Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Perampasan, dan pelanggaran hak-hak masyarakat


adat di kawasan Danau Toba yang diduga
dilakukan PT Toba Pulp Lestari (TPL) selama
puluhan tahun.

Dosen Pengajar :

RAHMADHONA FITRI HELMI, S.AP, M.PM

Disusun Oleh :
ARIFAL FITRAH
(2020210008)

FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN


INSTITUT TEKNOLOGI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan
mengenai mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, dengan judul Pelanggaran HAM.

Dengan tulisan ini diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami tentang pelanggaran
HAM di Indonesia yang telah meresahkan masyarakat yang terjad dikawasan danau toba.
Saya berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi
pembacanya, terutama mahasiswa,supaya kelak menjadi pribadi yang berwawasan luas dan
berguna bagi masyarakat,karena kita adalah penerus Bangsa Indonesia.

PADANG,14 JANUARI 2022

ARIFAL FITRAH
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….................1

DAFTAR ISI................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................3

A. Latar Belakang..................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................

C. Tujuan Penelitian..............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................6
A. Pelanggaran HAM ........................................................................................................7

B. Komnas HAM Selidiki dugaan kasus pelanggaran HAM masyarakat adat di


danau toba disebabkan oleh PT Toba Pulp Lestari(TPL)…………………..................8

C. Upaya pemerintah menangani kasus pelanggaran HAM yang terjadi di danau


toba yg disebabkan oleh PT Toba Pulp Lestari(TPL)………….........................................9

BAB III PENUTUP...........................................................................................................10

Kesimpulan............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………........................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pelanggaram HAM di indonesia pada saat ini memang sering kali terjadi,dan terjadi
dimana-mana.Karena pelanggaran HAM Indonesia sudah banyak sekali memakan
korban contohnya saja pada kasus kali ini,PT Toba Pulp Lestari sudah melakukan
pelanggaran kepada masyarakat adat yang ada di danau toba dan disini masyarakat
merasa terganggu karena hak mereka tidak bisa di penuhi dan di kuasai oleh orang
lain padahal mereka adalah putra daerah di danau toba,tapi masyarakat adat yang ada
di danau toba masih sering kali mendapatkan perlakuan buruk dari PT TPL.

Masyarakat adat yang tinggal di danau toba merasa bahwasanya PT TPL ini sudah
melakukan pelanggaran HAM dan para pihak berwajib harus segera melakukan
penyelidikan terhadap perlakuan PT TPL ini,karena mereka sudah lama melakukan
pelanggaran tersebut sehinngga banyak konflik yang terjadi.Masyarakat bukan hanya
dirugikan dalam hal tanah saja tapi masyarakat juga merasakan para pelanggar ini
makin lama makin semena-mena dalam melakukan haknya.Masyarakat adat yang ada
di danau toba juga mendapatkan kriminalisasi dari PT TPL dan sudah tercatat
sebanyak 26 kasus.

.
2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu:

1. Apa akibat dari pelanggaran HAM bagi masyarakat sekitar.

2. Tindakan yang dilakukan pemerintah dalam menangani kasus pelanggaran HAM


yang terjadi danau toba.

3. Mengapa PT TPL sangat menginginkan daerah danau toba sehingga melakukan


pelanggaran HAM.

4. Tanggapan masyarakat sekitar danau toba yang terkena imbas dari PT TPL selama
bertahun-tahun.

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian pada makalah ini yaitu:

1.Mengetahui pelanggaran HAM yang terjadi di danau toba.

2.Menyelidikin pelanggaran yang terjadi selama bertahun-tahun di danau toba.

3.Agar bisa menyelesaikan konflik yang terjadi di danau toba.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pelanggaran HAM
Tertulis juga dalam UU No. 39 Tahun 1999, hak asasi manusia adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.

HAM meliputi hak asasi pribadi, hak asasi ekonomi, hak asasi politik, hak asasi sosial
dan kebudayaan, hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan, serta hak asasi manusia untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan
dan perlindungan.

