November 2017
OLEH :
Muhammad Ilyas
C11114356
PEMBIMBING:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
GAMBARAN RADIOLOGI TORAKS PASIEN TUMOR PARU DI
RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR PERIODE
JANUARI 2016 SAMPAI JUNI 2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapai Salah Satu Syarat
MUHAMMAD ILYAS
C11114356
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar akhir di Bagian Radiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin dengan judul :
iii
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
Penguji 1 Penguji 2
Dr. dr. Mirna Muis, Sp.Rad. dr. Rafikah Rauf, Sp.Rad., M.Kes.
Ditetapkan di : Makassar
Tanggal : 30 November 2017
iv
BAGIAN RADIOLOGI
v
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
Skripsi, November 2017
ABSTRAK
Muhammad Ilyas (C11114356)
“Gambaran Radiologi Toraks Pasien Tumor Paru di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar Periode Januari 2016 sampai Juni 2017”
Latar belakang: tumor paru masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang
kesehatan, baik di negara sedang berkembang maupun yang sudah maju. Di negara
maju seperti Amerika dan Inggris, prevalensi tumor paru masih tinggi, terutama
tumor yang bersifat ganas dan menjadi penyebab kematian karena keganasan paling
tinggi. Di seluruh dunia, angka kematian yang disebabkan oleh tumor paru lebih dari
1,1 juta jiwa per tahun. Salah satu penyebab tingginya kematian tumor paru adalah
keterlambatan karena tidak adanya gejala khas, sehingga penegakan diagnosis sangat
bergantung pada pemeriksaan penunjang. Untuk mendiagnosis tumor paru, salah satu
pemeriksaan yang penting adalah foto toraks, akan tetapi untuk penegakan diagnosis,
foto toraks masih kurang. Oleh sebab itu, untuk menilai tumor paru dengan lebih
jelas diperlukan pemeriksaan CT-Scan toraks yang juga perlu dilakukan jika ada
kecurigaan besar adanya tumor paru berdasarkan gejala klinis dan faktor risiko yang
dimiliki oleh pasien meskipun hasil foto toraks tidak menunjukkan adanya tanda-
tanda tumor paru.
Tujuan penelitian: untuk mengetahui gambaran radiologi toraks pasien tumor paru
di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari
2016 sampai Juni 2017.
Sampel: semua pasien tumor paru di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
periode Januari 2016 sampai Juni 2017 memenuhi syarat untuk sampel penelitian.
Hasil penelitian: Terdapat 75 pasien tumor paru berdasarkan hasil pemeriksaan CT-
Scan toraks yang memenuhi syarat penelitian. Pasien tumor paru paling banyak
ditemukan pada laki – laki sebesar 72,0%, kelompok umur ≥ 60 tahun yaitu sebesar
41,3%, hasil pemeriksaan foto toraks positif sebesar 66,7%, berukuran > 7 cm
sebesar 51,0%, bertepi irreguler sebesar 85,3%, berlokasi di lobus atas paru kanan
sebesar 32,0%, serta komplikasi paling banyak yaitu efusi pleura sebesar 32,0%.
vi
Medical Faculty
Hasanuddin University
Skripsi, November 2017
ABSTRACT
Muhammad Ilyas (C11114356)
“Thoracal Imaging of the Lung Tumor Patients at RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar in Janauary 2016 to June 2017”
Background: lung tumors are still a major problem in health, both in developing and
developed countries. In developed countries like America and England, the
prevalence of lung tumors is still high, especially malignant tumors and the leading
cause of death due to the malignancy. Worldwide, the mortality rate caused by lung
tumors is more than 1.1 million people every year. One cause of high lung tumor
death is delay to diagnose, because the absence of typical symptoms, so the diagnosis
is very dependent on investigation test. To diagnose lung tumors, one of the most
important investigation test is a conventional chest X-ray, but for diagnosis, chest X-
ray are lacking. Therefore, to assess lung tumors more clearly requires a chest CT-
scan that also needs to be done if there is a large suspicion of lung tumor based on
clinical symptoms and risk factors owned by the patient even though the chest X-ray
showed no signs of lung tumor.
Objective: To describe the chest radiography of lung tumor patients at the General
Hospital Center, Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar period January 2016 to June
2017.
Sample: all of lung tumor patients at the General Hospital Center, Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar period January 2016 to June 2017 who had qualify for the
study sample.
Results: There are 75 lung tumor patients based on chest CT-Scan diagnosis that
qualified research criteria. Lung tumor Patients most commonly found in men as
many as 72.0%,the age ≥ 60 years old as many as 41.3%, lung tumor positive on
convensional chest X-ray as many as 66.7%, > 7 cm in tumor’s size as many as
49.3%, irregular margin of the tumor as many as 85.3%, the site of tumor on superior
lobe of the right lung as many as 32.0%, and also lung tumors with pleural effusion
as many as 32.0%.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Sudirohusodo Makassar Periode Januari 2016 sampai Juni 2017” ini sebagai
Selesainya skripsi ini tidak semata-mata karena hasil kerja dari penulis
sendiri melainkan juga adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuannya baik dari segi materi maupun yang non materi.
diberikan kepada Prof. Dr. dr. Muhammad Ilyas, Sp.Rad(K) selaku pembimbing
dalam penulisan skripsi ini atas waktu, tenaga, pikiran, semangat, dorongan serta
Tidak hanya itu, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak atas jasa-jasanya yang tidak mungkin dilupakan oleh penulis, yaitu:
ilmunya serta sangat membantu selesainya penelitian ini, yaitu Dr. dr. Mirna
Muis, Sp.Rad. dan dr. Rafikah Rauf, Sp.Rad., M.Kes., dan seluruh staf bagian
2. Bapak Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp.BS, FICS selaku Dekan Fakultas
viii
serta dukungan untuk menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.
