Anda di halaman 1dari 54

SKRIPSI

DESEMBER 2021

HUBUNGAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN


PERDARAHAN POSTPARTUM KARENA ATONIA UTERI DI RSUP DR
WAHIDIN SUDIROHUSODO PADA TAHUN 2015-2020

Oleh :
ASBAR

C011181102

Pembimbing :

Prof. DR. dr. Nusratuddin Abdullah, M.Sc., Sp. OG(K), MARS

DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK

MENYELESAIKAN STUDI PADA PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
HUBUNGAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN
PERDARAHAN POSTPARTUM KARENA ATONIA UTERI DI RSUP
DR WAHIDIN SUDIROHUSODO PADA TAHUN 2015-2020

Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin

Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran

ASBAR

C011181102

Pembimbing :

Prof. DR. dr. Nusratuddin Abdullah, M.Sc., Sp. OG(K), MARS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN MAKASSAR

2021

ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu WaTa’ala, yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Hubungan Anemia dalam Kehamilan dengan Kejadian
Perdarahan Postpartum karena Atonia Uteri di RSUP DR Wahidin
Sudirohusodo Pada Tahun 2015-2020”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk mencapai gelar sarjana kedokteran.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik
tanpa adanya doa, bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih banyak tanpa kepada:
1. Allah Subhanahu wa ta‟ala, atas rahmat dan ridho-Nya lah skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, sebaik-baik panutan yang selalu
mendoakan kebaikan atas umatnya.
3. Kedua Orangtua, Sayyid Ahmad Majid dan Haniyah Zainuddin yang tak pernah
henti mendoakan dan memotivasi penulis untuk menjadi manusia yang bermanfaat
bagi sesama serta sukses dunia dan akhirat.
4. Kelima saudara kandung saya yang selalu mendukung dan memotivasi penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Dekan dan para Wakil Dekan serta Dosen – dosen Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin yang selalu memberikan fasilitas dan bimbingan terbaik
untuk kelancaran studi penulis.
6. Prof. DR. dr. Nusratuddin Abdullah, M.Sc., Sp. OG(K), MARS, selaku pembimbing
skripsi atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabaran meluangkan waktunya memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis mulai dari penyusunan proposal sampai pada
penyusunan skripsi ini.
7. Dr. Susiawaty, Sp.OG(K) dan dr. Imam Ahmadi Farid, Sp.OG(K) selaku penguji atas
kesediaannya meluangkan waktu memberikan masukan untuk skripsi ini.
8. Dr Arsyi Adliah Anwar, Sp.OG yang senantiasa memberikan masukan dan
motivasi selama proses pengerjaan skripsi ini.

vii
9. Pak Idam dan Bu Ani bagian rekam medik RS Wahidin Sudirohusodo atas bantuan
dan kesediaannya membantu selama proses pengambilan data.
10. Muhammad Rizky Alifzan Rahman Fibrosa FKUH, atas segala bantuannya dalam
melakukan penelitian, mengolah data, hingga menyusun skripsi.
11. Karina Rizki Novita, A.Md.Stat., atas ilmu analisis data yang telah diberikan
sehingga penulis dapat mengolah data dengan baik.
12. Nurul Rezky Mardianthy Mioglobin FKep UH, yang senantiasa membantu dan
memotivasi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
13. Teman – teman KKN-PK UH 60 Posko Desa Kaluku yang memberikan
kesempatan penulis menjadi pribadi yang lebih baik dan senantiasa memberikan
dukungan dan semangat kepada penulis.
14. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis memahami sepenuhnya bahwa skripsi ini tak luput dari berbagai
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
demi perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan inspirasi
bagi para pembaca untuk melakukan hal yang lebih baik lagi dan semoga skripsi ini
bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Mudah-mudahan segala
sesuatu yang telah diberikan menjadi bermanfaat dan bernilai ibadah di hadapan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala.

Makassar, 11 Agustus 2021

Asbar

viii
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN, UNIVERSITAS HASANUDDIN
DESEMBER 2021
Asbar (C011181102)
Prof. DR. dr. Nusratuddin Abdullah, M.Sc., Sp. OG(K), MARS
HUBUNGAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN
PERDARAHAN POSTPARTUM KARENA ATONIA UTERI DI RSUP DR
WAHIDIN SUDIROHUSODO PADA TAHUN 2015-2020

ABSTRAK
Latar Belakang. Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih terbilang tinggi yakni berkisar di angka 305
per 100.000 kelahiran hidup. Ada lima penyebab terbesar kematian ibu pada saat
kehamilan yakni; perdarahan, infeksi, partus lama/macet, abortus, dan hipertensi dalam
kehamilan. Perdarahn postpartum menempati posisi tertinggi penyebab kematian ibu,
yaitu sebesar 28%. Salah satu penyebab perdarahan postpartum yang paling sering
secara tidak langsung adalah anemia dalam kehamilan. Munculnya anemia dalam
kehamilan menyebabkan asupan oksigen yang tidak adekuat bagi ibu hamil dan janin
sehingga menyebabkan munculnya berbagai gangguan baik pada saat kehamilan
maupun pada saat persalinan. Atonia uteri merupakan salah satu gangguan yang
mungkin didapatkan dari kondisi anemia dalam kehamilan. Tujuan. Untuk
mengetahui hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian perdarahan
postpartum akibat atonia uteri di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo periode 2015 –
2020. Metode. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan case
control. Data variabel terikat dan variabel bebas yang dibutuhkan diambil dari data
sekunder yakni rekam medik pasien. Jumlah total sampel yang diambil sebanyak 72
sampel yang dibagi dalam kelompok kasus dan kelompok kontrol dengan perbandingan
1 : 1 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis data bivariat menggunakan
uji Chi square dibantu dengan SPSS for Windows. Hasil. Ditemukan p = 0,001 < 0,05
maka Ho ditolak yang artinya ada hubungan anemia dalam kehamilan dengan kejadian
perdarahan postpartum akibat atonia uteri di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo
Makassar. Kekuatan hubungan antara kedua variabel dilihat berdasarkan Coefficient
contingency yaitu sebesar 0,370 yang berarti kekuatan hubungannya sedang.
Kemudian hasil Odds Ratio diperoleh hasil OR = 5,800 [CI 95% 2,013 – 16,715] yang
berarti rentang 2,013 – 16,715 tidak melewati nilai satu, maka dapat dikatakan bahwa
ibu bersalin dengan anemia dalam kehamilannya memiliki peluang 5,8 kali lebih besar
mengalami perdarahan postpartum akibat atonia uteri dibandingkan ibu bersalin tanpa

ix
anemia dalam kehamilannya. Simpulan. Terdapat hubungan antara anemia dalam
kehamilan dengan kejadian perdarahan postpartum akibat atonia uteri di Rumah Sakit
Wahidin Sudirohusodo periode 2015 – 2020.

x
SKRIPSI
FACULTY OF MEDICINE, HASANUDDIN UNIVERSITY
DECEMBER 2021
Asbar (C011181102)
Prof. DR. dr. Nusratuddin Abdullah, M.Sc., Sp. OG(K), MARS
RELATIONSHIP OF ANEMIA IN PREGNANCY WITH POSTPARTUM
BLOODING EVENTS DUE TO UTERIAL ATONIA IN DR WAHIDIN
SUDIROHUSODO HOSPITAL 2015-2020

ABSTRACT
Background. Based on the results of the Inter-Census Population Survey (SUPAS), the
Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia is still relatively high at around 305 per
100,000 live births. There are five biggest causes of maternal death during pregnancy,
namely; bleeding, infection, prolonged / obstructed labor, abortion, and hypertension in
pregnancy. Postpartum hemorrhage occupies the highest position as a cause of maternal
death, which is 28%. One of the most common causes of postpartum hemorrhage
indirectly is anemia in pregnancy. The emergence of anemia in pregnancy causes
inadequate oxygen intake for pregnant women and fetuses, causing various disorders both
during pregnancy and during delivery. Uterine atony is one of the disorders that may be
obtained from anemia in pregnancy. Purpose. This study aims to determine the
relationship between anemia in pregnancy and the incidence of postpartum hemorrhage
due to uterine atony at Wahidin Sudirohusodo Hospital for the period 2015 – 2020.
Methods. This study uses an analytical method with a case control approach. The
dependent variable data and the independent variables needed were taken from secondary
data, namely the patient's medical record. The total number of samples taken was 72
samples which were divided into case groups and control groups with a ratio of 1: 1 that
met the inclusion and exclusion criteria. Bivariate data analysis using Chi square test
assisted by SPSS for Windows. Results. It was found that p = 0.001 < 0.05 then Ho was
rejected, which means that there is a relationship between anemia in pregnancy and the
incidence of postpartum hemorrhage due to uterine atony at Wahidin Sudirohusodo
Hospital, Makassar. The strength of the relationship between the two variables is seen
based on the contingency coefficient, which is 0.370 which means the strength of the
relationship is moderate. Then the results of the Odds Ratio obtained OR = 5,800 [95%
CI 2,013 – 16,715] which means the range of 2,013 – 16,715 does not exceed the value
of one, it can be said that mothers giving birth with anemia in pregnancy have a 5.8 times
greater chance of experiencing postpartum hemorrhage due to uterine atony compared to
women in labor without anemia in pregnancy. Conclusion. There is a relationship

xi
between anemia in pregnancy and the incidence of postpartum hemorrhage due to uterine
atony at Wahidin Sudirohusodo Hospital for the period 2015 – 2020.