Masih menurut UU No. 39 Tahun 1999, pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap
perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja
maupun tidak disengaja atau kelalaian, membatasi, dan atau mencabut hak asasi
manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang ini, dan
tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum
yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

Jenis HAM yang terjadi dalam kasus kali ini adalah pelanggaram HAM biasa namun
juga bisa dikatakan berbahaya juga karena terjadi dalam waktu yang cukup lama
sehinggga dapat merusak kelestarian adat masyarakat yang tinggal di danau toba.

Kasus yang terjadi sekarang adalah Perampasan, dan pelanggaran hak-hak masyarakat
adat di kawasan Danau Toba yang diduga dilakukan PT Toba Pulp Lestari (TPL)
selama puluhan tahun.

B. Komnas HAM Selidiki dugaan kasus pelanggaran HAM masyarakat adat di danau
toba disebabkan oleh PT Toba Pulp Lestari(TPL)

Komisioner Komnas HAM, Mohammad Choirul Anam, menyatakan pihaknya telah


membentuk tim untuk melakukan pemantauan, dan penyelidikan terhadap dugaan kasus
pelanggaran hak asasi yang dilakukan PT Toba Pulp Lestari (TPL) terhadap masyarakat adat
di kawasan Danau Toba, Sumatra Utara. Penyelidikan itu pun telah dimulai Komnas HAM
pada 26 Desember 2021.

"Kami ingin ini menjadi satu proses yang sangat serius," ujar Anam di Medan, pada Kamis
(31/12).
Berdasarkan aduan yang masuk ke Komnas HAM dalam kurun waktu 10 tahun terakhir,
sedikitnya terdapat 26 kasus terkait dugaan pelanggaran hak asasi yang dialami masyarakat
adat di kawasan Danau Toba. Permasalahan yang dihadapi masyarakat adat itu
bukan hanya persoalan tanah, tapi juga soal kriminalisasi terhadap masyarakat adat.
Laporan yang masuk ke kami ada dari 6 kabupaten (kawasan Danau Toba). Kami
juga akan melihat lebih dari itu. Sementara dari data kami ada 6 kabupaten. Tapi
ternyata banyak kabupaten lain yang harus dilihat juga," ungkap Anam. Menurut
Anam, proses pertama untuk mulai menyelidiki hal ini adalah dengan mendatangi
lokasi di mana masyarakat adat menetap. Hal itu dilakukan agar penyelesaian aduan
yang masuk ke Komnas HAM lebih komprehensif.

"Kemarin kami datang ke Desa Natumingka (di Kabupaten Toba) dan Nagori
Sihaporas (di Kabupaten Simalungun). Kami akan datang ke tempat lainnya dan
terus diproses. Semua instansi yang terkait dengan kasus ini akan diproses. Terkait
dengan kepolisian juga akan kami lihat. Semua informasi, dan fakta serta peristiwa
yang terjadi dalam konteks penyelesaian kasus ini akan kami pantau. Lalu, lakukan
penyelidikan," jelasnya.

Komnas HAM pun meminta kepada semua pihak untuk bersikap kooperatif ketika
proses pemantauan, investigasi, dan penyelidikan berjalan.

"Terangnya peristiwa akan menentukan bagaimana keadilan itu berlangsung," ujar


Anam.

Komnas HAM menargetkan penyelidikan atas dugaan pelanggaran hak-hak


masyarakat adat itu akan rampung dalam enam bulan. Namun, Anam menegaskan
dalam penyelidikan untuk penyelesaian kasus dugaan pelanggaran hak asasi ini tak
bisa tergesa-gesa.

"Awalnya kami targetkan dua bulan, tapi karena kasusnya banyak ini tidak bisa
buru-buru. Itu paling lambat harus sudah ada laporan bagaimana kasus ini, dan
dinamika yang terjadi. Kami mohon kepada semua pihak agar tidak terjadi
kekerasan lagi khususnya bagi masyarakat adat," pungkasnya. Sementara, Roganda
Simanjuntak dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Tano Batak,
mengatakan sudah 30 tahun PT TPL telah hadir di kawasan Danau Toba, dan selama
itu pula banyak peristiwa yang mengakibatkan terlanggarnya hak-hak adat. Saat ini
konflik antara masyarakat adat dengan PT TPL masih terus terjadi.