4. Prof. Dr. dr. Bachtiar Murtala, Sp.Rad(K) selaku Ketua Depatemen Radiologi
5. Dr. dr. Khalid Saleh, SpPD-KKV, FINASIM, MARS selaku Direktur Utama
RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo beserta seluruh staf di bagian rekam medik
8. Secara khusus dan teristimewa ucapan terima kasih kepada kedua orang tua
tercinta, ayahanda Alm. Palesangi dan ibunda Malia atas semua doa dan
dukungannya. Serta Kakakku, dan seluruh keluarga yang tak henti – hentinya
memberikan semangat.
“IKAB SQUAD” atas bantuan dan semangat yang diberikan selama ini.
ix
11. Teman – teman KKN gel. 96 Universitas Hasanuddin Posko kel. Lompoe,
Kec. Bacukiki, Kota Parepare atas bantuan dan semangat yag diberikan
selama ini.
13. Terima kasih pula kepada semua pihak yang telah terlibat serta memberikan
bantuan kepada penulis baik langsung maupun tidak langsung walaupun tidak
dapat dituliskan satu per satu, semoga Tuhan membalas jasa - jasa kalian.
karena itu, permohonan maaf, kritik, dan saran yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan demi perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua sebagaimana
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................ i
Abstrak ................................................................................................................... vi
Daftar Diagram....................................................................................................... xv
3. xi
2 Kerangka Konsep ................................................................................. 24
xi
i
3.3 Definisi Operasional Variabel .............................................................. 24
5.3. Distribusi Pasien Tumor Paru Berdasarkan Hasil Foto Toraks ........... 36
Toraks .................................................................................................. 37
6.3. Karakteristik Pasien Tumor Paru Berdasarkan Hasil Foto Toraks ...... 45
xii
6.4. Karakteristik Pasien Tumor Paru Berdasarkan Pemeriksaan CT-Scan
Toraks .................................................................................................. 46
7.1. Kesimpulan.......................................................................................... 50
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi histologi tumor paru menurut WHO .................................... 7
Tabel 5.1. Distribusi Pasien Tumor Paru berdasarkan Jenis Kelamin ................... 34
Tabel 5.3. Distribusi Pasien Tumor Paru berdasarkan Hasil Foto Toraks ............. 37
Tabel 5.4. Distribusi Pasien Tumor Paru berdasarkan Ukuran Tumor .................. 38
Tabel 5.5. Distribusi Pasien Tumor Paru berdasarkan Keadaan Tepi Tumor ........ 39
Tabel 5.6. Distribusi Pasien Tumor Paru berdasarkan Lokasi Tumor ................... 40
Tabel 5.7. Distribusi Pasien Tumor Paru berdasarkan Jenis Kelamin ................... 42
xiv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 5.1. Distribusi Pasien Tumor Paru berdasarkan Jenis Kelamin .............. 34
Diagram 5.3. Distribusi Pasien Tumor Paru berdasarkan Hasil Foto Toraks ........ 36
Diagram 5.4. Distribusi Pasien Tumor Paru berdasarkan Ukuran Tumor ............. 37
Diagram 5.5. Distribusi Pasien Tumor Paru berdasarkan Keadaan Tepi Tumor ... 38
Diagram 5.6. Distribusi Pasien Tumor Paru berdasarkan Lokasi Tumor .............. 39
Diagram 5.7. Distribusi Pasien Tumor Paru berdasarkan Jenis Kelamin .............. 41
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambaran foto toraks posisi PA......................................................... 15
Gambar 2.4 Gambaran massa pada hilum kiri disertai kavitasi ............................. 18
Gambar 2.5 Gambaran konsolidasi heterogen difuse pada kedua paru ................ 19
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
membentuk suatu lesi atau dalam banyak kasus membentuk benjolan di bagian
tubuh (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Salah satu tumor yang
paling sering dijumpai adalah tumor paru. Seperti jenis tumor lainnya, tumor paru
berdasarkan asalnya dibedakan menjadi tumor paru primer dan tumor paru
sekunder. Lebih dari 90% tumor paru primer merupakan tumor ganas, dan sekitar
Sementara itu, tumor jinak pada paru hanya sekitar 5% atau bahkan kurang
Tumor paru yang bersifat ganas atau lebih dikenal dengan kanker paru
merupakan kanker yang sering dijumpai dan menjadi salah satu jenis kanker yang
paling mematikan, dengan angka kematian lebih dari 1,1 juta jiwa di seluruh
dunia. Tumor paru paling banyak dikaitkan dengan kebiasaan merokok, selain itu
diduga pula berkaitan dengan polusi udara dan paparan zat-zat karsinogen di
daerah industri. Prognosis kanker paru sangat buruk dengan 5-years survival rates
Tingginya angka kematian yang disebabkan oleh tumor ganas paru banyak
pasien yang yang didiagnosis sudah berada pada kanker stadium lanjut. Oleh
1
sebab itu, dibutuhkan suatu metode untuk mendeteksi dini adanya tumor paru
yang bertujuan untuk mendiagnosis tumor paru yang bersifat ganas pada stadium
awal sehingga diharapkan berespon baik terhadap terapi yang diberikan. Dengan
terapi yang adekuat diharapkan survival rate pasien bisa meningkat serta bisa
adanya gejala yang khas pada stadium awal, sehingga penegakan diagnosis akan
dasar yang digunakan pada pasien dengan keluhan gangguan saluran pernapasan
terutama pada paru-paru adalah pemeriksaan foto toraks (Ciello, et al., 2017).
Sampai saat ini pemeriksaan foto torak dinilai masih memegang peranan
foto toraks terbilang murah dan sederhana, sehingga menjadi pemeriksaan awal
untuk mendeteksi adanya penyakit kelainan pada paru-paru, misalnya tumor paru.
