Anda di halaman 1dari 4

NAMA:KOMANG ADNYANE

NIM:043754086

Januari-April 2020 Terjadi 22 Peristiwa Kekerasan Menimpa Pembela HAM

 Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam) menyatakan perlindungan terhadap pembela
atau pejuang hak asasi manusia (HAM) masih menjadi persoalan yang belum tersentuh penuh
secara hukum. Tahun ini misalnya, Elsam mencatat ada 22 peristiwa pelanggaran dan kekerasan
terhadap pembela HAM yang terjadi dalam kurun Januari-April 2020.

"Dari identifikasi 22 kasus terhadap pembela HAM atas lingkungan, sebanyak 69 korban
individu dan 4 kelompok komunitas masyarakat adat," papar Direktur Eksekutif ELSAM Wahyu
Wagiman dalam diskusi daring, Kamis (23/7/2020). Peristiwa tersebut terjadi di 10 wilayah. Para
korban umumnya merupakan masyarakat adat, petani, termasuk jurnalis. Adapun pelaku yang
paling banyak dilaporkan melakukan pelanggaran adalah aktor negara yaitu kepolisian dan pihak
perusahaan atau korporasi.

"Baru 4 bulan, sudah terjadi 69 korban. Kalau ini tidak ditangani segera, bisa jadi catatan ini
akan meningkat pada bulan-bulan berikutnya," celetuknya.  Jumlah itu menambah catatan
pelanggaran HAM yang juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Pada 2019, Elsam mencatat
adanya 127 individu dan 50 kelompok pembela HAM atas lingkungan yang menjadi korban
kekerasan. Tahun sebelumnya, data Komisi Orang Hilang dan Korban tindak Kekerasan
(Kontras) tercatat 156 peristiwa penyerangan yang ditujukan pada pembela HAM. Sementara,
Yayasan Perlindungan Insani Indonesia juga mendokumentasikan ada 131 pembela HAM yang
menjadi korban penyerangan.

"Bahkan, LBH Pers juga menyatakan adanya laporan kasus kekerasan itu tidak hanya menimpa
aktivis, tapi juga menimpa jurnalis, khususnya yang meliput isu-isu lingkungan," ujar dia.
Melihat masih tingginya pelanggaran tersebut, Wahyu menagih komitmen pemerintah dalam
penyelesaian kasus kekerasan dan kriminalisasi terhadap aktivis pembela HAM, masyarakat,
maupun jurnalis. salah satunya, mendorong agar DPR melakukan revisi terhadap UU HAM dan
memasukkan substansi yang menjamin perlindungan terhadap pembela HAM, seperti menambah
pengertian mengenai pembela HAM dan perlindungannya serta menambah tugas dan fungsi
Komnas HAM.

Selain itu, meminta agar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) segera
mengesahkan rancangan peraturan menteri (Rapermen) Anti-SLAPP yang diharapkan mampu
melindungi aktivis dan pembela HAM atas lingkungan. Begitu juga meminta agar adanya
institusi nasional seperti Komnas HAM, Komnas Perempuan, LPSK, dan Ombudsman
membangun mekanisme perlindungan pembela HAM.

1. Telaah oleh saudara berdasarkan kasus di atas, Bagaimana agar sistem hukum di
Indonesia dapat bekerja dengan baik dalam penegakan HAM
2. Bagaimana jaminan Hak Asasi Manusia ditinjau dari sudut pandang Hukum Tata
Negara?
3. Analisis oleh saudara terkait konflik agraria yang terjadi di Indonesia yang beririsan
dengan HAM. Serta bagaimana upaya yang perlu dilakukan dalam menyelesaikan konflik
tersebut.

Jawaban

1. Agar sistem hukum di Indonesia dapat bekerja dengan baik dalam penegakan HAM
Adalah dengan merivisi UU Nomor 26 Tahun 2000 agar lebih peduli terhadap korban
pelanggaran Ham

Jaminan Hak Asasi Manusia ditinjau dari sudut pandang Hukum Tata Negara adalah
negara wajib menghormati hak asasi manusia yang tersirat di dalam

 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945


 Pasal 28-34

Pelanggaran HAM di Indonesia paling banyak terjadi adalah Konflik agraria. Upaya yang
perlu dilakukan dalam menyelesaikan konflik tersebut adalah memberikan peraturan hukum
tentang Agraria yang lebih jelas serta pemerintah memperhatikan peraturan dalam terkait lahan.

PEMBAHASAN

Hak asasi manusia adalah sebuah konsep hukum yang menyatakan bahwa manusia memiliki
hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah seorang manusia. Undang-undang tentang HAM
yaitu UU Nomor 26 Tahun 2000. Contoh hak asasi manusia adalah

 Hak sipil dan politik, contoh hak untuk hidup yang layak
 Hak sosial, budaya dan ekonomi.
 Hak berpartisipasi dalam kebudayaan,
 Hak atas pendidikan.

Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi Hak asasi manusia tetapi pada
kenyataannya masih banyak pelanggaran HAM oleh karena diharapkan semua pihak bisa bekerja
sama terutama pemerintah agar membuat peraturan yang jelas dan tegas agar pelanggaran HAM
bisa dihindari dan bagi masyarakat yang pernah mengalami pelanggaran HAM bisa memperoleh
Haknya kembali.

