Anda di halaman 1dari 58

Pengobatan Pasien TB Resistan Obat

dr.Herudian Ahmadin SpP


Robert Koch pertama kali menemukan kuman TB, 24 Maret 1882

Robert Mycobacterium
Koch tuberculosis
Definisi TB MDR

1. Mono-Resistant:
 Resisten terhadap satu macam OAT
2. Poly-Resistant:
 Resisten terhadap lebih dari satu macam OAT, tetapi bukan
kombinasi isoniazid dan rifampicin
3. Multi Drug-Resistant (MDR):
 Resisten terhadap Isoniazid dan Rifampisin dengan atau tanpa
OAT lain nya
4. Extensively Drug-Resistant (XDR):
 MDR ditambah resisten terhadap fluoroquinolones dan salah
satu dari 3 obat injeksi (amikacin, kanamycin, capreomycin)
5. Total Drug Resistance ( TDR) :
 Resisten baik dengan lini pertama maupun lini kedua.
ALUR DIAGNOSIS TB

TCM

4
Faskes  yang punya TCM TB
1. Gunakan TCM untuk penegakan diagnosis TB pada terduga TB. Pada kondisi
dimana pemeriksaan TCM tidak memungkinkan, penegakan diagnosis TB
dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis.
2. Jumlah contoh uji dahak untuk pemeriksaan baik dengan TCM maupun
mikroskop sebanyak 2 (dua) sampel. Untuk pemeriksaan mikroskopis,
contoh uji dapat berasal dari dahak Sewaktu-Sewaktu atau Sewaktu-Pagi.
3. Jika terduga TB adalah kelompok terduga TB RO dan terduga TB dengan HIV
positif, harus tetap diupayakan untuk dilakukan penegakan diagnosis TB
dengan TCM TB, dengan cara melakukan rujukan ke layanan tes cepat
molekuler terdekat, baik dengan cara rujukan pasien atau rujukan contoh
uji.
4. Pasien dengan pemeriksaan alat tes cepat molekuler menunjukkan hasil
Mtb Resistan Rifampisin tetapi bukan berasal dari kriteria terduga TB RO
harus dilakukan pemeriksaan ulang dengan alat tes cepat molekuler
sebelum mulai pengobatan standar TB MDR. Jika terdapat perbedaan hasil,
maka hasil pemeriksaan TCM yang terakhir yang menjadi acuan tindakan
selanjutnya. 

5
Faskes  yang punya TCM TB (lanj)
• Contoh uji yang digunakan dalam pemeriksaan TCM TB adalah satu contoh uji dahak
dengan kualitas yang baik. Contoh uji non-dahak yang dapat diperiksa dengan Xpert
MTB/RIF terdiri atas cairan serebrospinal (CSF), jaringan biopsi, bilasan lambung
(gastric lavage), dan aspirasi cairan lambung (gastric aspirate).
• Pengobatan standar TB MDR segera diberikan kepada semua pasien TB RR, tanpa
menunggu hasil pemeriksaan uji kepekaan OAT lini 1 dan lini 2 keluar. Bila telah ada
hasil uji kepekaan, dan hasil tidak hanya resistan rifampisin, pengobatan akan
disesuaikan dengan hasil uji kepekaan OAT. Jika hasil resistensi menunjukkan MDR,
lanjutkan pengobatan TB MDR.
• Pemeriksaan uji kepekaan menggunakan metode LPA Lini-2 atau dengan metode
konvensional
• Pengobatan TB pre XDR/ TB XDR menggunakan paduan standar TB pre XDR atau TB
XDR atau menggunakan paduan obat baru.
• Pasien dengan M.tb negatif, pemeriksaan ulang klinis, laboratoris dan radiologi tidak
mendukung, ditetapkan sebagai bukan TB, dan pasien yang bersangkutan harus
segera diberi tahu.
• Pemeriksaan TCM hanya untuk kepentingan penegakan diagnosis TB, sedangkan
pemantauan kemajuan pengobatan tetap dilakukan dengan pemeriksaan
mikroskopis.