Bahkan, seringkali pada pemeriksaan foto toraks rutin secara tidak sengaja
toraks memiliki keterbatasan dalam mendeteksi tumor ganas pada paru stadium
awal, tetapi informasi seperti refleksi mediastinal yang tampak pada foto toraks
menandakan adanya tumor ganas stadium awal (Kono & Adachi, 2008).
paru, maka kelainan pada pemeriksaan foto toraks yang menunjukkan tanda-tanda
2
adanya tumor paru misalnya nodul, infiltrat atau konsolidasi yang tidak berespon
yang lebih baik dalam menilai kelainan tersebut. Salah satu pemeriksaan yang
dapat dilakukan untuk menilai lebih jelas adanya kelainan paru adalah
jika ada kecurigaan besar adanya tumor paru berdasarkan gejala klinis dan faktor
risiko yang dimiliki oleh pasien meskipun hasil foto toraks tidak menunjukkan
penelitian tentang gambaran radiologi toraks pasien tumor paru di RSUP Dr.
Dimana RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar ini merupakan rumah sakit
utama di Makassar dan sebagai rumah sakit rujukan se-Indonesia timur, sehingga
penelitian ini adalah “bagaimana gambaran radiologi toraks pasien tumor paru di
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari 2016 sampai Juni
2017?”
3
1.3. Tujuan Penelitian
2017.
2017.
c. Untuk mengetahui hasil foto toraks pasien tumor paru di RSUP Dr.
2017.
e. Untuk mengetahui keadaan tepi lesi yang terdapat pada gambaran CT-
4
f. Untuk mengetahui lokasi tumor paru pasien tumor paru di RSUP Dr.
2017.
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang gambaran
b. Bagi peneliti dan ilmu pengetahuan, penelitian ini akan menjadi acuan dan
sebagai bahan informasi tentang gambaran radiologi toraks pasien tumor paru.
d. Bagi peneliti sendiri, dapat dijadikan bahan masukan dan pembelajaran yang
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
Tumor paru adalah pertumbuhan sel yang tidak normal pada jaringan paru,
2.1.2. Epidemiologi
Prevalensi tumor paru terutama yang bersifat ganas di Negara maju sangat
tinggi, di USA tahun 2002 dilaporkan terdapat 169.400 kasus baru (13% dari
Indonesia, prevalensi pasti tumor paru belum diketahui tetapi klinik tumor dan
2.1.3. Klasifikasi
a. tumor paru primer, yaitu tumor yang berasal dari jaringan paru. Dibedakan
6
b. Tumor paru sekunder, tumor yang berasal dari organ tubuh lain kemudian
bermatastasis ke paru-paru.
7
Tumor Epitel Jinak
Adenoma Papilloma
Adenoma alveolar Papilloma sel skuomosa
Adenoma papilar exophilic
Adenoma of salivary gland type inverted
Mucous gland adenoma Papilloma glandular
Pleomorphic adenoma Campuran papilloma sel skuomosa dan
Others glandular
Kistadenoma musinosum
Tumor Limfoproliferatif
Marginal zone B-cell lymphoma of MALT Lymphomatoid granulomatosis
type Langerhans cell histiocytosis
Diffuse large B-cell lymphoma
Tumor Lainnya
Hamartoma Germ cell tumours
Sclerosing hemangioma Teratoma matur
Tumor sel jernih Teratoma immature
Melanoma Intrapulmanary thymoma
Tumor Metastasis
2.1.4. Etiologi
Penyebab pasti tumor paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi
penyebab utama selain adanya faktor lain seperti imunitas tubuh dan genetik.
Lombard dan Doering pada 1928 melaporkan tingginya insiden tumor paru
dilaporkan pula bahwa perokok pasif pun akan berisiko terkena tumor paru
(Amin, 2014).
8
Selain rokok, etiologi tumor paru yang pernah dilaporkan diantaranya:
paparan zat karsinogen, seperti asbestos, radiasi ion pada pekerja tambang
Polusi udara, genetik, dan diet. Selain faktor tersebut, jika dikaitkan dengan
2.1.5. Patogenesis
tingkat gen. Terjadinya tumor paru didasari dari tampilnya gen supresor tumor
susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau erbB2 berperan
cell death). Pada kasus keganasan, perubahan tampilan gen ini menyebabkan
sel sasaran, yaitu sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat
dan rokok diketahui sangat berkaitan dengan terjadinya tumor paru dan
merupakan penyakit genetik yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran
9
2.1.6. Tanda dan Gejala
sering terdiagnosis pada stadium akhir. Hal-hal yang harus dievaluasi dari
pasien yang dicurigai menderita tumor paru meliputi efek lokal dari tumor,
10
Ensefalopati Amiloidosis
Neuropathy perifer Asidosis laktat
Myasthenic syndrome SLE
Mielitis transversus
Leukoensefalopati multifocal progresif
2.1.7. Diagnosis
lesi intratorakal tersebut sebagai jinak atau ganas. Bila fasilitas tersedia
antara tumor jinak dan ganas serta untuk menentukan staging penyakit.
Kemudian ditentukan apakah letak lesi sentral atau perifer, yang bertujuan
akan memberikan hasil lebih baik. Sedangkan untuk lesi letak sentral, langkah
Untuk kasus tumor paru ganas, terdapat perbedaan mendasar dari Non Small
C ell Lung Carcinoma (NSCLC) dengan Small Cell Lung Carcinoma (SCLC),
11
Pengobatan Non Small Cell Lung Carcinoma (NSCLC) meliputi terapi
bedah yang merupakan pilihan pertama pada stadium I atau II pada pasien
yang adekuat sisa cadangan parenkim parunya. Survival pasien pada stadium I
mendekati 60%, pada stadium II 26-37%. Pada stadium III A masih ada
ipsilateral atau dinding torak terdapat metastasis. Pada stadium IIIb dan IV
Untuk jenis Small Cell Lung Carcinoma (SCLC), dibagi dua, yaitu
kemoterapi dan radiasi ) dan angka keberhasilan terapi sebesar 20% serta
terapi inisial sebesar 60-70% dan angka respon terapi komplit sebesar 20-
2.1.9. Komplikasi
12
2.2. Pemeriksaan Radiologi Toraks
membuat gambar struktur di dalam dan sekitar dada. Pemeriksaan ini dapat
yang disebut fibrosis. Dokter juga dapat menggunakan foto toraks untuk
2016).
