Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : EVI SUSANTI

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 021943693

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4211/Logika

Kode/Nama UPBJJ : 47/Pontianak

Masa Ujian : 2020/21.1(2020.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Pertanyaan :
Jelaskan pengertian tentang Ide, Konsep, dan Term dalam penalaran?
Jawaban :
Berbicara masalah term maka tidak bisa tidak kita harus membahas apa yang
menjadi penopang term itu sendiri, ada dua unsur penopang dalam yaitu ide dan
konsep.
Lalu apa itu ide? Dalam buku logika scientifika karya DR.W.Poespoprodjo, S.H., S.S.,
B.Ph., L.Ph. ide adalah sebuah kata yang berasal dari kata Yunani eidos, eidosberarti
‘yang orang lihat’, ‘penampakan’, ‘bentuk’, ‘gambar’, ‘rupa’ yang dilihat.
Lalu yang disebut konsep? Dalam buku yang sama konsep berasal dari kata Latin:
concipere, yang artinya mencakup, mengandung, mengambil, menyedot,
menangkap. Dari kata concipere muncul kata benda conceptus yang berarti
tangkapan.
Setelah kita mengetahui pengertian tentang ide dan konsep maka apa itu term?
Menurut DR.W.Poespoprodjo, S.H., S.S., B.Ph., L.Ph. term merupakan ide atau konsep
yang dinyatakan dalam sebuah kata atau lebih. Tidak semua kata atau kumpulan kata
adalah term, meskipun setiap term itu adalah kata atau kumpulan kata.
2. Pertanyaan :
Jelaskan pengertian tentang Sesat Pikir dalam penalaran?
Jawaban :
Sesat pikir menurut Sumaryono dalam bukunya Dasar — Dasar Logika mengatakan
sesat pikir itu adalah proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak logis,
salah kaprah, dan menyesatkan, suatu gejala berpikir yang salah karena di sebabkan oleh
pemakasaan prinsip — prinsip logika tanpa memperhatikan relevansinya. Sesat pikir
atau Fallacy adalah ketidaksanggupan menyimpulkan kesipulan dari argumen —
argumen yang dibangun, kekacauan berpikir biasanya di akibatkan karena tidak bisa
bernalar yang benar, menyusun definisi dengan keliru, kesesatan dalam berpikir ini bisa
di sebut “Ngawur”.
Bahaya sesat berfikir di tengah pandemi Covid-19 ini. Hingga 25 April 2020, jumlah
kasus terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 8.607 dengan 720 jiwa meninggal dunia
dan 1.042 kasus sembuh. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan, berbagai data telah
disajikan, berbagai statement telah disampaikan. Para pejabat, politikus influencer tak
lupa tokoh agama bermunculan. Ketika harus berdiam diri dirumah, tiada pilihan lain
bagi masyarakat selain menyantap informasi yang disajikan oleh media arus utama.
Perang opini yang sepanjang waktu muncul di media tentunya membingungkan
masyarakat awam. Alih-alih membawa kebermanfaatan, kebingungan tersebut dapat
menutupi informasi yang justru seharusnya penting untuk masyarakat
dapatkan. Celakanya, penulis merasa justru keangkuhan dan keegoisan yang terlihat.
Saling bantah sana sini demi panggung instan sesaat. Belum lagi, "panggung" itu sangat
terlihat ketika pejabat turun secara langsung membagikan masker hingga bahan
pangan.
Sebagai contoh :
“Pada 30 Maret lalu. Dalam konferensi pers, Ia menyatakan bahwa pada bulan tersebut,
Terjadi pemulasaran dan pemakaman dengan menggunakan prosedur tetap (Protap)
COVID-19 sebanyak 283 kasus di daerahnya. Sejak tanggal 6 itu mulai ada kejadian
pertama sampai dengan kemarin tanggal 29, itu ada 283 kasus," sebut sang Gubernur.
Angka 283 ini kemudian banyak menjadi perbincangan di tingkat masyarakat maupun
kalangan media.
"Dimakamkan menggunakan protap COVID-19" bisa saja termasuk:
1. Jenazah dengan hasil tes positif,
2. Jenazah dengan hasil tes negatif namun dimakamkan dengan protap COVID-19,
3. Jenazah dengan hasil tes yang belum keluar namun dimakamkan dengan protap
COVID-19.
Kebingungan masyarakat nampaknya muncul karena pernyataan itu disampaikan oleh
sang Gubernur secara dramatis. Banyak orang kemudian salah menangkap informasi
inti, yang seharusnya: terdapat 283 pemakaman yang menggunakan Protokol COVID-
19, bukan terdapat 283 kasus meninggal karena COVID-19 di Wilayah tersebut. Dua hal
yang berbeda tentunya.
3. Pertanyaan :
Jelaskan Empat Sesat Pikir dalam penalaran? Berikan contohnya.
Jawaban :
1. Sesat Pikir “Ad Hominem”
Sesat pikir ini terjadi ketika si X dan si Y beradu argumen. Ketika beradu
argumen, si X bukannya membantah argumen Y, melainkan justru menyerang
pribadi si Y.
Contoh :
X : “Dalam masa Pandemi Covid-19 ini Kita sebaiknya kita menaati protocol
kesehatan.”
Y : “Ah, dasar cungkring loe, pendapat orang cungkring mana bisa dipakai.”
Nah, kalimat inilah yang termasuk serangan ad hominem, karena yang bukan
mengarah pada logika “pemikiran”, tapi justru ke pribadi yang tidak ada
hubungannya dengan pembahasan.

