Anda di halaman 1dari 59

i

SKRIPSI
2017

PREVALENSI KEMATIAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KELAINAN

KONGENITAL YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO TAHUN 2016

Diusulkan oleh:

GESIZIA ARI

C11114365

Pembimbing:
dr. A. Dwi Bahagia Febriani, Ph.D, Sp.A(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017
ii

PREVALENSI KEMATIAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KELAINAN

KONGENITAL YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO TAHUN 2016

HALAMAN JUDUL

Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin


Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran

Gesizia Ari
C111 14 365

Pembimbing:
dr. A. Dwi Bahagia Febriani, Ph.D, Sp.A(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar akhir di Bagian Ilmu Kesehatan
Anak RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dengan judul :

“Prevalensi Kematian Bayi Baru Lahir dengan Kelainan Kongenital yang


Dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Tahun
2016”

Hari/Tanggal : Kamis, 7 Desember 2017


Waktu : 13.45 - selesai
Tempat : Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo

Makassar, 7 Desember 2017

dr. A. Dwi Bahagia Febriani, Ph.D, Sp.A(K)


iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Gesizia Ari

NIM : C111 14 365

Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Pendidikan Dokter

Judul Skripsi : Prevalensi Kematian Bayi Baru Lahir dengan

Kelainan Kongenital yang Dirawat Di Rumah Sakit

Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Tahun 2016

Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

sarjana kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : dr. A. Dwi Bahagia Febriani, Ph.D, Sp.A(K)

(.....................................)

Penguji 1 : Dr. dr. Nadirah Rasyid Ridha, M.Kes, Sp.A(K)

(.....................................)

Ditetapkan di : Makassar
Tanggal : 7 Desember 2017
v

DEPERTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017

HALAMAN PERSETUJUAN CETAK

TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK

Judul Skripsi :

“Prevalensi Kematian Bayi Baru Lahir dengan Kelainan Kongenital yang


Dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Tahun
2016”

Makassar, 7 Desember 2017

dr. A. Dwi Bahagia Febriani, Ph.D, Sp.A(K)


vi

BUNYI LEMBAR PERNYATAAN ANTI PLAGIARISME

Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh skripsi ini adalah hasil karya saya.
Apabila ada kutipan atau pemakaian dari hasil karya orang lain baik berupa
tulisan, data, gambar, atau ilustrasi baik yang telah dipublikasikan atau belum
dipublikasi, telah direferensi sesuai dengan ketentuan akademis.
Saya menyadari plagiarisme adalah kejahatan akademik, dan melakukannya akan
menyebabkan sanksi yang berat berupa pembatalan skripsi dan sanksi akademik
yang lain.

(Gesizia Ari)
vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Prevalensi kematian bayi baru lahir dengan kelainan kongenital yang dirawat di

Rumah Sakit Dr Wahidin Sudirohusodo Tahun 2016” ini sebagai salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran.

Penulis skripsi ini tidak semata-mata karena hasil kerja dari penulis sendiri

melainkan juga adanya bantuan dari berbagai pihak. Olehnya itu pada kesempatan

ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah memberika bantuannya baik dari segi materi maupunyang non

materi. Ucapan terima kasih serta penghargaan setinggi-tingginya dari penulis

diberikan kepada dr. A. Dwi Bahagia Febriani, Ph.D, Sp.A(K) selaku

pembimbing dalam penulisan skripsi ini atas waktu, tenaga, pikiran, semangat,

dorongan serta bimbingan yang tak habis-habisnya diberikan selama penulisan

skripsi ini.

Tidak hanya itu, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak atas jasa-jasanya yang tidak mungkin dilupakan oleh penulis, yaitu:

1. Kedua orangtua, saudara dan seluruh anggota keluarga yang tak henti-

hetinya memberikan dukungan, Doa dan semangat kepada penulis.

2. Seluruh staf pegawai Depertemen Ilmu Kesehatan Anak FK Unhas, yang

telah memberikan arahan selama penulis mengerjakan skripsi.

3. Terkhusus juga untuk kakak saya Ayu Wandira Suwardi yang sangat

berjasa membantu dan menemani penulis dari awal pembuatan hingga

akhir penyelesaian skripsi.


viii

4. Teman terdekat dan teman-teman yang telah berjasa membantu dan

memberikan semangat pada penulis dalam penyelesaian skripsi.

5. Sahabat seperjuangan Bulkis Ashari, Camilia Salsabilah dan Istiyuni

Puteri yang telah menemani dan memberikan semangat pada penulis

dalam penyelesaian skripsi.

6. Sahabat kecil Aprilia, Iin, dan Sony yang senantiasa memberikan

semangat pada penulis dalam penyelesaian skripsi.

7. Seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 2014 FK Unhas atas

dukungan dan semangatnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.

Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun

demi kesempurnaan skripsi ini.

Makassar, 7 Desember 2017

Gesizia Ari
ix

SKRIPSI
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Desember 2017
Gesizia Ari (C111 14 365)
Dr. A. Dwi Bahagia Febriani, Sp.A(K), Ph.D

PREVALENSI KEMATIAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KELAINAN


KONGENITAL YANG DIRAWAT DI RSUP DR WAHIDIN SUDIROHUSODO
TAHUN 2016
ABSTRAK

Latar Belakang: Kelainan kongenital merupakan salah satu faktor penyebab


kematian bayi di Indonesia. Kelainan kongenital memberikan kontribusi yang
cukup besar dalam meningkatkan angka kematian bayi baru lahir. Angka
kematian bayi baru lahir dengan kelainan kongenital di dunia yaitu sekitar
303.000 jiwa pada 4 minggu pertama setelah lahir setiap tahunnya. Data
Kementrian Kesehatan tahun 2015 mencatat 1,4% bayi usia 0-6 pertama
kelahiran dan 18,1% bayi usia 7-28 hari meninggal disebabkan kelainan
kongenital.
Tujuan: Untuk mengetahui prevalensi kematian bayi baru lahir yang lahir
dengan kelainan kongenital di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo tahun 2016

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan


metode cross sectional dengan menggunakan data rekam medik.

Hasil Penelitian: Didapatkan 122 bayi baru lahir yang meninggal terdapat 50
bayi baru lahir (40,98%) meninggal dengan kelainan kongenital sedangkan 72
bayi baru lahir lainnya meninggal dengan penyebab lain. Dari 50 bayi baru lahir
yang meninggal dengan kelainan kongenital, seluruhnya termasuk kelainan gawat
darurat (100%) dan tidak terdapat jenis kelainan kongenital yang termasuk tidak
gawat darurat (0%). Dan didapatkan yang memberikan kontribusi terbanyak
menurut sistem kelainan kongenital yaitu sistem digestif sebanyak 25 bayi baru
lahir.

Kata Kunci : Kelainan Kongenital


x

ESSAY

Faculty of Medicine Hasanuddin University


December 2017
Gesizia Ari (C111 14 365)
Dr. A. Dwi Bahagia Febriani, Sp.A(K), Ph.D

PREVALENCE OF NEWBORN INFANT MORTALITY WITH CONGENITAL


ANOMALIES TREATED IN DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO HOSPITAL IN
2016

ABSTRACT
Background: Congenital abnormalities are one of the leading causes of infant
death in Indonesia. Congenital abnormalities contribute substantially to
increasing newborn mortality. Newborn infant mortality rate with congenital
abnormalities world wide is estimated about 303,000 cases during the first 4
weeks after birth anually. Ministry of Health data 2015 recorded that 1.4% of
infants died due to congenital abnormalities during 0-6 first days after birth, and
18.1% during the first 7-28 first days.