toraks pada orang dewasa dilakukan paling tidak dari jarak 72 inch dari
tabung, dengan focal spot tabung tidak lebih dari 2 mm (disarankan 0,6 – 1,2
mm). Berbentuk segiempati dan filtrasi balok, teknik kilovoltage tinggi (120
sampai 150 kVp) sesuai dengan karakteristik kombinasi layar film, kecepatan
layar film minimal 200, teknik antiscatter (celah grid atau udara) yang setara
dengan grid 10: 1 (sebaiknya 12: 1), dan waktu pemaparan maksimal 40
msec.. selain itu, ACR menentukan maximum mean skin entrance radiation
13
Adapun indikasi untuk melakukan pemeriksaan foto toraks, yaitu:
a. Foto toraks rutin yang dilakukan pada seseorang yang mempunyai riwayat
kontak dengan penderita TB paru, pada general medical check up, dan pada
(Djojodibroto, 2014)
Foto paru standar pada orang dewasa adalah foto posteroanterior (PA).
Pembuatan foto paru PA dilakukan dengan cara pasien berdiri, dan kaset film
menempel pada dada. Tabung rontgen di belakang pasien kira – kira berjarak
2 meter dari kaset. Dengan posisi ini, proyeksi jantung pada kset film
supaya pasien pada posisi tangan di pinggang dan siku ditarik kedepan.
maksimal. selain foto posisi PA, terdapat beberapa posisi foto toraks lainnya,
(Djojodibroto, 2014).
14
Dalam mengidentifikasi hasil suatu pemeriksaan foto toraks, hal-hal yang
perlu diperhatikan:
a. Status rangka toraks termasuk iga – iga, pleura, dan kontur diafragma
d. Ukuran, bentuk, jumlah, dan lokasi lesi paru termasuk kavitasi, tanda
(a) (b)
(c)
Gambar 2.1 Gambaran foto toraks posisi PA. (a) anatomi organ dalam rongga toraks.
(b) Struktur pembatas mediastinum. (c) Pembagian lapangan pandang paru (Singh,
2013)
untuk menunjang diagnosis suatu penyakit atau kelainan dalam tubuh dengan
15
pencitraan tiga dimensi. Hasil pencitraan CT-Scan dinilai lebih baik daripada
pembuluh darah.
16
2.3. Peran Radiologi Toraks dalam Diagnosis Tumor Paru
adanya adenopati
foto toraks dalam mendeteksi kanker paru adalah sekitar 78,3% dan 97%,
ganas (40% karena kanker paru primer, 10% oleh Gambar 2.2 Gambaran lesi
perifer pada paru-paru
kanan (Sharma, 2002).
17
metastasis soliter). Sekitar 20-30% kanker paru memberikan gambaran
dengan 5-years survival rates sekitar 50%. Sebab itu, identifikasi awal dan
penilaian yang benar terhadap nodul ini menjadi sangat penting (Hollings
Tumor Sentral
massa hilum atau perihilum. Massa tumor dan pembesaran kelenjar limfe
menyebabkan gambaran hilum menjadi lebih opaque (Hollings & Shaw, 2002).
18
Gambaran radiografi lain yang biasanya menyertai adanya tumor paru
adalah kalsifikasi pada lesi, lesi berbentuk kavitasi, adanya lesi satelit,
berupa:
tumor paru dengan gambaran penyakit yang mirip untuk bisa mendiagnosis
a) b)
Gambar 2.6 Gambaran foto toraks posisi AP. a) kolaps paru kiri dengan pergeseran
mediastinum dan nodul pada lapangan pandang paru tengah kanan. b) Massa pada hilum
kanan dengan limfangitis karsinomatosis bilateral difus disertai efusi pleura kanan.
19
2.3.3. Gambaran CT-Scan Toraks Tumor Paru
sehingga ukuran dan tepi tumor dapat dinilai lebih jelas, begitu pula dengan
penilaian terhadap ada tidaknya kalsifikasi, kavitasi, dan lemak. selain itu,
membantu dalam membedakan sifat tumor, jinak atau ganas (Tripathi &
Zhen, 2015).
Ukuran
Semakin besar ukuran suatu tumor pada gambaran radiologis, maka
tidak ada keganasan pada nodul dengan ukuran diameter di bawah 5 mm,
Tepi
Tepi diklasifikasikan sebagai tepi reguler dan halus,
21% tumor ganas juga memberikan gambaran tepi yang reguler. Sedangkan
20
tumor bertepi irregular dengan tampilan corona radiata sign
Kalsifikasi
2015).
Kavitasi
dan ganas, meskipun kavitasi pada tumor ganas berdinding lebih tebal dan
21
Gambar 2.8. Hasil pemeriksaan CT-Scan Toraks Tumor Paru. Gambar bagian atas
adalah tumor ganas, gambar bagian bawah adalah tumor jinak (Li, et al; 2004)
22
BAB 3
KERANGKA KONSEP
Mengganggu Keseimbangan
Proliferasi Apoptosis
Tumor Paru
Biopsi
Pemeriksaan Histopatologi
23
3.2. Kerangka Konsep
a. Umur pasien
Cara pengukuran : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang tertera
- 20 - 29 tahun
24
- 30 - 39 tahun
- 40 - 49 tahun
- 50 - 59 tahun
- ≥ 60 tahun
Cara pengukuran : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang tertera
- Laki-laki
- Perempuan
nominal.
25
Cara pengukuran : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang tertera
- Positif
- Negatif
d. Ukuran lesi
Cara pengukuran : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang tertera
- < 3 cm
- 3-7 cm
- > 7 cm
e. Tepi lesi
26
Cara pengukuran : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang tertera
- Tepi reguler
- Tepi irreguler
f. Lokasi Tumor
Cara pengukuran : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang tertera
27
g. Komplikasi
Cara pengukuran : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang tertera
- Tanpa komplikasi
- Efusi pleura
- Atelektasis
- Limfadenopati
- Destruksi
- Metastasis
28
BAB 4
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini hanya akan dilaporkan hasil yang diperoleh dengan melihat
gambaran foto toraks pasien tumor paru. Oleh karena itu penelitian ini
memiliki data administratif yang lengkap karena merupakan rumah sakit utama
di Makassar dan sebagai rumah sakit rujukan se- Indonesia timur serta
2017.
