Anda di halaman 1dari 2

Nama: Ribka Kristiani br Padang

NIM: 043342413

Mata Kuliah: Sistem Hukum Indonesia (ISIP4131)

Merujuk pada Pasal 1338 KUHPerdata bahwa Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian itu tidak dapat ditarik
kembali, selain atas kesepakatan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-
undang dinyatakan cukup untuk itu.

Pertanyaan:

1. Bagaimanakah jika rekanan dalam perjanjian tersebut menggantung tanpa kepastian proyek
pengerjaan sesuai yang telah dituangkan dalam perjanjian.
Jawaban:

Menurut Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, akibat dari suatu perjanjian adalah:

1. Perjanjian mengikat para pihak , maksudnya perjanjian yang dibuat secara sah oleh para pihak
akan mengikat para pihak yang membuatnya dan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak
yang membuatnya (Miru dan Pati, 2011:78)
2. Perjanjian tidak dapat ditarik kembali secara sepihak karena merupakan kesepakatan di antara
kedua belah pihak dan alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu
(Pasal 1338 ayat 2 KUHPerdata). Maksudnya, perjanjian yang sudah dibuat, tidak bisa
dibatalkan secara sepihak tanpa persetujuan dari pihak lain. Hal ini sangat wajar, agar
kepentingan pihak lain terlindungi sebab perjanjian itu dibuat atas kesepakatan kedua belah
pihak, maka pembatalannya pun harus atas kesepakatan kedua belah pihak. Selain itu,
pembatalan secara sepihak hanya dimungkinkan jika ada alasan yang cukup oleh undang-
undang.
3. Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik (Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata).
Menurut Subekti, itikad baik berarti kejujuran atau bersih (Subekti, 2001: 42). Dengan kata lain,
setiap perjanjian harus dilaksanakan dengan penuh kejujuran.
Jika rekanan dalam perjanjian tersebut menggantung tanpa kepastian proyek pengerjaan sesuai
yang telah dituangkan dalam perjanjian, maka akan dilakukan proses hukum.

2. Mengapa perjanjian yang sudah disepakati masih boleh dibatalkan sepihak?


Jawaban: Perjanjian yang sudah disepakati boleh dibatalkan sepihak jika tidak memenuhi yang
disepakati. Pembatalan sepihak atas suatu perjanjian dapat diartikan sebagai ketidaksediaan
salah satu pihak untuk memenuhi prestasi yang telah disepakati kedua belah pihak dalam
perjanjian.Pada saat mana pihak yang lainnya tetap bermaksud untuk memenuhi prestasi yang
telah dijanjikannya dan menghendaki untuk tetap memperoleh kontra prestasi dari pihak yang
lainnya itu. Seperti yang kita ketahui bahwa perjanjian yang sah, dalam arti memenuhi syarat sah
menurut undang- undang, maka berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang
membuatnya.

Anda mungkin juga menyukai