Anda di halaman 1dari 25

RESEARCH PROPOSAL

JUDUL : UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA

PEMERASAN OLEH OKNUM KEPALA DESA

KEPADA PENGUSAHA TERNAK AYAM

DIWILAYAH HUKUM KABUPATEN KAMPAR

RUANG LINGKUP : HUKUM PIDANA

BIDANG ILMU : KRIMINOLOGI

A. Latar Belakang Masalah

NegaraLIndonesiaPmerupakan Negara yang berdasarkan hukum seperti

yang telah ditegaskan pada Undang-Undang Dasar 1945. Negara hukum

menegaskan agar hukum harus ditegakkan, dihormati, dan ditaati oleh seluruh

lapisan masyarakat tanpa memandang status, baik oleh masyarakat maupun

pemerintah. Sebagai Negara hukum maka Indonesia mempunyai tujuan untuk

mewujudkannya suatu ketentraman dan juga keadilan di lapisan masyarakat, dan

dapat memberikan kepastian hukum maupun memberikan perlindungann hukum

kepada seluruh masyarakat Bangsa dan Negara.

Pemerintah termasuk aparat penegak hukum yang melakukan upaya

penegakan hukum di masyarakat, terkadang menimbulkan beberapa persoalan

yang tidak dapat diselesaikan. Hal ini dapat membuat semakin berkembangnya

tindak pidana kejahatan dan perilaku yang menyimpang.

Seiring berjalannya waktu kejahatan berkembang di lapisan masyarakat

Indonesia secara terus menerus meningkat, baik dari segi kualitas maupun

1
kuantitas. Hal ini bisa diperhatikan pada masyarakat khususnya terhadap Oknum

Aparatur Kepala Pemerintahan Daerah yang memiliki Kewenangan besar. Dalam

kehidupan kadangkala para oknum ini melakukan dan menghalalkan berbagai cara

untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya, pemerasan salah satu cara

yang paling sering dilakukan oleh para pelaku untuk mencapai tujuannya.

Pemerasan adalah salah satu kejahatan sosial yang perlu diperhatikan

karena tindakan ini sangat meresahkan baik itu dilakukan dengan kekerasan

ataupun dengan ancaman, sehingga perlu adanya upaya penaggulangan dan proses

hukum yang diterapkan dalam tindak kejahatan pemerasan agar dapat

memberikan efek jerah bagi para pelaku kejahatan, dan agar jumlah kasus-kasus

pemerasan dilapisan Masyarakat dapat berkurang.

KejahatanLpemerasan yang dilakukan oleh Oknum Aparatur Kepala

Pemerintahan Daerah terkhususnya oleh Oknum Kepala Desa sebagai cohtoh

dan sebagai objek dari penelitian yang dilakukan yakni yang terjadi di daerah

Kecamatan Tapung kabupaten Kampar, Riau. Dimana yang menjadi korban

pemerasan adalah proyek pembangunan peternakan ayam milik PT Wilkon.

Peristiwa ini bermula pada hari selasa (31/3/2020), saat itu PI selaku Kades Sari

Galuh Bersama LS Kades Batang Batindih dan MU Kades Non Aktif Desa

Tambusai, mendatangi lokasi proyek pembangunan kendang ayam yang dimiliki

PT Wilkon yang berlokasi di Desa Sari Galuh Kecamatan Tapung Kabupaten

Kampar.

Saat tiba dilokasi, para pelaku langsung menutup pintu akses keluar masuk

dengan cara melintangkan dua mobil yang mereka bawa di depan pintu masuk

2
proyek dengan tujuan agar kegiatan proyek terhenti, sehingga pimpinan datang

menemui mereka. Saat pimpinan proyek datang, mereka melakukan pembicaraan

dimana para pelaku ( Kades ) meminta agar mereka ditinjuk sebagai pemasok

bahan materil untuk proyek tersebut.

Para pelaku juga meminta uang sebesar 100 juta rupiah kepada pihak

perusaahan sebagai uang koordinasi dengan tiga Desa tersebut, dan mengancam

pihak perusaan jika tidak diberikan maka kegiatan pembangunan tersebut akan

mereka hentikan secara paksa.