6
Faskes yang tidak punya TCM
• Faskes yang tidak mempunyai alat TCM dan kesulitan mengakses TCM,
penegakan diagnosis TB tetap menggunakan mikroskop.
• Pemeriksaan BTA dengan menggunakan mikroskop dilakukan dari dua
contoh uji dahak dengan kualitas bagus (Sewaktu dan Pagi).
• BTA (+) adalah jika salah satu atau kedua contoh uji dahak menunjukkan
hasil pemeriksaan BTA positif. Pasien yang menunjukkan hasil BTA (+) pada
pemeriksaan dahak pertama, pasien dapat segera ditegakkan sebagai pasien
dengan BTA (+)
• BTA (-) adalah jika kedua contoh uji dahak menunjukkan hasil BTA negatif.
Apabila pemeriksaan secara mikroskopis hasilnya negatif, maka penegakan
diagnosis TB dapat dilakukan secara klinis menggunakan hasil pemeriksaan
klinis dan penunjang (setidak-tidaknya pemeriksaan foto toraks) yang sesuai
dan ditetapkan oleh dokter.

7
Faskes yang tidak punya TCM (lanj)
• Apabila pemeriksaan secara mikroskopis hasilnya negatif dan
tidak memilki akses rujukan (radiologi/TCM/biakan) maka
dilakukan pemberian terapi antibiotika spektrum luas (Non OAT
dan Non kuinolon) terlebih dahulu selama 1-2 minggu. Jika
tidak ada perbaikan klinis setelah pemberian antibiotik, pasien
perlu dikaji faktor risiko TB. Pasien dengan faktor risiko TB
tinggi maka pasien dapat didiagnosis sebagai TB Klinis.
• Faktor risiko TB antara lain:
• Terbukti ada kontak dengan pasien TB
• Ada penyakit komorbid: HIV, DM
• Tinggal di wilayah berisiko TB: Lapas/Rutan, tempat penampungan
pengungsi, daerah kumuh, dll.

8
Kriteria Terduga TB RO 9

1. Pasien TB gagal pengobatan Kat. 2


2. Pasien TB pengobatan Kat. 2 yang tidak konversi
setelah 3 bulan pengobatan
3. Pasien TB dengan riwayat pengobatan TB tidak standar
serta menggunakan FQ dan obat injeksi lini-2 min. 1
bulan
4. Pasien TB gagal pengobatan Kat. 1
5. Pasien TB pengobatan Kat. 1 yang tidak konversi
6. Pasien TB kasus kambuh, Kat. 1 / Kat. 2
7. Pasien TB yang kembali setelah LFU
8. Terduga TB yang kontak erat TB RO
9. Pasien TB-HIV yang tidak responsif thd OAT
10. Lain-lain:
• TB pada ODHA (termasuk pada populasi kunci)
• TB pada populasi rentan lain: ibu hamil, anak, DM, malnutrisi, gangguan sistem
imun
• TB BTA positif baru
• TB BTA negatif dengan riw pengobatan sebelumnya
• TB ekstraparu

10
Diagnosis TB RO

Metode konvensional
(kultur & uji kepekaan Tes cepat (rapid test)
obat / DST):
• Media padat: LJ, • GeneXpert
Ogawa • LPA / Hain test
• Media cair: MGIT

11
DST bukan alat untuk konfirmasi hasil
Xpert, tetapi untuk mengetahui pola
resistansi kuman  menentukan
paduan OAT
DST yang tersedia di Indonesia:
•Lini-1: R, H, E, S
•Lini-2: Am, Km, Ofloksasin

12
Panduan Pengobatan TB RO
(Updated)

13
Pemeriksaan awal sebelum
memulai pengobatan
(baseline tests)

Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan lab/penunjang lain


14
Pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum pengobatan :

1. Faal ginjal: ureum, kreatinin


2. Faal Hati : SGOT, SGPT
3. Tes kehamilan untuk perempuan usia subur
4. Pemeriksaan darah lengkap
5. Pemeriksaan kimia darah ( Serum elektrolit, asam urat & gula darah)
6. Foto thorax
7. Pemeriksaan EKG
8. Tes HIV
9. Pemeriksaan Penglihatan
10. Pemeriksaan Kejiwaan*
11. Thyroid stimulating hormon (TSH)*
12. Tes pendengaran*