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS......................................................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................................vii
ABSTRAK............................................................................................................................ix
ABSTRACK..........................................................................................................................xi
DAFTAR ISI.......................................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL...............................................................................................................xvi
DAFTAR BAGAN.............................................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................................xviii
DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................................xix
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 4
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Teoritis................................................................................................... 5
1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................................................... 5
BAB II................................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................................... 6
2.1 Kehamilan ................................................................................................................... 6
2.1.1 Definisi ................................................................................................................ 6
2.1.2 Tanda dan Gejala Kehamilan (Hatini, 2019) ....................................................... 7
b. Tanda tidak pasti kehamilan (presumptive) ................................................................ 7
c. Tanda kemungkinan hamil.......................................................................................... 9
2.2 Anemia dalam Kehamilan......................................................................................... 10

xiii
2.2.1 Definisi .............................................................................................................. 10
2.2.2 Fisiologis Anemia pada Kehamilan ................................................................... 11
2.2.3 Etiologi Anemia dalam kehamilan..................................................................... 14
2.2.4 Patofisologi Anemia dalam Kehamilan ............................................................. 15
2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Kehamilan ........................... 17
2.2.6 Diagnosis Anemia dalam Kehamilan................................................................. 21
2.2.7 Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan ............................................................... 22
2.2.8 Pengaruh Anemia dalam Kehamilan ................................................................. 26
2.3 Perdarahan Postpartum ............................................................................................. 27
2.3.1 Definisi Perdarahan Postpartum ........................................................................ 27
2.3.2 Jenis perdarahan postpartum .............................................................................. 27
2.3.3 Penyebab Perdarahan Postpartum ...................................................................... 28
2.3.4 Patofisiologi terjadinya Perdarahan Postpartum ................................................ 29
2.3.5 Diagnosis Perdarahan Postpartum ..................................................................... 30
2.3.6 Pencegahan Perdarahan Postpartum .................................................................. 31
Table 2.4 Jenis Uterotonika dan Cara Pemberiannya ......................................................... 32
2.3.7 Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum ........................................................... 33
Figure 2.1 Penanganan Perdarahan Postpartum .................................................................. 33
2.4 Hubungan Anemia pada Kehamilan dengan Kondisi Perdarahan Postpartum ......... 34
2.5 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep ..................................................................... 35
2.5.1 Kerangka Teori .................................................................................................. 35
2.5.2 Kerangka Konsep............................................................................................... 35
BAB III ............................................................................................................................... 36
METODE PENELITIAN.................................................................................................... 36
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ....................................................................................... 36
Figure 3.1 Desain Penelitian ............................................................................................... 37
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................... 37
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................................. 38
3.4 Kriteria Sampel ......................................................................................................... 38
3.5 Pengumpulan Data .................................................................................................... 39
3.6 Manajemen Data ....................................................................................................... 40
3.7 Etika Penelitian ......................................................................................................... 41
3.8 Alur Penelitian .......................................................................................................... 42
3.9 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ......................................................... 42

xiv
3.9.2 Definisi Operasional .......................................................................................... 43
BAB IV ............................................................................................................................... 44
HASIL PENELITIAN ........................................................................................................ 44
4.1 Analisis Univariat ..................................................................................................... 44
4.1.1 Distribusi frekuensi usia ibu bersalin di RSWS Makassar 2015 – 2020............ 44
4.1.2 Distribusi frekuensi paritas ibu bersalin di RSWS Makassar 2015 – 2020 ....... 45
4.1.3 Distribusi frekuensi anemia ibu bersalin di RSWS Makassar 2015 – 2020 ...... 45
4.2 Analisis Bivariat ....................................................................................................... 46
4.2.1 Tabulasi silang hubungan anemia dalam kehamilan dengan Atonia Uteri ........ 46
BAB V ................................................................................................................................ 47
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 47
5.1 Kejadian Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri ............................................. 47
5.2 Kejadian Anemia dalam Kehamilan di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo.......... 48
5.3 Hubungan Anemia dalam Kehamilan dengan Atonia Uteri ...................................... 48
5.4 Hubungan Usia dengan kejadian Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri......... 50
5.5 Hubungan Paritas dengan kejadian Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri ..... 50
5.6 Keterbatasan Penelitian............................................................................................. 51
BAB VI ............................................................................................................................... 52
PENUTUP .......................................................................................................................... 52
6.1 Kesimpulan................................................................................................................ 52
6.2 Saran ......................................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 53
LAMPIRAN.........................................................................................................................58

xv
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Konsentrasi Hemoglobin Normal Ibu Hamil............................................... 11


Table 2.1 Usia Kehamilan .............................................................................................. 17
Table 2.3 Interpretasi Kadar Hemoglobin pada Pemeriksaan Sahli ......................... 21
Table 2.4 Jenis Uterotonika dan Cara Pemberiannya................................................. 32
Table 4.1 Distribusi frekuensi ibu bersalin berdasarkan usia .................................... 44
Table 4.2 Distribusi frekuensi ibu bersalin berdasarkan paritas ............................... 45
Table 4.3 Distribusi frekuensi ibu bersalin berdasarkan kejadian anemia dalam
kehamilan......................................................................................................................... 45
Table 4.4 Tabulasi silang hubungan anemia dalam kehamilan dengan kejadian
perdarahan postpartum akibat atonia uteri ................................................................. 46

xvi
DAFTAR BAGAN

Figure 2.1 Penanganan Perdarahan Postpartum......................................................... 33

Figure 3.1 Desain Penelitian........................................................................................... 37

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Penulis...................................................................................................56

Lampiran 2. Data Responden..................................................................................................60

Lampiran 3. Hasil SPSS...........................................................................................................64

Lampiran 4. Etik Penelitian....................................................................................................70

xviii
DAFTAR SINGKATAN

ANC : Antenatal Care

AKI : Angka Kematian Ibu

CI : Confidence Interval

Hb : Hemoglobin

HIV : Human Immunodeficiency Virus

Ho : Hipotesis nol

HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir

IV : Intravena

IM : Intramuskular

LLA : Lingkar Lengan Atas

OR : Odds Ratio

RSUP : Rumah Sakit Umum Pemerintah

SDGs : Sustainable Development Goals

SKDI : Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia

SPSS : Statistical Package for the Social Sciens

SUPAS : Survei Penduduk Antar Sensus

TBC : Tuberkulosis

TTP : Taksiran Tanggal Persalinan

WHO : World Health Organization

ix
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Mengacu pada Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada

tahun 2015, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih terbilang tinggi yaitu

berkisar di angka 305 per 100.000 kelahiran hidup dan hal ini masih jauh dari

target yang tertera di Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu sebesar 70

per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun angka ini jika dilihat dari hasil Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2012 mengalami penurunan

54 kasus yang awalnya 359 per 100.000 kelahiran hidup. Sebenarnya, jika kita

membandingkan angka ini dengan negara-negara paling miskin di asia, seperti

Timor leste, Myanmar, Bangladesh, dan Kamboja, Indonesia masih memiliki

angka kematian ibu jauh lebih buruk (Purba & Nurazizah, 2019).

Lima penyebab kematian ibu terbesar adalah hipertensi dalam

kehamilan, perdarahan, infeksi, partus lama/macet, dan abortus (Purba &

Nurazizah, 2019). Perdarahan menempati posisi kedua tertinggi penyebab

kematian ibu yaitu sebesar 28%. Anemia adalah salah satu penyebab tidak

langsung munculnya perdarahan terbanyak pada ibu bersalin. Anemia yang

ditemukan pada ibu bersalin kemungkinan akan mengalami gangguan his,

kekuatan mengejan, kala pertama dapat berlangsung lama, kala uri yang dapat

diikuti retensio plasenta serta perdarahan post partum dan atonia uteri (Rahayu

& Suryani, 2018).