Pada hari kamis pagi (2/4/2020) tersangka PI datang kembali ke proyek

pembangunan untuk kembali berkomusikasi kepada pihak perusahaan, jika

uangnya tidak ada sampai sore hari, maka proyek tersebut akan di hentikan dan

akses jalan dari pihak perusahaan akan ditutup. Atas ancaman ini, maka

perusahaan menuruti keinginan dari para pelaku.

Pada saat itu ada masyarakat yang mengetahui informasi tersebut, dan

langsung memberikan informasi ini kepada pihak kepolisian akan ada pemberian

uang sebesar 100 juta dari pihak perusahaan kepada Kades yang diduga telah

melakukan pemerasan.

Atas informasi itu Kapolres Kampar AKBP Mohammad Kholid SIK

perintahkan Kasat Reskrim Polres Kampar Bersama Kanit dan Panit Reskrim

Polsek Tapungserta Unit Tipikor Polres Kampar mendatangi lokasi untuk

melakukan penyelidikan.

Di TKP Tim menemukan delapan orang yang sedang berkumpul dan

mendapati uang tunai sebesr RP 100 juta rupiah di atas meja sebagai barang bukti

3
atas kasus ini, selain itu juga di amankan tiga buah stemple, selembar kwitansi

tanda terima uang dan lima unit HP. Ke delapan orang ini serta barang bukti yang

ditemukan langsung dibawa ke Polres Kampar untuk menjalankan pemeriksaan

lebih lanjut.

Oleh sebab itu, dari penjelasan yang telah dipaparkan diatas, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul “Upaya Penanggulangan

Tindak Pidana Pemerasan Oleh Oknum Kepala Desa Kepada Pengusaha

Ternak Ayam Di Wilayah Hukum Kabupaten Kampar”.

B. Masalah Pokok

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis

merumuskan permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana modus operandi yang dilakukan kepala desa saat

melakukan pemerasan diwilayah hukum Kabupaten Kampar ?

2. Apa faktor terjadinya pemerasan pengusaha ternak ayam diwilayah

hukum Kabupaten Kampar ?

3. Apa upaya penanggulangan yang dilakukan pihak Kepolisian dalam

mengatasi tindak pidana pemerasan diwilayah hukun Kabupaten

Kampar ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

4
a. Untuk dapat mengetahui modus operandi oknum kepala desa pada

saat melakukan pemerasan terhadap pengusaha ternak ayam

diwilayah hukum kabupaten kampar.

b. Untuk dapat mengetahui faktor dalam tindak pidana pemerasan

terhadap pengusaha ternak ayam diwilayah hukum Kabupaten

Kampar.

c. Untuk dapat mengetahui upaya penanggulangan yang dilakukan

pihak kepolisian terhadap tindak pidana pemerasan yang dilakukan

oknum kepala desa kepada pengusaha ternak ayam diwilayah

hukum Kabupaten Kampar

Berdasarkan tujuan penelitian diatas dan sesuai dengan permasalahan yang

ada maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat serta berguna antara lain :

1. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

1) Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna pada

masa yang akan datang untuk kajian dikalikan praktisi dan

akademisi hukum yang berguna dalam pengembangan dan

perluasan ilmu pengetahuan.

2) Dan secara umum dapat digunakan menjadi bahan masukan

terkhusus untuk para penegak hukum, pemerintah, dan juga

masyarakat dengan tujuan dapat memberikan perlindungan

hukum terhadap para pengusaha ternak ayam diwilayah

hukum kabupaten Kampar.

5
b. Manfaat praktis

Untuk dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dan

untuk seluruh Mahasiswa/Mahasiswi Fakultas Hukum

Universitas Islam Riau. Penelitian ini juga dapat bermanfat

sebagai bahan bacaan perpustakaan yang berhubungan dengan

upaya penanggulangan tindak pidana pemerasan oleh kepala

desa kepada pengusaha ternak ayam diwilayah hukum

kabupaten Kampar.

D. Tinjauan Pustaka

a. Pengertian Kriminologi

Kriminolgi merupakan ilmu pengetahuan dimana kita dapat

mempelajari bagaimana kejahatan itu terjadi dilapisan Masyarakat.