• Jika fasilitas tidak tersedia, maka pengobatan dapat dilakukan sambil memonitor efek
samping

CATATAN :
DALAM WAKTU TUJUH HARI PASIEN SUDAH HARUS MEMULAI PENGOBATAN
1. Persiapan Awal Sebelum Pengobatan (2)

INISIASI PENGOBATAN TB RO

Pengobatan untuk pasien TB RO diupayakan diberikan


dengan cara rawat jalan (ambulatoir)
1. Fasyankes Rujukan TB RO  Tim Ahli Klinis (TAK)
memutuskan memulai pengobatan
2. Fasyankes TB RO  Dokter terlatih TB RO memutuskan
memulai pengobatan
Kondisi Yang Membutuhkan Rawat
Inap
• Tanda ada gangguan kejiwaan
• Pneumonia berat
• Pneumotoraks
• Abses paru
• Efusi pleura
• Kelainan hati berat
• Gangguan hormon tiroid
• Insufisiensi ginjal berat
• Gangguan elektrolit berat
• Malnutrisi berat
• Diabetes melitus yang tidak terkontrol
• Gangguan gastrointestinal berat yang mempengaruhi absorbsi obat
• Penyakit dasar lain yang memerlukan rawat inap.
18

Penentuan Paduan
Pengobatan Pasien
Memenuhi kriteria ??

TIDAK
YA  PADUAN  PADUAN
JANGKA
INDIVIDUAL
PENDEK
2. Penetapan Paduan dan Dosis OAT TB RO
di Indonesia
1. Paduan OAT Standar (RR/MDR) :
• Pengobatan OAT standar konvensional (20-26 bln)
• Pengobatan OAT standar jangka pendek (9-11 bln)

2. Paduan OAT Individual


Diberikan kepada pasien yang memerlukan perubahan
paduan pengobatan yang fundamental dari pengobatan
OAT standar yang sudah digunakan sebelumnya
Perubahan:
• Gol. 2: Obat suntik TB
(Juknis 2014: Obat
suntik lini kedua)
• Ofloxacin tidak lagi
termasuk Gol. 3
• Gol. 5: berubah nama
dari “Obat yang
belum terbukti
efikasinya dan belum
direkomendasikan
oleh WHO untuk
pengobatan standar
TB RR/TB MDR

20
PADUAN OAT STANDAR
Kriteria Ekslusi Paduan OAT Standar Jangka Pendek :

– Terbukti resistan atau diduga terjadi ketidakefektifan salah


satu obat yang digunakan dalam paduan OAT standar jangka
pendek (kecuali INH).
– Pernah menggunakan satu /lebih OAT lini kedua yang
digunakan dalam paduan OAT standar jangka pendek
– Intoleransi terhadap lebih dari 1 OAT yang dipakai dalam
paduan OAT standar jangka pendek/resiko toksisitas karena
interaksi obat yang digunakan pasien.
– Kehamilan
– Kasus TB EP
– Bila ada satu OAT dari paduan OAT standar jangka pendek
tidak tersedia.
PADUAN OAT STANDAR

Paduan OAT Standar Konvensional


 
 
8-12 Km - Lfx - Eto - Cs - Z- (E) - H / 12-14 Lfx - Eto - Cs - Z - (E) - H
 
 
Paduan OAT Standar Jangka Pendek
    
4-6 Km - Mfx - Eto - Cfz – Z - H / 5 Mfx - Eto - Cfz - Z - H
Paduan Pengobatan Standar Jangka
Pendek

4-6 Km-Mfx-Eto(Pto)-HDT-Cfz-E-Z / 5 Mfx-Cfz-E-Z

Tahap Awal Tahap Lanjutan

23
• Catatan:
• Bila ada riw penggunaan FQ, berikan Lfx
dosis tinggi / Mfx
• Resistan Km atau ada ESO, diganti Cm
• Bila terbukti resistan E/H, E/H tidak diberikan
• ESO Cs (gangguan kejiwaan), ganti PAS
• Dosis disesuaikan dengan BB
• Setiap 250mg Cs diberikan 50mg B6
• Penetapan paduan obat  kewenangan TAK
• Status HIV tidak mempengaruhi paduan obat

