Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TUTORIAL 3

PENGANTAR ILMU HUKUM

TUTOR: ASRIZAL, M.H

DISUSUN OLEH :

BAMBANG RENALDY
NIM : 050046491

PROGRAM S1 ILMU HUKUM


UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) PEKANBARU
FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TERBUKA
2023
Beberapa kasus HAM pada tahun 2022:

Kerangkeng manusia di rumah Bupati Langkat

Kerangkeng manusia di rumah Bupati Langkat Pada Januari 2022, penjara atau kerangkeng manusia di
rumah Bupati Langkat, Sumatera Utara, Terbit Rencana Peranginangin, terungkap. Kerangkeng tersebut
ditemukan saat Sang Bupati terjaring operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Atas temuan ini, polisi pun mendatangi lokasi dan mendapatkan informasi bahwa kerangkeng manusia itu
merupakan tempat rehabilitasi narkotika. Akan tetapi, belum ada izin sebagai tempat rehabilitasi narkoba di
rumah tersebut. Komnas HAM yang juga melakukan penyelidikan menemukan minimal 26 bentuk
penyiksaan, kekerasan, dan perlakuan yang merendahkan martabat terhadap para penghuni kerangkeng.
Beberapa di antara penghuni dipukuli, ditendang, disuruh bergelantungan di kerangkeng seperti monyet,
dicambuk anggota tubuhnya dengan selang, dan lainnya. Hasil investigasi Komnas HAM menunjukkan pula
keterlibatan oknum TNI-Polri dalam tindak penyiksaan, kekerasan, dan perlakuan yang merendahkan
martabat para penghuni kerangkeng. Selama didirikan sejak 2012, ada enam orang yang meninggal di dalam
kerangkeng tersebut. Kasus dugaan tindak pidana kekerasan di dalam kerangkeng manusia ini masih
berjalan di pengadilan hingga sekarang. Terdapat delapan tersangka yang diadili. Satu di antaranya
merupakan anak kandung dari Bupati Terbit berinisial DP. Empat tersangka, yaitu DP, HS, HG, dan IS
didakwa dengan pasal penganiayaan yang menyebabkan kematian terhadap korban. Sementara SP, JS,RG,
dan TS didakwa dengan tindak pindana perdagangan orang.

Tindak Kekerasan Aparat di Wadas

Tindak kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian terhadap warga terjadi di desa Wadas, Purworejo,
Jawa Tengah, pada 8 Februari 2022. Kericuhan berujung kekerasan oleh polisi ini terjadi dalam proses
pengukuran lahan warga untuk penambangan batu andesit di desa tersebut. Batu andesit diperlukan untuk
proyek pembangunan Bendungan Bener di wilayah tersebut. Sebagian warga setuju membebaskan lahan
mereka. Namun, sebagian lainnya menolak karena khawatir penambangan batu andesit berakibat pada
rusaknya sumber mata air Wadas. Dalam kericuhan ini, Komnas HAM menemukan bahwa sejumlah warga
ditendang dan dan dipukul. Tak hanya itu, puluhan warga juga ditangkap dan ditahan polisi. Akibat kejadian
tersebut, warga pun mengalami trauma. Pasca kejadian, beberapa orang bahkan tidak berani pulang ke
rumah dan bersembunyi di hutan karena ketakutan.
Sumber : https://nasional.kompas.com/read/2022/09/22/01000001/kasus-pelanggaran-ham-di-indonesia-
2022.

Pertanyaan:

1. Telaah oleh saudara berdasarkan kasus di atas, Bagaimana agar sistem hukum di Indonesia dapat
bekerja dengan baik dalam penegakan HAM

Dari kasus di atas dapat dilihat bahwa terdapat pelanggaran HAM yang bahkan dilakukan oleh orang-orang
yang harusnya menjadi penegak hukum. Menurut saya, perlu ditelaah dan dinilai kembali terhadap
penegakan HAM di Indonesia, sehingga terdapat beberpa penilaian yang harus dilakukan untuk
menanggulangi hal serupa. Diantaranya:

1. Penilaian terhadap Penegakan HAM di Indonesia:

a. Reformasi Sistem Hukum: Penting untuk melakukan reformasi dalam sistem hukum Indonesia, terutama
terkait penegakan HAM. Reformasi ini dapat mencakup perubahan perundang-undangan dan proses hukum
untuk memastikan keadilan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia.

b. Independensi Lembaga Penegak HAM: Memastikan independensi lembaga-lembaga penegak HAM,


seperti Komnas HAM, agar dapat melakukan penyelidikan tanpa tekanan politik atau intervensi dari pihak-
pihak tertentu.

c. Peningkatan Kesadaran Hukum: Melakukan upaya peningkatan kesadaran hukum di kalangan


masyarakat, termasuk aparat penegak hukum, tentang pentingnya menghormati dan melindungi hak asasi
manusia.

d. Pengawasan Publik: Meningkatkan peran dan keterlibatan masyarakat dalam mengawasi penegakan
HAM, termasuk melalui media dan organisasi hak asasi manusia.