4.3.1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien tumor paru yang
29
4.3.2. Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah semua pasien tumor paru yang
Januari 2016 sampai Juni 2017 yang memiliki rekam medik dan memenuhi
Total Sampling.
30
4.5. Alur Penelitian
Populasi
Sampel Eksklusi
Data Sekunder
Pengolahan Data
data sekunder berupa rekam medis pasien tumor paru yang telah melakukan
31
Data yang telah terkumpul akan diolah dengan beberapa tahapan
meliputi:
a. Cleaning : data dipilah terlebih dahulu dari rekam medis, mana data
untuk dianalisa.
Data yang telah diolah, disajikan dalam bentuk tabel dan grafik
2. Setiap subjek akan dijamin kerahasiaannya atas data yang diperoleh dari
rekam medik dengan tidak menuliskan nama pasien, tetapi hanya berupa
inisial.
32
BAB 5
HASIL PENELITIAN
pasien tumor paru di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari
2016 sampai Juni 2017, dilaksanakan pada bulan Oktober 2017. Dari penelusuran
data rekam medik Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar, diperoleh sebanyak
303 kasus. Namun dengan adanya kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, terdapat 228
kasus yang tidak memenuhi kriteria inklusi antara lain 9 data yang berulang, 22
rekam medik yang tidak ditemukan, 34 data yang bukan diagnosis tumor paru
pemeriksaan foto toraks dan CT-Scan toraks, 41 data pemeriksaan foto toraks tanpa
pemeriksaan foto toraks, dan 48 data pemeriksaan foto toraks disertasi pemeriksaan
CT-Scan toraks tetapi data yang ada tidak lengkap berdasarkan variabel yang akan
diteliti. sehingga total kasus yang memenuhi kriteria inklusi pada penelitian ini adalah
75 kasus.
Oktober 2016. Data yang diperoleh kemudian dicatat dengan Microsoft Excel 2010,
The Social Sciences (SPSS) for Windows 18,00. Hasil pengolahan data disajikan
sebagai berikut:
33
5.1. Distribusi Pasien Tumor Paru Berdasarkan Jenis Kelamin
60
54
50
40
Frekuensi (N)
30
21
20
10
0
Laki-laki Perempuan
Jenis Kelamin
Pada diagram dan tabel 5.1. memperlihatkan distribusi jenis kelamin pasien
tumor paru lebih banyak diderita oleh laki – laki yaitu 54 orang (72,0 %), sedangkan
34
5.2. Distribusi Pasien Tumor Paru Berdasarkan Umur Pasien
35
31
30
25
Frekuesnsi (N)
20 18
17
15
10
6
5 3
0
20 - 29 30 - 39 40 - 49 50 - 59 ≥ 60
Umur (Tahun)
Pada diagram dan tabel 5.2. memperlihatkan distribusi umur pasien tumor
paru sebanyak 3 orang (4,0 %) pada kelompok umur 20 - 29 tahun, 6 orang (8,0 %)
tahun, 17 orang (22,7 %) pada kelompok umur 50 - 59 tahun, dan 31 orang (41,3 %)
pada kelompok umur ≥ 60 tahun. Sedangkan rentang umur pasien adalah 26–88 tahun
35
Tabel 5.2. Distribusi Pasien Tumor Paru berdasarkan umur
5.3. Distribusi Pasien Tumor Paru Berdasarkan Hasil Foto Toraks Pasien
Diagram 5.3. Distribusi Pasien Tumor Paru berdasarkan Hasil Foto Toraks
60
50
50
40
Frekuensi (N)
30
25
20
10
0
Positif Negatif
Hasil Pemeriksaan Foto Toraks
36
Pada diagram dan tabel 5.1. memperlihatkan hasil pemeriksaan foto toraks
pasien tumor paru lebih banyak memberikan gambaran foto toraks positif yaitu 50
Tabel 5.3. Distribusi Pasien Tumor Paru berdasarkan Hasil Foto Toraks
Hasil CXR Jumlah (N) Persentase (%)
Positif 50 66,7
Negatif 25 33,3
Total 75 100,0
CXR: Chest X-Ray, Foto toraks.