Objective: To describe the prevalence of newborn mortality rate with congenital


abnormalities in Dr. Wahidin Sudirohusodo hospital during the period of 2016

Method: This is an observational descriptive research with cross sectional


method using medical record data.

Results: There were 122 cases of stillborn, 50 of which (40.98%) died with
congenital abnormalities while 72 other newborns died due to other causes. Of
the 50 newborns died with congenital abnormalities, all included as emergency
disorder (100%) and there was no congenital abnormality which was non-
emergency (0%). Based on data obtained, observed the most contributing
abnormalities to cause of death based on system were digestive system,
constituted as many as 25 cases.

Keywords:Congenital Disorder
xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Kelainan Kongenital Mayor………………………………..15

Tabel 2.2 Jenis Kelainan Kongenital Minor………………………………...16

Tabel 2.3 Klasifikasi Kelainan Kongenital Mayor dan Minor……………...17

Tabel 5.1 Prevalensi kematian bayi baru lahir dengan kelainan

kongenital………………………………………………………...27

Tabel 5.2 Prevalensi kegawatdaruratan dan tidak gawat darurat berdasarkan


jenis kelainan kongenital………………………………………....28
Tabel 5.3 Klasifikasi jenis kelainan kongenital berdasarkan sistemnya……29

DAFTAR DIAGRAM
Diagram 5.1 Prevalensi kematian bayi baru lahir dengan kelainan

kongenital………………………………………………………...27

Diagram 5.2 Prevalensi kegawatdaruratan dan tidak gawat darurat berdasarkan


jenis kelainan kongenital………………………………………....28

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rekomendasi Penelitian…..……………………………………...37
Lampiran 2. Data Penelitian…………………………………………………...40
Lampiran 3. Biodata Penulis…………………………………………………...45
xii

DAFTAR ISI
SAMPUL………….……………………………………………………………….i
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...ii
HALAMAN PENGESAHAN…….……………………………………………...iii
HALAMAN PERSETUJUAN CETAK…………..……………………………....v
PERNYATAAN ANTIPLAGIARISME…………………………………………vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...vii
ABSTRAK………………………………………………………………………..ix
ABSTRACT……………………………………………………………………….x
DAFTAR TABEL………………………………………………………………...xi
DAFTAR DIAGRAM………………………………………………………….....xi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………...xi
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..xii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………...1
1.1 Latar Belakang……………...…………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..3
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………...3
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………………….4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………..5

2.1 Kematian Bayi Baru Lahir…………………………………………………….5


2.2 Faktor Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir………………………………….6
2.3 Definisi Kelainan Kongenital………………………………………………….9

2.4 Etiologi Kelainan Kongenital………………………………………………….9

2.5 Patofisiologi Kelainan Kongenital…………………………………………...11


2.6 Klasifikasi Kelainan Kongenital……………………………………………..15

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP…………………...21


3.1 Kerangka Teori……………………………………………………………….21
3.2 Kerangka Konsep…………………………………………………………….21
BAB 4 METODE PENELITIAN………………………………………………...22
xiii

7.1 Jenis Penelitian……………………………………………………………….22


7.2 Waktu dan Lokasi Penelitian………………………………………………...22
7.3 Populasi dan Sampel…………………………………………………………22
7.4 Kriteria Sampel………………………………………………………………23
7.5 Jenis Data dan Instrumen Penelitian…………………………………………24
7.6 Alur Penelitian……………………………………………………………….24
7.7 Etika Penelitian………………………………………………………………25

BAB 5 HASIL PENELITIAN…………………………………………………...26

5.1 Hasil Penelitian………………………………………………………………26

5.2 Analisis Hasil Penelitian……………………………………………………..27

BAB 6 PEMBAHASAN…………………………………………………………31

6.1 Prevalensi Kematian Bayi Baru Lahir dengan Kelainan Kongenital………..31

6.2 Prevalensi Mayor dan Minor Berdasarkan Jenis Kelainan Kongenital……..31

6.3 Klasifikasi Jenis Kelainan Kongenital Berdasarkan Sistemnya…………….32

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………..33

7.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..33

7.2 Saran………………………………………………………………………….33

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………35
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan

generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk

menurunkan angka kematian anak.

Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam

kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia delapan belas tahun.

Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu menurunkan angka

kematian anak, salah satu indikator angka kematian yang behubungan dengan

anak yakni angka kematian neonatal (AKN).1

Bayi baru lahir disebut juga neonatus adalah bayi yang berusia sampai 28

hari (0-28 hari).2 Kematian bayi baru lahir dibagi menjadi :(WHO. Neonatal and

perinatal mortality : country, region, and global estimates. Geneva; WHO

[Internet]. 2006 [Diakses 27 Apr 2014]. Dari URL www.freebooks.net)

a. Kematian neonatus dini(early neonatal deaths) adalah kematian bayi yang

terjadi pada masa 7 hari kehidupan pertama (0 – 6 hari).

b. Kematian neonatus lanjut (late neonatal deaths) adalah kematian bayi

yang terjadi pada masa setelah 7 hari tetapi belum mencapai 28 hari

kehidupan (7 – 27 hari).

World Health Organization(WHO)Pada tahun 2012 melaporkan bahwa setiap

hari lebih dari 7200 bayi lahir mati, sebagian besar diantaranya 98% terjadi di

negara-negara berpendapatan rendah hingga sedang. WHO juga mencatat antara

25% dan 40% kasus angka lahir mati disebabkan karena kelainan

kongenital,infeksi, malnutrisi,hidrops non imun dan insoimunisasi anti-D.


2

Menurut Depkes RI 2014 angka kematian neonatus (AKN) pada tahun 2012

sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup1, menurut Depkes Sulawesi Selatan angka

kematian neonatus (AKN) pada tahun 2014 menunjukkan sebesar 762 kasus yaitu

5.22 per 1000 kelahiran hidup3, sedangkan menurut Depkes Makassar angka

kematian neonatus (AKN) pada tahun 2015 sebesar 1,19 per 1000 kelahiran hidup

(AKN = 1,19/1000 KH).4

Kematian bayi baru lahir di Indonesia terutama disebabkan oleh prematuritas,

asfiksia, infeksi, kelainan kongenital, dan lain-lain. Kelainan kongenital

memberikan kontribusi yang cukup besar dalam angka kematian bayi baru lahir,

1,4% bayi usia 0-6 pertama kelahiran dan 18,1% bayi usia 7-28 hari.1

Menurut WHO angka kematian bayi baru lahir dengan kelainan kongenital

di dunia yaitu sekitar 303.000 jiwa pada 4 minggu pertama setelah lahir setiap

tahunnya dan kelainan kongenital yang paling sering yaitu neural tube defect dan

down syndrome. Namun data jumlah kematian bayi baru lahir yang disebabkan

kelainan kongenital belum ada di Sulawesi selatan dan di kota Makassar.

Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir

yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Ilmu yang

mempelajari kelainan bawaan disebut dismorfologi. Dismorfologi merupakan

kombinasi dari bidang embriologi, genetik klinik dan ilmu kesehatan anak.

