Menyimak contoh kasus peristiwa hukum sebagaimana yang terjadi dideskripsikan di atas,
1) Jelaskan apakah tuntutan Yundarningsih SN melawan Kepala Kantor Regional I BKN
Sleman melalui PTUN telah tepat memenuhi ciri-ciri sengketa hukum dalam lingkup PTUN?;
2) Upaya hukum apa yang dapat dilakukan kedua belah pihak, manakala salah satu pihak
mengetahui hasil putusan PTUN dianggap tidak memuaskan?
3) Adakah peluang dimungkinkannya penyelesaian sengketa tersebut diselesaikan melalui
mekanisme non-litigasi, jelaskan?
Jawaban
2. Upaya hukum yang dapat dilakukan kedua belah pihak, manakala salah satu pihak mengetahui
hasil putusan PTUN dianggap tidak memuaskan yaitu :
1. 1. PERLAWANAN/ VERZET
Yaitu upaya hukum terhadap putusan pengadilan yang dijatuhkan tanpa hadirnya Tergugat
(verstek). Pada dasarnya perlawanan ini disediakan bagi pihak Tergugat yang dikalahkan.
Bagi Penggugat, terhadap putusan verstek ini dapat mengajukan banding.
2. 2. BANDING
Yaitu pengajuan perkara ke pengadilan yang lebih tinggi untuk dimintakan pemeriksaan
ulangan, apabila para pihak tidak puas terhadap putusan tingkat pertama.
Berpedoman kepada ketentuan yang ditetapkan dalam UU No 20 Tahun 1947 tentang
peradilan ulangan, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 sampai Pasal 15, dinyatakan :
Tenggang waktu permohonan banding :
14 hari sejak putusan diucapkan, apabila waktu putusan diucapkan pihak Pemohon
banding hadir sendiri dipersidangan.
14 hari sejak putusan diberitahukan, apabila Pemohon banding tidak hadir pada saat
putusan diucapkan di persidangan.
Jika perkara prodeo, terhitung 14 hari dari tanggal pemberitahuan putusan prodeo dari
Pengadilan Tinggi kepada Pemohon banding.
Pengajuan permohonan banding disampaikan kepada Panitera pengadilan yang memutus
perkara di tingkat pertama
Penyampaian memori banding adalah hak, bukan kewajiban hukum bagi Pemohon banding.
Satu bulan sejak dari tanggal permohonan banding, berkas perkara harus sudah dikirim ke
Panitera Pengadilan Tinggi Agama (Pasal 11 ayat (2) UU No 20 Tahun 1947).
3. 3. KASASI
Pemeriksaan tingkat kasasi bukan pengadilan tingkat ketiga. Kewenangannya memeriksa dan
mengadili perkara tidak meliputi seluruh perkara, bersifat sangat terbatas, dan hanya meliputi
hal-hal yang ditentukan dalam Pasal 30 UU No 14 Tahun 1985, yaitu terbatas sepanjang
mengenai :
Memeriksa dan memutus tentang tidak berwenang atau melampaui batas wewenang
Pengadilan tingkat bawah dalam memeriksa dan memutus suatu perkara.
Memeriksa dan mengadili kesalahan penerapan atas pelanggaran hukum yang
dilakukan pengadilan bawahan dalam memeriksa dan memutus perkara.
Memeriksa dan mengadili kelalaian tentang syarat-syarat yang wajib dipenuhi
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tingkat kasasi tidak berwenang memeriksa seluruh perkara seperti kewenangan yang
dimiliki peradilan tingkat pertama dan tingkat banding, oleh karenanya peradilan
tingkat kasasi tidak termasuk judex facti.