1
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), kematian ibu baik secara

langsung ataupun tidak langsung sebanyak 15-20% disebabkan oleh anemia, di sisi lain

anemia juga berkaitan dengan angka kesakitan ibu. Anemia merupakan masalah global dari

kesehatan masyarakat yang mempengaruhi kondisi kesehatan manusia, pembangunan

sosial bahkan ekonomi baik di negara berkembang sampai negara maju (WHO, 2015).

Frekuensi anemia dalam kehamilan di dunia berkisar 10% - 20% dan jumlah penderita

anemia di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi yakni 63,5 %. Angka kejadian

anemia di Indonesia bisa semakin tinggi disebabkan penanganan anemia hanya

dilaksanakan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum kehamilan. Total jumlah penderita

anemia pada ibu hamil di Indonesia sebanyak 50,9% yang artinya dari 10 ibu hamil,

sebanyak 5 orang terdiagnosis menderita anemia (Rahayu & Suryani, 2018).

Penyebab anemia dalam kehamilan biasanya disebabkan karena kekurangan gizi

(malnutrisi), kekurangan zat besi dalam diet, kekurangan asam folat, kelainan darah,

malabsorbsi, kehilangan darah yang massif seperti riwayat persalinan yang lalu dan

penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, malaria, dan cacing usus. Anemia dalam

kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan, dan nifas. Proses

kehamilan membutuhkan asupan tambahan zat besi untuk meningkatkan kuantitas sel

darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Semakin sering seorang

wanita mengalami kehamilan dan melewati proses melahirkan maka akan semakin banyak

kehilangan zat besi yang kemudian tubuh akan menjadi semakin mudah terkena anemia

(Rahayu & Suryani, 2018).

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb)

dibawah 11 gr/ dl pada trimester I dan III atau dengan kadar <10,5 gr/ dl pada trimester II.

2
Kekurangan hemoglobin di dalam darah akan mengakibatkan kurangnya oksigen yang akan

dibawa atau ditransfer ke sel-sel yang ada di seluruh tubuh. Ketika oksigen kurang, maka

asupan oksigen untuk otot-otot uterus akan berkurang sehingga otot-otot uterus tidak dapat

melakukan kontraksi kembali pasca persalinan yang disebut sebagai atonia uteri.

Terjadinya atonia uteri menyebabkan ibu hamil yang menderita anemia akan mengalami

perdarahankpostpartum.

Perdarahan postpartum merupakan perdarahan atau hilangnya darah 500 cc bahkan

lebih yang terjadi sejak anak dilahirkan. Perdarahan bisa terjadi sebelum, selama, atau

bahkan sesudah dilahirkannya plasenta. Umumnya pada saat ada perdarahan yang bersifat

abnormal akan terdapat perubahan tanda-tanda vital dari seorang ibu seperti kesadarannya

menurun, sesak napas, serta tekanan darah bisa mencapai < 90 mmHg sedangkan nadinya

bisa mencapai >110 kali/ menit maka dari itu dibutuhkan penanganan segera (A . Fahira

Nur , Abd . Rahman, 2019).

Berdasarkan pemaparan terkait masih tingginya angka kematian ibu serta masih

tingginya angka anemia dalam kehamilan yang dimana kemungkinan komplikasi dari

anemia ini bisa menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum akibat atonia uteri bahkan

bisa menjadi serius berujung kematian dari ibu hamil, maka dari itu penulis tertarik untuk

meneliti hubungan antara anemia kehamilan dengan kejadian perdarahan postpartum

karena atonia uteri di RSUP DR Wahidin Sudirohusodo.

3
1.2 Rumusan Masalah

“ Apakah ada hubungan antara anemia pada kehamilan dengan kejadian perdarahan

postpartum akibat atonia uteri?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara anemia pada kehamilan dengan adanya perdarahan

postpartum akibat atonia uteri.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui variasi kadar Hb pada ibu hamil di RSUP DR Wahidin

Sudirohusodo pada tahun 2015-2020

b. Mengetahui jumlah ibu hamil dengan anemia di RSUP DR Wahidin

Sudirohusodo pada tahun 2015-2020

c. Mengetahui jumlah kasus perdarahan post partum akibat atonia uteri di RSUP

DR Wahidin Sudirohusodo pada tahun 2015-2020

d. Membuktikan adanya hubungan anemia dalam kehamilan dengan perdarahan

postpartum karena atonia uteri di RSUP DR Wahidin Sudirohusodo pada tahun

2015-2020

4
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dapat memberikan pengetahuan mengenai hubungan antara anemia pada

kehamilan dengan perdarahan postpartum karena atonia uteri.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat, khususnya ibu hamil

mengenai pentingya memeriksakan kadar Hb supaya bisa diketahui tingkat

anemia ibu hamil sehingga timbul ketaatan untuk mengonsumsi tablet besi

dan makan makanan yang bergizi.

b. Memberikan informasi kepada tenaga kesehatan, yang menangani ibu hamil

mengenai bahaya anemia dalam kehamilan dan perdarahan postpartum,

pemeriksaan deteksi dini anemia serta pemberian konseling mengenai

persiapan menghadapi persalinan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan

2.1.1 Definisi

Kehamilan merupakan periode dimulai dari konsepsi sampai janin dilahirkan,

waktu hamil normal yaitu 280 hari atau 9 bulan 7 hari yang dapat dihitung mulai hari

pertama haid terakhir. Secara medis kehamilan dimulai dari pembuahan sel telur wanita

oleh spermatozoa dari pihak pria. Kehamilan merupakan suatu periode dan perkembangan

janin yang cukup cepat, dengan kebutuhan terhadap fisiologis, metabolik, dan emosional

lumayan tinggi pada seorang ibu (Truswell & Stewart, 2012). Menurut Manuaba (2012)

kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkelanjutan dan terdiri dari ovulasi, migrasi

spermatozoa dan ovum, konsepsi dan perkembangan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus,

pembentukan plasenta, dan terakhir tumbuh kembang hasil konsepsi sampai usia aterm.

Kehamilan digolongkan menjadi tiga trimester, yakni trimester pertama yaitu usia 0 sampai

12 pekan, trimester kedua yaitu usia kehamilan 13 sampai 28 pekan, dan terakhir trimester

ketiga yaitu usia kehamilan 29 sampai dengan 42 pekan. Pada saat menegakkan kehamilan

dapat dilakukan penelitian terhadap tanda dan gejala kehamilan yang ada pada seorang ibu.

Untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu selama hamil maka ibu direkomendasikan

untuk melakukan kunjungan ke bidan ataupun dokter sedini mungkin agar mendapatkan

pelayanan kesehatan yang disebut dengan antenatal care.

6
2.1.2 Tanda dan Gejala Kehamilan (Hatini, 2019)

a. Tanda pasti kehamilan

1. Gerakan janin yang bisa dilihat/ diraba/ dirasa, juga bagian-bagian janin.

2. Denyut jantung janin yang dapat dicatat dan didengar oleh alat Doppler atau

fetoelektrokardiogram

3. Dilihat pada ultrasonografi

b. Tanda tidak pasti kehamilan (presumptive)

1. Amenore

Usia kehamilan dapat dihitung dari tanggal hari pertama haid terakhir

(HPHT) dan taksiran tanggal persalinan (TTP) yang dijumlah dengan

menggunakan rumus naegele yakni TTP = HPHT + 7 Hari – 3 Bulan.

2. Nausea and vomitting

Biasanya terjadi pada awal kehamilan hingga akhir triwulan pertama.

Sering terjadi saat pagi hari, sehingga disebut sebagai morning sickness.

3. Ngidam

Ibu hamil biasa memilih makanan/ minuman tertentu terutama pada bulan-

bulan triwulan pertama. Ibu hamil juga biasanya tidak tahan terhadap suatu bau-

bauan.

4. Syncope (pingsan)

Bila berada di tempat yang ramai dan penuh sesak biasanya ibu hamil

pingsan.

7
5. Anoreksia

Hanya berlangsung saat triwulan pertama kehamilan selanjutnya nafsu

makan muncul kembali.