2. Sistem Hukum yang Berkeadilan:

a. Transparansi dan Akuntabilitas: Membangun sistem hukum yang transparan dan akuntabel, di mana
proses hukum dan putusan pengadilan dapat diakses oleh publik. Hal ini dapat membantu meminimalkan
risiko penyalahgunaan kekuasaan.

b. Pendidikan Hukum: Meningkatkan pendidikan hukum di kalangan aparat penegak hukum dan
masyarakat agar lebih memahami prinsip-prinsip HAM dan pentingnya menghormati hak asasi manusia.
3. Keadilan Sosial dalam Penegakan HAM:

a. Partisipasi Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan dan pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan hak asasi manusia, khususnya dalam kasus konflik agraria dan
pengelolaan sumber daya alam.

b. Pemberdayaan Korban: Memberdayakan korban pelanggaran HAM untuk berbicara dan mendapatkan
keadilan dalam sistem hukum, termasuk mendapatkan akses yang mudah dan aman ke lembaga-lembaga
penegakan hukum.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan sistem hukum di Indonesia dapat lebih efektif dalam penegakan
hak asasi manusia dan mencegah pelanggaran HAM yang terjadi seperti dalam kasus yang telah dijelaskan.

Sumber:

Ashri, M. (2018). Hak Asasi Manusia: Filosofi, Teori dan Instrumen Dasar. Makassar: CV. Social Politic
Genius.

Nasution, B. J. (2011). Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia. Bandung: Mandar Maju.
2. Bagaimana jaminan Hak Asasi Manusia ditinjau dari sudut pandang Hukum Tata Negara?

Jaminan Hak Asasi Manusia (HAM) dari sudut pandang Hukum Tata Negara mencakup prinsip-prinsip dasar
yang menjamin perlindungan dan penghormatan terhadap hak-hak dasar setiap individu dalam suatu negara.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam menilai jaminan HAM dari perspektif Hukum Tata Negara
melibatkan prinsip-prinsip berikut:

1. Konstitusi sebagai Landasan Utama:

a. Perlindungan dalam Konstitusi: HAM sering kali diakui dan dijelaskan secara rinci dalam konstitusi
suatu negara. Konstitusi berfungsi sebagai landasan hukum tertinggi yang menjamin hak-hak dasar warga
negara.

b. Kesesuaian Perundang-undangan: Penting untuk memastikan bahwa perundang-undangan di negara


tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip HAM yang tercantum dalam konstitusi.

2. Pemisahan Kekuasaan:

a. Kebebasan dan Kemandirian Lembaga-lembaga Hukum: Prinsip pemisahan kekuasaan antara


eksekutif, legislatif, dan yudikatif sangat penting untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan
memastikan kebebasan lembaga-lembaga hukum dalam menegakkan HAM.

3. Hak-Hak Dasar Individu:

a. Jaminan Hak-Hak Dasar: Konstitusi dan hukum tata negara seharusnya menjamin hak-hak dasar
individu, seperti kebebasan berpendapat, kebebasan beragama, hak atas kehidupan, dan hak-hak lainnya
yang diakui secara universal.

b. Perlindungan Minoritas: Hukum tata negara harus memastikan perlindungan terhadap hak-hak individu,
termasuk minoritas, dari potensi penindasan mayoritas.

4. Keadilan Sosial:

a. Prinsip Keadilan Sosial: Hukum tata negara seharusnya mengandung prinsip keadilan sosial yang
memastikan distribusi yang adil terhadap hak dan kewajiban dalam masyarakat.
b. Perlindungan Terhadap Rentan dan Marginalisasi: Penjaminan HAM dalam konteks keadilan sosial
harus mencakup perlindungan terhadap kelompok-kelompok yang rentan dan marginal, seperti masyarakat
adat atau kelompok minoritas.