"Kami mengidentifikasi hingga saat ini tersebar di tujuh kabupaten di kawasan


Danau Toba, ada 32 komunitas masyarakat adat berkonflik dengan PT TPL serta
Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan (KLHK)," kata Roganda.

Bentuk konflik di kawasan Danau Toba yang diduga dilakukan PT TPL beragam.
Mulai dari perampasan hak adat, penghancuran hutan adat, hingga perusakan
lingkungan akibat hancurnya hutan adat. Ini dikarenakan PT TPL melakukan
aktivitas dengan menanam tanaman monokultur yaitu eukaliptus, yang
mengakibatkan tanaman endemik seperti hutan kemenyan lenyap.
Tanaman (eukaliptus) ini sebenarnya membutuhkan pupuk kimia dan dampaknya
penggunaan pestisida berlebihan. Akibatnya kerusakan lingkungan di tengah-tengah
pemukiman masyarakat adat telah terjadi hampir di semua tempat PT TPL
beraktivitas," ungkap Roganda.

Merujuk aksi kekerasan yang terjadi di sedikitnya tujuh kabupaten di kawasan


Danau Toba, Roganda menyerukan pemerintah untuk menutup PT TPL. Harapan
kami kepada Komnas HAM karena kami melihat Komnas HAM sanggup untuk
melakukan atau melihat fakta-fakta di lapangan. Kemudian, sesuai dengan
tupoksinya bisa diharapkan untuk membela hak-hak masyarakat adat sebagai warga
negara. Harapan kami hasilnya sesuai dengan keinginan masyarakat adat. Intinya
kami menolak kehadiran PT TPL. Pemerintah harus segera menutup PT TPL,"
tandas Roganda.

Direktur Perhimpunan Bantuan Hukum dan Advokasi Rakyat Sumatra Utara


(BAKUMSU), Tongam Panggabean, menyebutkan bahwa terdapat sembilan kasus
kekerasan dan penangkapan sewenang-wenang terhadap masyarakat adat terkait
konflik dengan PT TPL. Tercatat dua kasus kekerasan dengan pelaku aparat
bersenjata yang mengakibatkan kematian.

Empat kasus penangkapan masyarakat adat secara sewenang-wenang oleh aparat


terhadap masyarakat adat telah menahan sebanyak 79 warga. Sementara tiga kasus
kekerasan yang melibatkan pekerja dari PT TPL dana warga, menyebabkan jatuhnya
korban sebanyak 14 orang dari pihak masyarakat ada Kekerasan terhadap
masyarakat adat umumnya terjadi ketika masyarakat adat mengadang kehadiran PT
TPL. Masyarakat bertahan di atas tanah adat mereka. Selain itu, kekerasan juga
sering diikuti dengan penangkapan dan penahanan masyarakat adat, baik ketika
mengadakan protes massa, maupun aktivitas di lahan berkonflik. Umumnya
masyarakat adat dan lokal mengalami penangkapan serta penahanan oleh aparat
atas laporan PT TPL kepada pihak kepolisian setempat," kata Tongam seperti dikutip
dari laman resmi BAKUMSU.

Selain itu, tercatat sebanyak 93 orang menjadi korban langsung kriminalisasi akibat
keberadaan PT TPL. Dari total korban tersebut tercatat 40 orang yang diseret ke
meja hijau, di mana 39 diantaranya dinyatakan terbukti bersalah, dan hanya 1 orang
dinyatakan bebas murni karena tidak terbukti bersalah. Sementara itu, sisanya yakni
sebanyak 47 orang dinyatakan berstatus tersangka, dan 6 lainnya berstatus terlapor.