Sumber: Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode
Januari 2016 sampai Juni 2017
40 37
35
35
30
Frekuensi (N)
25
20
15
10
5 3
0
<3 3-7 >7
Ukuran (cm)
37
Pada diagram dan tabel 5.4 memperlihatkan distribusi ukuran tumor pada
pasien tumor paru dengan ukuran < 3 cm sebanyak 3 orang (4,0 %), ukuran 3 – 7 cm
sebanyak 35 orang (46,7 %), dan ukuran > 7 cm sebanyak 37 orang (49,3 %). Adapun
Diagram 5.5. Distribusi Pasien Tumor Paru berdasarkan Keadaan Tepi Tumor
70 64
60
50
Frekuensi (N)
40
30
20
11
10
0
Reguler Irreguler
Tepi
38
Pada diagram dan tabel 5.5. memperlihatkan distribusi keadaan tepi tumor
pada pasien tumor paru lebih banyak bertepi irreguler yaitu 64 orang (85,3 %),
Tabel 5.5. Distribusi Pasien Tumor Paru berdasarkan Keadaan Tepi Tumor
Tepi Jumlah (N) Persentase (%)
Reguler 11 14,7
Irreguler 64 85,3
Total 75 100,0
Sumber: Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode
Januari 2016 sampai Juni 2017
30
25 24
20 19
Frekuensi (N)
15
11
10 9
8
5 4
0
Lobus atas Lobus tengah Lobus bawah Lobus atas Lobus bawah Multilobus
paru kanan paru kanan paru kanan paru kiri paru kiri
Lokasi
39
Pada diagram dan tabel 5.6. memperlihatkan distribusi lokasi tumor pada
pasien tumor paru, sebanyak 24 orang (32,0 %) berlokasi di lobus atas paru kanan,
4 orang (5,3 %) di lobus tengah paru kanan, 9 orang (12,0 %) di lobus bawah paru
kanan, 19 orang (25,3 %) di lobus atas paru kiri, dan 8 orang (10,7 %) di lobus bawah
40
5.4.4. Komplikasi
Diagram 5.6. Distribusi Pasien Tumor Paru berdasarkan Komplikasi yang Menyertai
Tumor
30
25 24
20 19
Frekuensi (N)
15
10
5 4 4
3 3 3 3
2 2 2
1 1 1 1 1 1
0
Pada diagram dan tabel 5.6. menunjukkan distribusi pasien tumor paru
berdasarkan komplikasi yang menyertai tumor. pasien tumor paru tanpa komplikasi
penyerta sebanyak 19 orang (25,3 %), pasien tumor paru yang disertai komplikasi
efusi pleura sebanyak 24 orang (32,0 %), Atelektasis sebanyak 4 orang (5,3 %),
opati sebanyak 1 orang (1,3), destruksi ke dinding dada sedanyak 3 orang metastasis
limfaden
(4,0 %), sebanyak 3 orang (4,0 %), sedangkan 21 orang (28,0 %) disertai
41
Tabel 5.6. Distribusi Pasien Tumor Paru berdasarkan Komplikasi yang Menyertai
Tumor
Komplikasi Jumlah (N) Persentase (%)
Tanpa komplikasi 19 25,3
Efusi pleura 24 32,0
Atelektasis 4 5,3
Limfadenopati 1 1,3
Destruksi 3 4,0
Metastasis 3 4,0
Kombinasi
Efusi pleura + Atelektasi 3 4,0
Efusi pleura + Limfadenopati 2 2,7
Efusi pleura + Destruksi 3 4,0
Efusi pleura + Metastasis 4 5,3
Atelektasis + Metastasis 1 1,3
Limfadenopati + Destruksi 1 1,3
Limfadenipati + Metastasis 2 2,7
Destruksi + Metastasis 1 1,3
Efusi pleura + Atelektasis +
1 1,3
Metastasis
Efusi pleura + Limfadenopati
2 2,7
+ Metastasis
Efusi pleura + Atelektasis +
1 1,3
Limfadenopati + Metastasis
Total 75 100,0
Sumber: Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode
Januari 2016 sampai Juni 2017
42
BAB 6
PEMBAHASAN
Sudirohusodo Makassar Periode Januari 2016 sampai Juni 2017, diperoleh hasil
penelitian dari 75 pasien yamg memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian ini
Adapun karakteristik yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah jenis
kelamin, umur, hasil pemeriksaan foto toraks, ukuran, tepi, lokasi, dan komplikasi
berdasarkan jenis kelamin ditemukan lebih banyak pada pasien dengan jenis kelamin
laki – laki sebanyak 54 orang (72,0 %) sedangkan pasien dengan jenis kelamin
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Meidianty Tandi di RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado periode Oktober 2014 sampai September 2015, penderita tumor
sebesar 14,6 %. Hasil yang tidak jauh berbeda juga didapatkan oleh Elisna
Ramadha niah, dkk di RS Kanker Dharmais pada tahun 2008-2010 bahwa pasien
tumor pa ru yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan pasien berjenis
43
kelamin perempuan. Hal ini mungkin dikarenakan laki-laki lebih sering beraktivitas
di luar rumah sehingga mudah terpapar polusi dan bahan karsinogen lainnya dan
lebih cenderung mengkonsumsi rokok yang dapat memicu terjadinya tumor paru.
Dari hasil penelitian didapatkan rentang umur 26-88 tahun dengan rata-rata
55 tahun. Sedangkan distribusi pasien tumor paru berdasarkan umur paling banyak
umur 40 - 49 tahun sebanyak 18 orang (24,0 %). Disusul oleh kelompok umur
umur 30 - 39 tahun sebanyak 6 orang (8,0 %). Kelompok umur 20 - 29 tahun paling
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Meidianty Tandi, dkk di RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado periode Oktober 2014 sampai September 2015, penderita
tumor paru paling banyak berumur 41-65 tahun sebesar 73,2 % , sedangkan 22,0 %
berumur > 65 tahun. Penelitian lain yang dilakukan oleh Metha Arsilita Hulma, dkk
di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2014 didapatkan sebagian besar pasien
tumor paru berumur > 40 tahun, yakni sebesar 85,2 %. Umur > 40 tahun
pertambahan umur. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh semakin banyaknya
paparan fakor risiko, seperti asap rokok maupun polusi dan bahan zat karsinogenik
44
6.3. Hasil Pemeriksaan Foto Toraks Pasien Tumor Paru
berdasarkan hasil foto toraks ditemukan lebih banyak pada pasien dengan hasil foto
toraks positif sebanyak 50 orang (66,7 %) sedangkan pasien dengan hasil foto toraks
tumor paru yang tidak terdeteksi pada pemeriksaan foto toraks. Di dalam literatur ini
juga dikatakan bahwa angka kegagalan foto toraks dalam mendeteksi adanya tumor
Karakteristik utama tumor paru yang tidak terdeteksi pada pemeriksaan foto toraks,
yaitu opasitas nodular pada parenkim paru bagian perifer, khususnya pada lobus atas
dengan ukuran rata-rata 2,4 cm. Sedangkan, menurut Gigin Lin, et al (2004), tingkat
kegagalan pemeriksaan foto toraks dalam mendeteksi tumor paru hanya sebesar 5,3
%, meskipun di dalam literatur ini dikatakan bahwa variasi tingkat kegagalan foto
yang tidak terdeteksi pada pemeriksaan foto toraks, yaitu tumor paru sentral yang
berbatas tidak tegas dengan densitas intermediet, berukuran rata-rata 2,1 cm. Tetapi,
menurut del Ciello, et al (2012) dan Gigin Lin, et al (2004), selain karakteristik lesi,
faktor lain yang berperan dalam kegagalan mendeteksi tumor paru pada pemeriksaan
foto toraks adalah adanya tumpang-tindih antara tumor dengan struktur dinding dada
dan pem buluh darah. Selain itu, faktor lain yang juga mungkin berpengaruh adalah
kesalahan observer saat menilai hasil foto toraks serta kesalahan teknis dalam
45
6.4. Hasil Pemeriksaan CT-Scan Toraks Pasien Tumor Paru
Berdasarkan hasil penelitian ini, distribusi ukuran tumor pada pasien tumor
paru dengan ukuran < 3 cm sebanyak 3 orang (4,0 %), ukuran 3 – 7 cm sebanyak 35
orang (46,7 %), dan ukuran > 7 cm sebanyak 37 orang (49,3 %). Sedangkan
jangkauan data ukuran tumor adalah 1,32 – 24,00 cm dengan rata-rata 7,55 cm.
