2017
OLEH :
MARIA AYU F MONAR
C111 14 808
PEMBIMBING :
Dr. dr. RISNA HALIM MUBIN, Sp.PD.
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2017
i
KARAKTERISTIK PENDERITA HIV/AIDS DENGAN INFEKSI
OPORTUNISTIK KANDIDIASIS ORAL DI RUMAH SAKIT WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR PERIODE JANUARI - JUNI 2016
SKRIPSI
C111 14 808
Pembimbing :
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2017
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar akhir di Departemen Ilmu Penyakit
iii
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Makassar
Tanggal : 26 September 2017
iv
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
Judul Skripsi :
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan
skripsi ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
Universitas Hasanuddin. Jutaan terima kasih dengan tulus ikhlas kepada kedua
orangtua yang telah dengan sabar, tabah, dan penuh kasih saying serta selalu
memanjatkan doa dan dukungannya selama masa studi penulis. Secara khusus
penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada Dr. dr.
Risna Halim Mubin, Sp.PD. selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktu dan sabar memberikan arahan, koreksi, dan bimbingannya tahap demi
tahap penyusunan skripsi ini. Waktu yang beliau berikan merupakan kesempatan
berharga bagi penulis untuk belajar. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada :
dan staf
Makassar
5. Kepada tim penguji yaitu Dr. dr. Harun Iskandar, Sp.PD, Sp.P(K) dan dr.
vi
6. Ibu tercinta Suwarti Wasugai dan Ayah tercinta Edward Monar yang telah
penuh kasih
yang diberikan
9. Para sahabat penulis yang selalu mendukung, Susan, Kevin Colin, Nendy,
10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan, untuk
itu dengan segala kerendahan hari, penulis menerima kritik dan saran dari semua
keterbatasan yang ada, mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang
banyak. Akhirnya penulis berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
memberikan imbalan yang setimpal kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
Penulis
vii
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Agustus, 2017
Maria Ayu F Monar, C111 14 808
Dr. dr. Risna Halim Mubin , Sp.PD.
Karakteristik Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik Kandidiasis
Oral di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Januari -
Juni 2016
(xvii + 58 halaman + lampiran)
ABSTRAK
Latar belakang : HIV adalah virus sitopatik yang berasal dari famili retrovirus
yang mampu menginfeksi tubuh dalam periode inkubasi yang lama dan
menyebabkan tanda dan gejala AIDS. Human immunodeficiency virus menyerang
sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh penderita
sehingga meningkatkan infeksi oportunistik seperti Kandidiasis Oral. >90%
individu yang terjangkit HIV mengalami infeksi oportunistik yang dapat
memperberat sistem kekebalan tubuh dan penyembuhan pasien.
Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross
sectional, melalui penggunaan rekam medik penderita HIV/AIDS dengan infeksi
oportunistik kandidiasis oral sebagai data penelitian. Teknik pengambilan sampel
dengan menggunakan metode total sampling
Hasil : Jumlah penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik kandidiasis oral
di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari – Juni 2016
didapatkan sebanyak 30 orang. Diketahui bahwa secara keseluruhan kelompok
jenis kelamin 23 orang (76,67%) diantaranya adalah laki-laki dan 7 orang
(23,33%) adalah perempuan, pasien pada usia < 25-35 tahun yaitu 17 orang
(56.67%), diikuti rentang usia 36-40 tahun yaitu 3 orang (10,00%), kemudian
rentang usia >40 tahun yaitu 10 orang (33,33%). Status gizi pada pasien 21 orang
(70,00%) yang memiliki gizi kurang, terdapat juga pasien dengan gizi normal
yaitu 6 orang (20,00%) serta pasien dengan gizi lebih yaitu 3 orang (10,00%) dan
kadar CD4 yaitu <100 yaitu 28 orang (93,33%), pasien dengan kadar CD4 100-
350 yaitu 1 orang (3,33%) dan pasien dengan kadar CD4 >350 yaitu 1 orang
(3,33%). Adapun faktor resikonya 28 orang (93,33%), kemudian faktor resiko
melalui perinatal yaitu 2 orang (6,67%), sedangkan faktor resiko melalui
paraenteral tidak didapatkan. Jumlah limfosit total yang didapatkan 27 orang
(90,00%) diantaranya memiliki jumlah limfosit total <1000 sedangkan sisanya
sebanyak 3 orang (10,00%) memiliki jumlah limfoit total >1200. Dari data yang
diperoleh, tidak ada pasien yang memiliki kadar limfosit 1000-1200.
