Anda di halaman 1dari 4

SOP PENANGANAN TB

No. Dok. : …/ …/ 100.02.002


No. Revisi : 00
Tgl. Terbit : …
SOP
Hal. : 1/4
UPTD Puskesmas Tanda : H.SUBAGIO,S.ST
Bengkuring Tangan NIP. 19720916 199303 1 005

A. PENGERTIAN Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang


disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis.
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, namun dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya. Indonesia merupakan negara yang
termasuk sebagai 5 besar dari 22 negara di dunia dengan beban
TB. Kontribusi TB di Indonesia sebesar 5,8%. Saat ini timbul
kedaruratan baru dalam penanggulangan TB, yaitu TB Resisten
Obat (Multi Drug Resistance/ MDR).

B. TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pelaksanaan penanganan


TB.
C. KEBIJAKAN Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Bengkuring No. 188.4/ 47/ 100.02.002/
2020 tentang Panduan Praktik Klinis.
D. REFERENSI PMK no 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer.
E. PROSEDUR/ 1. Petugas melakukan anamnesis.
LANGKAH- Keluhan Pengguna layanan datang dengan batuk berdahak ≥ 2 minggu.
LANGKAH Batuk disertai dahak, dapat bercampur darah atau batuk darah.
Keluhan dapat disertai sesak napas, nyeri dada atau pleuritic chest pain
(bila disertai peradangan pleura), badan lemah, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, malaise, berkeringat malam tanpa kegiatan fisik,
dan demam meriang lebih dari 1 bulan.
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik.
Demam (pada umumnya subfebris, walaupun bisa juga tinggi sekali),
respirasi meningkat, berat badan menurun (BMI pada umumnya <18,5).
Pada auskultasi terdengar suara napas bronkhial/amforik/ronkhi
basah/suara napas melemah di apex paru, tergantung luas lesi dan
kondisi pengguna layanan.
3. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang.
a. Darah: limfositosis/ monositosis, LED meningkat, Hb turun.
b. Pemeriksaan mikroskopis kuman TB (Bakteri Tahan Asam/ BTA) atau
kultur kuman dari specimen sputum/ dahak sewaktu-pagi-sewaktu.
c. Untuk TB non paru, specimen dapat diambil dari bilas lambung, cairan
serebrospinal, cairan pleura ataupun biopsi jaringan.
d. Tes tuberkulin (Mantoux test). Pemeriksaan ini merupakan penunjang
utama untuk membantu menegakkan Diagnosis TB pada anak.
e. Pem bacaan hasil uji tuberkulin yang dilakukan dengan cara Mantoux
(intrakutan) dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dengan
mengukur diameter transversal. Uji tuberkulin dinyatakan positif yaitu:
1. Pada kelompok anak dengan imunokompeten termasuk anak
dengan riwayat imunisasi BCG diameter indurasinya > 10 mm.
2. Pada kelompok anak dengan imunokompromais (HIV, gizi buruk,
keganasan dan lainnya) diameter indurasinya > 5mm.
f. Radiologi dengan foto toraks PA-Lateral/ top lordotik.
Pada TB, umumnya di apeks paru terdapat gambaran bercak-bercak
awan dengan batas yang tidak jelas atau bila dengan batas jelas
membentuk tuberkuloma. Gambaran lain yang dapat menyertai yaitu,
kavitas (bayangan berupa cincin berdinding tipis), pleuritis (penebalan
pleura), efusi pleura (sudut kostrofrenikus tumpul).
4. Petugas menegakkan diagnosis.
5. Petugas memberikan terapi.
Dewasa
a. Fase Awal selama 2 bulan, terdiri dari: Isoniazid, Rifampisin,
Pirazinamid, dan Etambutol.
b. Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari: Isoniazid dan Rifampisin
c. Dosis OAT yang digunakan harus sesuai dengan Terapi rekomendasi
internasional, sangat dianjurkan untuk penggunaan Kombinasi Dosis
Tetap (KDT/fixed-dose combination/ FDC) yang terdiri dari 2 tablet
(INH dan RIF), 3 tablet (INH, RIF dan PZA) dan 4 tablet (INH, RIF,
PZA, EMB).
Anak
Berat badan 2 bulan tiap hari 4 bulan tiap hari
(kg) 3KDT Anak 2KDT Anak
RHZ (75/50/150) RH (75/50)
5-9 1 tablet 1 tablet
10-14 2 tablet 2 tablet
15-19 3 tablet 3 tablet
20-32 4 tablet 4 tablet

Keterangan:
a. Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg harus dirujuk ke
rumah sakit
b. Anak dengan BB >33 kg , harus dirujuk ke rumah sakit.
c. Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah.

Judul SOP (2/4)


d. OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara
utuh atau digerus sesaat sebelum diminum.
6. Petugas melakukan rujukan.
a. TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB dengan komorbid) seperti
TB pada orang dengan HIV, TB dengan penyakit metabolik, TB anak,
perlu dirujuk ke layanan sekunder. Pengguna layanan TB yang telah
mendapat advis dari layanan spesialistik dapat melanjutkan
pengobatan di fasilitas pelayanan primer.
b. Suspek TB – MDR harus dirujuk ke layanan sekunder.
7. Petugas memberikan edukasi dan konseling
8. Petugas menuliskan ke dalam status rekam medis semua hasil
pemeriksaan dan terapi.
9. Petugas menulis kedalam buku register pengguna layanan.
1. DIAGRAM
ALIR/ BAGAN Anamnesis
Pemeriksaan Fisik Diagnosis Terapi
Penyakit Penyakit
ALIR (FLOW
CHART)

Menulis Status Menulis Buku Register


Edukasi dan
Rujukan Konseling Rekam Medis

2. UNIT 1. Ruangan TU
TERKAIT 2. Ruangan Pemeriksaan Umum
3. Ruangan Lansia
4. Ruangan Kesehatan Anak
5. Ruangan TB
3. DOKUMEN 1. Buku RM
TERKAIT 2. Buku Register Pengguna Layanan
3. SK pelayanan klinis.
4. SK standar layanan klinis.
5. SK jenis pemeriksaan laboratorium.
6. SK peresepan, pemesanan dan pengelolaan obat.
7. SK pendidikan dan penyuluhan pasien.
8. SK isi dan kelengkapan rekam medis.SK pelayanan klinis.

4. REKAMAN No. Isi Perubahan Tanggal Mulai


HISTORI/ yang
Judul SOP (3/4)
CATATAN Diubah Berlaku
REVISI
1 Perubahan nomor kebijakan terkait
2 Perubahan nomor SOP yang kadaluwarsa

Judul SOP (4/4)

Anda mungkin juga menyukai