Kelainan bawaan ini menimbulkan berbagai permasalahan dalam keluarga,

meliputi perasaan tertekan, malu, rasa bersalah, serta masalah perhatian dan

pembiayaan yang lebih besar daripada anak yang lahir normal. 5 Pada kelainan

kongenital terdapat kelainan kongenital yang apabila tidak ditangani secara cepat

akan menyebabkan gangguan fungsi tubuh sarta mengurangi angka harapan


3

hidup, dan ada kelainan kongenital yang tidak akan menyebabkan masalah

kesehatan yang serius dan hanya berpengaruh pada segi kosmetik saja.

Maka dari itu sangat perlu dilakukan pencegah peningkatan jumlah

kematian bayi baru lahir, namun untuk memperoleh data jumlah kematian bayi

baru lahir dengan kelainan kongenital dan jenis kelainan kongenital apa yang

memberikan kontribusi terbanyak dalam kematian bayi baru lahir belum memadai

padahal terdapat beberapa kelainan kongenital bila ditangani dengan segera akan

memberikan prognosis yang lebih bagus. Dengan ini peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Prevalensi kematian bayi baru lahir dengan

kelainan kongenital yang dirawat di Rumah Sakit Dr Wahidin Sudirohusodo

Tahun 2016.”

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana prevalensi kematian bayi baru lahir yang lahir dengan kelainan

kongenital di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo pada periode

Januari 2016 – Desember 2016?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui prevalensi kematian bayi baru lahir yang lahir dengan

kelainan kongenital di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

Sudirohusodo pada periode Januari 2016 – Desember 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain :


4

1. Menghitung prevalensi kematian bayi baru lahir dengan

kelainan kongenital di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Wahidin

Sudirohusodo pada periode Januari 2016-Desember 2016.

2. Menghitung prevalensi kematian berdasarkan jenis kelainan

kongenital yang termasuk mayor dan minor di Rumah Sakit

Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo pada periode Januari

2016 – Desember 2016.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai informasi bagi para

praktisi kesehatan mengenai kontribusi kelainan kongenital dalam

menyebabkan kematian bayi baru lahir di RSUP Wahidin

Sudirohusodo Makassar dan sebagai acuan dalam upaya pencegahan

kelainan maupun kematian bayi dengan kelainan kongenital.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Sebagai tambahan ilmu, kompetensi dan pengalaman yang berguna

bagi peneliti dalam melakukan penelitian kesehatan pada umumnya,

dan terkait kematian bayi baru lahir dengan kelainan kongenital.


5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kematian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir atau disebut juga neonatus adalah bayi yang berusia sampai

28 hari (0 – 28 hari).Periode bayi baru lahir adalah periode yang paling rentan

untuk bayi yang sedang menyempurnakan penyesuaian fisiologis yang dibutuhkan

pada kehidupan ekstrauterin. Tingkat morbiditas dan mortalitas neonatus yang

tinggi membuktikan kerentanan hidup selama periode ini. Transisi kehidupan bayi

dari intrauterin ke ekstrauterin memerlukan banyak perubahan biokimia dan

fisiologis. Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan

kegagalan penyesuaian yang disebabkan asfiksia, prematuritas, kelainan

kongenital yang serius, infeksi penyakit, atau pengaruh dari persalinan.2

Kematian bayi baru lahir dibagi menjadi :(WHO. Neonatal and perinatal

mortality : country, region, and global estimates. Geneva; WHO [Internet]. 2006

[Diakses 27 Apr 2014]. Dari URL www.freebooks.net)

a. Kematian neonatus dini(early neonatal deaths) adalah kematian bayi yang


terjadi pada masa 7 hari kehidupan pertama (0 – 6 hari).

b. Kematian neonatus lanjut (late neonatal deaths) adalah kematian bayi yang
terjadi pada masa setelah 7 hari tetapi belum mencapai 28 hari kehidupan (7 –

27 hari).

World Health Organization (WHO) Pada tahun 2012 melaporkan bahwa

setiap hari lebih dari 7200 bayi lahir mati, sebagian besar diantaranya 98% terjadi

di negara-negara berpendapatan rendah hingga sedang. Tetapi WHO mencatat


6

negara kaya tidak luput dari kasus ini, dengan catatan satu bayi mati dari 320

kelahiran. Data dari WHO mengatakan dua pertiga kasus atau 1,8 juta/tahun bayi

lahir mati ditemukan pada 10 negara, jumlah tertinggi ditemukan di kawasan Sub

Sahara Afrika dan Asia Tenggara. Antara 25% dan 40% kasus angka lahir mati

disebabkan karena kelainan kongenital,infeksi, malnutrisi,hidrops non imun dan

insoimunisasi anti-D.

Kematian bayi baru lahir di Indonesia terutama disebabkan oleh

prematuritas, asfiksia, infeksi, kelainan kongenital, dan lain-lain. Meskipun

kelainan kongenital hanya sedikit menyumbang penyebab angka kematian bayi

baru lahir di Indonesia, namun apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat maka

kelainan kongenital akan menjadi cacat seumur hidup yang dapat meningkatkan

angka kesakitan dan kematian bayi di Indonesia.1

2.2 Faktor penyebab kematian bayi baru lahir

Faktor-faktor yang menyebabkan kematian pada bayi yaitu :

a. Berat Badan Lahir Bayi (BBL)

BBLR memiliki risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi

dibanding dengan bayi BBLN.

Kelahiran bayi BBLR dapat disebabkan oleh kelahiran sebelum waktunya

(prematur) dan gangguan pertumbuhan selama dalam kandungan

(Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Bayi BBLR rentan

terhadap berbagai gangguan masalah kesehatan, seperti hipotermia dan

infeksi.6

b. Usia Gestasi
7

Usia gestasi merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan

kematian bayi. Bayi prematur dapat disebabkan oleh ibu hamil yang

kurang gizi, anemia, umur hamil terlalu muda atau terlalu tua di atas 35

tahun dan penyakit penyerta kehamilan.7

Bayi prematur mempunyai organ tubuh yang belum berfungsi sempurna

sehingga mengalami banyak masalah kesehatan dan kesulitan untuk hidup

di luar uterus ibunya. Bayi prematur juga rentan terhadap penyakit infeksi

karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, antibodi belum

terbentuk sempurna, daya fagositosis dan reaksi terhadap peradangan

belum berjalan dengan baik.8

Bayi prematur biasanya selalu mempunyai berat badan lahir rendah.9

c. Apgar Score

Asfiksia merupakan penyebab utama kematian bayi urutan ketiga setelah

BBLR dan kelainan kongenital di Kabupaten Probolinggo pada tahun

2013. Bayi yang menderita asfiksia dan tidak asfiksia dapat dilihat dari

apgar scoreyang terdapat pada kartu ibu hamil. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa ada hubungan antara apgar score dengan kematian

bayi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Wandira dan Indawati

(2012) di Kabupaten Sidoarjo yang menyebutkan bahwa dari kematian

bayi yang teridentifikasi, sebanyak 4 bayi meninggal disertai asfiksia.

Asfiksia pada bayi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya

adalah faktor ibu (umur ibu, paritas dan anemia) dan berat bayi lahir.10

d. Penyakit pada Bayi


8

Penyakit pada bayi merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan

kematian bayi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara

penyakit pada bayi dengan kematian bayi.

Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti riwayat

kehamilan ibu dengan komplikasi, riwayat kelahiran (persalinan lama dan

persalinan dengan tindakan) serta riwayat bayi baru lahir (terutama lahir

dan prematur).7 Penyakit infeksi terutama pada bayi dengan BBLR dapat

menyebar dengan cepat dan menimbulkan angka kematian yang tinggi.7

e. Kelainan pada Bayi

Kelainan kongenital merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi

urutan kedua setelah BBLR di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2013.

Kelainan kongenital yang diderita oleh bayi di wilayah Puskesmas

Sumberasih meliputi serotinus, cacat bawaan spina bifida, unenchepalus,

congenital heart disease (CHD) dan atrisia orsophagus.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara kelainan pada

bayi dengan kematian bayi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian

Sarwani dan Aji (2011) di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto yang

menyimpulkan bahwa kelainan kongenital merupakan salah satu

determinan dekat yang berpengaruh terhadap kematian perinatal.

Kelainan kongenital adayang dapat menyebabkan kematian bayi ataupun

kecacatan. Bayi yang lahir dengan kelainan kongenital pada umumnya

juga memiliki berat badan lahir rendah. Bayi BBLR yang disertai kelainan

kongenital akan meninggal dalam minggu pertama awal kehidupan sebesar

20%. Hasil penelitian diwilayah Puskesmas Sumber Asi menunjukan


9

bahwa terdapat 3 bayi meninggal dengan kelainan kongental disertai

kondisi bayi BBLR.

Usia Ibu saat hamil merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

terjadinya kelainan Kongenital. Kehamilan Ibu pada usia diatas 35 tahun

berisiko melahirkan bayi dengan kelainan kongenital, diantaranya adalah

sindrom down. Kelainan Kongenital dapat dicegah dengan pemeriksaat

kehamilan yang rutin. Kelainan Kongenital dapat dikehui dengan

menggunakan pemriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan

pemeriksaan darah janin.11

2.3 Definisi Kelainan Kongenital

Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir

yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Kadang-kadang

suatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi

lahir, tetapi baru ditemukan beberapa saat setelah kelahiran bayi. Kelainan

bawaan ini menimbulkan berbagai permasalahan dalam keluarga, meliputi

perasaan tertekan, malu, rasa bersalah, serta masalah perhatian dan pembiayaan

yang lebih besar daripada anak yang lahir normal. 5

2.4 Etiologi Kelainan Kongenital

Kelainan kongenital dapat dibedakan menjadi :

a. Faktor genetik

Kelainan karena faktor genetik adalah kelainan bawaan yang disebabkan oleh

kelainan pada unsur pembawa keturunan yaitu gen.

• Kelainan mutasi gen tunggal (single gen mutant)


10

Kelainan single genemutant atau disebut juga pola pewarisan Mendel

(Mendelian) terbagi dalam 4 macam, antara lain : otosomal resesif,

otosomal dominan, x-linked recessive, dan x-linked dominant. Otosomal

resesif antara lain : albino, defisiensi alfa-1-antitripsin talasemia,

fenilketonuria serta galaktosemia. Kelainan bawaan dari otosomal

dominan antara lain : aniridia, sindrom Marfan, ginjal polikistik,

retinoblastoma, korea Hutington, hiperlipoprotrinemia dan lain-lain.

Kelainan bawaan x-linked dominant sangat sedikit jenisnya, antara lain

rakitis yang resisten terhadap pengobatan vitamin D.

• Gangguan keseimbangan akibat kelainan aberasi kromosom

Kelainan pada kromosom dibagi atas aberasi numerik dan aberasi

struktural. Kelainan pada struktur kromosom seperti delesi. Translokasi,

inverse, dan lain sebagainya, ataupun perubahan pada jumlahnya

(aberasi kromosom numerik/aneuploidi) yang biasanya berupa trisomi,

monosomi, tetrasomi, dan lain sebagainya. Kelainan bawaan berat

(biasanya merupakan anomaly multipel) seringkali disebabkan aberasi

kromosom. Aberasi numerik timbul karena terjadinya kegagalan proses

replikasi dan pemisahan sel anak yang disebut juga non-disjunction.

Sedangkan aberasi struktural terjadi apabila kromosom terputus,

kemudian dapat bergabung kembali atau hilang. Sebagai contoh dari

aberasi kromosom antara lain: sindrom trisomi 21, sindrom trisomi 18,

sindrom trisomi 13, sindrom Turner dan sindrom Klinefelter.


11

• Kelainan multifaktorial

Kelainan multifaktorial adalah faktor lingkungan (non-genetik) yang dapat

menyebabkan terjadinya kelainan kongenital. Faktor lingkungan ini termasuk

faktor sosial, ekonomi, umur ibu saat hamil, teratogen dan sebagainya.

2.5 Patofisologi Kelainan Kongenital

Berdasarkan patogenesis, kelainan kongenital dibedakan sebagai berikut:

a. Malformasi

Malformasi adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau

ketidak sempurnaan dari satu atau lebih proses embriogenesis.

Perkembangan awal dari suatu jaringan atau organ tersebut berhenti,

melambat atau menyimpang sehingga menyebabkan terjadinya suatu

kelainan struktur yang menetap. Kelainan ini mungkin terbatas hanya pada

satu daerah anatomi, mengenai seluruh organ, ataupun mengenai berbagai

sistem tubuh yang berbeda.

Istilah malformasi tidak secara langsung menggambarkan etiologinya,

tetapi menggambarkan bahwa penyimpangan dalam perkembangan ini

terjadi pada kehamilan muda, pada saat terjadi diferensiasi jaringan atau

selama periode pembentukan organ. Sebagai contoh penyimpangan pada

arkus brakhialis pertama dan kedua akan menyebabkan terjadinya mikrotia

(telinga kecil).

Malformasi dapat digolongkan menjadi malformasi mayor dan minor.

Malformasi mayor adalah suatu kelainan yang apabila tidak dikoreksi akan

menyebabkan gangguan fungsi tubuh serta mengurangi angka harapan

hidup. Sedangkan malformasi minor tidak akan menyebabkan problem


12

kesehatan yang serius dan mungkin hanya berpengaruh pada segi kosmetik.

Malformasi pada otak, jantung, ginjal, ekstremitas, saluran cerna termasuk

malformasi mayor, sedangkan kelainan daun telinga, lipatan pada kelopak

mata, kelainan pada jari, lekukan pada kulit (dimple), ekstra puting susu

adalah contoh dari malformasi minor.

Malformasi akibat infeksi rubela, cytomegalovirus atau toksoplasmosis

biasanya disertai ikterus, purpura dan hepatosplenomegali. Diagnosis

ditegakkan dengan ditemukannya kenaikan kadar antibodi spesifik, terutama

IgM. Pada infeksi rubela dan toxoplasma, infeksi dapat berulang terjadi

pada fetus, imunitas ibu dapat mencegah kejadian serupa pada kehamilan

berikutnya.