24
PADUAN OAT INDIVIDUAL
Untuk pasien TB MDR yang resistan atau alergi terhadap fluoroquinolon tetapi
sensitif terhadap OAT suntik lini kedua (Pre-XDR):

• Untuk pasien Baru


8-12 Km - Mfx - Eto - Cs - PAS - Z- (E) - H / 12-14 Mfx - Eto - Cs – PAS-Z-
(E)-H 
• Alternatif dengan Bedaquiline

12-18 Km - Mfx - Eto - Cs - PAS - Z- (E) - H / 12 Mfx - Eto – Cs - PAS - Z -


(E) - H

• Untuk pasien pengobatan ulang


8-12 Km - Eto - Cs - Z- (E) - H + 6 Bdq / 12-14 Eto - Cs - Z - (E) - H

12-18 Km - Eto - Cs - Z- (E) – H + 6 Bdq / 12 Eto - Cs - Z - (E) - H


• Untuk pasien pengobatan ulang alternatif dengan Bedaquiline
PADUAN OAT INDIVIDUAL (2)
Untuk pasien TB MDR yang resistan atau alergi terhadap OAT suntik lini
kedua tetapi sensitif terhadap fluorokuinolon (Pre-XDR) :

• Untuk pasien Baru

8-12 Cm - Lfx - Eto - Cs - Z- (E) - H / 12-14 Lfx - Eto - Cs - Z - (E) - H

• Alternatif dengan Bedaquiline

8-12 Lfx - Eto - Cs - Z- (E) - H + 6 Bdq / 12-14 Lfx - Eto - Cs - Z - (E) - H

• Untuk pasien pengobatan ulang

12-18 Cm - Lfx - Eto - Cs - Z- (E) - H / 12 Lfx - Eto - Cs - Z - (E) - H

• Untuk pasien pengobatan ulang alternatif dengan Bedaquiline

12-18 Lfx - Eto - Cs - Z- (E) - H + 6 Bdq / 12 Lfx - Eto - Cs - Z - (E) - H


PADUAN OAT INDIVIDUAL (3)
Untuk pasien TB XDR :
• Untuk pasien Baru

12-18 Cm - Mfx - Eto - Cs - PAS - Z- (E) - H / 12 Mfx - Eto - Cs - PAS - Z - (E) - H


• Alternatif dengan Bedaquiline

12-18 Eto - Cs - Lnz - Cfz - Z- (E) - H + 6 Bdq / 12 Eto - Cs - Lnz - Cfz - Z - (E) - H

Catatan :
Alternatif dengan Bedaquiline saat ini masih terbatas di beberapa RS TB RO.
PADUAN OAT INDIVIDUAL (4)

Untuk pasien dengan alergi atau efek samping berat terhadap OAT oral lini
kedua (Grup C) sedangkan OAT suntik lini kedua dan golongan
fluorokuinolon masih bisa dipakai.

• Untuk pasien yang alergi/ mengalami efek samping berat terhadap salah
satu dari OAT Grup C yang dipakai (Eto atau Cs) maka OAT penggantinya
diambilkan salah satu OAT Grup C (Cfz atau Lnz) atau D2 (Bdq) atau D3
(PAS) yang tersedia supaya tetap memenuhi standar minimal 4 macam OAT
inti lini kedua.

8-12 Km - Lfx - Eto - PAS - Z- (E) - H / 12-14 Lfx - Eto - PAS - Z - (E) - H
PADUAN OAT INDIVIDUAL (5)
Pasien Mengalami Alergi/ ESO berat terhadap dua OAT Grup C (Eto dan Cs)
Alternatif paduan individual dengan Bedaquilin

8-12 Km - Lfx - (Lnz/Cfz) - Z- (E) - H + 6 Bdq / 12-14 Lfx - (Lnz/Cfz) - PAS - Z -


•   (E) - H
• Alternatif paduan tanpa Bedaquilin

8-12 Km - Lfx - Lnz - Cfz - Z- (E) - H / 12-14 Lfx - Lnz - Cfz - Z - (E) - H

• Alternatif lain paduan tanpa Bedaquilin:

8-12 Km - Lfx - (Lnz/Cfz) - PAS - Z- (E) - H / 12-14 Lfx - (Lnz/


Cfz) - PAS - Z - (E) - H
3. Tahapan Pengobatan TB RO

Lama Pengobatan TB RO :
• Pasien baru/ belum pernah diobati dengan pengobatan TB
RR/ TB MDR diobati menggunakan paduan OAT standar
konvensional :
1. Lama pengobatan adalah 18 bulan setelah konversi
biakan
2. Lama pengobatan minimal 20 bulan.
3. Tahapan Pengobatan TB RO

 
Lama Pengobatan TB RO (2) :
• Pasien baru/ belum pernah diobati dengan pengobatan TB RR/ TB MDR,
diobati menggunakan paduan OAT standar jangka pendek :
1. Lama pengobatan dihitung berdasarkan hasil pemeriksaan dahak
bulan ke empat dan atau pemeriksaan dahak bulan ke enam.
2. Lama pengobatan minimal 9 bulan dan maksimal 11 bulan.

• Pasien sudah pernah diobati TB RR/ MDR atau pasien TB XDR, diobati
dengan paduan OAT individual :
1. Lama pengobatan adalah 22 bulan setelah konversi biakan.
2. Lama pengobatan minimal 24 bulan.
Tahap Pengobatan
1. Tahap Awal :
• Terdiri dari OAT oral dan OAT suntik lini kedua (Km/Cm)
diberikan sekurang-kurangnya selama 8 bulan.
• Lama pemberian ditentukan riwayat pengobatan TB RO,
jenis pengobatan yang diberikan dan bulan konversi
pemeriksaan bakteriologis bisa tercapai.

2. Tahap Lanjutan
Pengobatan setelah selesai tahap awal sampai dinyatakan
pengobatan telah selesai secara lengkap.
33

Tabel
Dosis OAT
TB RO
(terbaru)
Tabel Dosis OAT TB RO (terbaru)

34
PEMERIKSAAN DAN
MONITORING PENGOBATAN
PADA PASIEN TB RESISTAN
OBAT

35
Monitoring pengobatan pasien

• Sebagai bagian rutin dari layanan pengobatan


pasien TB RO
• Peran Diagnosis dan pemeriksaan lab/klinis selama
pengobatan
• Kapan dilakukan:
• Pemeriksaan awal (baseline)
• Monitoring pasien selama masa pengobatan
• Monitoring pasien setelah selesai pengobatan
• Penting mengetahui komorbidity, kemungkinan efek
samping, interaksi obat
36
MONITORING PASIEN (1)
Bulan pengobatan
Tahap Awal Tahap Lanjutan
Jenis pemeriksaan
0 1 2 3 4   5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Anamnesis √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Pemeriksaan fisik (BB) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

BTA sputum √ √ √ √ √√* √√* √√* √   √   √√*

Biakan sputum √ √ √ √ √ √ √ √   √   √

LPA lini kedua √                      

Uji kepekaan (DST) √           √**          


EKG+ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Tes pendengaran*** √                      
Tes penglihatan √

Rontgen dada √       √   √         √
37
MONITORING PASIEN (2)
Bulan pengobatan

Tahap Awal Tahap Lanjutan


Jenis pemeriksaan
0 1 2 3 4   5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Darah lengkap*** √                      
Gula darah puasa dan 2 Jam
PP*** √                      
Ureum-kreatinin serum √ √ √ √ √ √ √          
Elektrolit √ √ √ √ √ √ √          
SGOT, SGPT, Bilirubin
Total*** √                      
TSH/TSHs √                      
Tes kehamilan*** √                      
Tes HIV*** √                      
38
Pemeriksaan BTA, Biakan, Uji Kepekaan
• Tahap Awal:
• Setiap bulan: 1 (satu) dahak pagi.
• Khusus pada bulan ke-4, (ke-5, ke-6) dan akhir pengobatan: pemerisaan
BTA dilakukan dua (2) dahak pagi berurutan (biakan tetap 1).
• Tahap Lanjutan:
• Setiap 2 bulan (pada bulan ke 5, 7, dan 9 atau bulan ke-7, 9, dan 11)
• Uji kepekaan untuk OAT lini-2 harus diulang jika:
• Hasil BTA pada bulan ke-6 hasilnya positif atau
• Terjadi reversi BTA atau kultur pada fase lanjutan.
• Pemeriksaan BTA, biakan dan uji kepekaan dilakukan di
laboratorium rujukan yang tersertifikasi.
• Penting: Hasil BTA diinformasikan dan dimasukkan ke dalam
eTB manager dalam waktu paling lambat 3 hari.

39
Pemeriksaan untuk monitoring
pengobatan pasien
• Pemeriksan EKG dilakukan pada:
• baseline,
• hari ke-2, hari ke-7, dan bulan ke-1 pengobatan dan sesuai
indikasi;
• dilakukan di rumah sakit rujukan
• Tes penglihata: tes buta warna dan lapang pandang
sederhana
• Pemeriksaan dapat diulang sesuai indikasi (bila
diperlukan) misalnya: tes pendengaran, Darah
lengkap, Darah lengkap, SGOT, SGPT, Bilirubin Total,
Tes kehamilan, Tes kehamilan)
40
Konseling Informasi Edukasi
(KIE)

Dilakukan Dilakukan di
sejak pasien semua tingkat
pasien & masih fasyankes TB RO
anggota terduga (RS Rujukan
hingga pasien sampai
keluarga Puskesmas
selesai
Satelit)
pengobatan

41
Informed consent

• Sebelum memulai pengobatan, pasien diminta untuk menandatangani


informed consent:
• kemungkinan perubahan paduan (lama pengobatan) yang dapat terjadi
• efek samping obat (ESO)
• KIE terkait ESO perlu dilakukan karena ESO dapat menyebabkan pasien
menghentikan pengobatan tanpa memberitahukan kepada TAK atau
petugas fasyankes

42
43

Pengawasan Menelan Obat


• Ambulatory maupun rawat inap
• Semua obat harus ditelan dengan pengawasan langsung
dan dicatat oleh pengawas minum obat (PMO) terlatih
• Tanggung jawab PMO ialah:

Mengawasi pasien Memantau efek


minum obat setiap hari samping

Menghubungi pasien bila


tidak datang berobat sesuai
Mengisi kartu jadwal dan berkoordinasi
pengobatan pasien dengan Dinas Kesehatan
dalam pelacakan pasien

Memastikan kesesuaian
paduan dan dosis obat,
serta ketersediaan obat
pasien
Dukungan Pengobatan
44

Dukungan psikososial dan pendamping


pengobatan (kader terlatih, pendidik
sebaya).
Pendamping pengobatan memberikan
dukungan dan motivasi kepada pasien

Enabler (pengganti biaya transport pasien)

Tambahan Nutrisi
Pemantauan Pengobatan

Konversi
Follow Up
kultur
pemeriksaan apusan
pemeriksaan kultur 2
dahak dan kultur
kali berurutan (jarak 30
dilakukan setiap bulan
hari) dengan hasil
pada fase awal, setiap 2
negatif
bulan pada fase lanjutan

45
Pemantauan Setelah Selesai Pengobatan

• Kapan dilakukan?
• pada bulan ke-6 dan ke-12 setelah akhir pengobatan, atau
bila muncul gejala TB.
• Bagaimana?
• Pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan biakan (satu
sputum pagi) untuk menilai ada tidaknya kekambuhan.
• Terdapat kemungkinan pasien akan memerlukan
pemeriksaan lain saat kunjungan, tergantung pada kondisi
pasien.
• Hasil pemeriksaan yang dilakukan dan hasilnya
harus dicatat pada kartu pengobatan pasien (TB 01).
46
PASIEN BEROBAT TIDAK
TERATUR

47
Pertimbangan tindak lanjut pengobatan
TB RO dengan paduan jangka pendek
• Berapa lama pasien mangkir suntik/minum obat?
• Berapa lama pasien sudah suntik/minum obat?