5. Pengawasan dan Akuntabilitas:

a. Mekanisme Pengawasan: Hukum tata negara seharusnya menyediakan mekanisme pengawasan efektif
terhadap tindakan pemerintah, memastikan akuntabilitas dalam perlindungan dan penegakan HAM.

b. Independensi Sistem Peradilan: Perlindungan HAM juga tergantung pada independensi sistem
peradilan untuk memastikan bahwa pelanggaran HAM diperlakukan secara adil dan tegas.

Melalui kerangka Hukum Tata Negara yang kokoh, diharapkan jaminan HAM dapat diterapkan dan
ditegakkan secara efektif dalam suatu negara, memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap hak-hak
individu.

Sumber:

A. Mahsyur Effendi, 1980, Tempat Hak-Hak Asasi Manusia dalam Hukum Internasional/Nasional. Bandung:
Alumni.

Jimly Asshiddiqie, 2005, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi (Serpihan Pemikiran Hukum, Media
dan Ham), Konstitusi Press.
3. Analisis oleh saudara terkait konflik agraria yang terjadi di Indonesia yang beririsan dengan HAM.
Serta bagaimana upaya yang perlu dilakukan dalam menyelesaikan konflik tersebut.

Analisis Konflik Agraria yang Beririsan dengan HAM di Indonesia:

1. Penyebab Konflik Agraria:

a. Perebutan Lahan: Persoalan kepemilikan dan pemanfaatan lahan sering menjadi akar konflik agraria.
Pertentangan terjadi antara masyarakat lokal, perusahaan, dan pemerintah terkait hak atas lahan dan
sumber daya alam.

b. Ketidaksetaraan Akses: Ketidaksetaraan dalam akses terhadap sumber daya alam, terutama di antara
kelompok masyarakat adat dan perusahaan besar, sering memicu ketegangan.

2. Dampak Terhadap HAM:

a. Pelanggaran Hak-Hak Masyarakat: Konflik agraria dapat mengakibatkan pelanggaran hak-hak


masyarakat, termasuk hak atas tanah, pemukiman, dan sumber mata air, yang merupakan hak asasi
manusia.

b. Keterlibatan Aparat Keamanan: Keterlibatan aparat keamanan dalam menangani konflik seringkali
berdampak negatif, termasuk penggunaan kekuatan berlebihan yang dapat merugikan masyarakat.

3. Upaya Penyelesaian Konflik Agraria dan HAM:

a. Pemberdayaan Masyarakat: Memberdayakan masyarakat untuk aktif berpartisipasi dalam proses


pengambilan keputusan terkait pemanfaatan sumber daya alam, sehingga keputusan yang diambil
mencerminkan kebutuhan dan hak-hak mereka.

b. Transparansi dan Akuntabilitas: Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam proses pemberian
izin dan perencanaan pengelolaan sumber daya alam untuk menghindari ketidakadilan dan penyalahgunaan
kekuasaan.

c. Pendekatan Mediasi: Menggunakan pendekatan mediasi sebagai upaya penyelesaian konflik,


melibatkan semua pihak terkait untuk mencapai kesepakatan yang adil dan berkelanjutan.
d. Penguatan Sistem Hukum Agraria: Menguatkan sistem hukum agraria untuk memastikan keadilan
dalam pemberian hak atas tanah dan sumber daya alam, serta menegakkan aturan yang mengakui hak-hak
masyarakat adat.

e. Pendidikan dan Kampanye: Pendidikan dan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang hak-hak mereka, serta membangun dukungan publik terhadap prinsip-prinsip keadilan dan HAM
dalam konteks agraria.

Melalui kombinasi upaya-upaya tersebut, diharapkan konflik agraria yang sering beririsan dengan HAM dapat
diatasi dengan cara yang adil, berkelanjutan, dan menghormati hak-hak masyarakat lokal. Langkah-langkah
ini seharusnya menciptakan lingkungan yang lebih damai dan menghargai hak asasi manusia dalam konteks
agraria di Indonesia.

Sumber:

Cahyono, Eko et al. Konflik Agraria Masyarakat Hukum Adat Atas Wilayahnya di Kawasan Hutan. Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Jakarta. 2016.

Abby, Fat’hul Achmadi. “Sengketa Pertanahan Hak Masyarakat Adat Dengan Hak Guna Usaha (HGU)
Perkebunan Sawit Di Kalimantan Selatan”. Jurnal Al’Adl, Volume VIII Nomor 3. 2016.

Anda mungkin juga menyukai