Pola kriminalisasi terhadap masyarakat adat yang melibatkan aparat kepolisian


terjadi ketika ada aksi atau perlawanan dari masyarakat adat yang menolak
kehadiran PT TPL. PT TPL umumnya melaporkan masyarakat dengan memakai
pasal-pasal yang berlebihan dan berpotensi membuat mereka ditangkap.

Penggunaan pasal-pasal yang berpotensi untuk dilakukan upaya paksa tersebut


dituduhkan ketika masyarakat melakukan aksi unjuk rasa menolak TP TPL. Aksi
masyarakat adat ketika mempertahankan tanah adat mereka ketika PT TPL
melakukan upaya tanam paksa tanaman eukaliptus," pungkas Tongam.
Sementara itu, koordinator urusan media PT TPL, Dedy Armaya, membantah
seluruh tudingan terkait dugaan pelanggaran HAM terhadap masyarakat adat di
kawasan Danau Toba.

"Hanya saja saya mau menyampaikan bahwa TPL tidak pernah melakukan
pelanggaran seperti yang dituduhkan," katanya kepada VOA melalui pesan singkat

C. Upaya pemerintah menangani kasus pelanggaran HAM yang terjadi di danau toba
yg disebabkan oleh PT Toba Pulp Lestari(TPL)

Upaya Pencegahan Pelanggaran Hak Asasi Manusia


Mencegah lebih baik daripada mengobati. Pernyataan itu tentunya sudah sering kalian
dengar. Pernyataan tersebut sangat relevan dalam proses penegakan HAM. Tindakan terbaik
dalam penegakan HAM adalah dengan mencegah timbulnya semua faktor penyebab
pelanggaran HAM. Apabila faktor penyebabnya tidak muncul pelanggaran HAM pun dapat
diminimalisir atau bahkan dihilangkan.

Berikut ini tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai kasus
pelanggaran HAM.

1. Menegakkan supremasi hukum dan demokrasi. Pendekatan hukum dan pendekatan


dialogis harus dikemukakan dalam rangka melibatkan partisipasi masyarakat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Para pejabat penegak hukum harus memenuhi
kewajiban dengan memberikan pelayanan yang baik dan adil kepada masyarakat,
memberikan perlindungan kepada setiap orang dari perbuatan melawan hukum, dan
menghindari tindakan kekerasan yang melawan hukum dalam rangka menegakkan
hukum.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya berbagai bentuk
pelanggaran HAM oleh pemerintah.
3. Meningkatkan pengawasan dari masyarakat dan lembaga-lembaga politik terhadap
setiap upaya penegakan HAM yang dilakukan oleh pemerintah.
4. Meningkatkan penyebarluasan prinsip-prinsip HAM kepada masyarakat melalui
lembaga pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi) maupun non-formal (kegiatan-
kegiatan keagamaan dan kursus-kursus). Meningkatkan profesionalisme lembaga
keamanan dan pertahanan negara.
5. Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok atau golongan dalam
masyarakat agar mampu saling memahami dan menghormati keyakinan dan pendapat
masing-masing.

Dalam mencapai upaya pencegahan pelanggaran atas HAM lembaga-lembaga pemerintah


juga diharuskan tegas menjalankan supremasi hukum, sistem peradilan harus berjalan dengan
baik dan adil, para pejabat penegak hukum harus memenuhi kewajiban tugas yang
dibebankan kepadanya dengan memberikan pelayanan yang baik dan adil kepada masyarakat
pencari keadilan, memberikan perlindungan kepada semua orang menghindari tindakan
kekerasan yang melawan hukum dalam rangka menegakkan hukum. Perlunya social
control dan lembaga politik terhadap dalam upaya penegakan hak asasi manusia yang
dilakukan oleh pemerintah.
Hambatan-hambatan dalam Upaya Penanganan Hak Asasi
Manusia
Hambatan dalam upaya penanganan Hak Asasi Manusia yang antara lain adalah: (1) kondisi
poleksosbud hankam; (2) faktor komunikasi dan informasi yang belum digunakan secara
maksimal dan benar; (3) faktor kebijakan pemerintah; (4) faktor perangkat perundangan; (5)
faktor aparat dan penindakannya.