Kriminologi ditemukan oleh P. Topinard (1830-1911) seorang

antropologi yang berasal dari Perancis, secara harafiah dari kata

“crimen” yang berarti kejahatan atau penjahat dan “logos” tentang

kejahatan atau penjahat. Beberapa sarjana memberikan definisi

berbeda menegnai kriminologi ini di antaranya:

Kriminologi menurut Bonger sebagai ilmu pengetahuan yang

bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya. Melalui

defenisi ini, Bonger membagi kriminologi menjadi kriminologi murni

yang mencakup:(TOPO SANTOSO, 2001, hal. 09)

6
a) Antropologi Kriminil

Ialah ilmu pengetahuan tentang manusia yang melakukan

suatu kejahatan. Ilmu pengetahuan ini memberikan jawaban

atas pertanyaan tentang orang jahat dalam tubuhnya

mempunyai tanda-tanda seperti apa? Apakah ada hubungan

antara suku bangsa dengan kejahatan dan seterusnya.

b) Sosiologi Kriminil

Ialah ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu gejala

masyarakat.Pokok persoalan yang dijawab oleh bidang ilmu

ini ialah sampai dimana letak sebab-sebab kejahatan dalam

masyarakat.

c) Psikologi Kriminil

Ilmu pengetahuan tentang penjahat yang dilihat dari sudut

jiwanya

d) Psikopatologi dan Neuropatologi Kriminil

Ialah ilmu tentang penjahatb yang sakit jiwa atau urat syaraf

e) Penologi

Ialah ilmu tentang tumbuh dan berkembangnya hukuman.

(TOPO SANTOSO, 2001, hal. 10)

1. Faktor Terjadinya Kejahatan

Tindak pidana atau kejahatan merupakan suatau tindakan yang dapat

merugikan orang lain. Kejahatan merupakan suatau yang bertentangan

7
dengan norma dan undang-undang, untuk mengetahui kenapa sering

terjadinya tindak pidana kejahatan, kita harus terlebih dahulu

mengetahuimengapa seseorang itu melakukan kejahatan dan apa saja

faktor pendorong seseorang melakukan kejahatan. Menurut Sudarsono,

pada umumnya kenakalan remaja juga disebabkan oleh keluarga yang

berantakan (broken home), dalam prinsipnya struktur keluarga tersebut

sudah tidak lengkap lagi yang disebabkan adanya hal-hal, seperti

perceraian orang tua, salah satu dari kedua orang tua tidak hadir dalam

jangka waktu yang cukup lama, salah satu atau kedua orang tuanya

meninggal dunia. Menurut Ronald R. Akers (2013:13) perilaku teman-

teman dekat merupakan sarana yang paling baik untuk memprediksi

apakah perilaku seorang anak muda sesuai dengan norma yang berlaku

ataukah perilaku menyimpang. Teori ini menghubungkan

penyimpanagan dengan ketidak mampuan untuk menghayati nilai dan

norma yang dominan di masyarakat.

2. Modus Operandi Kejahatan

Modus operandi adalah cara operasi orang perorang atau kelompok

penjahat dalam menjalankan rencana kejahatannya. Kata tersebut

sering digunakan di koran-koran, televisi, atau sosial media jika ada

berita kejahatan.

3. Upaya Penanggulangan Kejahatan

Penanggulangan kejahatan secara umum dapat ditempuh melalui dua

pendekatan yaitu Penal dan Non Penal. Keduanya pendekatan tersebut

8
dalam penerapan fungsinya harus berjalan berdampingan, saling

melengkapi. Jika pendekatan pertama yang ditempuh, maka hal ini

berarti bahwa penanggulangan suatu kejahatan bisa dilakukan dengan

cara menggunakan kebijakan hukum pidana (penal policy/criminal law

policy) yaitu, “usaha mewujudkan peraturan perundang-undangan

pidana yang sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan

untuk masa yang akan datang” Artinya, hukum pidana dapat menjadi

sarana pengendali sosial, dengan sanksinya yang berupa pidana untuk

dijadikan sarana menanggulangi kejahatan. Upaya penanggulangan

kejahatan telah dilakukan oleh semua pihak, baik pemerintah, lembaga

sosial masyarakat, maupun masyarakat pada umunya. Berbagai

kegiatan dan program sudah dilakukan hingga menemukan cara yang

paling tepat dan efektif dalam mengatasi penanggulangan tindak

kejahatan. Upaya atau kebijakan untuk melakukan pencegahan dan

penanggulangan kejahatan termasuk bidang kebijakan kriminal,

kebijakan kriminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan yang lebih

luas, yaitu kebijakan sosial yang terdiri dari kebijakan atau upaya-

upaya dan kesejahtraan sosial dan kebijakan atau upaya-upaya untuk

perlindungan masyarakat, pendapat tersebut dikemukakan oleh Barda

Nawawi Arif.