6. Fatigue

7. Mammae membesar

Mammae membesar, tegang dan sedikit nyeri akibat pengaruh kadar

estrogen dan progesteron yang menginduksi duktus dan alveoli payudara.

Kelenjar Montgomery nampak membesar.

8. Sering berkemih

Miksi biasa terjadi disebabkan karena kandung kemih tertekan oleh

rahim yang mengalami perbesaran. Gejala ini selanjutnya akan hilang pada

periode triwulan kedua kehamilan.

9. Konstipasi/ obstipasi

Konstipasi timbul akibat tonus otot-otot usus menurun oleh faktor

hormon steroid.

10. Pigmentasi kulit

Pigmentasi kulit dipengaruhi oleh hormon kortikosteroid plasenta,

biasanya dijumpai pada daerah wajah (Chloasma gravidarum), areola

payudara, leher dan dinding perut (linea nigra=grisea).

8
11. Epulis atau biasa disebut hipertrofi dari papil gusi.

12. Vasodilatasi dari vena-vena tungkai bawah (varises)

Kondisi ini muncul biasanya pada triwulan akhir.

c. Tanda kemungkinan hamil

1. Perut membesar.

2. Uterus membesar.

3. Tanda Hegar.

Ditemukan pada usia kehamilan 6-12 pekan, yaitu nampak uterus

segmen bawah rahim lebih lunak dari bagian yang lain.

4. Tanda Chadwick

Adanya perubahan warna dari serviks dan juga vagina menjadi warna

agak kebiru-biruan.

5. Tanda Piscaseck

Yaitu muncul suatu tempat yang kosong pada bagian rongga uterus

disebabkan embrio biasanya berada disebelah atas, dengan

pemeriksaan bimanual akan nampak terasa jelas benjolan yang tidak

simetris.

6. Kontraksi kecil dari uterus pada saat dirangsang (Braxton hicks)

7. Teraba ballottement.

8. Reaksi kehamilan memunculkan hasil positif.

9
2.2 Anemia dalam Kehamilan

2.2.1 Definisi

Anemia adalah suatu kondisi ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi

pengangkut oksigen dalam darah yakni Hemoglobin (Hb) tidak memenuhi untuk

kebutuhan fisiologis tubuh (Kemenkes RI, 2013). Menurut Adriyani (2012) anemia adalah

suatu keadaaan ketika kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih kurang dibandingkan

nilai normal bagi kelompok orang berdasarkan umur dan jenis kelamin. Anemia gizi

merupakan keadaan dimana kadar hemoglobin yang lebih rendah dibandingkan normal

sebagai bentuk penyebab ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah untuk

memproduksi sel darah merah guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat

normal. Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang timbul akibat kekurangan zat besi

sehingga proses pembentukan eritrosit (sel-sel darah merah) dan fungsi lain dalam tubuh

mengalami gangguan. Anemia dapat ditandai dengan munculnya beberapa gejala seperti

sering lesu, lemah, pusing, penglihatan berkunang-kunang serta wajah pucat. Munculnya

beberapa gejala ini tentunya akan berdampak pada penurunan daya imunitas tubuh

sehingga menyebabkan tubuh lebih mudah terserang penyakit dan menyebabkan

menurunnya aktivitas dan sulit berkonsentrasi (Saputri et al., 2014).

Anemia dalam kehamilan merupakan kondisi tubuh dari ibu hamil dengan kadar

hemoglobin dalam darah <11 gr/ 100 milimeter pada trimester 1 dan 3 atau kadar Hb <10,5

gr/ 100 milimeter pada periode trimester ke 2 (Aritonang, 2015). Nilai batas tersebut

beserta perbedaannya dengan wanita yang tidak hamil disebabkan karena adanya proses

hemodilusi, terutama pada periode trimester 2 (Saifuddin, 2004). Menurut Irianto (2014)

selama kehamilan, ibu hamil mengalami proses peningkatan plasma darah hingga

10
mencapai 30%, sel darah 18%, tetapi Hb hanya bertambah sampai 19%. Akibatnya, tingkat

anemia pada kehamilan cukup tinggi.

Konsentrasi Hemoglobin
Trimester
Normal

I 11 gr/ dl

II 10,5 gr/dl

III 11 gr/ dl

Table 2.1 Konsentrasi Hemoglobin Normal Ibu Hamil

2.2.2 Fisiologis Anemia pada Kehamilan

Pada proses kehamilan terjadi sebuah perubahan bentuk fisiologis yang akan

dialami oleh seorang ibu hamil, salah satunya adalah terjadinya perubahan dari aliran atau

sirkulasi darah. Sirkulasi darah ibu sangat dipengaruhi oleh : (1) meningkatnya kebutuhan

peredaran darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan asupan pertumbuhan dan

perkembangan janin yang ada di dalam rahim seorang ibu, (2) terjadi relasi langsung antara

pembuluh darah arteri dan pembuluh darah vena pada sirkulasi darah retro-plasenta, (3)

adanya pengaruh hormon estrogen dan hormon progesteron yang semakin meningkat

(Reksodiputro et al., 2006).

11
Akibat dari adanya faktor-faktor di atas maka akan dijumpai beberapa perubahan

sirkulasi darah, yaitu :

1. Volume darah

Volume darah akan meningkat pada ibu hamil dimana jumlah serum darah lebih

besar daripada pertumbuhan sel darah, sehingga menyebabkan terjadinya semacam proses

pengenceran darah yang disebut sebagai hemodilusi, puncaknya pada kehamilan usia 32

pekan. Serum darah (volume darah) bertambah 25-30% sedangkan sel darah hanya

bertambah sekitar 20% (Zulhaca, 2009).

Curah jantung bertambah sekitar 30%. Bertambahnya proses hemodilusi mulai

tampak sekitar usia kehamilan 16 pekan. Sehingga seseorang yang mengalami penyakit

jantung harus berhati-hati untuk hamil beberapa kali. Setiap kehamilan akan memberatkan

kinerja dari jantung, sehingga wanita hamil dengan riwayat penyakit jantung dapat beresiko

terkena dekompensatio kordis. Pada waktu postpartum terjadi hemokonsentrasi dengan

puncak hari ketiga sampai kelima (Zulhaca, 2009).

2. Sel darah

Sel darah merah atau eritrosit akan semakin meningkat jumlahnya untuk dapat

mengimbangi perkembangan janin di dalam rahim ibu hamil, tetapi pertambahan sel darah

tidak sesuai dengan peningkatan volume dari darah sehingga terjadi hemodilusi yang

disertai dengan anemia fisiologis. Sel darah putih akan meningkat dengan pencapai sebesar

10.000/ml. Adanya hemodilusi dan anemia maka akan meingkatkan laju endap darah yang

akan mencapai 4 kali dari normal (Abdulmuthalib, 2009).

12
Kehamilan berkaitan dengan perubahan fisiologis yang berakibat pada peningkatan

dari volume cairan dan sel darah merah serta penurunan konsentrasi protein pengikat zat

gizi dalam peredaran darah, termasuk penurunan dari zat gizi mikro. Peningkatan

pembentukan sel darah merah ini terjadi sesuai dengan proses pertumbuhan tubuh yang

cepat dan penyempurnaan susunan organ-organ tubuh. Adanya peningkatan volume darah

pada saat kehamilan akan menambah kebutuhan dari zat besi. Pada periode trimester

pertama dari kehamilan, zat besi yang dibutuhkan masih sedikit karena peningkatan

produksi dari eritropoietin masih terbilang sedikit, karena tidak terjadi menstruasi dan

pertumbuhan dari janin masih lambat. Sedangkan awal trimester kedua pertumbuhan janin

menjadi sangat cepat dan janin lebih bergerak aktif, janin sudah dapat menghisap dan

menelan air ketuban sehingga lebih banyak membutuhkan asupan oksigen. Akibatnya,

kebutuhan dari zat besi akan semakin meningkat untuk mengimbangi peningkatan dari

produksi eritrosit dan oleh karena itu rentan terjadinya anemia defisiensi besi (Murray &

et al, 2009).

Kadar hemoglobin normal pada ibu hamil berbeda dibandingkan wanita yang tidak

hamil. Perbedaan ini disebabkan karena pada kehamilan terjadi pengenceran yang disebut

hemodilusi, yaitu terjadi peningkatan volume plasma dalam proporsi yang cukup besar

dibandingkan peningkatan dari eritrosit. Hemodilusi bertujuan untuk mempersiapkan

proses peningkatan oksigen dan perubahan peredaran darah yang meningkat terhadap

plasenta dan juga janin, serta kebutuhan suplai darah untuk menunjang proses pembesaran

dari uterus. Tetapi, peningkatan volume plasma ini terjadi dalam jumlah yang lebih besar

yaitu sekitar tiga kali lipat dibandingkan dengan peningkatan dari eritrosit yang

menyebabkan terjadinya penurunan konsentrasi hemoglobin akibat hemodilusi.

