DESEMBER 2021
Oleh :
ASBAR
C011181102
Pembimbing :
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
HUBUNGAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN
PERDARAHAN POSTPARTUM KARENA ATONIA UTERI DI RSUP
DR WAHIDIN SUDIROHUSODO PADA TAHUN 2015-2020
ASBAR
C011181102
Pembimbing :
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu WaTa’ala, yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Hubungan Anemia dalam Kehamilan dengan Kejadian
Perdarahan Postpartum karena Atonia Uteri di RSUP DR Wahidin
Sudirohusodo Pada Tahun 2015-2020”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk mencapai gelar sarjana kedokteran.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik
tanpa adanya doa, bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih banyak tanpa kepada:
1. Allah Subhanahu wa ta‟ala, atas rahmat dan ridho-Nya lah skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, sebaik-baik panutan yang selalu
mendoakan kebaikan atas umatnya.
3. Kedua Orangtua, Sayyid Ahmad Majid dan Haniyah Zainuddin yang tak pernah
henti mendoakan dan memotivasi penulis untuk menjadi manusia yang bermanfaat
bagi sesama serta sukses dunia dan akhirat.
4. Kelima saudara kandung saya yang selalu mendukung dan memotivasi penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Dekan dan para Wakil Dekan serta Dosen – dosen Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin yang selalu memberikan fasilitas dan bimbingan terbaik
untuk kelancaran studi penulis.
6. Prof. DR. dr. Nusratuddin Abdullah, M.Sc., Sp. OG(K), MARS, selaku pembimbing
skripsi atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabaran meluangkan waktunya memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis mulai dari penyusunan proposal sampai pada
penyusunan skripsi ini.
7. Dr. Susiawaty, Sp.OG(K) dan dr. Imam Ahmadi Farid, Sp.OG(K) selaku penguji atas
kesediaannya meluangkan waktu memberikan masukan untuk skripsi ini.
8. Dr Arsyi Adliah Anwar, Sp.OG yang senantiasa memberikan masukan dan
motivasi selama proses pengerjaan skripsi ini.
vii
9. Pak Idam dan Bu Ani bagian rekam medik RS Wahidin Sudirohusodo atas bantuan
dan kesediaannya membantu selama proses pengambilan data.
10. Muhammad Rizky Alifzan Rahman Fibrosa FKUH, atas segala bantuannya dalam
melakukan penelitian, mengolah data, hingga menyusun skripsi.
11. Karina Rizki Novita, A.Md.Stat., atas ilmu analisis data yang telah diberikan
sehingga penulis dapat mengolah data dengan baik.
12. Nurul Rezky Mardianthy Mioglobin FKep UH, yang senantiasa membantu dan
memotivasi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
13. Teman – teman KKN-PK UH 60 Posko Desa Kaluku yang memberikan
kesempatan penulis menjadi pribadi yang lebih baik dan senantiasa memberikan
dukungan dan semangat kepada penulis.
14. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis memahami sepenuhnya bahwa skripsi ini tak luput dari berbagai
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
demi perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan inspirasi
bagi para pembaca untuk melakukan hal yang lebih baik lagi dan semoga skripsi ini
bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Mudah-mudahan segala
sesuatu yang telah diberikan menjadi bermanfaat dan bernilai ibadah di hadapan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala.
Asbar
viii
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN, UNIVERSITAS HASANUDDIN
DESEMBER 2021
Asbar (C011181102)
Prof. DR. dr. Nusratuddin Abdullah, M.Sc., Sp. OG(K), MARS
HUBUNGAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN
PERDARAHAN POSTPARTUM KARENA ATONIA UTERI DI RSUP DR
WAHIDIN SUDIROHUSODO PADA TAHUN 2015-2020
ABSTRAK
Latar Belakang. Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih terbilang tinggi yakni berkisar di angka 305
per 100.000 kelahiran hidup. Ada lima penyebab terbesar kematian ibu pada saat
kehamilan yakni; perdarahan, infeksi, partus lama/macet, abortus, dan hipertensi dalam
kehamilan. Perdarahn postpartum menempati posisi tertinggi penyebab kematian ibu,
yaitu sebesar 28%. Salah satu penyebab perdarahan postpartum yang paling sering
secara tidak langsung adalah anemia dalam kehamilan. Munculnya anemia dalam
kehamilan menyebabkan asupan oksigen yang tidak adekuat bagi ibu hamil dan janin
sehingga menyebabkan munculnya berbagai gangguan baik pada saat kehamilan
maupun pada saat persalinan. Atonia uteri merupakan salah satu gangguan yang
mungkin didapatkan dari kondisi anemia dalam kehamilan. Tujuan. Untuk
mengetahui hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian perdarahan
postpartum akibat atonia uteri di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo periode 2015 –
2020. Metode. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan case
control. Data variabel terikat dan variabel bebas yang dibutuhkan diambil dari data
sekunder yakni rekam medik pasien. Jumlah total sampel yang diambil sebanyak 72
sampel yang dibagi dalam kelompok kasus dan kelompok kontrol dengan perbandingan
1 : 1 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis data bivariat menggunakan
uji Chi square dibantu dengan SPSS for Windows. Hasil. Ditemukan p = 0,001 < 0,05
maka Ho ditolak yang artinya ada hubungan anemia dalam kehamilan dengan kejadian
perdarahan postpartum akibat atonia uteri di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo
Makassar. Kekuatan hubungan antara kedua variabel dilihat berdasarkan Coefficient
contingency yaitu sebesar 0,370 yang berarti kekuatan hubungannya sedang.
Kemudian hasil Odds Ratio diperoleh hasil OR = 5,800 [CI 95% 2,013 – 16,715] yang
berarti rentang 2,013 – 16,715 tidak melewati nilai satu, maka dapat dikatakan bahwa
ibu bersalin dengan anemia dalam kehamilannya memiliki peluang 5,8 kali lebih besar
mengalami perdarahan postpartum akibat atonia uteri dibandingkan ibu bersalin tanpa
ix
anemia dalam kehamilannya. Simpulan. Terdapat hubungan antara anemia dalam
kehamilan dengan kejadian perdarahan postpartum akibat atonia uteri di Rumah Sakit
Wahidin Sudirohusodo periode 2015 – 2020.
x
SKRIPSI
FACULTY OF MEDICINE, HASANUDDIN UNIVERSITY
DECEMBER 2021
Asbar (C011181102)
Prof. DR. dr. Nusratuddin Abdullah, M.Sc., Sp. OG(K), MARS
RELATIONSHIP OF ANEMIA IN PREGNANCY WITH POSTPARTUM
BLOODING EVENTS DUE TO UTERIAL ATONIA IN DR WAHIDIN
SUDIROHUSODO HOSPITAL 2015-2020
ABSTRACT
Background. Based on the results of the Inter-Census Population Survey (SUPAS), the
Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia is still relatively high at around 305 per
100,000 live births. There are five biggest causes of maternal death during pregnancy,
namely; bleeding, infection, prolonged / obstructed labor, abortion, and hypertension in
pregnancy. Postpartum hemorrhage occupies the highest position as a cause of maternal
death, which is 28%. One of the most common causes of postpartum hemorrhage
indirectly is anemia in pregnancy. The emergence of anemia in pregnancy causes
inadequate oxygen intake for pregnant women and fetuses, causing various disorders both
during pregnancy and during delivery. Uterine atony is one of the disorders that may be
obtained from anemia in pregnancy. Purpose. This study aims to determine the
relationship between anemia in pregnancy and the incidence of postpartum hemorrhage
due to uterine atony at Wahidin Sudirohusodo Hospital for the period 2015 – 2020.
Methods. This study uses an analytical method with a case control approach. The
dependent variable data and the independent variables needed were taken from secondary
data, namely the patient's medical record. The total number of samples taken was 72
samples which were divided into case groups and control groups with a ratio of 1: 1 that
met the inclusion and exclusion criteria. Bivariate data analysis using Chi square test
assisted by SPSS for Windows. Results. It was found that p = 0.001 < 0.05 then Ho was
rejected, which means that there is a relationship between anemia in pregnancy and the
incidence of postpartum hemorrhage due to uterine atony at Wahidin Sudirohusodo
Hospital, Makassar. The strength of the relationship between the two variables is seen
based on the contingency coefficient, which is 0.370 which means the strength of the
relationship is moderate. Then the results of the Odds Ratio obtained OR = 5,800 [95%
CI 2,013 – 16,715] which means the range of 2,013 – 16,715 does not exceed the value
of one, it can be said that mothers giving birth with anemia in pregnancy have a 5.8 times
greater chance of experiencing postpartum hemorrhage due to uterine atony compared to
women in labor without anemia in pregnancy. Conclusion. There is a relationship
xi
between anemia in pregnancy and the incidence of postpartum hemorrhage due to uterine
atony at Wahidin Sudirohusodo Hospital for the period 2015 – 2020.
xii
DAFTAR ISI
xiii
2.2.1 Definisi .............................................................................................................. 10
2.2.2 Fisiologis Anemia pada Kehamilan ................................................................... 11
2.2.3 Etiologi Anemia dalam kehamilan..................................................................... 14
2.2.4 Patofisologi Anemia dalam Kehamilan ............................................................. 15
2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Kehamilan ........................... 17
2.2.6 Diagnosis Anemia dalam Kehamilan................................................................. 21
2.2.7 Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan ............................................................... 22
2.2.8 Pengaruh Anemia dalam Kehamilan ................................................................. 26
2.3 Perdarahan Postpartum ............................................................................................. 27
2.3.1 Definisi Perdarahan Postpartum ........................................................................ 27
2.3.2 Jenis perdarahan postpartum .............................................................................. 27
2.3.3 Penyebab Perdarahan Postpartum ...................................................................... 28
2.3.4 Patofisiologi terjadinya Perdarahan Postpartum ................................................ 29
2.3.5 Diagnosis Perdarahan Postpartum ..................................................................... 30
2.3.6 Pencegahan Perdarahan Postpartum .................................................................. 31
Table 2.4 Jenis Uterotonika dan Cara Pemberiannya ......................................................... 32
2.3.7 Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum ........................................................... 33
Figure 2.1 Penanganan Perdarahan Postpartum .................................................................. 33
2.4 Hubungan Anemia pada Kehamilan dengan Kondisi Perdarahan Postpartum ......... 34
2.5 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep ..................................................................... 35
2.5.1 Kerangka Teori .................................................................................................. 35
2.5.2 Kerangka Konsep............................................................................................... 35
BAB III ............................................................................................................................... 36
METODE PENELITIAN.................................................................................................... 36
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ....................................................................................... 36
Figure 3.1 Desain Penelitian ............................................................................................... 37
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................... 37
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................................. 38
3.4 Kriteria Sampel ......................................................................................................... 38
3.5 Pengumpulan Data .................................................................................................... 39
3.6 Manajemen Data ....................................................................................................... 40
3.7 Etika Penelitian ......................................................................................................... 41
3.8 Alur Penelitian .......................................................................................................... 42
3.9 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ......................................................... 42
xiv
3.9.2 Definisi Operasional .......................................................................................... 43
BAB IV ............................................................................................................................... 44
HASIL PENELITIAN ........................................................................................................ 44
4.1 Analisis Univariat ..................................................................................................... 44
4.1.1 Distribusi frekuensi usia ibu bersalin di RSWS Makassar 2015 – 2020............ 44
4.1.2 Distribusi frekuensi paritas ibu bersalin di RSWS Makassar 2015 – 2020 ....... 45
4.1.3 Distribusi frekuensi anemia ibu bersalin di RSWS Makassar 2015 – 2020 ...... 45
4.2 Analisis Bivariat ....................................................................................................... 46
4.2.1 Tabulasi silang hubungan anemia dalam kehamilan dengan Atonia Uteri ........ 46
BAB V ................................................................................................................................ 47
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 47
5.1 Kejadian Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri ............................................. 47
5.2 Kejadian Anemia dalam Kehamilan di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo.......... 48
5.3 Hubungan Anemia dalam Kehamilan dengan Atonia Uteri ...................................... 48
5.4 Hubungan Usia dengan kejadian Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri......... 50
5.5 Hubungan Paritas dengan kejadian Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri ..... 50
5.6 Keterbatasan Penelitian............................................................................................. 51
BAB VI ............................................................................................................................... 52
PENUTUP .......................................................................................................................... 52
6.1 Kesimpulan................................................................................................................ 52
6.2 Saran ......................................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 53
LAMPIRAN.........................................................................................................................58
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR BAGAN
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
DAFTAR SINGKATAN
CI : Confidence Interval
Hb : Hemoglobin
Ho : Hipotesis nol
IV : Intravena
IM : Intramuskular
OR : Odds Ratio
TBC : Tuberkulosis
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
tahun 2015, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih terbilang tinggi yaitu
berkisar di angka 305 per 100.000 kelahiran hidup dan hal ini masih jauh dari
per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun angka ini jika dilihat dari hasil Survei
54 kasus yang awalnya 359 per 100.000 kelahiran hidup. Sebenarnya, jika kita
angka kematian ibu jauh lebih buruk (Purba & Nurazizah, 2019).
kematian ibu yaitu sebesar 28%. Anemia adalah salah satu penyebab tidak
kekuatan mengejan, kala pertama dapat berlangsung lama, kala uri yang dapat
diikuti retensio plasenta serta perdarahan post partum dan atonia uteri (Rahayu
1
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), kematian ibu baik secara
langsung ataupun tidak langsung sebanyak 15-20% disebabkan oleh anemia, di sisi lain
anemia juga berkaitan dengan angka kesakitan ibu. Anemia merupakan masalah global dari
sosial bahkan ekonomi baik di negara berkembang sampai negara maju (WHO, 2015).
Frekuensi anemia dalam kehamilan di dunia berkisar 10% - 20% dan jumlah penderita
anemia di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi yakni 63,5 %. Angka kejadian
dilaksanakan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum kehamilan. Total jumlah penderita
anemia pada ibu hamil di Indonesia sebanyak 50,9% yang artinya dari 10 ibu hamil,
(malnutrisi), kekurangan zat besi dalam diet, kekurangan asam folat, kelainan darah,
malabsorbsi, kehilangan darah yang massif seperti riwayat persalinan yang lalu dan
penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, malaria, dan cacing usus. Anemia dalam
kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan, dan nifas. Proses
kehamilan membutuhkan asupan tambahan zat besi untuk meningkatkan kuantitas sel
darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Semakin sering seorang
wanita mengalami kehamilan dan melewati proses melahirkan maka akan semakin banyak
kehilangan zat besi yang kemudian tubuh akan menjadi semakin mudah terkena anemia
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb)
dibawah 11 gr/ dl pada trimester I dan III atau dengan kadar <10,5 gr/ dl pada trimester II.
2
Kekurangan hemoglobin di dalam darah akan mengakibatkan kurangnya oksigen yang akan
dibawa atau ditransfer ke sel-sel yang ada di seluruh tubuh. Ketika oksigen kurang, maka
asupan oksigen untuk otot-otot uterus akan berkurang sehingga otot-otot uterus tidak dapat
melakukan kontraksi kembali pasca persalinan yang disebut sebagai atonia uteri.
Terjadinya atonia uteri menyebabkan ibu hamil yang menderita anemia akan mengalami
perdarahankpostpartum.
lebih yang terjadi sejak anak dilahirkan. Perdarahan bisa terjadi sebelum, selama, atau
bahkan sesudah dilahirkannya plasenta. Umumnya pada saat ada perdarahan yang bersifat
abnormal akan terdapat perubahan tanda-tanda vital dari seorang ibu seperti kesadarannya
menurun, sesak napas, serta tekanan darah bisa mencapai < 90 mmHg sedangkan nadinya
bisa mencapai >110 kali/ menit maka dari itu dibutuhkan penanganan segera (A . Fahira
Berdasarkan pemaparan terkait masih tingginya angka kematian ibu serta masih
tingginya angka anemia dalam kehamilan yang dimana kemungkinan komplikasi dari
anemia ini bisa menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum akibat atonia uteri bahkan
bisa menjadi serius berujung kematian dari ibu hamil, maka dari itu penulis tertarik untuk
3
1.2 Rumusan Masalah
“ Apakah ada hubungan antara anemia pada kehamilan dengan kejadian perdarahan
c. Mengetahui jumlah kasus perdarahan post partum akibat atonia uteri di RSUP
2015-2020
4
1.4 Manfaat Penelitian
anemia ibu hamil sehingga timbul ketaatan untuk mengonsumsi tablet besi
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan
2.1.1 Definisi
waktu hamil normal yaitu 280 hari atau 9 bulan 7 hari yang dapat dihitung mulai hari
pertama haid terakhir. Secara medis kehamilan dimulai dari pembuahan sel telur wanita
oleh spermatozoa dari pihak pria. Kehamilan merupakan suatu periode dan perkembangan
janin yang cukup cepat, dengan kebutuhan terhadap fisiologis, metabolik, dan emosional
lumayan tinggi pada seorang ibu (Truswell & Stewart, 2012). Menurut Manuaba (2012)
kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkelanjutan dan terdiri dari ovulasi, migrasi
spermatozoa dan ovum, konsepsi dan perkembangan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus,
pembentukan plasenta, dan terakhir tumbuh kembang hasil konsepsi sampai usia aterm.
Kehamilan digolongkan menjadi tiga trimester, yakni trimester pertama yaitu usia 0 sampai
12 pekan, trimester kedua yaitu usia kehamilan 13 sampai 28 pekan, dan terakhir trimester
ketiga yaitu usia kehamilan 29 sampai dengan 42 pekan. Pada saat menegakkan kehamilan
dapat dilakukan penelitian terhadap tanda dan gejala kehamilan yang ada pada seorang ibu.
Untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu selama hamil maka ibu direkomendasikan
untuk melakukan kunjungan ke bidan ataupun dokter sedini mungkin agar mendapatkan
6
2.1.2 Tanda dan Gejala Kehamilan (Hatini, 2019)
1. Gerakan janin yang bisa dilihat/ diraba/ dirasa, juga bagian-bagian janin.
2. Denyut jantung janin yang dapat dicatat dan didengar oleh alat Doppler atau
fetoelektrokardiogram
1. Amenore
Usia kehamilan dapat dihitung dari tanggal hari pertama haid terakhir
Sering terjadi saat pagi hari, sehingga disebut sebagai morning sickness.
3. Ngidam
Ibu hamil biasa memilih makanan/ minuman tertentu terutama pada bulan-
bulan triwulan pertama. Ibu hamil juga biasanya tidak tahan terhadap suatu bau-
bauan.
4. Syncope (pingsan)
Bila berada di tempat yang ramai dan penuh sesak biasanya ibu hamil
pingsan.
7
5. Anoreksia
6. Fatigue
7. Mammae membesar
8. Sering berkemih
rahim yang mengalami perbesaran. Gejala ini selanjutnya akan hilang pada
9. Konstipasi/ obstipasi
hormon steroid.
8
11. Epulis atau biasa disebut hipertrofi dari papil gusi.
1. Perut membesar.
2. Uterus membesar.
3. Tanda Hegar.
4. Tanda Chadwick
Adanya perubahan warna dari serviks dan juga vagina menjadi warna
agak kebiru-biruan.
5. Tanda Piscaseck
Yaitu muncul suatu tempat yang kosong pada bagian rongga uterus
simetris.
7. Teraba ballottement.
9
2.2 Anemia dalam Kehamilan
2.2.1 Definisi
Anemia adalah suatu kondisi ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi
pengangkut oksigen dalam darah yakni Hemoglobin (Hb) tidak memenuhi untuk
kebutuhan fisiologis tubuh (Kemenkes RI, 2013). Menurut Adriyani (2012) anemia adalah
suatu keadaaan ketika kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih kurang dibandingkan
nilai normal bagi kelompok orang berdasarkan umur dan jenis kelamin. Anemia gizi
merupakan keadaan dimana kadar hemoglobin yang lebih rendah dibandingkan normal
sebagai bentuk penyebab ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah untuk
memproduksi sel darah merah guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat
normal. Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang timbul akibat kekurangan zat besi
sehingga proses pembentukan eritrosit (sel-sel darah merah) dan fungsi lain dalam tubuh
mengalami gangguan. Anemia dapat ditandai dengan munculnya beberapa gejala seperti
sering lesu, lemah, pusing, penglihatan berkunang-kunang serta wajah pucat. Munculnya
beberapa gejala ini tentunya akan berdampak pada penurunan daya imunitas tubuh
Anemia dalam kehamilan merupakan kondisi tubuh dari ibu hamil dengan kadar
hemoglobin dalam darah <11 gr/ 100 milimeter pada trimester 1 dan 3 atau kadar Hb <10,5
gr/ 100 milimeter pada periode trimester ke 2 (Aritonang, 2015). Nilai batas tersebut
beserta perbedaannya dengan wanita yang tidak hamil disebabkan karena adanya proses
hemodilusi, terutama pada periode trimester 2 (Saifuddin, 2004). Menurut Irianto (2014)
selama kehamilan, ibu hamil mengalami proses peningkatan plasma darah hingga
10
mencapai 30%, sel darah 18%, tetapi Hb hanya bertambah sampai 19%. Akibatnya, tingkat
Konsentrasi Hemoglobin
Trimester
Normal
I 11 gr/ dl
II 10,5 gr/dl
III 11 gr/ dl
Pada proses kehamilan terjadi sebuah perubahan bentuk fisiologis yang akan
dialami oleh seorang ibu hamil, salah satunya adalah terjadinya perubahan dari aliran atau
sirkulasi darah. Sirkulasi darah ibu sangat dipengaruhi oleh : (1) meningkatnya kebutuhan
perkembangan janin yang ada di dalam rahim seorang ibu, (2) terjadi relasi langsung antara
pembuluh darah arteri dan pembuluh darah vena pada sirkulasi darah retro-plasenta, (3)
adanya pengaruh hormon estrogen dan hormon progesteron yang semakin meningkat
11
Akibat dari adanya faktor-faktor di atas maka akan dijumpai beberapa perubahan
1. Volume darah
Volume darah akan meningkat pada ibu hamil dimana jumlah serum darah lebih
besar daripada pertumbuhan sel darah, sehingga menyebabkan terjadinya semacam proses
pengenceran darah yang disebut sebagai hemodilusi, puncaknya pada kehamilan usia 32
pekan. Serum darah (volume darah) bertambah 25-30% sedangkan sel darah hanya
tampak sekitar usia kehamilan 16 pekan. Sehingga seseorang yang mengalami penyakit
jantung harus berhati-hati untuk hamil beberapa kali. Setiap kehamilan akan memberatkan
kinerja dari jantung, sehingga wanita hamil dengan riwayat penyakit jantung dapat beresiko
2. Sel darah
Sel darah merah atau eritrosit akan semakin meningkat jumlahnya untuk dapat
mengimbangi perkembangan janin di dalam rahim ibu hamil, tetapi pertambahan sel darah
tidak sesuai dengan peningkatan volume dari darah sehingga terjadi hemodilusi yang
disertai dengan anemia fisiologis. Sel darah putih akan meningkat dengan pencapai sebesar
10.000/ml. Adanya hemodilusi dan anemia maka akan meingkatkan laju endap darah yang
12
Kehamilan berkaitan dengan perubahan fisiologis yang berakibat pada peningkatan
dari volume cairan dan sel darah merah serta penurunan konsentrasi protein pengikat zat
gizi dalam peredaran darah, termasuk penurunan dari zat gizi mikro. Peningkatan
pembentukan sel darah merah ini terjadi sesuai dengan proses pertumbuhan tubuh yang
cepat dan penyempurnaan susunan organ-organ tubuh. Adanya peningkatan volume darah
pada saat kehamilan akan menambah kebutuhan dari zat besi. Pada periode trimester
pertama dari kehamilan, zat besi yang dibutuhkan masih sedikit karena peningkatan
produksi dari eritropoietin masih terbilang sedikit, karena tidak terjadi menstruasi dan
pertumbuhan dari janin masih lambat. Sedangkan awal trimester kedua pertumbuhan janin
menjadi sangat cepat dan janin lebih bergerak aktif, janin sudah dapat menghisap dan
menelan air ketuban sehingga lebih banyak membutuhkan asupan oksigen. Akibatnya,
kebutuhan dari zat besi akan semakin meningkat untuk mengimbangi peningkatan dari
produksi eritrosit dan oleh karena itu rentan terjadinya anemia defisiensi besi (Murray &
et al, 2009).
Kadar hemoglobin normal pada ibu hamil berbeda dibandingkan wanita yang tidak
hamil. Perbedaan ini disebabkan karena pada kehamilan terjadi pengenceran yang disebut
hemodilusi, yaitu terjadi peningkatan volume plasma dalam proporsi yang cukup besar
proses peningkatan oksigen dan perubahan peredaran darah yang meningkat terhadap
plasenta dan juga janin, serta kebutuhan suplai darah untuk menunjang proses pembesaran
dari uterus. Tetapi, peningkatan volume plasma ini terjadi dalam jumlah yang lebih besar
yaitu sekitar tiga kali lipat dibandingkan dengan peningkatan dari eritrosit yang
13
Hemodilusi berfungsi agar suplai darah untuk proses perkembangan uterus terpenuhi,
menjaga ibu dan janin ibu dari efek negatif penurunan venous return saat posisi terlentang,
dan menjaga ibu dari efek negatif kehilangan darah saat melahirkan (Reksodiputro et al.,
2006).
kehamilan dan bermanfaat bagi ibu hamil untuk meringankan kerja jantung yang harus
bekerja lebih berat semasa kehamilan karena sebagai akibat hipervolemi sehingga cardiac
output meningkat. Kinerja dari jantung akan lebih mudah apabila viskositas darah rendah
dan resistensi perifer menurun sehingga tekanan darah tidak meingkat secara fisiologis,
hemodilusi ini membantu ibu hamil untuk mempertahankan sirkulasi normal dengan
Volume plasma yang semakin bertambah banyak ini menurunkan kadar dari
hematokrit, hemoglobin darah, dan jumlah eritrosit yang biasanya akan nampak pada usia
ketika titik keseimbangan terpenuhi. Ekspansi volume plasma yang terus menerus tidak
hematokrit, konsentrasi dari hemoglobin atau total eritrosit dibawah batas normal sehingga
Anemia Defisiensi besi merupakan penyebab paling sering dari anemia dalam
kehamilan. Anemia jenis ini merupakan kelainan gizi yang paling banyak ditemukan di
dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Anemia defisiensi besi menyerang lebih
14
dari 2 milyar penduduk dunia. Di negara berkembang, ada sebanyak 370 juta perempuan
yang menderita anemia yang disebabkan oleh defisiensi zat besi. Prevalensi rata-rata lebih
tinggi pada ibu hamil yakni 51% dibandingkan pada perempuan yang tidak hamil yakni
Anemia akibat defisiensi besi ini terjadi karena kurangnya pemasokan unsur besi
dalam makanan, adanya gangguan absorbsi, gangguan penggunaan, atau bahkan karena
terlalu banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh seperti misalnya perdarahan
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang timbul akibat kekurangan zat besi
di dalam darah yang artinya kadar hemoglobin di dalam darah menurun akibat
zat besi yang ada di dalam darah. Apabila simpanan zat besi dalam tubuh seseorang telah
menurun sangat rendah berarti orang tersebut mendekati kategori anemia meskipun belum
ditemukan gejala-gejala fisiologis. Simpanan zat besi yang menurun drastis akan perlahan-
lahan tidak mencukupi untuk pembentukan eritrosit di dalam sumsum tulang hingga kadar
hemoglobin terus menurun hingga dibawah normal. Keadaan inilah yang disebut sebagai
Penyebab dari anemia dalam kehamilan yang lain antara lain kehilangan darah yang
berat saat terinfeksi parasit, kondisi seperti malaria dan HIV akan menurunkan konsentrasi
Anemia dalam kehamilan yang disebabkan oleh adanya kekurangan nutrisi zat
besi mencapai sekitar 95% (Nugroho, T, 2014). Ibu hamil sangat mudah terkena anemia
15
defisiensi besi karena pada kehamilan, kebutuhan akan oksigen jauh lebih tinggi daripada
plasma mengalami peningkatan dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
peningkatan sel darah merah sehingga terjadi penurunan konsentrasi dari hemoglobin
akibat proses hemodilusi (Cunningham F Gary, 2013). Cadangan dari zat besi yang
disimpan pada ibu hamil dapat rendah karena adanya diet yang buruk. Kehamilan dapat
meningkatan kebutuhan akan zat besi lebih banyak dua sampai tiga kali lipat. Zat besi
diperlukan untuk produksi sel darah merah tambahan, untuk enzim tertentu yang
dibutuhkan jaringan di seluruh tubuh, janin dan plasenta, serta untuk menggantikan
peningkatan kehilangan harian yang normal. Kebutuhan akan zat besi pada janin paling
besar ditemukan selama empat pekan terakhir dalam kehamilan, dan kebutuhan akan zat
besi ini akan terpenuhi dengan cara mengorbankan kebutuhan zat besi dari ibu. Kebutuhan
zat besi selama kehamilan tercukupi sebagian karena tidak terjadi proses menstruasi dan
pada mukosa usus terjadi peningkatan absorbsi zat besi dari makanan yang dikonsumsi
walaupun juga bergantung hanya pada cadangan besi ibu. Zat besi yang terkandung dalam
makanan yang dikonsumsi hanya diserap sekitar 10%, dan diet biasa tidak dapat
mencukupi kebutuhan zat besi dari ibu hamil (Boyley et al., 2012). Kebutuhan zat besi
yang tidak memenuhi selama kehamilan akan menimbulkan konsekuensi berupa anemia
defisiensi besi sehingga dapat membawa pengaruh negative baik pada ibu maupun janin.
Ketika terjadi anemia defisiensi besi, hal ini akan menyebabkan timbulnya komplikasi pada
16
2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Kehamilan
Anemia dalam kehamilan dapat terjadi dari trimester pertama hingga ketiga dapat
Anemia dalam kehamilan berkaitan erat dengan usia ibu hamil (Chowdhury et al.,
2015). Semakin muda ataupun semakin tua usia dari seorang ibu yang sedang
mengandung akan berpengaruh terhadap kebutuhan zat gizi yang diperlukan. Kurangnya
pemenuhan asupan zat gizi selama kehamilan terutama pada usia kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun akan meningkatkan resiko terjadinya anemia dalam kehamilan
(Suryati, 2011).
2. Usia Kehamilan
Umur kehamilan dapat diketahui dengan rumus Naegele, yaitu jangka waktu dari
Haid Pertama Haid Tearakhir (HPHT) sampai dengan hari dilakukan perhitungan mundur
usia kehamilan. Usia kehamilan dinyatakan dalam minggu, kemudian dikelompokkan
menjadi:
Trimester Pekan
I 0-12
II 13-27
III 28-40
dibandingkan trimester kedua. Demikian pula ibu hamil yang berada di usia kehamilan
trimester ketiga hampir tiga kali lipat kemungkinan mengalami anemia dibandingkan pada
trimester kedua. Anemia pada trimester pertama dapat diakibatkan oleh hilangnya nafsu
17
makan atau morning sickness, dan dimulainya hemodilusi pada usia kemilan 8 minggu.
Sementara pada trimester ketiga bisa diakibatkan oleh karena kebutuhan akan nutrisi yang
cukup tinggi untuk menjalankan proses pertumbuhan janin dan berbagi zat besi dalam
darah ke janin yang dapat mengurangi cadangan zat besi ibu (Tadesse et al., 2017).
3. Paritas
Penelitian oleh Abriha et al (2014) menjelaskan bahwa ibu dengan paritas dua atau
lebih, beresiko sekitar 2,3 kali lebih besar akan mengalami anemia dibandingkan ibu
dengan paritas kurang dari dua (Abriha et al., 2014). Kondisi ini dapat dijelaskan karena
wanita yang memiliki riwayat paritas yang tinggi umumnya meningkatkan kerentanan
untuk terjadinya perdarahan dan deplesi gizi ibu. Dalam kondisi kehamilan yang sehat,
perubahan hormonal akan menyebabkan penurunan dari kadar hemoglobin namun tidak
turun sampai di bawah tingkat tertentu (misalnya 11,g/dl) (Al-Farsi et al., 2011).
risiko terjadinya perdarahan sebelum, selama, dan setelah melahirkan yang tinggi. Paritas
yang lebih banyak akan memperparah risiko terjadinya perdarahan. Di bagian lain,
seorang ibu dengan paritas tinggi memiliki ukuran jumlah anak yang lebih besar yang
artinya tingkat berbagi makanan yang tersedia lebih tinggi dan sumber daya keluarga
lainnya dapat mengganggu asupan makanan yang akan dikonsumsi bagi ibu hamil (Al-
4. Pekerjaan
Penelitian oleh Obai et al (2016) mengenai faktor-faktor yang terkait dengan anemia
pada ibu hamil yang melaksanakan Antenatal Care di Rumah Sakit Daerah Gulu dan juga
18
Hioma, Uganda, menunjukkan bahwa adanya hubungan signifikan antara faktor pekerjaan
dengan angka kejadian anemia pada ibu hamil. Ibu hamil yang memiliki pekerjaan sebagai
ibu rumah tangga merupakan faktor risiko terjadinya kondisi anemia. Mayoritas ibu rumah
(Obai et al., 2016). Penelitian yang lain oleh Idowu et al (2005) terkait anemia pada
kehamilan yang terjadi di Afrika menunjukkan bahwa ibu hamil yang tidak memiliki
pekerjaan berhubungan signifikan dengan anemia, sebab ibu hamil yang tidak bekerja tak
dapat melakukan kunjugan ANC lebih awal dan kurang memakan makanan yang bergizi
Anemia yang terjadi pada ibu hamil lebih tinggi pada ibu hamil dengan Kurang
Energi Kronis (LLA<23,5 cm) dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki gizi yang
baik. Hal ini mungkin berkaitan dengan efek negatif dari kekurangan energi protein dan
penyimpanan zat besi serta nutrisi hematopoietik lainnya seperti asam folat dan vitamin
6. Tingkat Pendidikan
kebanyakan dijumpai di kawasan pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan gizi, waktu
antara kehamilan dan persalinan yang terlalu dekat, serta ibu hamil yang memiliki tingkat
19
Pendidikan yang dilewati oleh seseorang memiliki pengaruh terhadap kemampuan
mereka berfikir. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan
mengambil keputusan yang lebih rasional, yang umumnya memiliki sifat keterbukaan
untuk menerima suatu perubahan atau hal baru dibandingkan dengan seseorang yang
memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Pendidikan formal yang dijalani oleh seseorang
yang sedang terjadi, semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin luas pengetahuan
berfikir sehingga dalam mengambil keputusan akan lebih bersifat realistis dan rasional.
Mengacu pada konteks kesehatan tentunya jika pendidikan seseorang cukup bagus, tanda
dan gejala suatu penyakit akan lebih dini dikenali dan memotivasi orang tersebut untuk
formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk
lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah
(MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan
sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan
(SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
mencakup berbagai program pendidikan seperti diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
doktor yang dilaksanakan oleh pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi itu sendiri dapat
20
pemerintah menjalankan program formal wajib belajar selama 9 tahun utnuk seluruh
rakyatnya yang memiliki tujuan agar terjadinya peningkatan kualitas dari sumber daya
manusia. Oleh sebab itu, masyarakat minimal harus menjalani pendidikan selama 9 tahun,
terhitung dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Warga Indonesia yang telah menempuh pendidikan selama 9 tahun ini akan dianggap
sudah layak kualitasnya untuk kehidupannya sendiri dan untuk memajukan negara.
anamnesis. Pada saat anamnesis akan didapati ibu hamil akan mengeluh cepat lelah, sering
pusing, matanya berkunang-kunang, dan muncul keluhan mual muntah yang hebat pada
menggunakan alat yang disebut alat Sahli. Hasil pemeriksaan dapat digolongkan sebagai
berikut:
21
Diantara teknik pemeriksaan hemoglobin yang biasanya dijumpai, paling sering
digunakan dan paling sederhana adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih bisa dengan
mata telanjang. Di samping faktor mata dari pemeriksa, faktor lainnya misalnya ketajaman,
pemeriksaan di daerah yang masih belum mempunyai alat yang canggih atau pemeriksaan
di lapangan, metode Sahli ini masih terbilang memadai dan bila pemeriksa telah terlatih
maka hasilnya dapat dipercayakan. Metode yang lebih canggih adalah metode dengan
cyanmethemoglobin. Prinsip dari pembacaan interpretasi mirip dengan metode Sahli akan
tetapi menggunakan sebuah alat elektronik yang disebut sebagai fotometer sehingga
interpretasi lebih bersifat objektif. Tetapi, fotometer untuk saat ini masih terbilang cukup
mahal sehinggan masih banyak laboratorium belum memilikinya. Berdasarkan hal di atas,
Klasifikasi anemia pada ibu hamil menurut Wiknjosastro (2002), adalah sebagai
berikut:
22
a. Terapi oral dengan memberikan preparat besi berupa ferosulfat,
Kebutuhan zat besi pada ibu hamil rata-rata mendekati 800 mg.
Kebutuhan ini terdiri atas, sebanyak 300 mg diperlukan untuk janin dan
urin, dan juga kulit. Asupan makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan
hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sekitar 100 mg sehingga
23
kebutuhan zat besi masuk dalam wilayah kekurangan bagi wanita hamil
(Manuaba, 2010).
2. Anemia Megaloblastik
Pengobatannya:
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya biasanya lambat
3. Anemia Hipoplastik
sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah baru. Untuk menegakkan
pemeriksaan retikulosit.
4. Anemia Hemolitik
24
biasanya akan menjadi lebih berat. Tanda utama dari anemia ini adalah
5. Anemia–anemia lain
hemolitik herediter atau yang didapat seperti anemia disebabkan oleh karena
kronik, TBC, sifilis, tumor ganas dan lainnya dapat mengalami kehamilan.
Dengan kondisi seperti ini akan membuat anemia dari wanita tersebut
menjadi lebih berat dan dapat berpengaruh buruk pada wanita selama
kehamilan, persalinan, nifas serta dapat berpengaruh pula bagi janin yang
25
2.2.8 Pengaruh Anemia dalam Kehamilan
lama, retensio plasenta, perdarahan postpartum akibat atonia uteri, syok, infeksi
kurang dari 4 g/dl bisa menyebabkan dekompensasi kordis. Adanya anemia pada
ibu hamil tentu berpengaruh pula terhadap janin sehingga dapat mengakibatkan
dapat menyebabkan cacat bawaan, sampai bayi mudah mendapat infeksi sampai
berat lahir rendah dan bayi kecil untuk umur kehamilan (Bora et al., 2014). Anemia
defisiensi besi selama proses kehamilan diketahui menjadi faktor risiko dari
Pada ibu hamil, anemia akan meningkatkan risiko dari kematian ibu dan
anak dan memiliki konsekuensi tidak baik pada kognitif dan fisik dari
(Haider et al., 2013). Gejala klinisnya bisa seperti pembatasan dari pertumbuhan
dan perkembangan janin, persalinan prematur, berat bayi lahir rendah, timbulnya
gangguan laktasi, hubungan yang buruk antara ibu atau bayi, risiko terkena depresi
postpartum, serta dapat meningkatkan kematian janin dan neonatal (Lee & Okam,
2011).
26
2.3 Perdarahan Postpartum
waktu 24 jam setelah anak dilahirkan. Dalam hal ini termasuk juga perdarahan yang
lebih setelah kala III selesai atau setelah plasenta dilahirkan. Pengukuran darah
plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur yang ada di sekitarnya, ataupun
kondisi kehilangan 500 ml atau lebih darah setelah melewati persalinan pervaginam
atau 1000 ml atau lebih setelah menjalani prosedur seksio sesaria (Leveno, 2009) .
(Manuaba, 2010) :
27
b. Perdarahan postpartum sekunder atau disebut sebagai late postpartum
persalinan.
anak dilahirkan.
terjadi dalam kurung waktu 24 jam pertama setelah proses persalinan, sementara
dari nilai normal antara 24 jam hingga 12 minggu setelah proses persalinan.
uteri, adanya retensio plasenta, serta robekan jalan lahir. Mochtar (2011)
atonia uteri, sisa plasenta dan selaput ketuban, robekan jalan lahir seperti robekan
pada perineum, vagina, serviks, forniks, ataupun Rahim, serta adanya penyakit
darah.
28
Penyebab utama dari perdarahan postpartum primer ada beberapa seperti
atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan adanya robekan pada jalan lahir.
Faktor resiko terjadinya atonia uteri adalah umur yang terlalu tua atau terlalu
partus lama dan partus terlantar, obstetrik operatif dan narkoba, uterus yang terus
menerus meregang dan membesar misalnya pada gemelli, hidramnion, dan janin
yang berukuran besar, kelainan pada uterus seperti mioma uterus, serta adanya
kematian ibu akibat perdarahan postpartum dapat dihambat dengan upaya deteksi
dini dari adanya faktor resiko. Faktor resiko yang mempengaruhi munculnya
penyakit, gizi buruk, eklamsia, anemia kehamilan, jarak persalinan, paritas ibu
hamil, usia kehamilan, umur dari maternal, riwayat pemeriksaan kesehatan (ANC),
Atonia uteri
29
myometrium terutama yang berada di sekeliling dari pembuluh darah yang
2010). Atonia uteri merupakan kondisi lemahnya kontraksi atau tonus otot
yang terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi maupun plasenta
kehamilan ganda, ataupun dengan janin besar, partus lama dan pemberian
Diagnosis umumnya mudah bila sudah timbul perdarahan yang banyak dalam
waktu yang singkat. Namun apabila terdapat perdarahan sedikit dalam waktu yang
agak lama, tanpa diketahui penderita telah kehilangan banyak darah. Beberapa
2002):
30
4. Penurunan hitung sel darah merah atau hematokrit
Saat perdarahan melebihi angka 20% dari volume total, muncul gejala
penurunan tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, wajah pucat,
postpartum :
kontraksi uterus.
b. Robekan uterus
c. Plasenta succenturiata
4. Inspekulo : menilai apakah ada robekan pada serviks, vagina, dan varises
yang pecah.
lain-lain.
postpartum adalah dengan melaksanakan manajemen aktif kala III dengan baik dan
31
Table 2.4 Jenis Uterotonika dan Cara Pemberiannya
Dosis dan cara IV: 20 U dalam 1 IM atau IV Oral atau rektal 400
fisiologis dengan
tetesan cepat
IM : 10 U
fisiologis dengan
Bila masih
40 tetes/ menit
diperlukan, beri
jam
fisiologis
bolus hipertensi
32
2.3.7 Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum
Penanganan perdarahan postpartum adalah sebagai berikut:
Figure 2.1 Penanganan Perdarahan Postpartum
Pasien dengan perdarahan yang banyak setelah melahirkan
Atonia Uteri
Laserasi Terdapat
kelainan
Kompersi bimanual Evakuasi manual koagulasi
Oksitosin Evakuasi kuretase
Eksplorasi manual Oksitosin
Prostaglandin F2a Pada serviks,
Ruptur Uteri
vagina, vulva
Perdarahan tetap
berlangsung
33
2.4 Hubungan Anemia pada Kehamilan dengan Kondisi Perdarahan
Postpartum
dampak yang kurang baik terhadap janin yang ada di dalam rahim seorang ibu yang
mengandung, masa persalinan maupun masa nifas yang di dalamnya akan terlahir anak
dengan berat badan lahir rendah (BBLR), adanya partus prematur, risiko abortus,
perdarahan postpartum, partus macet, dan syok. Kondisi ini dapat disebabkan oleh banyak
faktor antara lain; keseimbangan gizi, kadar hemoglobin, umur, dan profesi (Sarwono
Prawirohardjo, 2011).
Anemia merupakan kondisi dimana jumlah efektif sel darah merah atau eritrosit
berkurang. Kondisi ini tentunya dapat mempengaruhi kadar hemoglobin yang terdapat di
oksigen yang dapat diikat di dalam darah tidak adekuat, sehingga pada kondisi ini dapat
1994).
oksigen yang akan disirkulasikan ke sel-sel tubuh maupun ke otak. Keadaan seperti ini
dapat menimbulkan efek yang kurang baik bagi ibu hamil itu sendiri maupun pada anaknya
yang dilahirkan (Manuaba, 2010). Kurangnya konsentrasi oksigen di dalam darah dapat
menyebabkan persalinan yang lama sebab otot rahim mengalami kelelahan pada saat
berkontraksi yang disebut sebagai inersia uteri dan bisa menyebabkan terjadinya
perdarahan pasca persalinan karena tidak adanya kontraksi otot Rahim yang disebut
34
2.5 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
Anemia dalam
kehamilan
Hb kurang sehingga
oksigen yang diikat juga
berkurang
Vaskularisasi ke
myometrium berkurang
Atonia Uteri
Perdarahan Postpartum
Anemia dalam
Kehamilan Atonia Uteri
Ket :
: Variabel Dependen
: Variabel Independen
35