b. Tinjauan Umum Tentang Kejahatan Pemerasan

Pemerasan berasal dari kata yaitu “perah” atau “peras”, yang dapat

diartikan sebagai mengeluarkan air dengan tangan atau alat.

9
Memeras adalah suatu tindakan dimana satu atau sekelompok

orang mengambil keuntungan dari satu atau kelompok orang

lainnya atau dalam arti meminta uang secara paksa dengan

ancaman, pelakunya disebut pemeras. Pemerasan berarti perilaku

kejahatan atau hal memeras orang lain untuk mendapatkan

keuntungan dengan adanya unsur ancaman atau paksaan. Dalam

ketentuan Pasal 368 KUHPidana tindak pidana pemerasan

dirumuskan dengan rumusan sebagai berikut:

1. Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri

sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa

orang lain dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk

memberikan sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebagian

adalah milik orang lain, atau supaya memberikan hutang

maupun menghapus piutang, diancam karena pemerasan,

dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

2. Ketentuan Pasal 365 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) berlaku

dalam tindak pidana itu.

Tindak pidana ini sangat mirip dengan tindak pidana pencurian

dengan kekerasan dari pasal 365 KUHPidana, bedanya adalah

bahwa dalam hal pencurian, pelaku sendiri yang mengambil barang

yang dicuri, sedangkan dalam hal pemerasan, korban setelah

dipaksa dengan kekerasan, menyerahkan barangnya kepada

10
pemeras. Misalnya, di tengah jalan raya, seorang A ditodong

dengan pistol oleh B, yang kemudian mengambil sendiri dompet

berisi uang dari saku A, maka yang terjadi adalah pencurian dengan

kekerasan yang diatur dalam Pasal 365 KUHPidana. Lain halnya

jika A ditodong oleh B dan kemudian atas permintaan B, A

menyerahkan dompetnya berisi uang kepada B, maka yang terjadi

adalah pemerasan dari Pasal 368 KUHPidana. Kemiripan kedua

tindak pidana ini juga terlihat dari pasal 368 ayat (2) KUHPidana

yang menyatakan ayat 2, 3, dan 4 dari Pasal 365 KUHPidana

tentang penambahan hukuman-hukuman berlaku juga pada tindak

pidana dari Pasal 368 ayat 1. Mengingat unsur paksaan dengan

kekerasan ini, maka kedua tindak pidana ini adalah pengkhususan

dari tindak pidana paksaan pada umumnya yang termuat dalam

Pasal 335 ayat 1 angka 1 KUHPidana. Tindak pidana pemerasan

dan ancaman sebagaimana diatur dalam Bab XXIII KUHPidana

sebenarnya terdiri dari dua macam tindak pidana, yaitu tindak

pidana pemerasan dengan kekerasan dan ancaman kekerasan dan

tindak pidana pemerasan dengan menista. Kedua macam tindak

pidana tersebut mempunyai sifat yang sama, yaitu suatu perbuatan

yang bertujuan memeras orang lain. Berdasarkan ketentuan Pasal

368 Ayat (2) KUHPidana tindak pidana pemerasan diperberat

ancaman pidananya apabila:

11
a. Tindak pidana pemerasan itu dilakukan pada waktu

malam dalam sebuah rumah atau pekarangan

tertutup yang ada rumahnya atau apabila pemerasan

dilakukam di jalan umum atau di atas kereta api

atau trem yang sedang berjalan. Ketentuan ini

berdasarkan Pasal 368 Ayat (2) ke-1 KUHPidana

dengan ancaman pidana selama dua belas tahun

penjara.