2. Sesat Pikir “Straw Man”


Jenis sesat pikir ini dapat terjadi ketika si X dan si Y beradu argumen tentang
suatu masalah, tapi tanggapan yang diberikan sudah di luar konteks masalah
yang dibahas.
Contoh :
Misalnya Si X meminta Si Y untuk segara membayarkan biaya sumbangan kelas
untuk bencana covid-19 yang banyak merugikan kalangan bawah. Menanggapi hal
itu, si Y justru berkata: “Ah, ternyata bagimu uang itu lebih penting ketimbang
persahabatan kita ya!”
Apa yang disampaikan Si Y inilah yang merupakan logical fallacy straw man. Sebab,
Si X dari awal tidak pernah mempermasalahkan atau pun membahasa
persahabatan mereka.
3. Sesat Pikir “Hasty Generalisation”
Sesat pikir jenis ini dapat terjadi ketika seseorang menggunakan sedikit data
untuk melakukan generalisasi. Ingat! Generalisai tidak boleh dilakukan dengan
data yang tidak memadai jumlahnya. Generalisasi yang baik hanya bisa dilakukan
hanya jika jumlah sample memenuhi kriteria. Nah, mengenai kriteria
teknik sampling ini ada bahasannya tersendiri ya.
Contoh :
Kota x dan kota y merupakan kota yang sama provinsi akan tetapi beda wilayah di
dalam kategori zona untuk menentukan zona tersebut berbahaya atau sudah
aman. Kota x memiliki zona warna merah yang berarti zona resiko tinggi sedangkan
kota Y memiliki zona warna kuning yang berarti zona risiko rendah. Lalu orang yang
berada di kota X berpendapat bahwa semua kota yang berprovinsi sama memiliki
warna zona daerah yang sama. Pendapat dari orang yang bertempatan di kota X
ini lah yang disebut dengan Sesat Pikir “Hasty Generalisation”
4. Sesat Pikir “Begging the Question” atau “Petitio Principii”
Bentuk logical fallacy ini terjadi ketika seseorang menggunakan pola pikir yang
melingkar-lingkar, sehingga pola pikirnya menjadi tidak jelas bagian mana yang
argumen dan mana pendukung.
Contoh:
Ibu : Nak, ayo cuci tangan mu !
Anak : Kenapa ?
Ibu : Karena tangan mu harus dibersihkan !
Apa yang disampaikan si Ibu adalah sesat pikir begging the question. Ibu tidak
menjelaskan alasan kenapa meja belajar anaknya harus dibersihkan, sesuai
pertanyaan si anak. Tapi, si Ibu justru memberikan jawaban yang sama dengan
perintah sebelumnya, “Karena meja belajarmu harus dibersihkan”. Jawaban si Ibu
bukanlah penjelasan, melainkan argumen yang melingkar.

Anda mungkin juga menyukai