13
Hemodilusi berfungsi agar suplai darah untuk proses perkembangan uterus terpenuhi,

menjaga ibu dan janin ibu dari efek negatif penurunan venous return saat posisi terlentang,

dan menjaga ibu dari efek negatif kehilangan darah saat melahirkan (Reksodiputro et al.,

2006).

Hemodilusi disebut sebagai bentuk penyesuaian diri yang fisiologis dalam

kehamilan dan bermanfaat bagi ibu hamil untuk meringankan kerja jantung yang harus

bekerja lebih berat semasa kehamilan karena sebagai akibat hipervolemi sehingga cardiac

output meningkat. Kinerja dari jantung akan lebih mudah apabila viskositas darah rendah

dan resistensi perifer menurun sehingga tekanan darah tidak meingkat secara fisiologis,

hemodilusi ini membantu ibu hamil untuk mempertahankan sirkulasi normal dengan

mengurangi beban jantung (Murray & et al, 2009).

Volume plasma yang semakin bertambah banyak ini menurunkan kadar dari

hematokrit, hemoglobin darah, dan jumlah eritrosit yang biasanya akan nampak pada usia

kehamilan pekan ke 7 sampai ke 8 dan terus berkurang sampai pekan ke 16 hingga ke 22

ketika titik keseimbangan terpenuhi. Ekspansi volume plasma yang terus menerus tidak

diimbangi dengan adanya peningkatan produksi eritropoietin sehingga menurunkan kadar

hematokrit, konsentrasi dari hemoglobin atau total eritrosit dibawah batas normal sehingga

timbul anemia (Manuaba, 2010).

2.2.3 Etiologi Anemia dalam kehamilan

Anemia Defisiensi besi merupakan penyebab paling sering dari anemia dalam

kehamilan. Anemia jenis ini merupakan kelainan gizi yang paling banyak ditemukan di

dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Anemia defisiensi besi menyerang lebih

14
dari 2 milyar penduduk dunia. Di negara berkembang, ada sebanyak 370 juta perempuan

yang menderita anemia yang disebabkan oleh defisiensi zat besi. Prevalensi rata-rata lebih

tinggi pada ibu hamil yakni 51% dibandingkan pada perempuan yang tidak hamil yakni

49% (Gibney, 2009).

Anemia akibat defisiensi besi ini terjadi karena kurangnya pemasokan unsur besi

dalam makanan, adanya gangguan absorbsi, gangguan penggunaan, atau bahkan karena

terlalu banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh seperti misalnya perdarahan

(Winkjosastro & Saifuddin, 2005).

Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang timbul akibat kekurangan zat besi

di dalam darah yang artinya kadar hemoglobin di dalam darah menurun akibat

terganggunya proses pembentukan sel-sel darah merah akibat berkurangnya konsentrasi

zat besi yang ada di dalam darah. Apabila simpanan zat besi dalam tubuh seseorang telah

menurun sangat rendah berarti orang tersebut mendekati kategori anemia meskipun belum

ditemukan gejala-gejala fisiologis. Simpanan zat besi yang menurun drastis akan perlahan-

lahan tidak mencukupi untuk pembentukan eritrosit di dalam sumsum tulang hingga kadar

hemoglobin terus menurun hingga dibawah normal. Keadaan inilah yang disebut sebagai

anemia defisiensi gizi besi (Masrizal, 2007).

Penyebab dari anemia dalam kehamilan yang lain antara lain kehilangan darah yang

berat saat terinfeksi parasit, kondisi seperti malaria dan HIV akan menurunkan konsentrasi

hemoglobin (Hb) darah (Obai et al., 2016).

2.2.4 Patofisologi Anemia dalam Kehamilan

Anemia dalam kehamilan yang disebabkan oleh adanya kekurangan nutrisi zat

besi mencapai sekitar 95% (Nugroho, T, 2014). Ibu hamil sangat mudah terkena anemia

15
defisiensi besi karena pada kehamilan, kebutuhan akan oksigen jauh lebih tinggi daripada

wanita normal sehingga memicu peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya, volume

plasma mengalami peningkatan dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan

peningkatan sel darah merah sehingga terjadi penurunan konsentrasi dari hemoglobin

akibat proses hemodilusi (Cunningham F Gary, 2013). Cadangan dari zat besi yang

disimpan pada ibu hamil dapat rendah karena adanya diet yang buruk. Kehamilan dapat

meningkatan kebutuhan akan zat besi lebih banyak dua sampai tiga kali lipat. Zat besi

diperlukan untuk produksi sel darah merah tambahan, untuk enzim tertentu yang

dibutuhkan jaringan di seluruh tubuh, janin dan plasenta, serta untuk menggantikan

peningkatan kehilangan harian yang normal. Kebutuhan akan zat besi pada janin paling

besar ditemukan selama empat pekan terakhir dalam kehamilan, dan kebutuhan akan zat

besi ini akan terpenuhi dengan cara mengorbankan kebutuhan zat besi dari ibu. Kebutuhan

zat besi selama kehamilan tercukupi sebagian karena tidak terjadi proses menstruasi dan

pada mukosa usus terjadi peningkatan absorbsi zat besi dari makanan yang dikonsumsi

walaupun juga bergantung hanya pada cadangan besi ibu. Zat besi yang terkandung dalam

makanan yang dikonsumsi hanya diserap sekitar 10%, dan diet biasa tidak dapat

mencukupi kebutuhan zat besi dari ibu hamil (Boyley et al., 2012). Kebutuhan zat besi

yang tidak memenuhi selama kehamilan akan menimbulkan konsekuensi berupa anemia

defisiensi besi sehingga dapat membawa pengaruh negative baik pada ibu maupun janin.

Ketika terjadi anemia defisiensi besi, hal ini akan menyebabkan timbulnya komplikasi pada

kehamilan maupun proses persalinan (Winkjosastro & Saifuddin, 2005).

16
2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Kehamilan

Anemia dalam kehamilan dapat terjadi dari trimester pertama hingga ketiga dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1. Usia Ibu Hamil

Anemia dalam kehamilan berkaitan erat dengan usia ibu hamil (Chowdhury et al.,
2015). Semakin muda ataupun semakin tua usia dari seorang ibu yang sedang
mengandung akan berpengaruh terhadap kebutuhan zat gizi yang diperlukan. Kurangnya
pemenuhan asupan zat gizi selama kehamilan terutama pada usia kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun akan meningkatkan resiko terjadinya anemia dalam kehamilan
(Suryati, 2011).

2. Usia Kehamilan

Umur kehamilan dapat diketahui dengan rumus Naegele, yaitu jangka waktu dari
Haid Pertama Haid Tearakhir (HPHT) sampai dengan hari dilakukan perhitungan mundur
usia kehamilan. Usia kehamilan dinyatakan dalam minggu, kemudian dikelompokkan
menjadi:

Trimester Pekan

I 0-12

II 13-27

III 28-40

Table 2.1 Usia Kehamilan


Ibu hamil pada saat trimester awal dua kali lebih mungkin untuk terkena anemia

dibandingkan trimester kedua. Demikian pula ibu hamil yang berada di usia kehamilan

trimester ketiga hampir tiga kali lipat kemungkinan mengalami anemia dibandingkan pada

trimester kedua. Anemia pada trimester pertama dapat diakibatkan oleh hilangnya nafsu

17
makan atau morning sickness, dan dimulainya hemodilusi pada usia kemilan 8 minggu.

Sementara pada trimester ketiga bisa diakibatkan oleh karena kebutuhan akan nutrisi yang

cukup tinggi untuk menjalankan proses pertumbuhan janin dan berbagi zat besi dalam

darah ke janin yang dapat mengurangi cadangan zat besi ibu (Tadesse et al., 2017).

3. Paritas

Penelitian oleh Abriha et al (2014) menjelaskan bahwa ibu dengan paritas dua atau

lebih, beresiko sekitar 2,3 kali lebih besar akan mengalami anemia dibandingkan ibu

dengan paritas kurang dari dua (Abriha et al., 2014). Kondisi ini dapat dijelaskan karena

wanita yang memiliki riwayat paritas yang tinggi umumnya meningkatkan kerentanan

untuk terjadinya perdarahan dan deplesi gizi ibu. Dalam kondisi kehamilan yang sehat,

perubahan hormonal akan menyebabkan penurunan dari kadar hemoglobin namun tidak

turun sampai di bawah tingkat tertentu (misalnya 11,g/dl) (Al-Farsi et al., 2011).

