ILMU KOMUNIKASI
PEMBAHASAN :
1. Definisi Ide atau Konsep
Berbicara masalah term maka tidak bisa tidak kita harus membahas apa yang menjadi
penopang term itu sendiri, ada dua unsur penopang dalam yaitu ide dan konsep. Lalu
apa itu ide? Dalam buku logika scientifika karya DR.W.Poespoprodjo, S.H., S.S., B.Ph.,
L.Ph. ide adalah sebuah kata yang berasal dari kata Yunani eidos, eidos berarti ‘yang
orang lihat’, ‘penampakan’, ‘bentuk’, ‘gambar’, ‘rupa’ yang dilihat. Lalu yang disebut
konsep? Dalam buku yang sama konsep berasal dari kata Latin: concipere, yang artinya
mencakup, mengandung, mengambil, menyedot, menangkap. Dari kata concipere
muncul kata benda conceptus yang berarti tangkapan. Dalam keterangan yang lain
konsep adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa latin conceptus (kata benda
masculinum) yang dibentuk dari kata conceptum yang berasal dari kata kerja (konjugasi
III) concipio. Kata ini berarti ‘mengambil ke dalam dirinya’ atau ‘menangkap’.
Penangkapan ide atau konsep bisa terjadi dengan benar atau tidak benar, maka
aprehensi sederhana juga dapat diragukan atau ditolak. Apabila ide atau konsep kita
tangkap secara tidak sah atau secara tidak benar, maka hal tersebut akan berakibat
pada keputusan yang juga tidak sah dan tidak benar.
2. Definisi Term
Setelah kita mengetahui pengertian tentang ide dan konsep maka apa itu term?
Menurut DR.W.Poespoprodjo, S.H., S.S., B.Ph., L.Ph. term merupakan ide atau konsep
yang dinyatakan dalam sebuah kata atau lebih. Tidak semua kata atau kumpulan kata
adalah term, meskipun setiap term itu adalah kata atau kumpulan kata. Sebagai
catatan, suatu term, sebagai suatu kegiatan tahu, di dalam fenomologi modern selalu
menyandang ciri intensional. Suatu tangkapan selalu merupakan suatu kegiatan
menangkap ke arah sesuatu yang lain yakni sesuatu yang atas kesadaran spontan tidak
bergantung pada kegiatan menangkap tersebut. Karena tangkapan-tangkapan tersebut
TUGAS 1 LOGIKA 3
NAMA : OPAN PAHMI SOPANDI
NIM : 042054243
berciri abstrak, maka ia mengungkapkan benda-benda secara tidak penuh, tetapi di lain
pihak mengungkapkan suatu isi tertentu yang tidak jelas.
Jenis-Jeni Term :
a. Term konkret, yaitu term yang mengarah kepada suatu benda konkret, dalam logika
tradisional termasuk pula nama diri (proper name). misalnya: kursi, meja, kuda, dsb.
b. Term abstrak, yaitu term yang mengacu pada kualitas, sifat, dan hubungan dari
sesuatu. Misalnya: kebajikan, kemanusiaan, keindahan, bulatan, hitam, peramah,
dsb.
c. Term tunggal, term yang mengacu kepada satu benda atau perorangan, atau
kepada suatu himpunan yang terdiri atas sebuah pengertian yang menunjuk kepada
suatu diri. Misalnya: kepala SMP Negeri 30 Jakarta yang kedua, direktur utama
Garuda Indonesia yang ketujuh, dsb.
d. Term kolektif, yaitu term yang mengacu kepada suatu himpunan atau kelompok dari
hal-hal atau benda yang dilihat selaku satu kesatuan. Misalnya: UIN, PERSIS, dsb.
e. Term umum, yaitu term yang mengacu kepada suatu himpunan tanpa pembatasan
kuantitas ataupun kualitas (berlaku umum) contoh: manusia, hewan, dsb
dipergunakan dalam arti yang lebih sempit, yaitu palsu berarti keliru dalam menalar atau
dalam berargumen. Motivasi pokok seseorang menyusun sebuah argumen adalah
untuk membuktikan bahwa kesimpulan yang ia peroleh dalam menalar adalah benar.
Sebuah argumen ada kemungkinan gagal dalam memanuhi tujuan tersebut. Ada dua
kemungkinan kegagalan argumen.
a. Kegagalan dapat terjaddi karena suatu argumen memuat premis yang terbentuk dari
proposisi yang keliru. Jika sebuah argumen memuat satu premis yang keliru, maka
argumen tersebut akan gagal dalam menempatkan kebenaran konklusinya Contoh:
Premis 1 : ABRI harus menjalankan dwifungsi sipil-militer
Premis 2 : Tentara bayaran tidak memperhatikan fungsi sipil
Konklusi : Jadi, ABRI tanpa dwifungsi akan sama dengan tentara bayaran
b. Kegagalan dapat terjadi karfena suatu argumen ternyata memuat premis-premis
yang tidak berhubungan deengan konklusi yang akan dicari. Di sini logika
berperanan penting. Sebuah argumentasi yang premispremisnya tidak berhubungan
dengan kesimpulannya merupakan argumen yang “sesat” sekalipun semua
premisnya itu mungkin benar. Di dalam jenis kegagalan yang kedua inilah terdapat
apa yang disebut sesat pikir. Contoh:
Premis 1 : Sifat Tuhan adalah kekal abadi
Premis 2 : Pancasila memuat nilai-nilai yang kekal abadi
Konklusi : Tuhan dan Pancasila adalah identik
Selanjutnya dalam sumber yang sama, Sumaryono mengemukakan ada banyak jenis
kekeliruan yang dilakukan orang dalam melaksanakan penalaran atau dalam
berargumen. Setiap kekeliruan dalam menalar itu merupakan argumen yang salah.
Sumber-Sumber Kesesatan :
Surajiyo (2009:107) mengemukakan sumber kesesatan dapat terjadi di dalam logika
deduktif, dan logika induktif. Di dalam logika deduktif, kita dengan mudah memperoleh
kesesatan karena adanya kata-kata yang disebut homonim, yaitu kata yang memiliki
banyak arti yang didalam logika disebut kesalahan semantik atau bahasa. Kesalahan
semantik itu dapat pula disebut ambiguitas. Adapun untuk menghindari ambiguitas
dapat dengan berbagai cara, misalnya menunjukkan langsung adanya kesesatan
semantik dengan mengemukakan konotasi sejati. Memilih kata-kata yang hanya arti
tunggal, menggunakan wilayah pengertian yang tepat, apakah konotasi subjektif yang
berlaku khusus atau objektif yang bersifat universal atau partikular. Dapat juga dengan
konotasi subjektif yang berlaku khusus atau objektif yang bersifat komprehensif.
Kesesatan di dalam logikan induktif dapat dikemukakan seperti prasangka pribadi,
pengamatan yang tidak lengkapatau kurang teliti, kesalahan klasifikasi atau
TUGAS 1 LOGIKA 6
NAMA : OPAN PAHMI SOPANDI
NIM : 042054243
SUMBER REFERENSI :
BMP ISIP4211
Ruangguru.com