2. Menurut Wade dan phillips dalam bukunya yang berjudul “Constitusional law “. Hukum
Tata Negara merupakan hukum yang mengatur alat-alat perlengkapan negara, tugasnya
dan hubungan antara alat pelengkap negara. Jaminan Hak Asasi Manusia ditinjau dari
sudut pandang Hukum Tata Negara yaitu negara berkewajiban menghormati hak asasi
manusia warga negaranya, tersirat di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
yang menjiwai keseluruhan pasal dalam batang tubuhnya, terutama berkaitan dengan
persamaan kedudukan warga negara dalam hukum dan pemerintahan, hak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, hak untuk
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, kebebasan memeluk agama dan untuk
beribadat sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu, hak untuk memperoleh
pendidikan dan pengajaran.

3. Menyikapi banyaknya pengaduan mengenai konflik agraria dan sumber daya alam, pada
September lalu (14/09) Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
menyelenggarakan diskusi kelompok terfokus Penyelesaian Konflk Agraria Berbasis
HAM di Indonesia. Diskusi yang dilaksanakan di ruang pleno Komnas HAM ini digagas
oleh dua Komisioner Komnas HAM Dianto Bachriadi bersama dengan Sandrayati
Moniaga.

Kementerian/Lembaga—stakeholders yang hadir dalam diskusi ini diantaranya adalah


Komisi Pemberantasan Korupsi, Kementerian Lingkungan hdup dan kehutanan,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kementerian Sekretaris Kabinet, Kementerian
Dalam Negeri, Kementerian Pertanian, Bappenas, Perwakilan staf Kepresidenan, dan
sejumlah lembaga non pemerintah yang mengadvokasi konflik agraria dan sumber daya
alam. Diskusi terfokus yang dmoderatori oleh staf Komnas HAM, Mimin Dwi Hartono
ini bertujuan untuk menginventarisasi langkah-langkah yang telah dilakukan kementerian
dan lembaga terkait dalam menangani konflk agraria. Selanjutnya juga melihat peluang-
peluang baru guna menyamakan persepsi yangkemudian
ditingkatkanuntukdidialogkandenganPresidenJokoWidodo.

Diskusi diawali dengan sambutan pembukaan oleh Dianto Bachriadi. Inti dari sambutan
tersebut adalah mengenai pentingnya untuk segera menyelesaikan konflik agraria secara
nasional karena konflik agraria terjadi secara masif di berbagai sektor dan Komnas HAM
menyambut baik bahwa rezim saat ini mencanangkan penyelesaian masalah agraria.

“Sekitar 6000 hingga 7000 kasus yang masuk ke Komnas HAM, 15 hingga 20% - nya
adalah pengaduan tentang konflik agraria. Kasus-kasus tersebut di antaranya mengenai
sengketa pertanahan, perebutan akses terhadap Sumber Daya Alam di berbagai sektor,
baik di kehutanan maupun di non-kehutanan, seperti perkotaan, pedesaan, bahkan di
pesisir,”ungkap Dianto.

“...Bila melihat kepemimpinan saat ini, Presiden Joko Widodo telah mencanangkan untuk
menyelesaikan permasalahan agrarian dan Komnas HAM merasa telah dibukakan
kembali pintu untuk kembali memikirkan jalan keluar dari persoalan tersebut secara
bersama-sama, di mana jumlah kasus semakin hari semakin bertambah,” lanjut Dianto.

Sandrayati Moniaga dalam kesempatan tersebut juga  mengapresiasi KPK yang memfasiltasi
Gerakan Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam. Gerakan ini merupakan tindak lanjut dari
nota kesepahaman dua belas Kementerian/Lembaga untuk percepatan pengukuhan kawasan
hutan. Gerakan ini tidak hanya mengenai pengelolaan sumber daya di kehutanan tapi juga di
berbagai sektor. Sebab persoalan yang satu (kehutanan) terkait dengan yang lain (agraria)
tidak hanya dselesaikan oleh Kementerian Lngkungan hdup dan kehutanan ataupun
Kementerian Agraria dan Tata Ruang namun perlu juga didukung oleh kementerian lainnya.
Diharapkan pertemuan ini dapat menjadi titik awal untuk melangkah bersama agar lebih
solid.

Masing-masing Kementerian/Lembaga memaparkan berbagai program kerja dan


kebijakan terkait dengan agraria. Pemerintahan saat ini melalui Nawacita No.5 memang
mendorong land reform dan program peningkatan lahan untuk para petani seluas 9jt ha.
Selain itu pemerintah juga memiliki program percepatan economic growth; percepatan
proyek-proyek infrastruktur; percepatan pengentasan kemiskinan. Keseluruhan dari
program ini dipastikan berkaitan dengan lahan. Dan dapat dipastikan pula dalam program
pembangunan tersebut terdapat potensi konflik agraria.

Diakhir diskusi dua komisioner yang hadir memberikan beberapa pernyataan penutup.
Keduanya sepakat sudah adanya semangat dan komitmen tapi masih berjalan sendiri-
sendiri. Penting untuk mendorong peran Setkab, Kepala Staf Kepresidenan dan
BAPPENAS. Terdapat persoalan terkait penataan ulang kebijakan (bermasalah dalam hal
koordinasi). Salah satu hal yang menarik dari diskusi adalah proses penerbitan alas hak
dari UUPA menjadi aset negara, baik yang dikuasai langsung maupun tidak langsung.
Keberadaan hal tersebut menunjukkan harus adanya koordinasi lintas sektoral yang baik
guna menyamakan persepsi. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada permasalahan di masa
lalu yang harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum masuk ke rencana masa depan
dikarenakan kebijakan yang ada berdasar pada permasalahan yang belum selesai

Sumber: komnasham.go.id

Anda mungkin juga menyukai