Berbagai penyakit ibu dapat meningkatkan risiko terjadinya

malformasi, diantaranya insulin-dependent diabetes mellitus, epilepsi,

pengkonsusmsi alkohol dan phenylketonuria (PKU). Keturunan dari ibu

dengan insulin-dependent diabetes mellitus,mempunyai risiko 5-15% untuk

menderita kelainan kongenital terutama penyakit jantung bawaan, defek

tabung saraf (neural tube defect) dan agenesis sakral. Risiko juga meningkat

sekitar 6% untuk timbulnya celah bibir dan penyakit jantung bawaan pada

keturunan dari ibu penderita epilepsi, meskipun disini sulit dibedakan

apakah kelainan kongenital ini meningkat disebabkan oleh epilepsi itu

sendiri atau akibat obat-obat epilepsi. Ibu dengan PKU yang tidak diobati

akan menyebabkan janin yang dikandungnya mempunyai risiko tinggi

(25%) untuk menderita reterdasi mental, mikrosefali dan penyakit jantung

bawaan.
13

b. Deformasi

Deformasi terbentuk akibat adanya tekanan mekanik yang abnormal

sehingga merubah bentuk, ukuran atau posisi sebagian dari tubuh yang

semula berkembang normal, misalnya kaki bengkok atau mikrognatia

(mandibula yang kecil). Tekanan ini dapat disebabkan oleh keterbatasan

ruang dalam uterus ataupun faktor ibu yang lain seperti primigravida,

panggul sempit, abnormalitas uterus seperti uterus bikornus, kehamilan

kembar. Deformasi juga dapat timbul akibat faktor janin seperti presentasi

abnormal atau oligohidramnion. Sebagian besar deformasi mengenai sistim

tulang rawan, tulang dan sendi. Mungkin karena jaringan yang lebih lunak

bila terkena tekanan akan kembali ke bentuk semula. Bila tekanan mekanik

yang abnormal itu dihilangkan, sebagian besar deformasi akan membaik

secara spontan.

c. Disrupsi

Disrupsi struktur juga dapat disebabkan oleh destruksi pada jaringan

yang semula berkembang normal. Berbeda dengan deformasi yang hanya

disebabkan oleh tekanan mekanik, pada desrupsi dapat disebkan oleh

iskemia, perdarahan atau perlekatan. Kelainan akibat disrupsi biasanya

mengenai beberapa jaringan yang berbeda. Perlu ditekankan bahwa baik

deformasi maupun disrupsi biasanya mengenai struktur yang semula

berkembang normal dan tidak menyebabkan kelainan intrinsik pada jaringan

yang terkena. Angka kejadian ulang jarang, kecuali bila terdapat malformasi

pada uterus. Penyebab tersering adalah robeknya selaput amnion pada


14

kehamilan muda sehingga tali amnion dapat mengikat erat janin, memotong

kuadran bawah fetus, menembus kulit, muskulus, tulang dan jaringan lunak.

d. Displasia

Patogenesis lain yang penting dalam terjadinya kelainan kongenital

adalah dysplasia. Istilah dysplasia dimaksud dengan kerusakan (kelainan

struktur) akibat fungsi atau organisasi sel abnormal, mengenai satu macam

jaringan diseluruh tubuh. Pada sebagian kecil dari kelainan ini terdapat

penyimpangan biokimia di dalam sel, biasanya mengenai kelainan produksi

enzim atau sintesis protein. Sebagian besar disebabkan oleh mutasi gen.

Karena jaringan itu sendiri abnormal secara intrinsik, efek klinisnya akan

menetap atau semakin memburuk. Ini berbeda dengan ketiga mekanisme

patogenesis yang terdahulu. Malformasi, deformasi dan disrupsi

menyebabkan efek dalam kurun waktu yang jelas, meskipun kelainan yang

ditimbulkannya mungkin berlangsung lama, tetapi penyebabnya relatif

berlangsung singkat. Dysplasia dapat terus menerus menimbulkan

perubahan kelainan seumur hidup.

Duplikasi yang dapat terlihat atau kekurangan dari setiap otosom

hampir selalu berhubungan dengan gangguan mental, pertumbuhan dan

dismorfik. Kelainan multipel dan pertumbuhan janin terhambat juga sering

timbul dan derajat beratnya berhubungan dengan luasnya ketidak

seimbangan kromosom. Pengenalan terhadap kelainan gen tunggal dan pola

penurunan kelainankromosom diperlukan dalam bidang klinik untuk

mengetahui angka kejadian ulang.5


15

2.6 Klasifikasi Kelainan Kongenital berdasarkan mayor dan minor

a. Malformasi mayor

Malformasi mayor adalah abnormalitas anatomi yang cukup berat

yang dapat mengurangi angka harapan hidup atau berkompromi dengan

fungsi normal seperti neural tube defect, agenesis renal, dan lain-lain.12

Kelainan mayor adalah kelainan yang memerluka tindakan medis

segera demi memprtahankan kelangsungan hidup penderitanya.5

Tabel 2.1Selected external major congenital anomalies

Sumber : Birth defects surveillance a manual for programme managers13

b. Malformasi minor

Malformasi minor adalah perubahan struktural yang tidak

membutuhkan pengobatan, atau dapat diobati dengan mudah.

Malformasi minor paling sering mengenai daerah kompleks, seperti

wajah dan ekstremitas bagian distal. Malformasi minor relatif sering

dan insidennya cukup tinggi pada bayi-bayi prematur dan bayi-bayi

dengan reterdasi pertumbuhan dalam janin (intrauterine growth


16

retardation).12 Contoh malformasi ini yaitu Single transverse palmar

crease, low set ears, hypertolerism.14

Tabel 2.2Selected external minor congenital anomalies

Sumber : Birth defects surveillance a manual for programme

managers13
17

Tabel 2.3 Two step Congenital Malformation Classification method (TCMC) and
Canadian Congenital Anomalies Surveillance System classification method (CCAS)
18
19
20

Sumber : Eltonsy S, Forget A, Blais L,2017. Maternal and Child Health


Journal.15
21

BAB 3
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Teori

Bayi baru lahir

Etiologi :
• Kelainan disebabkan faktor
genetik
• Kelainan mutasi gen tunggal
• Gangguan keseimbangan
akibat kelainan abrasi
kromosom
• Kelainan multifaktorial

Kejadian kelainan
kongenital

Jenis kelainan
kongenital

Bayi Bayi
Hidup Meninggal

3.2 Kerangka Konsep

Kelainan kongenital
• Mayor Prevalensi kematian
• Minor bayi baru lahir

Keterangan :

- = Variabel independen
(
= Variabel dependen
22

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif, dengan desain

penelitian cross sectional study, dimana dilakukan pengumpulan data dari rekam

medik di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September hingga November

2017.

4.2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Instalasi Rekam Medik Rumah

Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo dengan menggunakan Rekam

Medik bayi yang lahir dengan dan tanpa kelainan kongenital.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah :

• Populasi target : Seluruh bayi baru lahir yang meninggal wilayah

kota Makassar

• Populasi terjangkau : Seluruh bayi baru lahir yang meninggal di

perawatan neonatus yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat


23

Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar terhitung sejak Januari 2016

sampai dengan Desember 2016

4.3.2 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh bayi baru

lahir yang meninggal yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar terhitung sejak Januari 2016 sampai

dengan Desember 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan memenuhi

kriteria eksklusi.

4.3.3 Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan metode

total sampling yaitu semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan

memenuhi kriteria eksklusi dijadikan sebagai sampel penelitian.