Dalam kondisi poleksosbudhankam, kondisi perpolitikan di Indonesia yang masih belum


menuju ke arah demokratis yang sebenarnya mempunyai andil yang besar terhadap
pelanggaran hak-hak asasi manusia. Perekonomian yang belum mendukung dan belum
sampai pada tingkat masyarakat yang sejahtera, pengangguran dari yang terdidik sampai
pengangguran yang tidak terdidik, perbedaan peta berfikir yang ekstrim yang berdasarkan
pada suku, agama, ras dan antar golongan, serta faktor keamanan dianggap sebagai pemicu
atau penyebab terjadinya pelanggaran hak asasi manusia atau sebagai penghambat utama
upaya penegakkan hak asasi manusia.

Dalam faktor komunikasi dan informasi yang belum digunakan secara maksimal dan secara
benar, komunikasi dan informasi yang akurat sangat penting, untuk mengambil dan
menghasilkan suatu kebijakan yang berkaitan dengan permasalahan hak-hak warga negara
termasuk hak asasi manusia. Sementara itu, dalam faktor kebijakan pemerintah, tidak semua
penguasa mempunyai kebijakan yang sama tentang pentingnya hak asasi manusia. Sering kali
mereka lupa atau bahkan tidak menghiraukan masalah tentang hak-hak masyarakatdalam
menentukan kebijakan.

Dalam faktor perangkat perundangan, peraturan perundang-undangan tentang hak asasi


manusia di indonesia sudah banyak, namun dirasa masih belum cukup, termasuk yang
tercantum di dalam Undang-Undang Dasar 1945 dengan amandemen. Sebagai contoh adalah
masalah interpretasi antara pasal 28 J dengan pasal 28 I tentang hak hidup yang tidak boleh
dikurangi. Dalam faktor aparat dan penindakannya (law enforcement), masih banyaknya
permasalahan pada birokrasi pemerintahan Indonesia, tingkat pendidikan dan kesejahteraan
sebagian aparat yang dinilai masih belum layak, aparat penegak hukum yang mengabaikan
prosedur kerja sering membuka peluang terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia.

Hak Asasi Manusia harus berdampingan dengan Kewajiban


Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia harus senantiasa berdampingan dengan Kewajiban Asasi Manusia,
keduanya seperti dua sisi dari mata uang yang sama. Kewajiban Asasi manusia adalah
kewajiban-kewajiban dasar yang pokok yang harus dijalankan oleh manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, seperti kewajiban untuk tunduk pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku, kewajiban untuk membangun dan mengembangkan kehidupan, kewajiban untuk
saling membantu, kewajiban untuk hidup rukun, kewajiban untuk bekerja sehubungan dengan
kelangsungan hidupnya.

Dalam pasal 28 J disebutkan: Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (ayat 1). Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan
undang-undang semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan
moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis (ayat 2).

Dari pasal 28 J tersebut jelas bahwa disamping hak asasi manusia, juga setiap orang wajib
menghormati hak asasi orang lain, yang mengandung arti bahwa setiap orang wajib
memenuhi kewajiban asasinya. Karena setiap hak asasi melekat kewajiban asasi.

Membangun Harmonisasi Hak dan Kewajiban Asasi Manusia


Hak dan kewajiban asasi manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Seseorang tidak dapat menikmati hak yang dimilikinya, sebelum memenuhi apa yang
yang menjadi kewajibannya. Misalnya, dalam proses pembelajaran di sekolah, kalian tidak
akan mendapatkan pemahaman yang baik dalam sebuah pelajaran apabila tugas-tugas dalam
mata pelajaran tersebut tidak kalian kerjakan. Kemudian, seorang pekerja tidak akan
mendapatkan kenaikan upah apabila tidak menampilkan kinerja yang baik. Dengan demikian,
dapat dipastikan antara hak asasi dan kewajiban asasi dalam perwujudannya harus
diharmonisasikan atau diseimbangkan oleh setiap orang.