Ketika membandingkan dengan kondisi tidak hamil, setiap kehamilan memiliki

risiko terjadinya perdarahan sebelum, selama, dan setelah melahirkan yang tinggi. Paritas

yang lebih banyak akan memperparah risiko terjadinya perdarahan. Di bagian lain,

seorang ibu dengan paritas tinggi memiliki ukuran jumlah anak yang lebih besar yang

artinya tingkat berbagi makanan yang tersedia lebih tinggi dan sumber daya keluarga

lainnya dapat mengganggu asupan makanan yang akan dikonsumsi bagi ibu hamil (Al-

Farsi et al., 2011).

4. Pekerjaan

Penelitian oleh Obai et al (2016) mengenai faktor-faktor yang terkait dengan anemia

pada ibu hamil yang melaksanakan Antenatal Care di Rumah Sakit Daerah Gulu dan juga

18
Hioma, Uganda, menunjukkan bahwa adanya hubungan signifikan antara faktor pekerjaan

dengan angka kejadian anemia pada ibu hamil. Ibu hamil yang memiliki pekerjaan sebagai

ibu rumah tangga merupakan faktor risiko terjadinya kondisi anemia. Mayoritas ibu rumah

tangga hanya menggantungkan ekonomi keluarganya pada pendapatan suami mereka

(Obai et al., 2016). Penelitian yang lain oleh Idowu et al (2005) terkait anemia pada

kehamilan yang terjadi di Afrika menunjukkan bahwa ibu hamil yang tidak memiliki

pekerjaan berhubungan signifikan dengan anemia, sebab ibu hamil yang tidak bekerja tak

dapat melakukan kunjugan ANC lebih awal dan kurang memakan makanan yang bergizi

(Idowu et al., 2005).

5. Status KEK (Kekurangan Energi Kronik)

Anemia yang terjadi pada ibu hamil lebih tinggi pada ibu hamil dengan Kurang

Energi Kronis (LLA<23,5 cm) dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki gizi yang

baik. Hal ini mungkin berkaitan dengan efek negatif dari kekurangan energi protein dan

kekurangan energi mikronutrien lainnya dalam hal gangguan bioavailabilitas dan

penyimpanan zat besi serta nutrisi hematopoietik lainnya seperti asam folat dan vitamin

B12 (Alene & Mohamed Dohe, 2015).

6. Tingkat Pendidikan

Beberapa observasi membuktikan bahwa anemia yang dialami masyarakat adalah

kebanyakan dijumpai di kawasan pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan gizi, waktu

antara kehamilan dan persalinan yang terlalu dekat, serta ibu hamil yang memiliki tingkat

sosio-ekonomi dan juga pendidikan yang rendah (Manuaba, 2012).

19
Pendidikan yang dilewati oleh seseorang memiliki pengaruh terhadap kemampuan

mereka berfikir. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan

mengambil keputusan yang lebih rasional, yang umumnya memiliki sifat keterbukaan

untuk menerima suatu perubahan atau hal baru dibandingkan dengan seseorang yang

memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Pendidikan formal yang dijalani oleh seseorang

akan memberikan pengetahuan kepada orang tersebut mengenai fenomena lingkungan

yang sedang terjadi, semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin luas pengetahuan

berfikir sehingga dalam mengambil keputusan akan lebih bersifat realistis dan rasional.

Mengacu pada konteks kesehatan tentunya jika pendidikan seseorang cukup bagus, tanda

dan gejala suatu penyakit akan lebih dini dikenali dan memotivasi orang tersebut untuk

mencari upaya yang bersifat melindungi atau preventif (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2013, jenjang pendidikan

formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk

lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah

(MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan

menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk

sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan

(SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang

mencakup berbagai program pendidikan seperti diploma, sarjana, magister, spesialis, dan

doktor yang dilaksanakan oleh pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi itu sendiri dapat

berupa akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Di Indonesia,

20
pemerintah menjalankan program formal wajib belajar selama 9 tahun utnuk seluruh

rakyatnya yang memiliki tujuan agar terjadinya peningkatan kualitas dari sumber daya

manusia. Oleh sebab itu, masyarakat minimal harus menjalani pendidikan selama 9 tahun,

terhitung dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Warga Indonesia yang telah menempuh pendidikan selama 9 tahun ini akan dianggap

sudah layak kualitasnya untuk kehidupannya sendiri dan untuk memajukan negara.

Program wajib belajar 9 tahun tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2.2.6 Diagnosis Anemia dalam Kehamilan

Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dimulai dengan teknik

anamnesis. Pada saat anamnesis akan didapati ibu hamil akan mengeluh cepat lelah, sering

pusing, matanya berkunang-kunang, dan muncul keluhan mual muntah yang hebat pada

usia hamil muda.

Pemeriksaan dan pengawasan konsentrasi hemoglobin dapat dilaksanakan dengan

menggunakan alat yang disebut alat Sahli. Hasil pemeriksaan dapat digolongkan sebagai

berikut:

Kadar Hemoglobin Interpretasi

Hb 11 gr/dl Tidak anemia

Hb 9-10 gr/dl Anemia ringan

Hb 7-8 gr/dl Anemia sedang

Hb <7 gr/dl Anemia berat

Table 2.3 Interpretasi Kadar Hemoglobin pada Pemeriksaan Sahli

21
Diantara teknik pemeriksaan hemoglobin yang biasanya dijumpai, paling sering

digunakan dan paling sederhana adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih bisa dengan

menggunakan metode cyanmethemoglobin. Hasil interpretasi dari metode sahli

dipengaruhi oleh subjektivitas disebabkan warna yang dibandingkan hanya menggunakan

mata telanjang. Di samping faktor mata dari pemeriksa, faktor lainnya misalnya ketajaman,

penyinaran, dan sebagainya akan mempengaruhi interpretasi. Walaupun demikian untuk

pemeriksaan di daerah yang masih belum mempunyai alat yang canggih atau pemeriksaan

di lapangan, metode Sahli ini masih terbilang memadai dan bila pemeriksa telah terlatih

maka hasilnya dapat dipercayakan. Metode yang lebih canggih adalah metode dengan

cyanmethemoglobin. Prinsip dari pembacaan interpretasi mirip dengan metode Sahli akan

tetapi menggunakan sebuah alat elektronik yang disebut sebagai fotometer sehingga

interpretasi lebih bersifat objektif. Tetapi, fotometer untuk saat ini masih terbilang cukup

mahal sehinggan masih banyak laboratorium belum memilikinya. Berdasarkan hal di atas,

percobaan dengan menggunakan metode Sahli masih digunakan di samping metode

cyanmethemoglobin yang lebih canggih (Supriasa, 2012).

2.2.7 Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan

Klasifikasi anemia pada ibu hamil menurut Wiknjosastro (2002), adalah sebagai

berikut:

1. Anemia defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang timbul akibat

kekurangan dari zat besi yang ada di dalam darah. Pengobatannya :

22
a. Terapi oral dengan memberikan preparat besi berupa ferosulfat,

feroglukonat atau natrium ferobisitrat. Pemberian preparat besi

sebanyak 60 mg/hari dapat meningkatkan kadar hemoglobin

sebanya 1 gr% tiap bulan. Sekarang ini program nasional

merekomendasikan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam

folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2004).

b. Terapi parenteral baru diberikan apabila pasien tidak tahan akan

zat besi yang oral, dan adanya gangguan penyerapan, timbulnya

penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua

(Winkjosastro & Saifuddin, 2005). Pemberian preparat parenteral

dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) secara

intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat menaikkan kadar

hemoglobin lebih cepat yakni 2 gr% (Manuaba, 2010).

Kebutuhan zat besi pada ibu hamil rata-rata mendekati 800 mg.

Kebutuhan ini terdiri atas, sebanyak 300 mg diperlukan untuk janin dan

plasentanya serta 500 mg lagi buat digunakan meningkatkan massa dari

hemoglobin maternal, sekitar 200 mg lebih akan dieksresikan melalui usus,

urin, dan juga kulit. Asupan makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan

menghasilkan sebanyak kurang lebih 8 sampai 10 mg zat besi. Perhitungan

makan 3 kali dengan 2500 kalori kemungkinan menghasilkan sebanyak 20-

25 mg zat besi perhari. Selama proses kehamilan dengan penjumlahan 288

hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sekitar 100 mg sehingga

23
kebutuhan zat besi masuk dalam wilayah kekurangan bagi wanita hamil

(Manuaba, 2010).

2. Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik merupakan anemia yang disebabkan oleh

kurangnya asam folat, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.

Pengobatannya:

a. Asam Folat 15-30 mg per hari

b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari

c. Sulfas Ferosus 3 X 1 tablet per hari

d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya biasanya lambat

sehingga membutuhkan terapi transfusi darah.

3. Anemia Hipoplastik

Merupakan anemia yang diakibatkan oleh adanya hipofungsi dari

sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah baru. Untuk menegakkan

diagnostik dari anemia hipoplastik diperlukan beberapa pemeriksaan

diantaranya seperti darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi eksternal dan

pemeriksaan retikulosit.

4. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik merupakan anemia yang disebabkan oleh adanya

penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat

dibandingkan produksinya. Perempuan dengan penyakit anemia hemolitik

sulit untuk hamil. Apabila perempuan tersebut hamil, maka anemianya

24
biasanya akan menjadi lebih berat. Tanda utama dari anemia ini adalah

adanya kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala

komplikasi apabila terjadi kelainan pada beberapa organ vital.

Tatalaksana dari anemia ini tergantung dari jenis dan beratnya.

Obat-obatan penambah darah tidak dapat memberikan efek positif. Trasnfusi

darah, kadang-kadang dilakukan secara berulang agar mengurangi

penderitaan ibu dan menghindari bahaya hipoksia janin.

5. Anemia–anemia lain

Wanita yang mengalami anemia, contohnya berbagai jenis anemia

hemolitik herediter atau yang didapat seperti anemia disebabkan oleh karena

malaria, cacing tambang, penyakit ginjal yang menahun, penyakit hati

kronik, TBC, sifilis, tumor ganas dan lainnya dapat mengalami kehamilan.

Dengan kondisi seperti ini akan membuat anemia dari wanita tersebut

menjadi lebih berat dan dapat berpengaruh buruk pada wanita selama

kehamilan, persalinan, nifas serta dapat berpengaruh pula bagi janin yang

ada dalam kandungannya.

Tatalaksana dari setiap anemia diatas bertujuan untuk mengatasi

penyebab pokoknya seperti antibiotik untuk infeksi, obat-obatan anti

malaria, anti sifilis, obat cacing, dan yang lainnya.

25
2.2.8 Pengaruh Anemia dalam Kehamilan

Anemia pada kehamilan bisa menyebabkan abortus, partus prematur, partus

lama, retensio plasenta, perdarahan postpartum akibat atonia uteri, syok, infeksi

intrapartum maupun postpartum. Anemia yang sangat berat dengan Hemoglobin

kurang dari 4 g/dl bisa menyebabkan dekompensasi kordis. Adanya anemia pada

ibu hamil tentu berpengaruh pula terhadap janin sehingga dapat mengakibatkan

terjadinya kematian janin intrauterine, kelahiran dengan anak mengalami anemia,

dapat menyebabkan cacat bawaan, sampai bayi mudah mendapat infeksi sampai

kematian perinatal (Winkjosastro & Saifuddin, 2005). Wanita hamil dengan

konsentrasi hemoglobin kurang dari 8 g/dL dihubungkan dengan tingginya risiko

berat lahir rendah dan bayi kecil untuk umur kehamilan (Bora et al., 2014). Anemia

defisiensi besi selama proses kehamilan diketahui menjadi faktor risiko dari

kelahiran prematur (Haider et al., 2013), meningatkan risiko terjadinya perdarahan

postpartum dan timbulnya kematian perinatal (Nair et al., 2016).

Pada ibu hamil, anemia akan meningkatkan risiko dari kematian ibu dan

anak dan memiliki konsekuensi tidak baik pada kognitif dan fisik dari

pengembangan anak-anak dan produktivitas kerja (Obai et al., 2016). Anemia

dalam kehamilan berhubungan dengan hasil kehamilan yang tidak menguntungkan

(Haider et al., 2013). Gejala klinisnya bisa seperti pembatasan dari pertumbuhan

dan perkembangan janin, persalinan prematur, berat bayi lahir rendah, timbulnya

gangguan laktasi, hubungan yang buruk antara ibu atau bayi, risiko terkena depresi

postpartum, serta dapat meningkatkan kematian janin dan neonatal (Lee & Okam,

2011).

26
2.3 Perdarahan Postpartum

2.3.1 Definisi Perdarahan Postpartum

Perdarahan postpartum ialah perdarahan yang melebihi 500-600 ml dalam

waktu 24 jam setelah anak dilahirkan. Dalam hal ini termasuk juga perdarahan yang

diakibatkan oleh retensio plasenta (Mochtar, 2011). Winkjosastro (2010)

menyebutkan bahwa perdarahan postpartum merupakan perdarahan 500 cc atau

lebih setelah kala III selesai atau setelah plasenta dilahirkan. Pengukuran darah

yang keluar sulit untuk dikerjakan secara tepat.

Perdarahan setelah melahirkan atau yang biasa disebut hemorrhagic

postpartum (HPP) merupakan bentuk perdarahan berlebihan dari tempat implantasi

plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur yang ada di sekitarnya, ataupun

keduanya (Walyani, 2015). Perdarahan pasca persalinan diartikan sebagai suatu

kondisi kehilangan 500 ml atau lebih darah setelah melewati persalinan pervaginam

atau 1000 ml atau lebih setelah menjalani prosedur seksio sesaria (Leveno, 2009) .

2.3.2 Jenis perdarahan postpartum

Perdarahan postpartum terbagi atas dua kelompok menurut waktu terjadinya

(Manuaba, 2010) :

a. Perdarahan postpartum primer atau early postpartum hemorrhage

merupakan perdarahan lebih dari 500 cc yang muncul dalam waktu 24

jam pertama setelah bayi lahir.

27
b. Perdarahan postpartum sekunder atau disebut sebagai late postpartum

hemorrhage yakni perdarahan lebih dari 500 cc setelah 24 jam pasca

persalinan.

Berbanding lurus dengan pendapat dari Mochtar (2011) juga

mengklasifikasikan perdarahan postpartum berdasarkan waktu terjadinya dibagi

atas dua bagian:

1. Perdarahan postpartum primer yang terjadi dalam waktu 24 jam setelah

anak dilahirkan.

2. Perdarahan postpartum sekunder yang terjadi setelah 24 jam yang

biasanya muncul antara hari ke 5 sampai 15 postpartum.

Kemenkes RI (2013) juga menyatakan bahwa perdarahan pasca-salin primer

terjadi dalam kurung waktu 24 jam pertama setelah proses persalinan, sementara

perdarahan pasca-salin sekunder merupakan perdarahan pervaginam yang lebih

dari nilai normal antara 24 jam hingga 12 minggu setelah proses persalinan.

2.3.3 Penyebab Perdarahan Postpartum

Perdarahan pascasalin menurut Walyani (2015), diakibatkan karena atonia

uteri, adanya retensio plasenta, serta robekan jalan lahir. Mochtar (2011)

menyampaikan bahwa etiologi penyebab dari perdarahan postpartum yakni karena

atonia uteri, sisa plasenta dan selaput ketuban, robekan jalan lahir seperti robekan

pada perineum, vagina, serviks, forniks, ataupun Rahim, serta adanya penyakit

darah.

28
Penyebab utama dari perdarahan postpartum primer ada beberapa seperti

atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan adanya robekan pada jalan lahir.

Sedangkan penyebab utama dari perdarahan postpartum sekunder seperti robekan

jalan lahir dan sisa plasenta (Manuaba, 2010).

Faktor resiko terjadinya atonia uteri adalah umur yang terlalu tua atau terlalu

muda, paritas yang seringkali dijumpai pada multipara maupun grandemultipara,

partus lama dan partus terlantar, obstetrik operatif dan narkoba, uterus yang terus

menerus meregang dan membesar misalnya pada gemelli, hidramnion, dan janin

yang berukuran besar, kelainan pada uterus seperti mioma uterus, serta adanya

faktor sosioekonomi seperti malnutrisi (Mochtar, 2011).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengatakan bahwa timbulnya

kematian ibu akibat perdarahan postpartum dapat dihambat dengan upaya deteksi

dini dari adanya faktor resiko. Faktor resiko yang mempengaruhi munculnya

perdarahan pascapersalinan antara lain plasenta previa, atonia uteri, infeksi

penyakit, gizi buruk, eklamsia, anemia kehamilan, jarak persalinan, paritas ibu

hamil, usia kehamilan, umur dari maternal, riwayat pemeriksaan kesehatan (ANC),

dan riwayat persalinan anak sebelumnya (Manuaba, 2012).