4.4 Kriteria Sampel

4.4.1 Kriteria Inklusi

Bayi baru lahir dengan kelainan kongenital yang meninggal dan

mempunyai data rekam medis lengkap di Rumah Sakit Umum Pusat

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

4.4.2 Kriteria Eksklusi

a. Rekam medik yang tidak dapat terbaca

b. Data rekam medik yang tidak lengkap

c. Pasien pulang atas permintaan sendiri


24

4.5 Jenis data dan Instrumen Penelitian

4.5.1 Jenis Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang diperoleh dari data rekam medik subjek penelitian.

4.5.2 Instrumen Penelitian

Alat pengumpul data dari instrumen penelitian yang dipergunakan

dalam penelitian ini ialah tabel-tabel tertentu untuk merekam atau mencatat

data yang dibutuhkan dari rekam medik.

4.6 Alur Penelitian

4.6.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan dari pihak

pemerintah dan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo,

Makassar. Sampel didapatkan dari rekam medik periode Januari sampai

dengan Desember 2016. Setelah itu dilakukan pencatatan langsung kedalam

tabel yang telah disediakan.

4.6.2 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah pencatatan dari rekam medik yang

dibutuhkan ke dalam tabel data dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel.

4.6.3 Penyajian data

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan diagram menurut

variabel sesuai dengan tujuan disertai penjelasan.


25

4.7 Etika Penelitian

Hal-hal yang terkait dengan etika penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Menyertakan surat izin untuk ditujukan kepada RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo untuk melakukan penelitian

2. Menyertakan surat izin untuk ditujukan kepada Komisi Etik Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin untuk melakukan penelitian.

3. Setiap data yang diperoleh tidak akan disebarkan kepada pihak lain.
26

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama bulan September hingga Oktober 2017 di

Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar, untuk mengetahui prevalensi

kematian bayi baru lahir dan mengetahui prevalensi kematian berdasarkan jenis

kelainan kongenital mayor dan minor pada 1 Januari 2016 – 31 Desember 2016.

Hasil Penelitian berupa data sekunder yang didapatkan dari rekam medis dengan

metode total sampling yaitu mengambil seluruh data bayi baru lahir yang

meninggal dari tanggal 1 Januari 2016 – 31 Desember 2016.

Dari penelitian ini didapatkan jumlah bayi baru lahir yang meninggal

dengan kelainan kongenital di RS Wahidin Sudirohusodo dari tanggal 1 Januari

2016 – 31 Desember 2016 yang dijadikan sampel penelitian ini sebanyak 50

orang.

Sampel yang telah diambil dari data bagian rekam medik Rumah Sakit

Wahidin Sudirohusodo Makassar kemudian diolah berdasarkan penyebab

kematian dan kegawatdaruratan.

Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan program

Microsoft Excel yang hasilnya dapat dilihat dalam bentuk tabel dan diagram.
27

5.2 Analisis Hasil Penelitian

Berikut prevalensi kematian bayi baru lahir dengan kelainan kongenital,

prevalensi kematian berdasarkan jenis kelainan kongenital yang termasuk mayor

dan minor, dan klasifikasi jenis kelainan kongenital berdasarkan sistemnya di

Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar pada 1 Janurai 2016 – 31

Desember 2016 adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1 Prevalensi kematian bayi baru lahir dengan kelainan kongenital di

Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar pada 1 Januari 2016 – 31

Desember 2016

Prevalensi Kematian
Kelainan Kongenital Tanpa Kelainan Kongenital

n % n %

50 40.98% 72 59.02%
Sumber : Data

Diagram 5.1 Prevalensi kematian bayi baru lahir dengan kelainan kongenital di

Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar pada 1 Januari 2016 – 31

Desember 2016

PREVALENSI KEMATIAN
Kelainan Kongenital Tanpa Kelainan Kongenital

40,98%

59,02%

Sumber : Data
28

Berdasarkan tabel dan diagram 5.1 dapat dilihat bahwa dari 122 bayi baru

lahir yang meninggal di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar pada 1

Januari – 31 Desember 2016, terdapat 50 bayi baru lahir (40,98%) meninggal

dengan kelainan kongenital dan 72 bayi baru lahir (59,02%) meninggal dengan

penyebab lain.

Tabel 5.2Prevalensi kelainan kongenital mayor dan minor berdasarkan jenis

kelainan kongenital di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar pada 1

Januari 2016 – 31 Desember 2016

Kegawatdaruratan

Ya % Tidak
%

50 100.00% 0 0.00%

Sumber : Data

Diagram 5.2 Prevalensi kelainan kongenital mayor dan minor berdasarkan jenis

kelainan kongenital di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar pada 1

Januari 2016 – 31 Desember 2016

KEGAWATDARURATAN
Gawat Darurat Tidak Gawat Darurat
0%

100%

Sumber : Data
29

Berdasarkan tabel dan diagram 5.2 dapat dilihat bahwa dari 50 bayi baru

lahir yang meninggal dengan kelainan kongenital di Rumah Sakit Wahidin

Sudirohusodo Makassar pada 1 Januari – 31 Desember 2016, terdapat seluruh

bayi baru lahir berdasarkan jenis kelainan kongenitalnya termasuk kelainan gawat

darurat (100%) dan tidak terdapat jenis kelainan kongenital yang termasuk tidak

gawat darurat (0%).

Tabel 5.3 Klasifikasi jenis kelainan kongenital berdasarkan sistemnya di Rumah

Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar pada 1 Januari 2016 – 31 Desember 2016

JENIS KELAINAN KONGENITAL Jumlah


Sistem Digestif 25
Sistem Kardiovaskuler 11
Sistem Saraf Pusat 3
Musculoskeletal 1
Sistem Saluran Kemih 1
Organ Genital 1
Kromosom 1
Malformasi Kongenital Lain 1
Sistem Kardiovaskuler + sistem Digestif 2
Sistem Kardiovaskuler + Sistem saraf Pusat 1
Sistem Kardiovaskuler + Malformasi Kongenital Lain 1
Sistem Saluran Kemih + Sistem Digestif 1
Sistem Saraf Pusat + Sistem Digestif 1
Sumber : Data

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 50 bayi baru lahir yang

meninggal dengan kelainan kongenitaldi Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo

Makassar pada 1 Januari – 31 Desember 2016 diklasifikasikan menurut

sistemnya, didapatkan yang paling banyak bayi baru lahir dengan kelainan

kongenital sistem digestif sebanyak 25, disusul bayi baru lahir dengan kelainan

kongenital sistem kardiovaskuler sebanyak 11, bayi baru lahir dengan kelainan
30

kongenital sistem saraf pusat sebanyak 3, masing-masing 1 bayi baru lahir dengan

kelainan kongenital sistem muskuloskeletal, sistem saluran kemih, sistem organ

genital, sistem kromosom, sistem malformasi kongenital lain. Selain itu terdapat

juga kelainan kongenital lebih dari satu sistem pada satu bayi atau kelainan

kongenital multipel yaitu 2 bayi baru lahir dengan kelainan kongenital sistem

kardiovaskuler dan sistem digestif, dan masing-masing 1 bayi baru lahir dengan

kelainan kongenital kombinasi sistem kardiovaskuler dan sistem saraf pusat,

sistem kardiovaskuler dan malformasi kongenital lain, sistem saluran kemih dan

sistem digestif, sistem saraf pusat dan sistem digestif.


31

BAB 6

PEMBAHASAN

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui prevalensi kematian bayi baru

lahir dangan kelainan kongenital dan prevalensi kematian berdasarkan jenis

kelainan kongenital yang termasuk mayor dan minor di Rumah Sakit Wahidin

Sudirousodo Makassar periode 1 Januari 2016 – 31 Desember 2016. Hasil

penelitian berupa data sekunder yang diperoleh dari rekam medik di Rumah Sakit

Wahidin Sudirohusodo Makassar.

