Anda di halaman 1dari 6

TUBERKULOSIS PARU

No. Revisi Halaman


No. Dokumen 00 1/3
Ditetapkan
RSUD dr. Zainal Umar Direktur RSUD dr. Zainal
Sidiki Umar Sidiki
Jl. Cimelati, Ds. Bulalo
Kab. Gorontalo Utara Tanggal Terbit
...../...../2022
PANDUAN
PRAKTIK KLINIS dr. Sri Fenty N. Sagaf, M.Kes
NIP 19710915 200604 2 022

Pengertian: Tuberkulosis adalah suatu penyakit kronik menular yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang,
bersifat aerob dan bersifat tahan asam sehingga sering dikenal dengan
Basil Tahan Asam (BTA). Sebagian besar kuman TB sering ditemukan
menginfeksi parenkim paru dan menyebabkan TB paru, namun bakteri
ini juga memiliki kemampuan menginfeksi organ tubuh lainnya (TB
ekstra paru) seperti pleura, kelenjar limfe, tulang, dan organ ekstra paru
lainnya.

Anamnesis: 1. Lokal, respiratorik


 Batuk  2 minggu
 Batuk berdahak (dapat ditemukan batuk darah)
 Sesak napas
 Nyeri dada
2. Sistemik
 Demam, biasanya subfebrile
 Malaise
 Berat badan menurun
 Keringat malam
 Menurunnya nafsu makan
 Riwayat kontak dengan penderita TB

Pemeriksaan - Keadaan umum : Demam, konjungtiva anemis, berat


Fisik: badan berkurang (IMT < 18,5).
- Thorax:
 Inspeksi : Pada Tb paru yang lebih lanjut dengan
fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi
otot-otot intercostal
 Palpasi : bila lesi luas, fremitus mengeras atau
melemah
 Perkusi : Bila infiltrat yang agak luas maka didapatkan
perkusi yang redup, bila terdapat kavitas yang cukup
besar, perkusi memberikan suara hipersonor
 Auskultasi : Bila infiltrat agak luas didapatkan
auskultasi suara napas bronchial, akan didapatkan juga
suara napas tambahan berupa ronki basah, kasar, dan
nyaring. Bila terdapat kavitas yang cukup besar,
auskultasi memberikan suara amforik

Kriteria 1. Semua pasien dengan batuk produktif yang berlangsung


Diagnosis: selama  2 minggu yang tidak jelas penyebabnya, harus
dievaluasi untuk TB.
2. Semua pasien (dewasa, dan dewasa muda) yang diduga
menderita TB, harus diperiksa mikroskopis spesimen
sputum/dahak 2 kali salah satu diantaranya adalah spesimen
pagi.
3. Semua pasien dengan gambaran foto toraks tersangka TB,
harus diperiksa mikrobiologi dahak
4. Diagnosis dapat ditegakkan walaupun apus dahak negative
berdasarkan kriteria berikut :
 Minimal 2 kali hasil pemeriksaan dahak negative
(termasuk pemeriksaan sputum pagi hari), sementara
gambaran foto toraks sesuai TB
 Kurangnya respon terhadap terapi antibiotik spektrum
luas (periksa kultur sputum jika memungkinkan), atau
pasien diduga terinfeksi HIV (evaluasi Diagnosis
tuberkulosis harus dipercepat)

Diagnosis 1. Pasien TB terkonfirmasi bakteriologis


Kerja: - Pasien TB paru BTA positif
- Pasien TB paru hasil biakan MTB positif
- Pasien TB paru hasil tes cepat MTB positif
- Pasien TB ekstraparu terkonfirmasi secara bakteriologis,
baik dengan BTA, biakan maupun tes cepat dari contoh
uji jaringan yang terkena
- TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan
bakteriologis
2. Pasien TB terdiagnosis secara klinis
Yaitu pasien TB yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara
bakteriologis, namun berdasarkan bukti lain yang kuat tetap
terdiagnosis dan ditata laksana sebagai TB oleh dokter yang
merawat. Termasuk di dalam klasifikasi ini adalah :
- Pasien TB paru BTA negative dengan hasil pemeriksaan
foto toraks mendukung TB
- Pasien TB paru BTA negative dengan tidak ada perbaikan
klinis setelah diberikan antibiotika non OAT, dan
mempunyai factor resiko TB.
- Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis
maupun laboratoris dan histopatologis tanpa konfrimasi
bakteriologis.
- TB anak yang terdiagnosis dengan sistim skoring