Kesimpulan : Sebagian besar kasus HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik
Kandididiassi Oral di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari
– Juni 2016 adalah usia < 25- 35 tahun, laki-laki dengan faktor resiko melalui
seksual dan status gizi yang kurang. Selain itu sebagian besar memiliki kadar CD4
<100 sel/mm3, hitung limfosit total <1000 sel/mm3.
Kata Kunci : Karakteristik, HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik Kandidiasis
Oral, Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar
viii
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Agustus, 2017
Maria Ayu F Monar, C111 14 808
Dr. dr. Risna Halim Mubin , Sp.PD.
Karakteristik Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik Kandidiasis
Oral di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Januari -
Juni 2016
(xvii + 58 halaman + lampiran)
ix
DAFTAR ISI
Halaman
BAB 1 PENDAHULUAN
x
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................ 3
xi
3.3 Definisi Operasional ................................................................... 34
xii
7.1 Kesimpulan ............................................................................ 52
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.4 Kriteria Interpretasi Tes anti-HIV dan Tindak Lanjutnya ........... 15
xiv
DAFTAR GRAFIK
xv
DAFTAR GAMBAR
CD4 ...........................................................................................20
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Jadwal Penelitian
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
2010 terdapat 3.3 juta kasus sedangkan pada tahun 2015 terjadi peningkatan
terhadap kasus HIV/AIDS yaitu sebanyak 36.7 juta kasus (Unaids, 2015) dan
tahun 2001 frekuensi Kandidiasis Oral (KO) antara 5,8% sampai 98,3%.
1
penelitian Shiboski dan kawan-kawan, kejadian KO meningkat pada usia
dengan HIV&AIDS disebabkan terutama oleh faktor jumlah sel CD4 yang
oleh beberapa faktor seperti virulensi dari spesies kandida, imunitas selular
yang diperankan terutama oleh sel CD4 dan imunitas alamiah oleh sel
kolonisasi Candida spp. Pada mukosa mulut, virulensi Candida spp., dan
kerusakan dari sistem imun mukosa dan progresifitas dari infeksi HIV
(Egusa, et, al., 2008). Insidens dari candidiasis oral meningkat setelah
seseorang terjangkit HIV. Telah dilaporkan bahwa lebih dari 90% individu
2
Gambar 1.1 Prevalensi pasien HIV di secara global (WHO, 2015)
kandidiasis oral.
kandidiasis oral.
kandidiasis oral.
3
1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan tehadap
UNHAS.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
suatu kondisi ketika limfosit dan sel-sel darah putih mengalami kerusakan
sehingga melemahkan sistem pertahanan alami tubuh (Kalalo, et, al., 2012).
Lentivirinae berasal dari kata Lenti yang berarti lambat sehingga dapat
diartikan sebagai siklus infeksi yang berjalan dengan lambat. Virus ini
dapat merubah RNA berupa single strain menjadi double strain DNA
(dsDNA) dalam sel host (Anderson, et, al,.2008). Virus ini menghancurkan
sel-sel CD4 yang berfungsi melawan infeksi pada sistem kekebalan tubuh.
5
2.1.2 Epidemologi
pemerintah dan sumber daya, serta faktor budaya (Anderson, et, al,. 2008).
Saat ini epidemi AIDS dunia sudah memasuki dekade ketiga, namun
2007). Secara global, jumlah orang yang terinfeksi HIV masih bervariasi.
laporan WHO tahun 2015 seperti yang tertera pada Tabel II.1.
(WHO,2015)
Karateristik
Keterangan penderita Jumlah
HIV/AIDS
6
Prevalensi HIV/AIDS di Indonesia masih menjadi masalah
kesehatan utama. Hingga saat ini HIV AIDS sudah menyebar di 390 dari
berbagai lembaga di dalam negeri dan luar negeri. Sejak dilaporkan sampai
dengan tahun 2005 (859 kasus) hingga 2013 (29.037 kasus) kasus HIV
kasus kemudian menurun pada tahun berikutnya (2006) yaitu 3.692 kasus.
10.163 kasus. Dilaporkan hingga Maret 2015 angka AIDS menurun yaitu
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, Jawa Tengah, Bali, Sumatra
7
2.1.3 Transmisi HIV
diperkirakan 44% dari orang yang baru terinfeksi HIV dikaitkan dengan
pria yang memiliki seks dengan laki-laki (LSL) sementara sekitar 36%
transmisi utama HIV yang paling umum. Virus ini dapat ditemukan
dalam cairan semen, cairan vagina, dan cairan serviks. Virus akan
Virus dapat juga ditemukan pada cairan serviks dan cairan vagina.
Transmisi infeksi HIV melalui hubungan seksual lewat anus lebih mudah
karena hanya terdapat membrane mukosa rectum yang tipis dan mudah
8
robek, anus sering terjadi lesi. Pada kontak seks pervaginal,
(Nasronudin, 2014).
seksual beresiko tinggi. Selain itu juga dapat dilakukan pengobatan pada
darah atau produk darah yang mengabaikan tes penapisan HIV saat ini
9
Pencegahan dpat dilakukan antara lain menghentikan
selama kehamilan, dan viral load yang tinggi saat kehamilan (Anderson,
et, al., 2008). Transmisi secara vertikal dapat terjadi dari ibu yang
dengan HIV dan AIDS) . Sebagian besar ODHA tidak tahu ada virus
10
tersebut di dalam tubuhnya karena setelah terinfeksi mereka tidak langsung
sakit. Setelah terjadi infeksi HIV ada masa dimana pemeriksaaan serologi
HIV masih menunjukkan hasil negatif, sementara virus telah ada sebenarnya
dalam jumlah yang banyak. Masa ini disebut dengan window period
(periode jendela), orang yang terinfeksi ini sudah dapat menularkan kepada
Dalam tubuh ODHA, partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien,
sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap
dari suatu penyakit) untuk jangka waktu yang panjang hingga bertahun-
minggu)
3. Serokonversi
11
berfungsi mengoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting.
progresif. Pada waktu orang dengan infeksi HIV masih merasa sehat, klinis
tidak menunjukkan gejala, pada waktu itu terjadi replikasi virus yang tinggi,
10 partikel tiap hari. Replikasi yang cepat ini disertai denagn mutase HIV
dan seleksi , muncul HIV yang resisten. Bersamaan dengan replikasi HIV,
terjadi kehancuran limfosit CD4 yang tinggi, untungnya tubuh masih bisa
hari. Infeksi oleh kuman penyakit lain akan menyebabkan virus HIV
Samsuridjal, 2014).
lebih lanjut. Saat ini, sekitar sepertiga dari pasien HIV saat awal diagnosis
200/ml atau tela memasuki stadium AIDS. Setiap wanita hamil harus
ditawarkan tes HIV. Tes HIV penting dalam keamanan transfusi darah dan
12
pelaporan, dan rujukan. Prinsip konfidensiat berarti hasil pemerksaan harus
dan Tes HIV Sukarela) atau TPIK (Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan
menentukan adanya infeksi HIV. Salah satu cara penentuan serologi HIV
tiga metode yang berbeda (Nasronudin, 2014). Jenis tes diagnostik untuk
Skrining
keduanya
Konfirmasi
Lain-lain
13
Polymerase Chaun Reaction (PCR) untuk HIV-1
Untuk diagnosis infeksi HIV, WHO menetapkan tiga strategi seperti yang
Strategi I
yang tinggi. Bahan klinik yang reaktif dinyatakan positif sedangkan yang
Strategi II
Dipakai untuk diagnosis klinik infeksi HIV dan surveilans HIV pada
tidak reaktif, harus diperiksa ulang. Bila hasilnya tetap sama dinyatakan
pertama tidak reaktif dan pemeriksaan kedua juga tidak reaktif maka
Strategi III
14
Pemeriksaan pertama harus lebuh sensitive (sensivitas > 99%) dan
A2 reaktif dan A3
reaktif
15
pengulangan A1 pemeriksaan ulang
HIV sebelum dapat ditentukan melaui ELISA atau Western bolt. Cara ini
16
dapat memperkecil hasil negatif palsu pada infeksi HIV dini. Deteksi dini
adanya HIV dalam tubuh dapat dilakukan dengan teknik PCR (Polimerase
dari 18 bulan. Bayi yang diketahui terpajan HIV sejak lahir dianjurkan
untuk diperiksa dengan tes virologis paing awal pada umur 6 minggu
menentukan status imun (limfosit total, CD4), viral load, evaluasi terhadap
hitung limfosit total pada pasien HIV, namun beberapa penelitian lainnnya
17
sensitivitas 76,3%, namun menunjukkan tidak ada korelasi. Menurut Made,
hitung limfosit total <1000 sel/mm3 (62,9%) dan memiliki korelasi dengan
mm3.
2.1.6 Penatalaksanaan
secara total. Namun, data selama 8 tahun terakhir menunjukkan bukti yang
morbiditas dan mortalitas dini akibat infeksi HIV. Orang dengan HIV/AIDS
menjadi lebih sehat, dapat bekerja normal dan produktif. Manfaat ARV
yaitu :
antiretroviral (ARV).
18
3. Pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang
psikososial dan dukungan agama serta juga tidur yang cukup dan perlu
menjaga kebersihan.
ditekan, harapan hidup lebih baik dan kejadian infeksi oportunistik amat
berkurang.
Saat ini HIV memiliki angka kematian yang tinggi, dimana yang dapat
mengancam penderita HIV bukan hanya dari virus sendiri namun infeksi
2014).
penyakit lain atau suatu terapi (Rahier, et, al,. 2013). Definisi lain
menyatakan bahwa IO adalah infeksi yang lebih sering atau lebih parah
19
karena terjadi penurunan sistem imun pada seseorang yang terinfeksiHIV. IO
merupakan manifestasi klinis utama dari HIV (Moges dan Kassa, 2014).
Infeksi oportunistik terjadi ketika jumlah CD4 < 200 sel/mm3 atau total
(Lubis, 2011)
Infeksi yang timbul pada penderita HIV bergantung pada stadium infeksi
HIV, riwayat infeksi, virulensi dari organisme yang terinfeksi, dan faktor
terkait host (Lubis, 2011). Infeksi ini dapat ditimbulkan karena mikroba
(bakteri, jamur, dan virus) yang berasal dari luar tubuh, mauoun yang sudah
ada dalam tubuh manusia namun dalam keadaan normal terkendali oleh
sistem imun. Berikut merupakan daftar infeksi oportunistik yang dikutip dari
CDC (2015).
20
Tabel 2.5 Jenis Infeksi Oportunistik (CDC, 2015)
1. Kandidiasis
2. TB
3. Coccidiodomycosis
4. Cryptococcus
5. Cryptoposporidos
8. Ensefalopati
9. Histoplasmosis
10. Septicimia
13. Limfoma
berikut kandidiasis oral 50 (11,8%), diare kronik lebih dari satu bulan 42
21
zoster 6 kasus, herpes simplex 4 kasus, PCP 1 kasus seperti yang tertera pada
mendesak. IO sebagian besar dapat diiobati namun bila sistem imun rendah
makan IO dapat kambuh atau bahakan dapat timbul IO yang lain. Pengelolaan
2.3 Kandidiasis
65% dari individu yang sehat tanpa tanda-tanda penyakit klinis (Thompson,
et, al., 2010). Kandidiasis adalah infeksi primer atau sekunder dari genus
22
dilaporkan antar lain C. glabarata, C. tropicalis, C. krusei, tetapi strain
2014).
terinfeksi HIV dengan kandidiasis yang terbagi menjadi 273 kandidiasis oral
2012).
23
merupakan jenis kulit yag paling banyak terjadi pada pasien HIV/AIDS
Hidayati, 2015).
2.3.1 Patogenesis
Genus Candida terdiri dari lebih dari 150 spesies jamur 'ragi-seperti'
waduk hewan. Mayoritas spesies Candida tidak dapat tumbuh pada suhu 37
° C dan oleh karena itu, biasanya tidak terkait dengan kolonisasi manusia.
dalam manusia dan ini dapat bertindak sebagai patogen oportunistik pada
individu yang lemah. Candida albicans adalah spesies yang paling sering
24
tinggi. Untuk menyoroti hal ini, pada pasien unit perawatan intensif tingkat
dalam praktik medis dengan penggunaan prosedur operasi invasif yang lebih
(Torok, et, al., 2010). Kandidiasis oral (KO) merupakan kandidiasis mukosa
pertama dari infeksi HIV baik akut maupun kronis. Pasien mengeluh gejalan
antara lain panas terbakar, perubahan rasa, kesulitan menelan cairan maupun
dari 100 sel/mm3 akan timbul juga kandidiassi kuku. Tampak seperti oral
mulut dari individu yang sehat adalah faktor virulensi penting. Insiden
25
bervariasi tergantung usia dan faktor predisposisi tertentu. Faktor resiko
termasuk gangguan fungsi kelenjar ludah, obat, gigi palsu, diet tinggi
serta kondisi immunosupresif (Akpan dan Morga, 2002 ; Monica dan Gupta,
2013).
Tampak plak putih seperti sari susu, mengenai mukosa bukal, lidah
dan permukaan oral lainnya. Plak tersebut terdiri atas kumpulan hifa
dan sel ragi, sel radang, bakteri sel epitel, debris makanan dan jaringan
tepi berbatas tidak teratur pada permukaan dorsal tengah lidah, sering
maupun topikal.
26
Gambar 2.3 Kandidiasis Atrofi Akut (Williams and Lewis, 2011)
pada usia 65 tahun , wanita lebih sering terkena. Gambaran khas berupa
Bila ada gejala, umumnya pada pasien dengan peradangan granular atau
27
4. Kandidiasis Hiperplastik Kronis
putih, yang hampir tidak teraba sampai plak kasar yang merekat erat
pada lidah, platum atau mukosa bukal (Gambar 2.5). keluhan umumnya
rasa kasar atau pedih di daerah yang terkena. Plak disini tidak dapat
dikerok. Harus dibedakan dengan leukoplakia oral oleh sebab lain yang
2011)
5. Kheilosis Kandida
ditandai eritem, fissure, maserasi dan pedih pada sudut mulut (Gambar
atau pada pasien usia lanjut dengan kulit yang kendur pada komisura
mulut. Juga karena hilangnya dimensi vertikal pada 1/3 bawah muka
karena hilangnya susunan gigi atau pemasangan gigi palsu yang jelek
28
dan oklusi yang salah. Biasanya dihubungkan dengan ka ndidiasis atrofi
evaluasi yang teliti terhadap gejala klinis , hasil tes serologi, dan
29
pemeriksaan histopatologi. Menurut Suyoso (2013) diagnose untuk
Termasuk plak putih atau eritema difus, pada KO lihat gejala klinis
KO.
untaian sosis) atau hifa. Bila ada hifa berarti infeksinya kronis. Hanya
tampak hanya budding yeast dan biasanya lebih sulit dilihat dengan
dan segera diperiksa. Leukosit dala jumlah normal (<30 sel/lp). Bila
campuran non-spesifik.
3. Pengecetan Gram
langsung KOH atau Gram harus dilakukan pada kandidisis mukosa dan
30
4. Spesimen harus baru dan kultur dapat dilakukan dengan media sebagai
berikut :
72 jam.
31
jam pada suhu 37ºC. Di bawah mikroskop akan tampak germs
hari.
5. PCR
6. Histopatologis
acid-Schiff (PAS).
32
perkembangan fungi lain, memutuskan rantai penularan, dan mencegah
33
BAB 3
34
3.2 Kerangka Konsep
Status Gizi
Karakteristik Penderita
HIV/AIDS dengan Infeksi Kadar CD4
Oportunistik Kandidiasis Oral
Limfosit Total
Faktor Resiko
Jenis Kelamin
Skala : Nominal
Usia
35
Cara ukur : Dengan mencatat variabel usia sesuai dengan yang
Hasil ukur :
• 36-40 tahun
• > 40 tahun
Skala : Ordinal
2. Status Gizi
Cara ukur : Dengan mencatat variabel status gizi sesuai dengan yang
Hasil ukur :
• Lebih : ≥ 25
Skala : Ordinal
3. Kadar CD4
rekam medik.
36
Cara ukur : Dengan mencatat variabel jumlah CD4 sesuai dengan
Hasil ukur :
• <100
• 100-350
• >350
Skala : Nominal
4. Faktor Resiko
penyakit.
Hasil Ukur :
• Seksual
• Perinatal
• Peraenteral
Skala : Nominal
darah.
37
Hasil Ukur :
• <1000
• 1000-1200
• >1200
Skala : Nominal
38
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
39
oportunisitik kandidiasis oral di RS Wahidin Sudirohusodo periode Januari-
dilaksanakannya penelitian.
Sumber data dari penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh
rekam medik.
40
dalam periode yang telah ditentukan dikumpulkan di bagian Rekam Medik
diharapkan.
Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan
Hal-hal yang terkait dengan etika penelitian dalam penelitian ini adalah :
tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan.
sebelumnya.
41
BAB 5
HASIL PENELITIAN
dari data rekam medis pasien. Adapun jumlah sampel yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi berjumlah 30 buah. Analisa data yang terkumpul diolah
menggunakan Microsoft Excel 2010. Data disajikan dalam bentuk tabel dan
berjumlah 54 data. Sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, sampel yang
sebanyak 24 orang.
oral pada penelitian ini dibagi menjadi 6 kategori, yaitu usia, jenis kelamin, status
gizi, faktor resiko, kadar CD4 dan limfosit total. Adapun hasilnya sebagai berikut:
42
Tabel 5.1
Karateristik n (30) %
a. Jenis Kelamin
• Laki-laki 23 76.67
• Perempuan 7 23.33
b. Usia
• <25-35 tahun 17 56,67
• 36-40 tahun 3 10,00
• >40 tahun 10 33,33
c. Status Gizi
• Kurang 21 70,00
• Normal 6 20,00
• Lebih 3 10,00
d. Kadar CD4
• <100 28 93,33
• 100-350 1 3,33
• >350 1 3,33
e. Faktor Resiko
• Seksual 28 93,33
• Perinatal 2 6,67
• Paraenteral 0 0,00
f. Limfosit Total
• <1000 27 90,00
• 1000-1200 0 0,00
• .1200 3 10,00
43
Diagram 5.1. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
23,33%
Laki-laki
76,67% Perempuan
oral, proporsi tertinggi terdapat pada rentang usia <25-35 tahun yaitu 17 orang
(56.67%), diikuti rentang usia 36-40 tahun yaitu 3 orang (10,00%), kemudian
rentang usia >40 tahun yaitu 10 orang (33,33%). Hal ini menunjukkan distribusi
terbanyak pada dekade ke dua yaitu pada rentang usia <25-35 tahun. Gambaran
distribusi pasien berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada diagram 5.2
Usia
33,33%
<25-35
56,67%
36-40
10,00%
>40
44
Dari data rekam medik yang diperoleh, pasien HIV/AIDS dengan infeksi
oportunistik kandidiasis oral berdasarkan status gizi yaitu 21 orang (70,00%) yang
memiliki gizi kurang, terdapat juga pasien dengan gizi normal yaitu 6 orang
(20,00%) serta pasien dengan gizi lebih yaitu 3 orang (10,00%). Gambaran
Status Gizi
10%
20%
Kurang
Normal
70%
Lebih
oportunistik kandidiasis oral terdapat pasien dengan kadar CD4 <100 yaitu 28
orang (93,33%), pasien dengan kadar CD4 100-350 yaitu 1 orang (3,33%) dan
pasien dengan kadar CD4 >350 yaitu 1 orang (3,33%). Gambaran distribusi
45
Diagram 5.4 Distribusi pasien berdasarkan kadar CD4
Kadar CD4
3,33% 3,33%
<100
100-350
>350
93,33%
dengan infeksi oportunistik kandidiasis oral diperoleh hasil faktor resiko tertinggi
46
Diagram 5.5 Distribusi pasien berdasarkan faktor resiko
Faktor Risiko
0,00% 6,67%
Seksual
Parenteral
93,33% Perinatal
sisanya sebanyak 3 orang (10,00%) memiliki jumlah limfoit total >1200. Dari
data yang diperoleh, tidak ada pasien yang memiliki kadar limfosit 1000-1200.
<1000
1000-1200
>1200
90%
47
BAB 6
PEMBAHASAN
oportunistik kandidiasis oral. Dari data rekam medis yang diperoleh, terdapat 30
laki 3 kali lebih tinggi dari perempuan. Untuk distribusi pasien HIV/AIDS dengan
diuraikan pada diagram 5.1, dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita
Sesuai dengan penelitian lain diluar negeri menurut Capoluongo dan kawan-
kawan, Maria Bravo dan kawan-kawan, dan Wabale dan kawan-kawan, 76%
subjek penelitian mayoritas adalah pria. Menurut Shiboski dan kawan-kawan yang
melakukan penelitian kohort prospektif di Amerika Serikat pada awal tahun 1990,
kandidiasis oral, proporsi tertinggi terdapat pada rentang usia <25-35 tahun yaitu
17 orang (56.67%), diikuti rentang usia 36-40 tahun yaitu 3 orang (10,00%),
kemudia rentang usia >40 tahun yaitu 10 orang (33,33%) yang diuraikan dalam
bahwa sebesar 75,4% AIDS terjadi pada kelompok umur 20-39 tahun. Secara
48
epidemiologi kejadian KO banyak terjadi pada usia produktif. Menurut Egushi
dan kawan-kawan kejadian KO lebih banyak terjadi pada kelompok usia 35 tahun
dibanding usia yang lebih muda, hal ini disebabkan karena sel limfosit T banyak
diproduksi di timus terutama pada usia remaja yang kemudian mulai mengalami
kurang, terdapat juga pasien dengan gizi normal yaitu 6 orang (20,00%) serta
pasien dengan gizi lebih yaitu 3 orang (10,00%) pada diagram 5.3. Status gizi
pasien HIV juga merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan
Status gizi yang buruk pada pasien HIV/AIDS disebabkan karena asupan gizi
mekanisme kerja traktus digestivus, interaksi obat dengan zat gizi. Keadaan
terkena infeksi oportunistik, dan mempengaruhi absorbsi obat ARV dalam tubuh.
Tahap akhir dari keadaan malnutrisi ini adalah HIV wasting syndrome. Oleh
karena itu, status gizi yang buruk pada pasien HIV dapat mempercepat
virus HIV. Defek imunitas seluler terkait dengan AIDS dapat menjadikan orang
disebabkan oleh jamur Candida merupakan infeksi yang paling umum, yaitu
49
jamur dimorfik yang biasanya ada dalam rongga mulut dalam keadaan
jamur Candida memiliki kemampuan untuk berubah menjadi bentuk hifa patogen
Imunosupresi biasanya didahului oleh periode laten secara klinis yang lama.
Selama infeksi fase asimptomatik, jumlah sel T CD4+ masih mendekati normal
tetapi fungsi sel T CD4+ tampaknya terganggu, seperti yang ditunjukkan oleh
mitogens, dan alloantigen HLA dan defek produksi sitokin T-helper 1 (Th1),
seperti interleukin-2 (IL-2) dan gamma interferon (IFN- ˠ). Hasil proses patogen
jumlah sel T CD4+ jatuh di bawah 200 sel μl darah-, AIDS dapat didiagnosis.
Respon imun terhadap HIV dan pathogen lainnya kolaps, dan pasien sangat rentan
biasanya dikendalikan dengan baik oleh imunitas yang diperantarai sel, seperti
dengan infeksi oportunistik kandidiasis oral bahwa pasien dengan kadar CD4
<100 yaitu 28 orang (93,33%), pasien dengan kadar CD4 100-350 yaitu 1 orang
(3,33%) dan pasien dengan kadar CD4 >350 yaitu 1 orang (3,33%) yang diuraikan
dalam diagram 5.4. Jamur Candida adalah organisme komensal dalam mulut dari
proliferasi pada status carrier terganggu selama proses multifase infeksi HIV
(Lestari, 2013).
50
Penyakit menular Seksual (PMS) diduga dapat meningkatkan kejadian HIV dan
normal. Luka pada alat kelamin atau karena adanya penumpukan sel yang
terinfeksi, (limfosit atau makrofag) pada semen dan sekresi vaginal. Menurut
penelitian epidemiologi dari Afrika sub sahara, Eropa dan Amerika Utara
menunjukkan bahwa terdapat sekitar 4x lebih besar risiko terinfeksi AIDS akibat
adanya luka pada alat kelamin yang sebagian besar karena cancroids/sifilis. Risiko
ini akan semakin meningkat karena adanya PMS lain seperti clamedia, GO, dan
yaitu 28 orang (93,33%), kemudian faktor resiko melalui perinatal yaitu 2 orang
sisanya sebanyak 3 orang (10,00%) memiliki jumlah limfoit total >1200. Dari
data yang diperoleh, tidak ada pasien yang memiliki kadar limfosit 1000-1200.
Seperti yang telah diuraikan dalam diagram 5.6 bahwa Total Lympochyte Count
terapi. Pemeriksaan jumlah limfosit CD4+ dan viral load yang merupakan gold
standar membutuhkan peralatan yang mahal dan teknisi yang terlatih serta tidak
selalu tersedia pada beberapa negara dan juga beberapa daerah. Beberapa penanda
51
laboratorium yang sederhana telah diteliti untuk mengatasi kesulitan ini.
Pemeriksaan kadar hemoglobin dan TLC secara luas tersedia, murah, serta tidak
memerlukan teknisi yang terlatih. Pada penelitian ini terdapat korelasi kuat yang
signifikan antara TLC dan jumlah limfosit CD4+. Beberapa penelitian juga
menunjukkan terdapat korelasi yang baik antara TLC dan jumlah limfosi T CD4+
pada penderita terinfeksi HIV (Fornier dan Sosenko, 1992; Blatt, dkk., 1993;
Beck, dkk., 1996; van der-Ryst, dkk., 1998). Penelitian longitudinal juga
menunjukkan TLC dan jumlah limfosit T CD4+ merupakan penanda yang sama
untuk memulai terapi ARV khususnya pada daerah dengan sumber daya terbatas.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan akses terhadap terapi ARV pada penderita
HIV/AIDS. Jika pemeriksaan jumlah limfosit CD4+ tidak tersedia, terapi ARV
52
BAB 7
KESIMPULAN
7.1 Kesimpulan
berikut:
23,33%.
gizi kurang.
(93,33%).
53
7.2 Saran
54
DAFTAR PUSTAKA
Anderson K, Pramudo SG, Sofro MAU. 2017. Hubungan Status Gizi dengan
Kualitas Hidup Orang dengan HIV/AIDS di Semarang. Jurnal
Kedokteran Diponegoro; 6 (2)
Angelo ALD, Angelo CD, Torres AJL, Ramos AMC, Lima M, Netto EM, et al.
Evaluating Total Lymphocyte Counts as a Substitute for CD4 Counts in
the Follow Up of AIDS Patients. BJID.2007:11(5);466-70
Ariani, L., dan Suryana , K., 2014. Spektrum Infeksi Oportunistik Pada Klien
Klinik Merpati RSUD Wangaya Periode Januari-Februari 2014. Bali :
RSUP Sanglah Imunologi Penyakit Dalam- Universitas Udayana Fakultas
Kedokteran.
Badiee, P., Alborzi, A., Davarpanah, M.A., and Shakiba, E., 2010. Distributions
and antifungal suspectbility of candida species from mucosal sites in hiv
positive patients. Archieves of Iranian Medicine, Vol. 13 No. 4, p. 282-287.
55
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Jakarta : Direktorat Bina Farmasi
KOmunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI.
Dewi, I.S.L. dan Hidayanti, A.N., 2015. Manifestasi Kelainan Kulit pada Pasien
HIV/AIDS. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Vol. 27 No. 2.
Khan, A., A, Malik., and K.H., Subhan., 2012. Profile of candidiasis in Hiv
infected patients. Iranian Journal of Microbiology, Vol. 4 No. 4, p. 204-209.
Lubis, DA., 2011. Infeksi Oportunistik Paru pada Penderita HIV. Medan :
Divisi Penyakit Topik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU
RSUP H. Adam Malik
56
Moges, N. A and Kassa, G.M., 2014. Prevalence of opportunistic infection and
associated Tractors pamong HIV positif patients tarling anti-retroviral
theraphy in DebreMarkos Referral Hospital, Northwest Ethiopia. AIDS and
Clinical Research, Vol. 5 Issues 5, p. 1-6.
Monica dan Gupta, 2013, Oral Candidiasis and AIDS, IOSR Journal of Dental
and Medical Science, Volume 11, Issue 4, pp 29-32
Nasronudin, 2014. HIV dan AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis, dan
Sosial. Edisi 2. Editor : Barakbah, j., Soewandojo, E., Suharto., Hadi, U.,
Astuti, W.D., Bramantono, Arfijanto, M. V., Triyono, E.A., Purwati., dan
Rusli, M Surabaya : Airlangga University Press, hal. 1-12.
Nasronudin, 2014. HIV dan AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis, dan
Sosial. Edisi 2. Editor : Barakbah, j., Soewandojo, E., Suharto., Hadi, U.,
Astuti, W.D., Bramantono, Arfijanto, M. V., Triyono, E.A., Purwati., dan
Rusli, M Surabaya : Airlangga University Press, hal. 21-41
Rahier, J.F., Magro, F., Abreu, C., Armuzzi, A., Ben-Horin, S., Chowers, Y.,
Cottone, M., de Ridder, L., Doherty, G., Ehehalt, R., Esteve, M., Katsanos,
K., Lees, C.W., MacMahon, E., Mpreels, T., Reinisch, W., Tilg, H.,
Trembllay, L., Veerman-Wauters, G., Viget, N., Yazdanpanah, Y., Eliakim,
R., and Colombel, J.F, 2013. Second European evidence-based consensus
on the prevention, diagnosis and management of opportunistic infections in
inflammatory bowel disease. Journal of Chron’s and Colitis, p. 3
57
Suastika NKW. 2013. Akurasi Diagnostik Kombinasi Total Lymphocyte Count
(TLC) dan Kadar Hemoglobin untuk Memprediksi Imunodefisiensi Berat
pada Penderita Terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Pra Terapi
Antiretroviral. Denpasar : Universitas Udayana [Thesis].
Thompson, G.R., Patel, P.K., Kirkpatrick, W.R., Westbrook, S.D., Berg, D.,
Erlandsen, J., Redding, S.W., and Patterson , T.F., 2010. Oropharyngeal
candidiasis in The era of antiretroviral theraphy . Oral Sugery, Oral
Medicine, Oral Pathology, Oral Radiology, and Endodontology-Medical
Management and Pharmacology Update. Editors : Firrilo, F.J. and Rhodus,
N.I, Vol. 109, No.4, p. 488-495.
Torok, E., Moran, Ed., and Cooke, F., 2010. Oxford Handbook of Infectious
Disease and Microbiology. New York : Oxford University Press Inc., p.
516-517 ; 520-525.
58