6.1 Prevalensi Kematian Bayi Baru Lahir dengan Kelainan Kongenital

Dari penelitian ini, prevalensi kematian bayi baru lahir dengan kelainan

kongenital di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo periode 1

Januari 2016 – 31 Desember 2016 didapatkan 122 bayi baru lahir meninggal,

diantaranya terdapat 50 meninggal dengan kelainan kongenital (40,98%) ,

sedangkan 72 lainnya meninggal dengan penyebab lain. Dari hasil penelitian ini

dapat dilihat bahwa dari semua data bayi baru lahir yang meninggal, kelainan

kongenital memberikan kontribusi di dalam kematian bayi baru lahir, hal ini

sejalan dengan data dari WHO yang menyatakan bahwa antara 25% dan 40%

kasus angka lahir mati disebabkan karena kelainan kongenital.

6.2 Prevalensi kelainan mayor dan minor berdasarkan jenis kelainan

kongenital

Dari data jenis kelainan kongenital yang telah dikumpulkan dalam penelitian

ini dibedakan juga menurut mayor dan minor. Jenis kelainan kongenital yang

paling banyak ditemukan pada penelitian ini adalah kelainan kongenital mayor,

sedangkan tidak ditemukan kelainan kongenital minor..


32

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Talukder dan Sharma

(2006) melaporkan bahwa pada tahun 2005 di India yang paling banyak

ditemukan meninggal adalah kelainan kongenital mayor. 16

6.3 Klasifikasi jenis kelainan kongenital berdasarkan sistemnya

Klasifikasi jenis kelainan kongenital bayi baru lahir berdasarkan sistemnya

didapatkan jumlah penderita tertinggi terdapat pada kelainan kongenital sistem

digestif (gastrointestinal) yaitu 25 bayi baru lahir dari 50 sampel (50%), penelitian

ini yang didapatkan pada kelainan kongenital gastrointestinal adalah kelainan

malformasi anorektal, hirschprung, atresia esophagus, atresia ileum, omfalokel

dan gastroskisis.

Hal ini didukung olehpenelitian yang dilakukan oleh Dora Darrusalam dan TM

Thaib di NICU RSUD Dr Zainoel Abidin, Banda Aceh bahwa memang pada

kelainan kongenital anomaly gastrointestinal memberikan kontribusi yang

tertinggi menyebabkan kematian, tetapi sebelumnya Osifa,dkk melaporkan 30%

dari 78 bayi baru lahir meninggal dengan kelainan kongenital anomaly

gastrointestinal yang termasuk kelainan atresia duodenum, atresia esophagus,

atresia yeyenum, omfalokel, dan gastroskisis.17 Sedangkan penelitian Dora

Darrusalam dkk mendapatkan 27,8% kasus meninggal dengan anomaly

gastrointestinal yang termasuk kelainan atresia esofagus, atresia duodenum,

atresia yeyenum, gastroskisis, serta omfalokel. Beberapa faktor yang juga

memengaruhi angka kematian yang tinggi pada neonatus dengan kelainan

kongenital gastrointestinal di Negara berkembang, seperti prematuritas, penyerta

penyakit kongenital anomaly lainnya, komplikasi operasi dan fasilitas NICU yang

kurang.18
33

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai prevalensi kematian

bayi baru lahir dengan kelainan kongenital di Rumah Sakit Waidin Sudirohusodo

Makassar pada tahun 2016, maka dapat disimpulkan beberapa hal yakni :

1. Didapatkan 50 bayi baru lahir meninggal dengan kelainan kongenital dari 122 bayi

baru lahiryang meninggal pada tahun 2016 (40,98%)

2. Berdasarkan jenis kelainan kongenital didapatkan yang terbanyak adalah

mayor

3. Klasifikasi jenis kelainan kongenital berdasarkan sistemnya yang terbanyak

adalah sistem gastrointestinal

7.2 Saran

Setelah melakukan penelitian mengenai prevalensi kematian bayi baru lahir

dengan kelainan kongenital di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar

pada tahun 2016 dapat diberikan saran berupa :

1. Kepada masyarakat khususnya ibu hamil agar rutin melakukan

pemeriksaan kehamilanuntuk menghindari hal-hal yang dapat

membahayakan janin dan senantiasa menjaga kesehatan ibu dan janin agar

terhindar dari penyakit.

2. Bagi tenaga kesehatan di Rumah Sakit diharapkan dapat mengisi rekam

medis dengan benar dan lengkap agar kedepannya mudah melakukan

pendataan.
34

3. Bagi peneliti selanjutnya di waktu mendatang diharapkan bisa meneliti

dengan metode dan variable yang berbeda dari penelitian ini.


35

DAFTAR PUSTAKA

1.Kementrian Kesehatan, 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014, Republik

Indonesia. Jakarta Hal : 125,108

2. Kliegman RM, Stanton BF, Gemelll JW, Shcor NF, 2011. Nelson textbook

of pediatrics. Nineteenth edition. Philadelphia: Elsevier Inc

3.Dinas Kesehatan, 2015. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan 2014,

Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar Hal : 18

4.Dinas Kesehatan, 2016. Profil Kesehatan Kota Makassar 2015, Pemerintah

Kota Makassar. Makassar Hal : 32

5.Effendi Sjarif. H, Indra Santo.E, 2008. Buku Ajar Neonatologi. 1 st edition,

Jakarta : IDAI. Hal 41, 47-51, 54-56, 66-67

6.Prawirohardjo, S., 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal

7.Manuaba, I.B.G, 1998 Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana. Jakarta : ECG

8. Prawirohardjo, S., 2005. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal

9.Green, C.J. dan Walkinson, J.M, 2012. Rencana Asuhan Keperawatan

Maternal & Bayi Baru Lahir. Terjemahan oleh Monica Ester, Ns Nur

Meity Sulistia Ayu, Yasmin Asih, Agus Sutarna. Jakarta : Buku

Kedokteran ECG

10. Harianto, S.M. Serumpaet dan Rasmaliah,2012. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum di Rumah Sakit Umum

ST Elisabeth Universitas Sumatera Utara


36

11. Rini DS, Nunik Puspitasari, 2014. Hubungan Status Kesehatan Neonatal

dengan Kematian Bayi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Airlangga, Surabaya

12. Birth defects surveillance: a manual for programme managers. Hal : 4-5

13. Kumar P, Burton BK,2008. Congenital Malformation. Evidence based

evaluation and management. McGraw Hill Medical

14. Levy PA, Marion RW, 2015. Human genetics and dysmorphology dalam

Nelson Essential of Pediatrics. Edisi 7. Elsevier Inc

15. Eltonsy S, Forget A, Blais L. 2017. The Impact of Different Case

Ascertainment Definitions on the Prevalence of Major Congenital

Malformations and their Association with asthma During Pregnancy.

Maternal and Child Health Journal; 21(3): 616-625

16. Talukder G, Sharman A, 2006. Genetic Causes of Congenital

Malformation in India.