Diagnosis - Pneumonia
Banding: - Tumor/keganasan paru
- Jamur paru
- Penyakit paru akibat kerja
- Asma

Pemeriksaan 1. Pemeriksaan TCM (Tes cepat molekuler) dengan metode Xpert


Penunjang: MTB/RIF. TCM merupakan sarana untuk penegakan diagnosis,
namun tidak dapat dimanfaatkan untuk evaluasi hasil pengobatan.

2. Dahak miksroskopis langsung dengan mengumpulkan dua contoh


uji dahak yang dikumpulkan berupa dahak sewaktu dan pagi.
Pemeriksaan dahak digunakan untuk menentukan potensi
penularan dan menilai keberhasilan pengobatan (evaluasi)
dilakukan akhir bulan ke-2 pengobatan dan akhir bulan ke-5
pengobatan.

3. Laboratorium: anti HIV. Bila perlu dilakukan pemeriksaan Darah


Rutin 2, ureum, creatinine, enzim transaminase, gula darah
sewaktu, HbsAg.

4. Radiologi: Foto thoraks pada awal diagnose dan akhir


pengobatan.

5. Pemeriksaan lain: analisis cairan pleura, atau pemeriksaan


histopatologi jaringan pada kasus yang dicurigai TB ekstra paru.

6. Pemeriksaan uji kepekaan obat. Uji kepekaan obat bertujuan


untuk menentukan ada tidaknya resistensi M.tb terhadap OAT.
Dilakukan bila terdapat indikasi.

Terapi: Tahapan pengobatan TB terdiri dari 2 tahap :

1. Tahap Awal
Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap
ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah
kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh
dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resistan sejak
sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal
pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada
umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya
penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah
pengobatan selama 2 minggu pertama.
2. Tahap lanjutan
Pengobatan tahap lanjutan bertujuan membunuh sisa-sisa kuman
yang masih ada dalam tubuh, khususnya kuman persisten
sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya
kekambuhan. Durasi tahap lanjutan selama 4 bulan. Pada fase
lanjutan seharusnya obat diberikan setiap hari.
Untuk menunjang kepatuhan berobat, paduan OAT lini pertama telah
dikombinasikan dalam obat Kombinasi Dosis Tetap (KDT). Satu tablet
KDT RHZE untuk fase intensif berisi Rifampisin 150 mg, Isoniazid 75
mg, Pirazinamid 400 mg, dan Etambutol 275 mg. Sedangkan untuk fase
lanjutan yaitu KDT RH yang berisi Rifampisin 150 mg + Isoniazid 75
mg diberikan setiap hari. Jumlah tablet KDT yang diberikan dapat
disesuaikan dengan berat badan pasien. Secara ringkas perhitungan dosis
pengobatan TB menggunakan OAT KDT dapat dilihat pada

Indikasi Pasien dapat dipulangkan apabila komplikasi dan efek samping telah
Dipulangkan: teratasi

Prognosis: Prognosis pada umumnya baik apabila pasien melakukan terapi sesuai
dengan ketentuan pengobatan. Untuk Tb dengan komorbid, prognosis
menjadi kurang baik.

Lampiran: -
Kepustakaan: 1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Tuberkulosis.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2021. Tuberkulosis :
Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta :
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

Ketua Komite Medik Penelaah Klinis

dr.Ferdiyanto Dayi. Sp.PD dr. Ferdiyanto Dayi, Sp.PD

Anda mungkin juga menyukai