Anda di halaman 1dari 4

TUBERCULOSIS PARU

DEWASA
No. Dokumen : SOP/UKP/03/039
No. Revisi : 01
SOP Tanggal Terbit: 01/03/2016
Halaman : 1/4

PUSKESMAS Haryati, S.Si.T


PANDAK II NIP.196312201990032004

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang


1. Pengertian disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis.
Sebagian besarkuman TB menyerang paru, namun dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya. Indonesia merupakan negara yang
termasuk sebagai 5 besar dari 22 negara di dunia dengan beban
TB. Kontribusi TB di Indonesia sebesar 5,8%. Saat ini timbul
kedaruratan baru dalam penanggulangan TB, yaitu TB Resisten
Obat (Multi Drug Resistance/ MDR).
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menentukan
2. Tujuan diagnosis dan penatalaksanaanTuberkulosis paru.

Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 445/029 Tahun 2016


3. Kebijakan tentang Kebijakan Pelayanan Klinis Puskesmas Pandak II

KMK Nomor 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
4. Referensi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
1. Petugas mencuci tangan dan memakai APD yang sesuai (gown,
5. Prosedur masker bedah, nursecap),
2. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi dan riwayat
penyakit keluarga), apakah batuk berdahak ≥ 2 minggu, ada
darah, sesak napas, nyeri dada, atau pleuritic chest pain (bila
disertai peradangan pleura), badan lemah, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, malaise, berkeringat malam tanpa kegiatan
fisik, dan demam meriang lebih dari 1 bulan.
3. Petugas melakukan pemeriksaan Vital Sign
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik yang sesuai (berat badan,
pemeriksaan fisik paru), Pada auskultasi terdengar suara napas
bronkhial/amforik/ronkhibasah/suara napas melemah di apex
paru, tergantung luas lesi dan kondisi pasien.
5. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang:
a. Darah: limfositosis/ monositosis, LED meningkat, Hb turun.
b. Pemeriksaan mikroskopis kuman TB (Bakteri Tahan Asam/
BTA) atau kultur kuman dari specimen sputum/ dahak
sewaktu-pagi-sewaktu.
6. Petugas menegakkan diagnosis dan atau differential diagnosis
berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan vital sign,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
7. Petugas memberikan terapi :
a. Fase Awal selama 2 bulan, terdiridari: Isoniazid, Rifampisin,
Pirazinamid, dan Etambutol.
b. Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari: Isoniazid dan
Rifampisin.
c. Dosis OAT yang digunakan harus sesuai dengan terapi
rekomendasi internasional, sangat dianjurkan untuk
penggunaan Kombinasi Dosis Tetap (KDT/fixed-dose
combination/ FDC) yang terdiri dari 2 tablet (INH dan RIF), 3
tablet (INH, RIF dan PZA) dan 4 tablet (INH, RIF, PZA,
EMB).
Rekomendasi dosis dalam mg/kgBB
Obat Harian 3x seminggu
INH 5(4-6) max 300mg/hr 10(8-12) max 900
mg/dosis
RIF 10 (8-12) max 600 mg/hr 10 (8-12) max 600
mg/dosis
PZA 25 (20-30) max 1600 mg/hr 35 (30-40) max 2400
mg/dosis

EMB 15 (15-20) max 1600 mg/hr


30 (25-35) max 2400
mg/dosis
 Untuk membantu dan mengevaluasi kepatuhan, harus dilakukan
prinsip pengobatan dengan:
1. Sistem Patient-centred strategy, yaitu memilih bentuk obat,
cara pemberian cara mendapatkan obat serta control pasien
sesuai dengan cara yang paling mampu laksana bagi pasien.
2. Pengawasan Langsung menelan obat (DOT/direct observed
therapy)
 Semua pasien dimonitor respon terapi, penilaian terbaik adalah
follow-up mikroskopis dahak (2 spesimen) pada saat:
a. Akhir fase awal (setelah 2 bulan terapi),
b. 1 bulan sebelum akhir terapi, dan pada akhir terapi.
c. Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak positif pada 1
bulan sebelum akhir terapi dianggap gagal (failure) dan
harus meneruskan terapi modifikasi yang sesuai.
8. Petugas memberikan edukasi kepada pasien dan atau keluarga
mengenai seluk beluk penyakit dan pentingnya pengawasan dari
salah seorang keluarga untuk ketaatan konsumsi obat pasien,
control secara teratur, pola hidup sehat.
9. Jika ada indikasi petugas melakukan rujukan ke pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi (Rumah Sakit):
a. TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB dengan
komorbid) seperti TB pada orang dengan HIV, TB dengan
penyakit metabolik, TB anak, perlu dirujuk kelayanan
sekunder. Pasien TB yang telah mendapat advis dari
layanans pesialistik dapat melanjutkan pengobatan di
fasilitas pelayanan primer.
b. Suspek TB – MDR harus dirujuk kelayanan sekunder
10. Petugas meminta pasien untuk menunggu obat ataupun rujukan
di ruang tunggu poli infeksi,
11. Petugas mengentry hasil pemeriksaan pada rekam medis
12. Petugas menyerahkan resep obat ke ruang farmasi/obat,
13. Petugas mencuci tangan

Petugas Petugas Petugas


6. Bagan Alir mencuci
Petugas memeriksa melakukan
melakukan vital sign pemeriksaan
tangan dan anamnesis
memakai APD (respirasi dan fisik yang
suhu) sesuai

Petugas Petugas Petugas Petugas


merujuk mengedukasi memberikan menegakkan
pasien ke pasien terapi obat diagnosis atau
FKRTL jika dan/atau pada pasien differential
ada indikasi keluarga diagnose

Petugas meminta pasien Petugas Petugas


dan/atau keluarga mengentry menyerahkan Petugas
menunggu obat atau hasil resep obat ke mencuci
rujukan di ruang tunggu pemeriksaan ruang tangan
poli infeksi dan diagnosis farmasi/obat

1. Vital sign
7. Hal-hal Yang 2. Riwayat penyakit immunocompromised, penyakit metabolik
Perlu
diperhatikan
1. Poli Infeksi
8. Unit Terkait 2. Laboratorium
3. Ruang farmasi/obat
Rekam medis
9. Dokumen
Terkait
No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
diberlakukan
10. Rekaman
Historis 1. Format Ditambah bagan alir 1 April 2019
Perubahan dan hal-hal yang
perlu diperhatikan

Anda mungkin juga menyukai