17. Osifo OD, Ovueni ME, 2009. The prevalence, patterns, and causes of

deaths of surgical neonates at two African referral pediatric surgical

centers. Annals J Pediatr Surg

18. Dora Darussalam, TM Thaib, 2013. Hubungan Kelainan Kongenital

Anomali Gastrointestinal pada Neonatus dan Kematian. Depertemen Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Syiah, Banda Aceh


37

LAMPIRAN
Lampiran I
REKOMENDASI PENELITIAN
38
39
40

LAMPIRAN II

DATA HASIL PENELITIAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KELAINAN


KONGENITAL DI RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR PERIODE 1 JANUARI 2016 – 31 DESEMBER 2016

Sistem Jenis Kelainan Kongenital


Sistem Kardiovaskuler Jantung Bawaan Asianotik et causa Atrial Septal Defect
Jantung Bawaan Asianotik et causa Patent Ductus Arteriosus
Jantung Bawaan Asianotik et causa Persistent Foramen Ovale
Jantung Bawaan Asianotik et causa Single Atrium dan Single Ventrikel
Jantung Bawaan Asianotik Sepsis Neonatorum
Musculoskeletal Polydactili
Sistem Digestif Hirschprung
Malformasi Anorektal Letak Tinggi dangan Fistula Rectourethra
Malformasi Anorektal Letak Tinggi Tanpa Fistula et causa Atresia Ani
Malformasi Anorektal Letak Tinggi dengan Fistula
Malformasi Anorektal Letak Rendah tanpa fistula
Atresia Esofagus
Atresia Ileum
Multiple organ dysfungtional sistem
Gastroschisis
Mutiple atresia intestinal
Hernia Diafragmatika
Omphalocele
Sistem Saraf Pusat Meningocele
Hipoplasia Cerebri
Hidrosefalus
Sistem Saluran Kemih Prune Belly Syndrom
Organ Genital Ambiguous Genital
Kromosom Down Sindrom
Malformasi Kongenital lainnya Kembar Siam
41

KELAINAN
Jenis Kelainan Kongenital
NO KONGENITAL KEGAWATDARURATAN
YA TIDAK YA TIDAK
1 √ Malformasi Anorektal letak rendah tanpa fistula √
Jantung Bawaan Asianotik et causa Atrial Septal Defect &
2 √ Hipoplasia Cerebri √
3 √
4 √
5 √ Hipoplasia Cerebri √
6 √ Malformasi Anorektal Letak Tinggi √
7 √
8 √ Malformasi Anorektal Letak Rendah √
Jantung Bawaan asianotik et causa Ventrikel Septal Defect
9 √ dan Patent Ductus Arteriosus √
Jantung Bawaan Asianotik et causa Atrial Septal Defect dan
10 √ Patent Ductus Arteriosus √
11 √
Penyakit Jantung Bawaan Asianotik et causa Persistent
12 √ Foramen Ovale √
13 √ Gastroschisis √
14 √ Malformasi Anorektal Letak Tinggi √
Malformasi Anorektal Letak Tinggi dangan Fistula
15 √ Rectourethra & Multiple Organ Dysfungtional Syndrom √
16 √ Intestinal Obstruksi et causa Hirschsprung Disease √
17 √ Malformasi Anorektal Letak Tinggi √
18 √
19 √ Malformasi Kongenital Ganda & Ambiguous Genitalia √
20 √
21 √
22 √
Jantung Bawaan Asianotik et causa Single Atrium dan Single
23 √ Ventrikel & Kembar Siam Thorakoabdominal √
24 √
25 √ Multipel Atresia Intestinal √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
Malformasi Anorektal Letak Tinggi Tanpa Fistel et causa
31 √ Atresia Ani √
32 √
33 √
34 √ Malformasi Kongenital Ganda & Kembar Siam √
42

Thoracoabdominopagus
35 √
36 √
37 √ Jantung Bawaan Asianotik et causa Atrial Septal Defect √
Atresia Esofagus & Jantung Bawaan Asianotik et Causa
38 √ Atrial Septal Defect √
39 √
40 √
41 √
42 √
43 √
Mikrosefali & Malformasi kongenital dengan fistula
44 √ rectourethra √
Hernia Diafragmatika Dextra & Jantung Bawaan Asianotik et
45 √ causa Atrial Septal Defect √
46 √
47 √
48 √
49 √
50 √
51 √ Jantung Bawaan Asianotik Sepsis Neonatorum √
52 √
53 √
54 √
55 √ Malformasi Anorektal Letak Tinggi dengan Fistula √
56 √ Polydactili √
57 √ Gastroschisis √
58 √ Atresia Esofagus dengan Fistel Trakheoesofageal √
59 √
60 √
61 √
Jantung Bawaan Asianotik et causa Atrial Septal Defect &
62 √ Patent Ductus Arteriosus √
63 √
64 √ Malformasi Anorektal letak rendah tanpa fistula √
65 √ Down Sindrom Diferential Diagnosis Hipotiroid √
66 √
67 √
68 √ Gastroschisis √
69 v
70 √ Omphalocele √
71 √
72 √
73 √ Hidrosefalus √
43

74 √
75 √ Penyakit Jantung Bawaan Asianotik √
76 √
77 √
78 √ Gastroschisis √
79 √ Atresia Esofagus √
80 √
81 √
82 √
83 √ Jantung Bawaan Asianotik et causa Ventrikel Septal Defect √
84 √
Prune Belly Syndrome & Malformasi Anorektal Letak
85 √ Rendah √
Jantung Bawaan Asianotik et causa Atrial Septal Defect
86 √ Sekundum √
87 √ Malformasi Anorektal letak rendah √
88 √
89 √
90 √
91 √
92 √ Meningocele √
93 √ Atresia Ileum √
94 √
95 √
96 √
97 √ Atresia Esofagus √
98 √
99 √
100 √
101 √ Malformasi Letak Tinggi Dengan Fistel rektovesika √
102 √
103 √
104 √ Jantung Bawaan Asianotik et causa Atrial Septal Defect √
105 √ Gastroschisis & Atresia Ileum tipe III √
106 √ Jantung Bawaan Asianotik et causa Atrial Septal Defect
107 √
108 √
109 √
110 √ Jantung Bawaan Asianotik √
111 √
112 √
113 √
114 √ Atresia Esofagus Tipe C dengan Fistel Tracheoesophageal √
44

115 √
116 √
117 √
118 √
119 √
120 √
121 √
122 √ Hirschprung √
45

Lampiran III
BIODATA DIRI PENULIS

Data Pribadi :
Nama Lengkap : Gesizia Ari
Nama Panggilan : Gesi
Tempat/Tanggal Lahir : Makale, 04 Desember 1996
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Kristen
Jenis Kelamin : Perempuan
Gol. Darah :A
Nama Orang Tua

• Ayah : Jonni Ari


• Ibu : Mariani Mice Silo
Pekerjaan Orang Tua

• Ayah : Wiraswasta
• Ibu : Wiraswasta
Anak ke : 2 dari 3 Bersaudara
Alamat saat ini : Bukit Khatulistiwa Blok B No. 8
No. Telp : (+62)85355552992
Email : gesiziaa@gmail.com
46

Riwayat Pendidikan Formal

Periode Sekolah/Institusi/Universitas Jurusan


2001-2002 TK Renya Rosari -
2002-2008 SD Katolik Renya Rosari -
2008-2011 SMP Katolik Makale -
2011-2014 SMA Tunas Karya IPA
2014-sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Pendidikan Dokter
Hasanuddin

Riwayat Organisasi

Periode Organisasi Jabatan

2017 Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Anggota

Kedokteran Unhas

Anda mungkin juga menyukai