2.3.4 Patofisiologi terjadinya Perdarahan Postpartum

Atonia uteri

Atonia uteri adalah suatu kondisi ketidakberhasilan dari uterus untuk

berkontraksi sebagaimana mestinya setelah plasenta dilahirkan. Perdarahan

postpartum secara fisiologis diatur oleh kontraksi serabut-serabut

29
myometrium terutama yang berada di sekeliling dari pembuluh darah yang

memvaskularisasi tempat menempelnya plasenta. Atonia uteri muncul

ketika myometrium tidak dapat melakukan proses kontraksi (Winkjosastro,

2010). Atonia uteri merupakan kondisi lemahnya kontraksi atau tonus otot

rahim yang mengakibatkan uterus tidak adekuat menutup peembuluh darah

yang terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi maupun plasenta

dilahirkan. Pada kondisi atonia uteri, uterus tidak mampu mengadakan

kontraksi dengan normal seperti biasanya dan ini merupakan suatu

penyebab utama dari munculnya perdarahan postpartum (Walyani, 2015).

Uterus yang meregang pada beberapa kondisi seperti hidramnion,

kehamilan ganda, ataupun dengan janin besar, partus lama dan pemberian

narkosis merupakan faktor predisposisi terjadinya kondisi atonia uteri

(Winkjosastro & Saifuddin, 2005).

2.3.5 Diagnosis Perdarahan Postpartum

Diagnosis umumnya mudah bila sudah timbul perdarahan yang banyak dalam

waktu yang singkat. Namun apabila terdapat perdarahan sedikit dalam waktu yang

agak lama, tanpa diketahui penderita telah kehilangan banyak darah. Beberapa

gejala yang timbul dapat menunjukkan perdarahan postpartum (Winkjosastro,

2002):

1. Muncul perdarahan yang tidak dapat dikontrol

2. Peningkatan detak jantung

3. Penurunan tekanan darah

30
4. Penurunan hitung sel darah merah atau hematokrit

Saat perdarahan melebihi angka 20% dari volume total, muncul gejala

penurunan tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, wajah pucat,

ekstremitas dingin, sampai timbul syok.

Berikut tahap-tahap sistematik untuk menegakkan diagnosis perdarahan

postpartum :

1. Palpasi uterus : untuk mengetahui bagaimana tinggi fundus uteri ataupun

kontraksi uterus.

2. Memeriksa ketuban dan plasenta : apakah sudah lengkap atau tidak.

3. Eksplorasi kavum uteri untuk menemukan :

a. Sisa plasenta dan ketuban

b. Robekan uterus

c. Plasenta succenturiata

4. Inspekulo : menilai apakah ada robekan pada serviks, vagina, dan varises

yang pecah.

5. Pemeriksaan laboratorium : Hb, Clot Observation test, bleeding time, dan

lain-lain.

2.3.6 Pencegahan Perdarahan Postpartum

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari timbulnya perdarahan

postpartum adalah dengan melaksanakan manajemen aktif kala III dengan baik dan

benar. Selain itu direkomendasikan untuk memberikan uterotonika secepat mungkin

setelah bayu baru lahir.

31
Table 2.4 Jenis Uterotonika dan Cara Pemberiannya

Jenis dan Cara Oksitosin Ergotamin Misoprostol

Dosis dan cara IV: 20 U dalam 1 IM atau IV Oral atau rektal 400

pemberian awal L larutan garam (lambat) : 0,2 mg mg

fisiologis dengan

tetesan cepat

IM : 10 U

Dosis Lanjutan IV : 20 U dalam 1 Ulangi 0,2 mg IM 400 mg 2-4 jam

L larutan garam setelah 15 menit setelah dosis awal

fisiologis dengan
Bila masih
40 tetes/ menit
diperlukan, beri

IM/IV setiap 2-4

jam

Dosis maksimal Tidak lebih dari 3 Total 1 mg (5 Total 1200 mg atau 3

per hari L larutan dosis) dosis

fisiologis

Kontraindikasi Pemberian IV Preeklampsia, Nyeri kontraksi,

atau hati-hati secara cepat atau vitum kordis, Asma

bolus hipertensi

32
2.3.7 Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum
Penanganan perdarahan postpartum adalah sebagai berikut:
Figure 2.1 Penanganan Perdarahan Postpartum
Pasien dengan perdarahan yang banyak setelah melahirkan

Periksa darah lengkap, golongan


darah dan cross test, periksa factor
Periksa darah lengkap, golongan
koagulasi.
darah, cross test, periksa factor
Presdiposisi :
koagulasi.
Atonia uteri
Retensio plasenta
Riwayat perdarahan
Trauma jalan lahir
Perhatikan vagina dan serviks apakah terdapat
trauma dan perdarahan.
Evaluasi adanya atonia uteri. Perhatikan
kelengkapan dari plasenta, eksplorasi uterus
bila diperlukan.

Atonia Uteri
Laserasi Terdapat
kelainan
Kompersi bimanual Evakuasi manual koagulasi
Oksitosin Evakuasi kuretase
Eksplorasi manual Oksitosin
Prostaglandin F2a Pada serviks,
Ruptur Uteri
vagina, vulva

Perdarahan tetap
berlangsung

Perbaikan laserasi Histerektomi


Kompresi uterus
Evaluasi perdarahan
Kompresi aorta
Plasma beku
segar, transfusi
Perdarahan banyak Perdarahan sedikit trombosit

Ligasi arteri iliaka Infus vasogensia,


interna bilateral Embolisasi, angiografi

Tetap perdarahan Perdarahan teratasi

33
2.4 Hubungan Anemia pada Kehamilan dengan Kondisi Perdarahan

Postpartum

Meningkatnya angka kejadian yang menimpa ibu hamil dapat memberikan

dampak yang kurang baik terhadap janin yang ada di dalam rahim seorang ibu yang

mengandung, masa persalinan maupun masa nifas yang di dalamnya akan terlahir anak

dengan berat badan lahir rendah (BBLR), adanya partus prematur, risiko abortus,

perdarahan postpartum, partus macet, dan syok. Kondisi ini dapat disebabkan oleh banyak

faktor antara lain; keseimbangan gizi, kadar hemoglobin, umur, dan profesi (Sarwono

Prawirohardjo, 2011).

Anemia merupakan kondisi dimana jumlah efektif sel darah merah atau eritrosit

berkurang. Kondisi ini tentunya dapat mempengaruhi kadar hemoglobin yang terdapat di

dalam darah. Berkurangnya konsentrasi dari hemoglobin mengakibatkan konsentrasi

oksigen yang dapat diikat di dalam darah tidak adekuat, sehingga pada kondisi ini dapat

mengakibatkan kurangnya jumlah pengiriman oksigen ke organ-organ vital (Anderson,

1994).

Kurangnya hemoglobin di dalam darah dapat mengakibatkan rendahnya

oksigen yang akan disirkulasikan ke sel-sel tubuh maupun ke otak. Keadaan seperti ini

dapat menimbulkan efek yang kurang baik bagi ibu hamil itu sendiri maupun pada anaknya

yang dilahirkan (Manuaba, 2010). Kurangnya konsentrasi oksigen di dalam darah dapat

menyebabkan persalinan yang lama sebab otot rahim mengalami kelelahan pada saat

berkontraksi yang disebut sebagai inersia uteri dan bisa menyebabkan terjadinya

perdarahan pasca persalinan karena tidak adanya kontraksi otot Rahim yang disebut

sebagai atonia uteri (Winkjosastro & Saifuddin, 2005).

34
2.5 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

2.5.1 Kerangka Teori

Anemia dalam
kehamilan

Hb kurang sehingga
oksigen yang diikat juga
berkurang

Vaskularisasi ke
myometrium berkurang

Kontraksi Uterus tidak


Adekuat

Atonia Uteri

Perdarahan Postpartum

2.5.2 Kerangka Konsep

Anemia dalam
Kehamilan Atonia Uteri

Ket :
: Variabel Dependen
: Variabel Independen

35

Anda mungkin juga menyukai