b. Tindak pidana pemerasan itu, dilakukan oleh dua

orang atau lebih secara bersama-sama, sesuai

dengan ketentuan Pasal 368 Ayat (2) jo Pasal 365

Ayat (2) ke-2 KUHPidana dengan ancaman

pidanadua belas tahun penjara.

c. Tindak pidana pemerasan, dimana untuk masuk ke

tempat melakukan kejahatan dilakukan dengan cara

membongkar, merusak atau memanjat, memakai

anak kunci palsu, perintah palsu, atau jabatan

(seragam) palsu. Sesuai dengan ketentuan Pasal 368

Ayat (2) jo Pasal 365 ayat (2) ke-3 KUHPidana

dengan pidana penjara dua belas tahun.

d. Tindak pidana pemerasan itu mengakibatkan

terjadinya luka berat, sebagaimana diatur dalam

Pasal 368 ayat (2) jo Pasal 365 ayat (2) 25 ke-4

12
KUHPidana ancaman pidannya sama dengan yang

di atas, yaitu dua belas tahun penjara.

e. Tindak pidana pemerasan itu mengakibatkan

matinya orang maka diatur dalam ketentuan Pasal

368 Ayat (2) jo Pasal 365 Ayat (3) KUHPidana

dengan ancaman pidana lebih berat yaitu lima belas

tahun penjara.

f. Tindak pidana pemerasan tersebut telah

menimbulkan luka berat atau kematian serta

dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-

sama dengan disertai hal-hal yang memberatkan

sebagaimana yang diatur dalam pasal 365 Ayat (1)

dan Ayat (2) KUHPidana. Berdasarkan Pasal 368

Ayat (2) jo Pasal 365 Ayat (4) KUHPidana tindak

pidana pemerasan ini diancam dengan pidana yang

lebih berat lagi, yaitu dengan pidana mati, pidana

seumur hidup atau pidana selama waktu tertentu

paling lama dua puluh tahun penjara.

c. Tinjauan Umum Tentang Kecamatan Tapung

Kecamatan Tapung salah satu kecamatan yang berada di

Kabupaten Kampar dengan luas wilayahnya sekitar 140 km2,

mempunyai 25 Desa dengan pusat pemerintahan berada di Desa

13
Petapahan. Kecamatan Tapung saat ini sudah dimekarkan menjadi

tiga kecamatan. Menurut data statistik di kantor Camat Tapung

pada Tahun 2014 mengatakan bahwa jumlah penduduk Kecamatan

Tapung sebanyak 104.412 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki

sebanyak 97.774 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak

106.638 jiwa, jumlah keluarga sebanyak 59,911 kepala keluarga

(KK). Dilihat dari bentangan wilayah, Kecamatan Tapung

berbatasan dengan:

1. Bagian Utara berbatasan dengan Kecamatan Tapung Hulu dan

Tapung Hilir.

2. Bagian Timur berbatasan dengan Kota Pekanbaru.

3. Bagian Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tambang,

Kecamatan Kampar, Kecamatan Rumbio Jaya, Kecamatan Kampar

Utara, Kecamatan Kampar timur, Kecamatan Salo, dan Kecamatan

Bangkinang Seberang.

4. Bagian Barat Berbatasan dengan Kecamatan Tapung Hulu dan

Kecamatan Tapung Kiri Kabupaten Rokan Hulu

Kecamatan Tapung mempunyai banyak suku dan agama, dengan

berbagai suku yang ada di Kecamatan Tersebut tentu penduduknya

mempunyai gaya hidup yang beragam. Namun penduduk di

Kecamatan ini mdapat hidup dengan akur dan penuh kedamaian

serta saling tolong menolong. Pada Kecamatan Tapung terdapat

banyak sekali tempat ibadah yang dipergunakan untuk kepentingan

14
beragama dan juga untuk menjaga kemaslahatan umatnya. Hal

tersebut dapat dilihat dari jumlah Masjid sebanyak 23 buah, jumlah

Musallah 52 buah, dan Gereja berjumlah 15 buah dan tempat

peribadahan tersebut dapat kita temukan di jalan lintas Flamboyan

Tepatnya di Desa Tanjung Sawit Kecamatan Tapung, sementara itu

terdapat juga tempat ibadah non Muslim. Penduduk Kecamatan

Tapung mempunyai adat kebiasaan dari warisan nenek moyang

mereka dari dahulu sampai sekarang pada umumnya mereka adalah

petani, sebagai sumber perekonomian yang paling utama bagi

mereka, oleh karena itu, diantara jenis perekonomian yang

dijadikan sebagai mata pencaharian paling domonan yaitu seperti:

1.Tani

Masyarakat di Kecamatan Tapung kebanyakan lebih memilih

bertani karena sangat mempengaruhi bagi perekonomian

masyarakat setempat, dikarenakan bertani merupakan mata

pencaharian utama bagi masyarakat pada perkebunan kelapa sawit

yang terhampar luas tersebut, selain perkebunan kelapa sawit ada

pula masyarakat menanam tanaman palawija seperti padi, jagung,

serta umbi-umbian, dan ada pula yang berkebun sayur-sayuran

baik untuk dijual maupun untuk kebutuhan sehari-hari.

15
2. Dagang

Selain menjadi petani, masyarakat Kecamatan Tapung juga ada

sebagian dari mereka yang berdagang, seperti para pedagang

biasanya mereka menjual berbagai barang-barang yang dibutuhkan

oleh penduduk sekelilingnya, guna untuk memperoleh hasil

tanaman dari pertanian mereka.

3. Pengerajin/perabot

Pengrajin atau perabot juga menjadi pilihan sebagian masyarakat

Kecamatan Tapung dimana mereka bekerja dan berkarya untuk

membuat alat-alat perabotan rumah tangga, baik itu sebagai mata

pencaharian tambahan ataupun mata pencaharian tunggal.

4. Nelayan

Menjadi nelayan juga dijadikan sebagai pekerjaan masyarakat

Kecamatan Tapung untuk menghasilkan uang, para nelayan akan

menangkap ikan di sepanjang aliran sungai yang megalir di

Kecamatan Tapung. Hasil dari tangkapan ikan itu mereka jual dan

sebagiannya mereka pergunakan kebutuhan mereka sendiri.

Dengan menagkap ikan mereka mendapat hasil tambahan dari hasil

usaha mereka lainnya.

16
5. Pegawai Negeri

Selain menjadi petani, pedagang, pengrajin dan nelayan yang hidup

ditengah-tengah masyarakat pada umumnya, ada juga diantara

mereka uang bertugas mengabdikan dirinya kepada Negara sebagai

pegawai negri sipil (PNS), seperti: Guru, Mantri dan Bidan,

mereka ini bekerja (mengajar) di sekolah-sekolah dan peskesmas.

Menurut Yatan (kasubag umum dan kepegawaian),

walaupun mata pencaharian para penduduk Kecamatan Tapung ini

bermacam-macam, namun yang menjadi mata pencaharian paling

utama yaitu petani kelapa sawit, hal ini sesuai dengan luas wilayah

perkebunan kelapa sawit yang ada di Kecamatan Tapung.

E. Konsep Operasional

Agar penelitian ini dapat memberikan arah, maka penulis memberikan

beberapa batasan dari judul ini, yaitu :

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), upaya diartikan sebagai

usaha kegiatan yang mengarahkan tenaga, pikiran untuk mencapai tujuan. Upaya

juga berarti usaha, akal, ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan

persoalan mencari jalan keluar. Upaya juga diartikan sebagai bagian yang

dimainkan oleh orang atau bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Dari

pengertian tersebut dapat diambil garis besar bahwa upaya adalah sesuatu hal

yang dapat dilakukan seseorang dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

17
Upaya penanggulangan adalah dimasukkan kedalam kelompok kriminal

(penal policy/criminal policy) yaitu suatu usaha untuk menanggulangi tindak

pidana atau kejahatan melalui penegakan hukum pidana yang rasional. Secara

garis besar, upaya penanggulangan tindak pidana atau kejahatan ataupun

pelanggaran hukum di masyarakat tersebut dapat ditempuh melalui 2 (dua) cara

yaitu lewat jalur penal (hukum pidana) dan lewat jalur non- penal (bukan/diluar

hukum pidana). Agar supaya penanggulangan tindak pidana di masyarakat dapat

berlangsung dengan lebih efektif dan maksimal, maka sangat diperlukan adanya

keseimbangan penerapan upaya melalui jalur penal maupun non-penal tersebut.

Upaya penanggulangan dengan menggunakan jalur penal ini lebih menitikberatka

pada sifat represif (penindasan/pemberantasan/penumpasan) sesudah kejahatan

terjadi, sedangkan jalur non-penal lebih menitikberatkan pada sifat preventif

(pencegahan/penangkalan/pengendalian) sebelum kejahatan terjadi

Pemerasan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar peras yang bisa

bermakna meminta uang atau barang dengan ancaman atau paksaan. Pemerasan

sebagaimana diatur dalam Bab XXIII KUHP sebenarnya terdiri dari dua macam

tindak pidana, yaitu pemerasan (affersing) dan tindak pidana pengancaman

(afdreiging). Kedua macam tindak pidana tersebut mempunyai sifat yang sama,

yaitu suatu perbuatan yang bertujuan memeras orang lain. Dalam ketentuan Pasal

368 ayat (1) KUHP, tindak pidana pemerasan dirumuskan sebagai berikut

“ Barangsiapa (Kepala Desa) dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri

atau orang lain secara melawan hukum, memaksa orang lain (Pengusaha Ternak

Ayam) dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan sesuatu

18
barang yang seluruhnya atau sebagian adalah milik orang lain, atau supaya

memberikan hutang maupun menghapus piutang, diancam, karena pemerasan,

dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.”

Wilayah hukum Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan, lokasi

domisili rakyat dan ialah tempat domisili pemerintahan Negara yang terdapat

komplkasi peraturan yang dikeluarkan oleh aparatur yang memiliki kewenangan

didalamnya yang dignakan untuk dapat mengurangi kejahatan yang ada pada

negara tersebut dengan cara pemberian sanksi kepada para pelaku kejahatan

F. Metode Penelitian

Untuk melakukan yang lebih baik, maka diperlukan suatu metode

penelitian yang berguna dalam menentukan serta mencari data-data yang lebih

akurat dan benar, yang nantinya dapat menjawab seluruh pokok permasalahan,

dala metode penelitian yang akan dipakai ialah sebagai berikut :

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Di lihat jenis penelitiannya, maka penelitian ini dapat di

kategorikan kedalam penelitian observational research melalui metode

survei, yaitu penelitian yang dilakukan dilapangan secara langsung guna

mendapatkan data yang lebih spesifik, sehingga berguna untuk menjawab

setiap masalah yang ditemui melalui wawancara sebagai alat pengumpulan

data.

19
Tetapi, jika dilihat dari sifatnya, maka penelitian ini berbentuk

deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan guna mendapatkan penjelasan

yang jelas dan terperinci mengenai modus operandi, faktor penyebab

terjadinya, dan upaya penanggulangan terhadap kejahatan pemerasan yang

dilakukan oleh oknum Kepala Desa terhadap Pengusaha Ternak Ayam

diwilayah hukum Kabupaten Kampar

2. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan oleh penulis ialah di Kabupaten Kampar.

Kabupaten Kampar merupakan salah satu kabupaten yang ada di

Provinsi Riau. Dimana Kabupaten ini memiliki 8 Kecamatan dan 242

Desa

3. Populasi dan Responden

Adapun yang menjadi populasi dan responden dalam penelitian ini


adalah:

Table1.1
Populasi dan Responden

No Populasi Responden

1 Kapolres Kampar 1

2 Kasat Reskrim Polres Kampar 1

3 Kanit IV dan Panit Reskrim Polsek Tapung 2

4 Pelaku 3

20
5 Korban 1

4. Data dan Sumber Data

Penulis, dalam penelitian ini mengemukakan dua sumber data yang

terdiri dari :

a. Data Primer adalah data utama yang diperoleh oleh penelitian

melalui responden. Data ini diperoleh dari dari masyarakat,

pegawai instansi pemerintah, pegawai swasta dan dari sumber

lainnya, yang terpenting data tersebut harus berhubungan

langsung dengan pokok masalah yang dibahas. Dalam hal ini

peneliti memperoleh data primer dari pihak Kepolisian.

b. Data Sekunder yaitu data yang yang didapatkan dari buku-buku

literature yang mempunyai kaitan dengan Hukum Pidana,

jurnal/ majalah ilmiah, surat kabar dan lain-lain.

c. Data Tersier merupakan data pendukung dari data primer

dan data sekunder. Data ini dapat diperoleh melalui kamus,

insiklopedia dan lain sebagainya yang masih ada

keterkaitannya dengan penelitian

5. Alat Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian, maka

alat pengumpul data yang dipakai oleh penulis ialah Wawancara.