tumor paru dengan ukuran tumor > 4 cm, 28,4 % berukuran < 3 cm, dan 14,6 %
dalam penegakan diagnosis tumor paru. Penampakan massa paling banyak ditemukan
pada ukuran tumor yang > 7 cm (22,5%), penampakan bukan massa paling banyak
dengan ukuran tumor (p=0,008). Penelitian yang dilakukan Roth dkk tahun 2008
lebih baik pada lesi yang lebih besar, tetapi hasilnya secara statistik tidak bermakna
menemuk an bahwa tidak ada keganasan pada nodul dengan ukuran diameter di
bawah 5 mm, dan terdapat korelasi antara peningkatan ukuran dan peningkatan
46
kejadian keganasan. sehingga disimpulkan bahwa semakin besar ukuran suatu tumor
pada gambaran radiologis, maka semakin besar kemungkinan tumor tersebut bersifat
memperlihatkan distribusi keadaan tepi tumor pada pasien tumor paru lebih
banyak bertepi irreguler yaitu 64 orang (85,3 %), sedangkan yang bertepi reguler
didapatkan sebanyak 56 % tumor paru dengan tepi reguler, 44 % tumor paru dengan
tepi irregular. Dalam penelitian tersebut pembacaan selain dilakukan secara visual
oleh 2 atau 3 orang ahli radiologi, dilakukan pula dengan bantuan perangkat lunak,
Tumor dengan tepi reguler dan halus biasanya jinak, sekitar 21% tumor
ganas juga memberikan gambaran tepi yang reguler. Sedangkan tumor bertepi
irregular dengan tampilan corona radiata sign mengindikasikan adanya infiltrasi dan
distorsi tumor ke jaringan sekitarnya dan hampir dipastikan bersifat ganas (Tripathi &
Zhen, 2015).
orang (32,0 %) berlokasi di lobus atas paru kanan, 4 orang (5,3 %) di lobus tengah
paru kana
47
n, 9 orang (12,0 %) di lobus bawah paru kanan, 19 orang (25,3 %) di lobus
mempe
orang (32
paru kana
47
atas paru kiri, dan 8 orang (10,7 %) di lobus bawah paru kiri, sedangkan sebanyak 11
banyak pada paru kanan, yaitu sebesar 53,7 %. Hasil penelitian oleh Fariha
Ramadhaniah, dkk (2016), juga menyatakan bahwa tumor lebih banyak pada paru
kanan dengan presentasi 64,5 %. Secara anatomis, paru kanan memiliki ukuran yang
lebih besar dan memiliki 3 lobus jika dibandingkan dengan paru kiri yang hanya
memiliki 2 lobus, sehingga peluang munculnya tumor pada paru kanan lebih besar
tumbuhnya tumor. Sedangkan penelitian Gigin Lin, dkk (2004), lokasi tumor paling
banyak pada lobus superior, yakni sebesar 46 %, sedangkan lobus inferior sebesar 38
lokasi tumor paru paling banyak pada lobus atas paru kanan dengan presentasi
paru kanan sebesar 30,2 %. Hasil yang sama ditunjukkan pula pada penelitian ini
dengan presentasi tumor yang berlokasi di lobus atas paru kanan sebesar 32 %.
6.4.4. Komplikasi
komplikasi yang menyertai tumor. pasien tumor paru tanpa komplikasi penyerta
sebanyak 19 orang (25,3 %), pasien tumor paru yang disertai komplikasi efusi pleura
48
sebanyak 24 orang (32,0 %), Atelektasis sebanyak 4 orang (5,3 %), limfadenopati
sebanyak 1 orang (1,3), destruksi ke dinding dada sedanyak 3 orang (4,0 %),
metastasis sebanyak 3 orang (4,0 %), sedangkan 21 orang (28,0 %) disertai lebih dari
satu komplikasi.
paling sering menyertai pasien tumor paru adalah efusi pleura, yaitu sebesar 31,7 %.
Adanya gambaran cairan dalam rongga pleura yang cepat bertambah atau bersamaan
keganasan paru yang sudah bermetastasis ke pleura. Penelitian yang dilakukan oleh
Agus Suprijono, et al, pada bulan Januari-Desember 2007 di Rumah Sakit Dr.
Moewardi Surakarta mendapatkan hasil dimana tumor paru merupakan faktor risiko
terjadinya efusi pleura, yaitu 11,25 kali lebih besar. Terjadinya efusi pleura pada
tumor paru kerena menumpuknya sel tumor yakan meningkatkan permeabilitas pleura
terhadap air dan protein. Adanya massa tumor mengakibatkan tersumbatnya aliran
pembuluh darah vena dan getah bening, sehingga rongga pleura gagal dalam
memindahkan cairan dan protein. Terjadi ketidakseimbangan, dalam hal ini terjadi
penurunan protein plasma dalam arteri bronkiolus, vena bronkiolus, vena pulmonalis
dan pembuluh getah bening akan menyebabkan transudasi cairan ke rongga pleura,
49
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Tumor Paru di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Januari 2016
Januari 2016 sampai Juni 2017 lebih banyak ditemukan pada kelamin laki-laki.
Periode Januari 2016 sampai Juni 2017 berdasarkan umur paling banyak
Periode Januari 2016 sampai Juni 2017 berdasarkan hasil pemeriksaan foto
toraks lebih banyak ditemukan pasien dengan hasil pemeriksaan foto toraks
positif.
Periode Januari 2016 sampai Juni 2017 berdasarkan ukuran tumor paling
Periode Januari 2016 sampai Juni 2017 berdasarkan keadaan tepi tumor lebih
50
6. Distribusi pasien tumor paru di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Periode Januari 2016 sampai Juni 2017 berdasarkan lokasi tumor paling banyak
Periode Januari 2016 sampai Juni 2017 berdasarkan adanya komplikasi lebih
7.2. Saran
tumor paru di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Januari 2016
variabel lain selain variabel yang digunakan pada penelitian ini agar dapat
51
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Z., 2014. Kanker Paru. In: S. Setiati, et al. eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: InternaPublishing, pp. 2998-3007.
Cardinale, L., Angelino, V., Piacibello, E. & Veltri, A., 2016. The Many Faces of
Lung Cancer. International Journal of Lung Cancer and Clinical Research.
Ciello, A. d. et al., 2017. Missed Lung Cancer: When, Where, and Why?. Diagnostic
and Interventional Radiology, pp. 118-126.
Feng Li, et al. 2004. Malignant versus Benign Nodules at CT Screening for Lung
Cancer: Comparison of Thin-Section CT Findings. Radiology. pp. 793-798.
Guidice, M. E. D., et al., 2014. Guideline for Referral of Patient with Suspected Lung
Cancer by Family Physician and Other Primary Care Providers. Toronto:
Canadian Family Physician, pp. 711-716
Gotway, M. B., Prasad M.P., James F. G. & Bret M. E., 2016. Clinical Aspect of
Lung Cancer. In: Murray & Nadel's Textbook of Respiratory Medicine.
Philadelphia: Elsevier inc, pp. 299-331.
Hollings, N. & Shaw, P., 2002. Diagnostic Imaging of Lung Cancer. European
Respiratory Journal, pp. 722-742.
Hulma, M. A., Basyar, M., Mulyani, H., 2014. Hubungan Karakteristik Penderita
dengan Gambaran Sitopatologi pada Kasus Karsinoma Paru yang Dirawat di
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. pp. 196-201.
Kono, M. & Adachi, S., 2008. The Role of Plain Chest Radiograph in Lung Cancer
Diagnosis. Japanese Journal of Lung Cancer, pp. 11-19.
Lin, G., et al. 2004. Chest Radiographic Findings of Missed Lung Cancers. Chin J
Radiol; 29. pp. 315-321.
Myers, J. L. & Arenberg, D. A., 2016. Benign Lung Tumors. In: Murray & Nadel's
Tex tbook of Respiratory Medicine. Philadelphia: Elsevier inc, p. 991.
52
National Institute of Helath, 2016. [Online]
Available at: https://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/cxray
[Accessed 10 Juni 2017].
Ramadhaniah, F., Mulawarman, A., Suzanna, E., Andalucia, L.R., 2016. Gambaran
Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil dengan Efusi Pleura. J Respir Indo;
36. pp. 60-66.
Ramadhaniah, F., Suzanna, E., Istiawati, S. E., Sariningsih. 2016. Gambaran Klinis
Neurologi Pasien Kanker Paru dengan Metastasis Otak di Rumah Sakit Kanker
Dharmais, Jakarta. J Respir Indo; 36. pp. 11-19.
Silvestri, G. A., Pastis, N. J., Tanner, N. T. & Jett, J. R., 2016. Clinical Aspect of
Lung Cancer. In: Murray & Nadel's Textbook of Respiratory Medicine.
Philadelphia: Elsevier inc, pp. 940-964.
Suprijono, A., Chodidjah., Cahyono, A. T., 2011. Kanker Paru Merupakan Faktor
Risiko Terjadinya Efusi Pleura Di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Jurnal
Unisulla. pp. 1-13.
Syahruddin, E., Pratama, A. D., Arie, N. 2010. A Retrospective Study : Clinical and
Diagnostic Characteristics in Advanced Stage of Lung Cancer Patients with
Pleural Effussion in Persahabatan Hospital 2004 – 2007. J Respir Indo; 30. pp.
146-151.
Tandi, M., Tubagus V.N., Simanjuntak, M.L., 2016. Gambaran CT-Scan Tumor Paru
di Bagian/ SMF Radiologi RSUP Prof. Dr. R. Kandou Manado Periode Oktober
2014 - September 2015. Journal e-Clinic (eCl). pp. 140-145.
Toyoda, Y., T Nakayama, Y. K., Iso, H. & Suzuki, T., 2008. Sensitivity and
Specificity of Lung Cancer Screening Using Chest Low-dose Computed
Tomography. British Journal of Cancer, pp. 1602-1607.
Tripathi, S., Zhen, X.Q., 2015. Differentiation of Benign and Malignant Solitary
Pulmanary Nodule. Scientific Research Publishing. pp. 18-24.
53
Wahyuni, T. D., Swidaramoko, B., Rogayah, R., Hidayat, H., 2011. The Positive
Result Of Cytology Brushing At Flexible Fiberoptic Bronchoscopy Compared
with Transthoracic Needle Aspiration in Central Lung Tumor. J Respir Indo;
31. pp. 22-31
Wilson, L. M., 2006. Tumor Ganas Paru. In: S. A. Price & L. M. Wilson, eds.
Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC, pp. 843-
849.
Xu, D. M., et al. 2008. Limited value of shape, margin and CT density in the
discrimination between benign and malignant screen detected solid pulmonary
nodules of the NELSON trial. European Journal of Radiology; 68. pp. 347-352.
54