Bagaimana caranya mengharmonisasikan hak dan kewajiban asasi dalam kehidupan sehari-
hari? Salah satu cara untuk mengharmonisasikan hak dan kewajiban asasi manusia dalam
kehidupan sehari-hari adalah dengan menghindarkan diri kita dari sikap egois atau terlalu
mementingkan diri sendiri. Sikap egois dapat menyebabkan seseorang untuk selalu menuntut
haknya, sementara kewajibannya sering diabaikan. Seseorang yang mempunyai sikap egois
akan menghalalkan segala cara agar haknya dapat terpenuhi, meskipun caranya dapat
melanggar hak orang lain.

Upaya untuk mengharmonisasikan hak dan kewajiban asasi manusia merupakan salah satu
bentuk dukungan terhadap penegakan HAM yang dilakukan oleh pemerintah. Sebagai warga
negara dari bangsa dan negara yang beradab sudah sepantasnya sikap dan perilaku kita
mencerminkan sosok manusia beradab yang selalu menghormati keberadaan orang lain
secara kaffah. Sikap tersebut dapat kalian tampilkan dalam perilaku di lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Dan disini masyarakat adat yang ada di daerah danau toba harus lebih tegas menghadapi
masalah yang tertjadi terutama dalam hal HAM,karena kalo tidak hal mereka akan mudah di
rampas oleh siapapun yang dating ke daerah mereka.Dan PT TPL juga harus mengganti
kerugian yang di alami oleh masyarakat adat yang tinggal di danau toba sebagai kompensasi
selama ini.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Hak asasi manusia adalah masalah lokal sekaligus masalah global, yang tidak
mungkin diabaikan dengan dalih apapun termasuk di Indonesia. Implementasi
hak asasi manusia di setiap negara tidak mungkin sama, meskipun demikian
sesungguhnya sifat dan hakikat hak asasi manusia itu sama. Adanya hak asasi
manusia menimbulkan konsekwensi adanya kewajiban asasi, di mana
keduanya berjalan secara paralel dan merupakan satu kesatuan yang tak dapat
dipisahkan. Pengabaian salah satunya akan menimbulkan pelanggaran hak
asasi manusia atas hak asasi manusia yang lain. Implementasi hak asasi
manusia di Indonesia, meskipun masih banyak kasus pelanggaran hak asasi
manusia dari yang ringan sampai yang berat dan belum kondusifnya
mekanisme penyelesaiannya, tetapi secara umum baik menyangkut
perkembangan dan penanganannya mulai menampakkan tanda-tanda
kemajuan pada akhir-akhir ini. Hal ini terlihat dengan adanya regulasi hukum
Hak Asasi Manusia melalui peraturan perundang-undangan serta dibentuknya
Pengadilan Hak Asasi Manusia dalam upaya menyelesaikan berbagai kasus
pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi.Disini juga di tegaskan bahwa
pemerintah harus menindak lanjuti masalah yang terjadi di danau toba karena
pelanggaran yang telah di lakukan oleh PT TPL sudah terlalu lama dan sudah
memakan korban dan memiliki 26 kasus kriminalisasi.Dan di harapkan juga
pemerintah harus meminta kerugian kepada PT TPL dan memberikan kepada
masyarakat adat yang tinggal di danau toba sebagai uang kompensasi untuk
selama ini karena telah mengakibatkan keributan dan kekerasan yang terjadi di
daerah danau toba.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5550068/pelanggaran-ham-pengertian-
jenis-dan-contoh-kasusnya

https://www.voaindonesia.com/a/komnas-ham-selidiki-dugaan-kasus-pelanggaran-
ham-masyarakat-adat-di-danau-toba/6376728.html

https://mas-alahrom.my.id/semua-artikel/mapel/pkn/upaya-penanganan-kasus-
pelanggaran-hak-asasi-manusia-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai