Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

PENGOBATAN HERBAL UNTUK KESEHATAN REPRODUKSI


WANITA

Disusun oleh:
Pravangesta Anggit Anjasmara
1713020014

Pembimbing:
dr. Danang Ardiyanto

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENGOBATAN HERBAL


BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus yang berjudul:


“Pengobatan Herbal Untuk Kesehatan Reproduksi Wanita”

Yang disusun oleh:


Pravangesta Anggit Anjasmara
1713020014

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing:


dr. Danang Ardiyanto

Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan


Kepaniteraan Ilmu Pengobatan Herbal

Periode 25 Maret – 20 April 2019

Tawangmangu, April 2019


Pembimbing

dr. Danang Ardiyanto

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya yang begitu besar
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus yang berjudul
“Pengobatan Herbal Untuk Kesehatan Reproduksi Wanita” pada Kepaniteraan Ilmu
Herbal di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional Tawangmangu.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian laporan kasus ini,
terutama kepada dr. Danang Ardiyanto selaku pembimbing yang telah memberikan
waktu dan bimbingannya sehingga laporan kasus ini dapat terselesaikan.

Penulis berharap referat ini dapat menambah pengetahuan dan memahami lebih
lanjut mengenai “Pengobatan Herbal Untuk Kesehatan Reproduksi Wanita” serta
salah satunya untuk memenuhi tugas yang diberikan pada Kepaniteraan Ilmu Herbal
di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
Tawangmangu.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan referat ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu, segala kritik dan saran dari semua pihak yang
membangun guna menyempurnakan referat ini sangat penulis harapkan. Demikian
yang penulis dapat sampaikan, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi berbagai
pihak.

Tawangmangu, April 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................1


A. LATAR BELAKANG ..................................................................................1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................3


A. Kesehatan Reproduksi Wanita ......................................................................3
B. Pengobatan Herbal Untuk Kesehatan Reproduksi Wanita ...........................5
1. Pegagan (Centella asiatica (L.) ..............................................................5
2. Kunyit (Curcumae Domesticae Rhizoma) .............................................8
3. Jeruk Purut (Citrus hystrix) ...................................................................12
4. Bawang Putih (Allium sativum).............................................................14

BAB III. PENUTUP ...............................................................................................18


A. KESIMPULAN ............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan reproduksi perlu di perhatikan, baik laki-laki maupun
perempuan, namun yang dijadikan fokus adalah organ reproduksi perempuan
karena banyaknya penyakit yang dapat mengenai organ reproduksi perempuan.
Pada umumnya kesehatan reproduksi terganggu di karenakan masalah-masalah
yang tidak diduga. Organ reproduksi perempuan secara anatomis terlindungi dan
terletak di antara tulang panggul dan tulang kemaluan. Di samping itu posisinya
telah dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada cairan yang dapat menggenang
didalamnya. Organ reproduksi perempuan merupakan tabung terbuka dengan
vagina sebagai mulutnya, sehingga merupakan port d‘entry dari berbagai
kontaminasi. Baik air, udara, pakaian mau pun dari alat kelamin laki-laki (bagi
yang bersuami). Meski pun di dalam organ tersebut terdapat antibodi khusus
yang dapat melindungi dari berbagai kontaminasi dari luar, namun tidak dapat
sepenuhnya untuk melindungi. Hal inilah yang mengakibatkan organ reproduksi
perempuan mudah mengalami gangguan kesehatan, baik infeksi akut mau pun
kronis.17
Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan produk herbal yang
kualitasnya setara dengan obat modern Hasanudin Makasar. Sistem pengobatan
tradisional yang menggunakan bahan yang bersumber dari alam atau yang biasa
disebut dengan pengobatan herbal oleh karena itu pengobatan menggunakan
herbal menjadi pilihan utama dalam masalah pengobatan terutama masyarakat
pedalaman. Penggunaan obat tradisional bertujuan untuk memelihara kesehatan
dan menjaga kebugaran, pencegahan penyakit.18 Masyarakat saat ini memiliki
pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan obat untuk kesehatan reproduksi
wanita karena telah dilakukan secara turun menurun berdasarkan pengalaman
yang diperoleh dari warisan para leluhur. Adapun contoh penggunakaan tanaman

1
obat khusus repoduksi wanita, salah satunya adalah penelitian Mulyadi (2014) di
Desa Panding Jaya Kabupaten Sintang yaitu asam kandis untuk obat pasca
melahirkan, kantong semar untuk penjarangan kehamilan, kacik patimah
digunakan untuk obat memperlancar persalinan, peluruh haid dan membuat
tubuh sejuk sehabis melahirkan.19

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Reproduksi Wanita


Kesehatan reproduksi perempuan tidak dapat dipisahkan dari kesehatan
organ reproduksinya. Kondisi organ reproduksi yang tidak sehat sering
mengakibatkan gangguan hasil reproduksi itu sendiri. Beberapa hal yang sering
mengakibatkan gangguan kesehatan reproduksi perempuan diantaranya adalah
infeksi (vagina, rahim, mulut rahim, saluran indung telur dan indung telur),
gangguan hormon, adanya pertumbuhan massa tumor (jinak, ganas), sumbatan
kelenjar dan kelainan bentuk (rahim, saluran indung telur, vagina).16
Infeksi pada organ reproduksi perempuan umumnya akan menghasilkan
cairan (fluor albus) dan mengakibatkan peningkatan keasaman cairan di rahim
mau pun vagina. Hal ini berakibat iritasi berkepanjangan pada organ reproduksi
tersebut, sehingga akan meningkatkan kesulitan untuk mendapat keturunan. Juga
menyebabkan nyeri menstruasi yang berkepanjangan. Infeksi dan iritasi
berkepanjangan juga dapat meningkatkan resiko terjadinya pertumbuhan massa
tumor.16
Gangguan hormon mengakibatkan gangguan siklus menstruasi, sehingga
dapat mengganggu pematangan sel telur. Seringkali perempuan yang mengalami
gangguan hormonal mengeluh sering terlambat menstruasi/siklus menstruasi
memanjang. Bahkan tidak sedikit yang sampai beberapa bulan bahkan beberapa
tahun tidak mengalami menstruasi. Pertumbuhan massa tumor sering
menyebabkan nyeri menstruasi dan terjadinya perdarahan banyak sewaktu haid
mau pun di luar masa haid. Tumor yang paling sering terjadi adalah tumor ganas
pada mulut rahim/kanker serviks. Beberapa hal yang dianggap menjadi penyebab
penyakit yang menggangu kesehatan reproduksi ini adalah:17
1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan usia muda.

3
Faktor ini merupakan faktor resiko utama. Semakin muda seorang perempua
melakukan hubungan seks, semakin besar resiko untuk terkena kanker
serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan
hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih
besar dari pada yang melakukannya pada usia lebih dari 20 tahun.
2. Berganti-ganti pasangan seksual.
Perilaku seksual dengan bergantiganti pasangan seks akan meningkatkan
penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi human
papilloma virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya resiko
kanker serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10
kali lipat pada perempuan yang mempunyai pasangan seksual 6 orang atau
lebih. Di samping itu, virus herpes simpleks tipe-2 dapat menjadi faktor
pendamping.
3. Merokok.
Perempuan perokok memiliki resiko 2 kali lebih besar besar terkena kanker
serviks dibandingkan perempuan bukan merokok. Penelitian menunjukkan,
lendir serviks pada perempuan perokok mengandung nikotin dan zat-zat
lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya
tahan serviks di samping itu merupakan ko-karsinogen infeksi virus.
4. Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang. Menggunakan obat oral
pengontrol kelahiran untuk waktu yang lama (5 tahun atau lebih) dapat
meningkatkan risiko kanker leher rahim di antara perempuan dengan infeks
HPV.
5. Kehamilan yang sering/terlalu banyak anak.
Studi-studi menyarankan bahwa melahirkan banyak anak-anak dapat
meningkatkan risiko kanker leher rahim diantara perempuan dengan infeksi
HPV.
6. Penyakit menular seksual.

4
Perempuan dengan banyak mitra seksual mempunyai risiko yang lebih tinggi
terkena kanker leher rahim. Perempuan berhubungan seksual dengan pria
yang mempunyai banyak mitra seksual berisiko lebih tinggi terkena kanker
leher rahim. Pada kedua kasus tersebut, risiko terkena kanker leher rahim
lebih tinggi karena perempuan ini mempunyai resiko infeksi HPV yang lebih
tinggi dari rata-rata.

B. Pengobatan Herbal Untuk Kesehatan Reproduksi Wanita


1. Pegagan (Centella asiatica (L.)
a. Klasifikasi12
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Umbillales
Famili : Umbilliferae (Apiaceae)
Genus : Centella
Spesies : Centella asiatica
b. Deskripsi dan Morfologi
Tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) dengan sinonim
Hydrocotyle asiatica L. Pes, berasal dari daerah tropis di Asia.
Berdasarkan klasifikasi taksonomi, pegagan termasuk ke dalam divisi
Spermatophyta. subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo
Umbillales, famili Umbilliferae (Apiaceae), genus Centella, spesies
Centella asiatica (L.) Urban atau Hidrocotyle asiatica Linn (Heyne
1987). Januwati et al. (2002) menyimpulkan pegagan termasuk famili
Umbelliferae atau Apiaceae. Keragaan tanaman pegagan disajikan pada
Gambar 1. Pegagan memiliki nama berbeda-beda, bergantung pada
daerahnya. Di Jakarta dan Aceh namanya pegagan, di Jawa Barat
disebut antanan, masyarakat Sumatera menyebutnya kaki kuda, dan
masyarakat Madura menamainya tikusan dan masyarakat Bali

5
menyebutnya taiduh.2 Masih banyak lagi nama lokal pegagan, seperti
kori-kori (Halmahera), gagan-gagan atau panigowang (Jawa), pegago
(Minangkabau), dogauke atau sandanan atau gogauke (Papua), kalotidi
manora (Maluku), dan bebile (Lombok).1

Gambar 2.1. Tanaman Pegagan

Daun pegagan yang memiliki nama ilmiah Centella Asiatica adalah


sejenis tanaman liar yang berasal dari keluarga rumput. Anda bisa
dengan mudah menemukan rumput liar ini di sawah, tepi jalan, dan juga
pekarangan rumah. Tanaman yang memiliki bentuk daun lebar ini
diperkirakan berasal dari wilayah Asia dan daerah tropis. Di Indonesia
sendiri, tanaman ini memiliki banyak nama panggilan, beberapa
diantaranya adalah daun kaki kuda dan juga daun antanan.1
Ciri-ciri tanaman pegagan berikut ini:2
1) Pegagan termasuk ke dalam tanaman terna yang hidup sepanjang
tahun.
2) Tanaman ini memiliki bunga dengan warna merah dan putih.
3) Pegagan juga memiliki buah yang kecil menggantung serta
mempunyai bentuk yang pipih atau lonjong dengan aroma yang
wangi dan rasanya pahit.

6
4) Pegagan termasuk tanaman yang tidak berbatang, namun memiliki
rimpang dengan ukuran pendek dan stolon-stolon yang merayap
dengan panjang rimpang berkisar anntara 10-80 cm.
5) Akar pegagan keluar dari bonggol serta banyak percababngannya
dan biasanya dari percangan tersebut berbetuk individu atau
tumbuhan baru.
6) Pegagan memiliki daun tunggal, bertangkai berkisar sekitar 5
sampai 15 cm, berbentuk menyerupai ginjal, bergerigi dan tersusun
dalam roset yang terdiri dari 2-10 helai daun yang terkadang juga
ada rambutnya.
c. Kandungan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Raden (2011),
membuktikan bahwa pegagan mempunyai sifat fitoestrogen.
Fitoestrogen adalah suatu substrat dari tanaman yang memiliki
aktivititas seperti ekstrogen. Estrogen menyebabkan meningkatnya
vaskularisasi dan aktivitas mitosis uterus yang lebih besar
mengakibatkan organ bertambah berat.5 Kandungan ekstrak pegagan
adalah triterpenoid saponin dengan komposisi utama asiatikosida,
madekasosida.4 Dari segi fertilitas bahan aktif triterpenoid saponin ini
dapat meningkatkan perkembangan folikel ovarium.3
d. Uji Klinis
Sebuah studi kasus pada pasien dengan siklus haid yang tidak teratur
(Siklus menstruasi rata-rata 70-90 hari, dan lamanya menstruasi 12
hari). Diberikan terapi herbal berupa serbuk pegagan (Centella asiatica
(L.)) dengan dosis 0,3 gr yang dikonsumsi setiap hari setelah makan
selama 25 hari. Didapatkan hasil adanya perubahan siklus menstruas
dari 76 hari menjadi 41 hari, maka siklus menstruasi menjadi pendek.6

7
2. Kunyit (Curcumae Domesticae Rhizoma)
a. Klasifikasi12
Curcumae Domesticae Rhizoma
Nama lain : kunyit, kunir
Nama tanaman asal : curcumae domestica
Nama daerah : kunyir (sunda), temo koneng (madura), kunir
(jawa tengah), cahang (dayak panyambung), kunyit (melayu), rame
(irian kapaur), kurlai (roti), kunit (banjar)
Nama asing : Jiang Huang (Cina)
Keluarga : zingiberaceae
Zat berkhasiat : minyak atsiri, (tumeron, zingiberen,
seskuiterpen alcohol), kurkumin, damar
Penggunaan/pemerian : karminativa, anti diare, kolagoga, skabisida
Bagian yang digunakan : akar tinggal
Waktu panen : dilakukan pada waktu berumur 1 tahun atau
lebih dari waktu tanam
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Klasifikasi Tanaman kunyit dengan urutan taksonomi7:
- Divisi : Spermatophyta
- Subdivisi : Angiospermae
- Kelas : Monocotyledonae
- Ordo : Zingiberales
- Family : Zungiberaceae
- Genus : Curcuma
- Spesies : Curcuma domestika
b. Deskripsi
Kunyit merupakan tanaman berupa semak dan bersifat tahunan
(perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit
tumbuh subur dan liar disekitar hutan atau bekas kebun. Tanaman ini

8
diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 300-1600 m dpl, ada
juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Kata Curcuma
berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada tahun 77-
78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai Cyperus menyerupai
jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak beracun.7
Kunyit termasuk salah satu tanaman rempah dan obat, habitat
asli tanaman ini meliputi wilayah Asia khususnya Asia Tenggara.
Tanaman ini mengalami persebaran ke daerah Indo-Malaysia, Indonesia,
Australia bahkan afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan India serta
bangsa Asia umumnya pernah mengkonsumsi tanaman rempah ini, baik
sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan
dan kecantikan. Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat
bisdesmetoksikurkumin dan zat-zat manfaat lainnya. Kandungan zat:
kurkumin, detoksikurkumin, bisdemetoksikurkumin, sisanya minyak
atsiri, lemak, karbohidrat, protein pati, vitamin C, garam-garam, mineral
(zat besi, fosfor, dan kalsium).7
Kunyit merupakan rempah-rempah yang sering digunakan,
terutama untuk kari. Di daerah Jawa, kunyit banyak digunakan sebagai
ramuan jamu karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan,
mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan.
Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu sebagai bahan obat tradisional,
bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak,
peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu juga
bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah
kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol,
serta sebagai pembersih darah.7
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm.
Batang merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang
dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak

9
lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-
40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau
pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk
batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar
1,5 cm, berwarna putih atau kekuningan. Ujung dan pangkal daun
runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga
kecokelatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.7
Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan obat
tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu
masak, peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu juga
bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah
kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol,
serta sebagai pembersih darah.Untuk dibuat simplisia dan atau bubuk
minuman/jamu, lulur (kosmetik), pil (obat), bumbu masak, zat pewarna
makanan nasi/lauk pauk dan tekstil.7
Zat warna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh
dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun,
biji ataupun bunga. Pengrajin-pengrajin batik telah banyak mengenal
tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa
diantaranya adalah : daun pohon nila (indofera), kayu tegeran (Cudraina
javanensis), kunyit (Curcuma), teh, akar mengkudu (Morinda citrifelia),
kulit soga jambal (Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana),
daun jambu biji (Psidium guajava).7

10
Gambar 2.2. Kunyit
c. Kandungan
Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut
kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin sebanyak
10% dan bisdestoksikurkumin sebanyak 1-5% dan zat – zat bermanfaat
lainya seperti minyak atsiri yang terdiri dari Keton sesquiterper,
turmeron, tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol,
dan sineil. Kunyit juga mengandung lemak sebnyak 1-3 %, Karbohidrat
sebanyak 3%, Protein 30%, Pati 8%, Vitamin C 45-55%, dan garam –
garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan kalsium.7
Kunyit adalah obat herbal yang digunakan untuk mengobati
berbagai penyakit, yang salah satunya yaitu keputihan atau kandidiasis
vaginalis. Yang digunakan adalah rimpangnya yang mengandung
munyak atsiri 3-5% (fellandrene, sabinene, seneol, borneol, zingiberene,
kurkumin, turmeron, kamfene, kamfor, sesquiterpene, asam kafrilat,
asam metoksisinamat, dan tolilmetil karbinol). Minyak atsiri dan
kurkumin telah menunjukkan dapat menyembuhkan luka dan
menghambat aktivitas jamur pathogen.8
d. Uji Klinis
Sebuah penelitian pada 28 remaja putri yang mengalami
keputihan, dan dibagi menjadi keputihan sedang dan berat di desa
Cebongan Kidul, Sleman, Yogyakarta. Diberikan air rebusan rimpang

11
kunyit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan
signifikan pemberian air rebusan kunyit terhadap kejadian keputihan
pada remaja putri di dusun Cebongan Kidul, Sleman, Yogyakarta.9
3. Jeruk Purut (Citrus hystrix)
a. Klasifikasi12
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Super Divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Sapindales
Famili: Rutaceae
Genus: Citrus
Spesies: Citrus hystrix
b. Deskripsi
Daun majemuk menyirip beranak daun satu. Tangkai daun sebagian
melebar menyerupai anak daun. Helaian anak daun berbentuk bulat telur
sampai lonjong, pangkal membundar atau tumpul, ujung tumpul sampai
meruncing, tepi beringgit, panjang 8-15 cm, lebar 2-6 cm, kedua
permukaan licin dengan bintik-bintik kecil berwarna jernih, permukaan
atas hijau tua agak mengilap, permukaan bawah hijau muda atau hijau
kekuningan, buram, jika diremas baunya harum. Bunganya berbentuk
bintang, berwarna putih kemerah-merahan atau putih kekuning-
kurningan. Buah bulat telur, kulit hijau berkerut, berbenjol-benjol, rasa
asam agak pahit.11

12
Gambar 2.3. Jeruk Purut

c. Kandungan
Daun mengandung tannin 1,8%, steroid triterpenoid, dan minyak asiri 1-
1,5% v/. Kulit buah mengandung saponin, tannin 1%, steroid
triterpenoid, dan minyak asiri yang mengandung sitrat 2-2,5% v/b.11
d. Uji Preklinik
Penelitian yang dilakukan pada tanggal 20 Oktober - 4 Desember 2014
di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 6 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah kontrol (tanpa
perlakuan) dan tikus putih betina yang diberi ekstrak daun jeruk purut
dengan 3 dosis yang berbeda (250 mg/kg BB, 500 mg/kg BB, dan 750
mg/kg BB). Analisis data menggunakan Anova 1 jalan dan uji Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah folikel ovarium tikus putih
yang tertinggi adalah pada perlakuan dosis 750 mg/kg BB. Jumlah
folikel primer, sekunder, tertier, dan de graff tertinggi secara berurutan
adalah 6,17, 4,19, 2,56, dan 1,28. Rerata jumlah folikel ovarium tikus
putih betina yang terendah adalah perlakuan kontrol, dengan jumlah
folikel primer, sekunder, tertier, dan de graff secara berurutan 2,86,
2,64, 1,22, dan 0,41. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh ekstrak

13
daun jeruk purut terhadap peningkatan jumlah folikel ovarium tikus
putih.10
4. Bawang Putih (Allium sativum)
a. Klasifikasi12
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Liliales
Suku : Liliaceae
Marga : Allium
Jenis : Allium sativum L
b. Deskripsi
Batang: kecil (corpus), 0,5 – 1 cm.
Daun: bangun garis, kompak, datar, lebar 0,4 – 1,2 cm, pangkal pelepah
membentuk umbi, bulat telur melebar, anak umbi, bersudut, dibungkus
oleh selaput putih, pelepah bagian atas membentuk batang semu.
Bunga: susunan majemuk payung sederhana, muncul disetiap anak
umbi, 1-3 daun pelindung, seperti selaput.
Tenda bunga: enam daun, bebas atau berlekatan di pangkal, bentuk
memanjang, meruncing, putih-putih kehijauan.
Umbi lapis Allium sativum L. berupa umbi majemuk berbentuk hampir
bundar, garis tengahnya 4 – 6 cm terdiri dari 8 – 20 siung seluruhnya
diliputi 3 – 5 selaput tipis serupa kertas berwarna agak putih, tiap siung
diselubungi oleh 2 selaput serupa kertas, selaput luar warna agak putih
dan agak longgar, selaput dalam warna merah muda dan melekat pada
bagian padat dari siung tetapi mudah dikupas; siung bentuk membulat
dibagian punggung, bidang samping rata atau agak bersudut.13

14
Gambar 2.4. Bawang Putih

c. Kandungan
Kandungan kimia dari Allium sativum L. yang memiliki aktivitas
biologi dan bermanfaat dalam pengobatan adalah senyawa organosulfur.
Kandungan senyawa organosulfur ini antara lain:
1) Senyawa S-ak(en)-il-L-Sistein sulfoksida (ACSOs), contohnya
alliin dan γ-glutamilsistein, senyawa yang paling banyak terdapat
dalam bawang putih. Alliin bertanggung jawab pada bau dan
citarasa bawang putih, asam amino yang mengandung sulfur, dan
digunakan sebagai prekusor allicin. Alliin dan senyawa sulfoksida
yang lain, kecuali sikloalliin, segera berubah menjadi senyawa
thiosulfinat, seperti allicin, dengan bantuan enzim alliinase ketika
bawang putih segar dicincang, dipotong, maupun dikunyah secara
langsung. Alliin memiliki potensi sebagai antibakteri.14
2) Senyawa sulfur yang volatil seperti allicin. Allicin merupakan
senyawa yang kurang stabil, adanya pengaruh air panas, oksigen
udara, dan lingkungan basa, mudah sekali terdekomposisi menjadi
senyawa sulfur yang lain seperti dialil sulfida.14

15
3) Senyawa sulfur yang larut dalam lemak seperti diallyl sulfide
(DAS) dan diallyl disulfide (DADS) memiliki kemampuan sebagai
antikanker.14
4) Senyawa sulfur larut air yang non volatil seperti S- allil sistein
(SAC), yang terbentuk dari reaksi enzimatik γ-glutamilsisteine
ketika bawang putih diekstraksi dengan air (Amagase, 2001). SAC
banyak terdapat dalam berbagai macam sediaan bawang putih,
merupakan senyawa yang memiliki aktivitas biologis, sehingga
adanya SAC dalam sediaan bawang putih sering dijadikan standar
bahwa sediaan bawang putih tersebut layak dikonsumsi atau tidak.14
d. Uji Klinis
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vitro terhadap
kultur sel kanker serviks uteri HeLa. Sampel dibagi menjadi 4
kelompok, yaitu kelompok 1 adalah kultur sel HeLa yang tidak diberi
ekstrak air bawang putih, kelompok 2 adalah kultur sel HeLa yang
diberi ekstrak air bawang putih dengan konsentrasi 250μg/mL,
kelompok 3 adalah kelompok 2 adalah kultur sel HeLa yang diberi
ekstrak air bawang putih dengan konsentrasi 500μg/mL,sedangkan
kelompok 4 adalah kultur sel HeLa yang diberi ekstrak air bawang putih
dengan konsentrasi 1000μg/mL. Kepada masing-masing kelompok
dilakukan perhitungan jumlah apoptosis dan nekrosis pada kultur sel
HeLa menggunakan imunohistokimia TUNEL. Data dianalisis secara
statistik menggunakan metoda ANOVA lalu dilakukan analisis lanjutan
dengan menggunakan ANOVA dan Post Hoc test metode Tukey HSD.
Hasil menunjukan ekstrak bawang putih meningkatkan jumlah apoptosis
kultur sel HeLa pada konsentrasi 1000μg/mL dan meningkatkan
nekrosis pada konsentrasi 500μg/mL dan 1000μg/mL. Terdapat variasi
kematian sel yang bermakna yaitu apoptosis dan nekrosis pada kultur sel
HeLa yang diberi ekstrak bawang putih konsentrasi 500μg/mL

16
dan1000μg/mL. Hal ini disebabkan kandungan allicin, DADS dan DAS
pada bawang putih yang dapat menyebabkan supresi faktor survival sel
dan meningkatkan (Ca2+) intraseluler.15

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan reproduksi wanita merupakan masalah penting bagi dunia
kesehatan. Wanita terutama remaja perempuan seharusnya memiliki pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi untuk menurunkan angka kejadian masalah
kesehatan reproduksi pada wanita. Beberapa masalah kesehatan reproduksi
wanita antara lain siklus haid yang tidak teratur, keputihan, infertilitas, dan juga
kanker serviks.
Pengobatan herbal merupakan salah satu pilihan bagi masyarakat untuk
mengatasi permasalahan kesehatan, pada referat ini tentunya yang berhubungan
dengan kesehatan reproduksi wanita. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk
meneliti efek dari beberapa tanaman herbal untuk berbagai masalah kesehatan
reproduksi wanita. Tanaman-tanaman herbal tersebut antara lain serbuk pegagan
yang dapat memperbaiki siklus menstruasi pada wanita, air rebusan rimpang
kunyit yang berefek menurunkan gejala keputihan, ekstrak daun jeruk purut yang
dapat meningkatkan kesuburan dengan meningkatkan jumlah folikel ovarium
pada tikus putih betina, ekstrak air bawang putih dapat meningkatkan apoptosis
dan nekrosis pada kultur sel kanker serviks.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Santa IGP, Bambang PEW. 1992. Studi Taksonomi Centella asiatica (L.).
Urban. Warta Tumbuhan Obat Indonesia 1(2): 46-48.
2. Januwati M dan Muhammad H. 1992. Cara Budidaya Pegagan (Centella
asiatica (L.). Warta tumbuhan Obat Indonesia 1(2): 42-44
3. Fitriyah. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica
(L.) Urban) terhadap Perkembangan Folikel Ovarium Mencit (Mus musculus).
Skripsi UIN Maulana Malik Ibrahim. Malang.
4. Prabowo. 2002. Centella Anti Radang. Jakarta : PT Intisari Mediatama
5. Suttner, A.M., Danilovich, N.A., Banz, W.J., Winter, T.A. 2005. Soy
Phytoestrogen Effects on Ovarium Function (Abstract). Society for the Study
of Reproduction
6. Prayuni, D.E., Imandiri, A., Adianti, M. Terapi Menstruasi Tidak Teratur
Dengan Akupunktur Dan Herbal Pegagan (Centella Asiatica (L.)). Journal of
Vocational Health Studies 02 (2018): 86–91
7. Mahendra, B. 2005. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Penebar Swadaya:
Jakarta
8. Maryance. 2007. Pengaruh Dekok Kunyit (Curcuma Longa Linn) Terhadap
Zona Hambat Candida albicans Secara In Vitro.
9. Ridhowati, S. 2011. Pengaruh Pemberian Air Rebusan Kunyit Terhadap
Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri di Dusun Cebongan Kidul Tlogodadi
Mlati Sleman Yogyakarta. Skripsi
10. Yatimin. (2017).Pengaruh Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix DC)
terhadap Jumlah Folikel Ovarium Tikus Putih (Rattus novergicus Strain
Wistar) Betina sebagai Sumber Belajar Biologi. Other thesis, University of
Muhammadiyah Malang
11. Dalimarta setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor: Trubus

19
12. Citrosupomo, Gembong. 1993. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
13. Sudarsono, A. Pudjoarinto, D. Gunawan, S. Wahyono, I.A. Donatus, M.
Dradjad, S. Wibowo dan Ngatidjan. 2006. Tumbuhan Obat 1. Yogyakarta:
Pusat Penelitian Obat Tradisional Universitas Gadjah Mada
14. Amagase, H., B.L. Petesch, H. Matsuura, S. Kasuga, dan Y. Itakura. 2001.
Intake of Garlic and Its Bioactive Components. The Journal of Nutrition
131:955S-962S
15. Yuniarti, L., Tejasari, M., Pubaningsih, W., Pratama, E. 2011. Efek
Kemoterapi Ekstrak Bawang Putih Pada Kanker Serviks Uteri. Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Bandung. Vol 2, No.1.
16. Aisyaroh, N. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja. Jurnal Majalah Ilmiah
Sultan Agung diterbitkan oleh Unissula.www.unissula.ac.id.
17. Kusmiran, E. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:
Salemba Medika
18. Husain, N A.2015. Studi Etnobotani dan Identifikasi Tumbuhan Berkhasiat
Obat Berbasis Pengetahuan Lokal.Skripsi Universitas Hasanudin.Makasar.
19. Mulyadi, Tavita GE, Yusro F. 2013. Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat di
Desa Panding Jaya Kecamatan Ketungau Tengah Kabupaten Sintang. Jurnal
Hutan Lestari Vol 2(3) Hal 134-141

20

Anda mungkin juga menyukai