Wawancara merupakan salah satu cara untuk mendapatkan beberapa

21
informasi atau data-data yang akurat dengan melakukan tanya jawab

dimana penulis telah mempersiapkan beberapa pertanyaan sebelumya.

6. Analisis Data

Segala data yang sebelumnya sudah di peroleh di lapangan,

selanjutnya diolah melalui cara menguraikan bentuk kalimat dan dan

mengklarifikasikan jawaban dari pernyataan yng satu dengan lainnya,

selanjutnya di kaitkan Bersama ketentuan perundang-undangan dan

pendapat para ahli hukum disamping pendapat yang berasal dari

pemikiran penulis

7. Metode Penarikan Kesimpulan

Metode penarikan kesimpulan yang dipakai ialah metode

deduktif. Penarikan kesimpulan secara deduktif, yaitu penarikan

kesimpulan dari hal yang bersifat umum menuju kepada yang khusus

yang didasarkan data-data sehingga dapat membuat beberapa saran

untuk mengatasi kesenjangan yang ada pada lokasi penelitian

(Amirudin & Asikin, 2004, hal 30)

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambara yang jelas mengenai keseluruhan isi

penulisan ini dapat dibagi menjadi 4 (empat) bab :

22
BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Masalah Pokok

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

D. Tinjauan Pustaka

E. Konsep Operasional

F. Metode Penelitian

BAB II : TINJAUAN UMUM

A. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Pemerasan

B. Tinjauan Umum Tentang Kabupaten Kampar

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN

A. Faktor Terjadinya Pemerasan Pengusaha Ternak Ayam

B. Modus Operandi Yang Dilakukan Kepala Desa Dalam

Melakukan Pemerasan

C. Upaya Penanggulangan Yang Dilakukan Pihak Kepolisian

Mengatasi Tindak Pidana Pemerasan

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

23
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Amir Ilyas.Asas Asas Hukum Pidana. Mahakarya Rangkang Offset Yogyakarta,


Yogyakarta,2012;
Andi Sofyan, N. A. Hukum Pidana. Pustaka Pena Press, Makassar, 2016;
Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta, 2006;
R. Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta
Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal;
Barda Nawawi Arief, 2005, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana;
Amiruddin, & Askirin, Z. (2004). Pengantar Metode Penelitian Hukum;
Harahap, M. Y. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan
dan Penuntutan, 2012;
Mohammad Taufik Makarao, S.Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan Praktek.
Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004
Prodjodikoro, W. Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia. PT. Refika Aditama,
Bandung, 2003;
R.Abdoel Djamali, S. Pengantar Hukum Indonesia Edisi Revisi. PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2012;
Rusianto, A. Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana.Kencana, Jakarta,
2016;
Sri Hajati, E. D. Pengantar Hukum Indonesia. Airlangga University Press,
Surabaya, 2017;
Suteki, G. T. Metode Penelitian Hukum.Rajawali Pers, Depok, 2018;
Syafrinaldi. Buku Panduan Penulisan Skripsi. UIR Press, Pekanbaru, 2014;
Tien S. Hulukati, Delik-Delik Khusus di dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, Fakultas Hukum Unpas, Bandung, 2013;
Topo Santoso, S.H. Kriminologi. Raja Grafindo Pustaka, Jakarta, 2001
B. Peraturan perundang-undangan
Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum
PidanaPasal 368 ayat (1) dan (2) Kitab Undang – undang Hukum Acara Pidana

24
C. Jurnal atau Karya Ilmiah
Fajar,H. (2017). Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pemerasan Dengan
Ancaaman Kekerasan. Makassar
D. Kamus
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

25

Anda mungkin juga menyukai