang
ditandai oleh defisiensi kolagen tipe III, dan individu dengan penyakit ini dapat memiliki resiko terbentuknya aneurisma di bagian manapun dari aorta (Tseng, 2009).
4. Gejala dan Tanda
Aneurisma terbentuk secara perlahan selama beberapa tahun dan sering tanpa gejala. Jika aneurisma mengembang secara cepat, maka terjadi robekan (ruptur aneurisma), atau kebocoran darah disepanjang dinding pembuluh darah ( aortic dissection), gejala dapat muncul tiba-tiba (Tseng, 2009). a. Aneurisma Aorta Abdominalis. Aneurisma asimptomatikaneurisma ini biasanya ditemukan saat pemeriksaan fisik rutin dengan dideteksinya pulsasi aorta yang 5
prominen. Lebih sering aneurisma asimptomatik ditemukan sebagai
penemuan insidental saat pemeriksaan USG abdomen atau CT scan. Denyut perifer biasanya normal, tetapi penyakit arteri oklusif pada renal atau ekstremitas bawah sering ditemukan pada 25% kasus. Aneurisma arteri popliteal terdapat pada 15% kasus pasien dengan aneurisma aorta abdominalis (OConnor, 2010). Aneurisma simptomatiknyeri midabdominal atau punggung bawah atau keduanya dan adanya pulsasi aorta prominen dapat mengindikasikan pertumbuhan aneurisma yang cepat, ruptur, atau aneurisma aorta inflamatorik. Aneurisma inflamatorik terhitung kurang dari 5% dari aneurisma aorta dan dikarakteristikkan dengan inflamasi ekstensif periaortic dan retroperitoneal dengan sebab yang belum diketahui. Pada pasien ini terdapat demam ringan, peningkatan laju endap darah, dan riwayat infeksi saluran pernapasan atas yang baru saja; pasien sering sebagai perokok aktif. Infeksi aneurisma aorta (baik dikarenakan oleh emboli septik atau kolonisasi bakteri aorta normal dari aneurisma yang ada) sangat jarang terjadi tetapi harus diperkirakan pada pasien dengan aneurisma sakular atau aneurisma yang bersamaan dengan fever of unknown origin (OConnor, 2010). Ruptur aneurismapasien dengan ruptur menderita nyeri hebat pada punggung, abdomen, dan flank serta hipotensi. Ruptur posterior terbatas pada retroperitoneal dengan prognosis yang lebih baik daripda ruptur anterior ke rongga peritoneum. Sembilan puluh persen meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Satu-satunya kesempatan untuk menolong adalah perbaikan bedah emergensi (OConnor, 2010 & Nelson, 2009).
- Sensasi pulsasi di abdomen - Nyeri abdomen yang berat, tiba-tiba, persisten, atau konstan. Nyeri dapat menjalar ke selangkangan, pantat, atau tungkai bawah. - Abdominal rigidity - Nyeri pada punggung bawah yang berat, tiba-tiba, persisten, atau konstan, dapat menjalar ke selangkangan, pantat, atau tungkai bawah - Anxietas - Nausea dan vomiting - Kulit pucat - Shock - Massa abdomen b. Aneurisma Aorta Thoracica Manifestasi klinisnya tergantung dari besarnya ukuran, posisi aneurisma, dan kecepatan tumbuhnya. Sebagian besar adalah asimptomatik dan ditemukan dalam prosedur diagnostik untuk keadaan lain. Beberapa pasien mengeluh nyeri substernal, punggung, atau leher. Yang lainnya menderita dispneu, stridor, atau batuk akibat penekanan pada trakhea, disphagia akibat penekanan pada esophagus, hoarseness akibat penekanan pada nervus 7
laryngeus recurrent sinistra, atau edema leher dan lengan akibat
penekanan pada vena cava superior. Regurgitasi aorta karena distorsi anulus valvula aortikus dapat terjadi dengan aneurisma aorta ascenden (Tseng, 2009). 5. Prognosis
Outcome biasanya baik jika perbaikan dilakukan oleh ahli bedah
yang berpengalaman sebelum ruptur. Kurang dari 50% dari pasien bertahan dari ruptur aneurisma abdominal. Mortalitas setelah open elective atau endovascular repair adalah 1-5%. Pada umumnya pasien dengan aneurisma aorta yang lebih besar dari 5 cm mempunyai kemungkinan tiga kali lebih besar untuk meninggal sebagai konsekuensi dari ruptur dibandingkan dari reseksi bedah. Survival rate 5 tahun setelah tindakan bedah adalah 60-80%. 5- 10% pasien akan mengalami pembentukan aneurisma lainnya berdekatan dengan graft. 8
Daftar Pustaka
Gloviczki, P & Ricotta, JJ. Aneurysmal Vascular Disease. In Sabiston
Textbook of Surgery.18thed.2007.
Gray, H. Anatomy of the Human Body.The Aorta.1918.
http://www.bartleby.com/107/142.html. Diakses tanggal 15 Juli 2010.
Kadoglou, NP & Liapis, CD. Matrix Metalloproteinases: Contribution to
Pathogenesis, Diag: Pathogenesis of Abdominal Aortic Aneurysm. 2004. http://www.medscape.com/viewarticle/475262_2. Diakses tanggal 15 Juli 2010.
Nelson, BP. Aneurysm, Thoracic.2009.
http://emedicine.medscape.com/article/761627-overview. Diakses tanggal 15 Juli 2010.
O'Connor, R.E. Aneurysm, Abdominal. 2010.
http://emedicine.medscape.com/article/756735-overview. Diakses tanggal 15 Juli 2010.
Sjamsuhidajat. R., de Jong. W., Bab 28 Jantung, Pembuluh Arteri,
Vena, dan Limfe: Aneurisma dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. 2. Jakarta, EGC, 2004.
Tseng ,E. Thoracic Aortic Aneurysm. 2009.
http://emedicine.medscape.com/article/424904-overview. Diakses tanggal 15 Juli 2010.
Wassef M, Baxter T, et.al. Pathogenesis of abdominal aortic
aneurysms: A multidisciplinary research program supported 9
by the National Heart, Lung, and Blood Institute. J of Vasc
Surg. 2001. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11668331. Diakses tanggal 15 Juli 2010.