3 Skenario pasien berobat tidak teratur:


1. Lama mangkir < 8 minggu, Pengobatan berapapun
lamanya
2. Lama mangkir > 8 minggu, Pengobatan < 4 minggu
3. Lama mangkir > 8 minggu; Pengobatan > 4 minggu

48
1. Lama mangkir < 8 minggu;
Pengobatan berapapun lamanya
TINDAKAN YANG DILAKUKAN:
• Lakukan konseling intensif kepada pasien dan
keluarga.
• Lanjutkan pengobatan dengan menambahkan jumlah
dosis yang terlewat (mangkir) ke dalam durasi
pengobatan
• Catat lama pasien mangkir di kartu pengobatan pasien

49
2. Lama mangkir > 8 minggu;
50

Pengobatan < 4 minggu


TINDAKAN YANG DILAKUKAN:
• Pasien dinyatakan putus berobat  status ditutup
• Pengobatan jangka pendek dimulai dari awal tanpa menunggu hasil DST
 tipe pasien sama (baru)
• Pengobatan diganti ke paduan individual bila hasil DST keluar dan pasien
sudah tidak memenuhi kriteria inklusi pengobatan jangka pendek
3. Lama mangkir > 8 minggu;
Pengobatan > 4 minggu
TINDAKAN YANG DILAKUKAN:
• Pasien dinyatakan putus berobat  status ditutup
• Tipe pasien: pasien yang kembali setelah putus
berobat
• Pasien ditata laksana sbg terduga TB RO dari awal:
pemeriksaan TCM, uji kepekaan
• Pengobatan dimulai setelah ada hasil uji kepekaan
• Pasien harus berganti ke paduan individual sesuai hasil
uji kepekaan

51
Evaluasi Hasil Pengobatan

Sembuh
Pengobatan lengkap
Meninggal
Gagal
Loss to follow up
Tidak dievaluasi
52
Hasil Akhir pengobatan (1)

1.Sembuh:
• Pasien menyelesaikan pengobatan sesuai durasi
pengobatan yang ditetapkan, dan
• Pemeriksaan BTA pada akhir pengobatan (bulan ke-9
atau 11) hasilnya negatif, dan
• Pemeriksaan biakan 3 kali berturut-turut dengan jarak
minimal 30 hari hasilnya negatif pada tahap lanjutan.
2.Pengobatan Lengkap
• Pasien menyelesaikan pengobatan sesuai durasi
pengobatan yang ditetapkan, dan
• Tidak ada bukti untuk dinyatakan sembuh atau gagal.

53
Pemeriksaan BTA pada akhir bulan ke-6 hasilnya
positif, atau

Pemeriksaan BTA pada akhir pengobatan (AP)


hasilnya positif, atau

Pengobatan Terjadi reversi (BTA atau biakan kembali menjadi


positif) pada tahap lanjutan. Jika terjadi reversi,
dinyatakan maka pemeriksaan BTA dan biakan diulang pada
bulan selanjutnya.
gagal, bila: Terjadi efek samping berat yang mengakibatkan
pengobatan standar jangka pendek harus
dihentikan

Terjadi resistansi tambahan terhadap OAT lini


kedua golongan kuinolon dan atau injeksi lini
kedua
54
Hasil Akhir pengobatan (3)
3.Meninggal
• Pasien meninggal dalam masa pengobatan oleh sebab apapun.
4. Loss to follow up (putus berobat)
• Pasien berhenti berobat selama 2 bulan berturut-turut atau
lebih.
5.Tidak dievaluasi
• Pasien pindah berobat tapi hasil akhir pengobatan tidak
diketahui atau tidak dilaporkan kembali
• Pasien tidak ada hasil pengobatan sampai periode pelaporan

55
Profil tb mdr di rs rotinsulu

Menurut jenis kelamin Menurut usia


Jenis kelamin jumlah usia jumlah

Laki-laki 18 15-45th 22

perempuan 11 46-60 5

>60th 2
Profil tb mdr di rs rotinsulu

Menurut regimen terapi Menurut domisili

regimen jumlah domisili jumlah

individual 7 Kota bandung 9


STR 14 Kota cimah 1

Kota bogor 1

Kab bandung 12

Kab garut 1

Kab purwakarta 1

Kab subang 3

Kota aceh 1
60

Anda mungkin juga menyukai